Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA


PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

Pembimbing Akademik
:

Verawati Pulungan, SST, MKM

Disusun Oleh :
Putri Maharani
PO.71242230156

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI JURUSAN
KEBIDANAN TAHUN 2021
TINJAUAN TEORI

A. Persalinan

1. Vaginal Toucher (Periksa Dalam)

a. Pengertian Vaginal Toucher

Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air

bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk bersih. Minta ibu

untuk berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya)

dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan

selama pemeriksaan. Tentramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks.Pastikan

privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan. (Nursiah. Ai, 2013)

b. Definisi Vaginal Toucher

Memasukkan tangan ke dalam jalan lahir ibu bersalin untuk memantau

perkembangan proses persalinan atau lazim disebut VT (vaginal toucher atau

vaginal tousse atau periksa dalam dan sejenisnya) bukanlah sesuatu yang mudah.

Selain perlu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, tetapi juga butuh

perasaan.Karena jari pemeriksa masuk, maka jari itu tidak boleh dikeluarkan

sebelum pemeriksaan dalam selesai. (Nursiah. Ai, 2013)

c. Tujuan Vaginal Toucher

1) Untuk menentukan apakah pasien sudah sungguh-sungguh in partu atau

belum.

1
2) Untuk menentukan keadaan yang menjadi tolak ukur dari rencana pimpinan

persalinan. Misalnya: Seorang primigravida masuk dengan pembukaan 4cm,

maka pembukaan lengkap diharapkan sesudah 6 jam.

3) Untuk menentukan ramalan persalinan dengan lebih tepat.

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses

persalinan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Sebagai bagian dalam menegakkan diagnosa kehamilan muda. (Nursiah. Ai,

2013)

d. Indikasi Vaginal Toucher

1) Ketuban pecah sedangkan bagian depan masih tinggi. Kejadian ini mungkin

menyebabkan tali pusat menumbung yang harus secepat-cepatnya

didiagnosa, maka karena itu diperiksa dengan vaginal toucher (pemeriksaan

dalam).

2) Kita mengharapkan pembukaan lengkap. Pada keadaan ini kita melakukan

pemeriksaan dalam untuk mengetahui apakah persalinan maju menurut

rencana waktu dan kalau memang sudah terdapat pembukaan yang lengkap,

pimpinan persalinan berubah misalnya pasien diizinkan dan dipimpin untuk

mengejan.

3) Bila ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan misalnya: Karena ibu

kurang baik atau keadaan anak yang kurang baik. Untuk menentukan

caranya menyelesaikan persalinan perlu melakukan pemeriksaan dalam

terlebih dahulu.

2
4) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase

persalinan dan diagnosa letak janin.

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya

prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.

6) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan

untuk melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik) dan

menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan

dapat mengganggu jalannya proses persalinan pervaginam.

7) Kontraindikasi : Perdarahan, Hymen intake, Infeksi vagina, Plasenta previa,

Ketuban pecah dini, Persalinan preterm. (Nursiah. Ai, 2013)

f. Teknik Melakukan Vaginal Toucher

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan periksa dalam :

1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian

keringkan dengan handuk kering dan bersih.

2) Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu

belum melakukannya) dengan bersih.

3) Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.

4) Anjurkan ibu untuk rileks.

5) Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan. (Sulistyawati

Ari, 2011)

3
g. Langkah-langkah Periksa Dalam

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam :

a) Tutupi badan ibu dengan selimut.

b) Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan

(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu

sama lain).

c) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.

d) Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air

DTT/larutan antiseptic. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan

ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses (tinja).

e) Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan)

termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rectum, atau luka parut

diperineum.

f) Melakukan penilaian terhadap :

a) Cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan

pervaginam atau mekonium.

b) Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.

c) Bila ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat

pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ

d) Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan

seksama menurut petunjuk pada partograf.

e) Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan rujukan segera.

f) Jika mekonium kental, nilak DJJ dan rujuk segera.

4
g) Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi.

h) Dengan hati-hati pilahkan labium majus dengan jari manis dan ibu

jari(gunakan tangan periksa).

i) Masukkan dengan hati-hati jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah.

j) Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai

dilakukan.

k) Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakukan tindakan

amniotomi (merobeknya). Alasannya amniotomi sebelum waktunya

dapat meningkatkanresiko infeksi terhadap ibu dan bayi serta gawat

janin.

l) Nila vagina. Luka parut di vagina mengindikasikan adanya riwayat

robekan perineum atau tindakan episiotomy sebelumnya.

m) Nilai portio uteri : konsistensi (lunak, kaku), tebal, tipis merata, dan

posisi.

n) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.

o) Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak

teraba pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti

langkah-langkah gawat darurat dan segera rujuk.

p) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian

tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul.

q) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (Ubun-ubun

kecil,ubun-ubun besar atau frontanela magna) dan celah (sutura)

5
digitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang

kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.

r) Lakukan penilaian penurunan kepala terhadap bidang Hodge. Jika

bagian terbawah janin adalah bokong, maka lakukan penilaian

penurunan bokong sampai dengan SIAS.

s) Jika pemeriksaan terbawah sudah lengkap, keluarkan kedua jari

pemeriksaan (hati-hati), celupkan sarung tangan kedalam larutan untuk

dekontaminasi,lapaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan

rendam dalam larutan dekontaminan selama 10 menit.

t) Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih

dan kering.

u) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.

v) Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya. (Nursiah.

Ai, 2013)

h. Komplikasi Vaginal Toucher

Bahaya pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher) adalah sebagai berikut :

1) Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat.

2) Peningkatan resiko terjadinya infeksi.

3) Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus. (Sulistyawati

Ari, 2011)

6
2. Tahapan Persalinan

Dalam proses persalinan ada beberapa tahapan yang harus di lalui ibu, tahapan

tersebut di kenal dengan empat kala, yaitu:

a. Kala I Persalinan (Pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau dikenal

dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun kekuatannya)

hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm (pembukaan lengkap) atau kala

pembukaan berlangsung dari mulai adanya pembukaan sampai pembukaan

lengkap. Kala satu persalinan dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase

aktif.

1) Pengertian Kala I

Kala 1 persalinan ialah dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10cm). (Sarwono Prawirorahardjo. 2018).

2) Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala kala I adalahsebagaiberikut :

a) Penipisan dan pembukaan serviks.

b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

c) Cairan lendir bercampur darah melalui vagina

3) Fase laten pada kala satu persalinan.

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap.

7
b) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks sampai 3

cm atau seriks membuka kurang dari 4 cm.

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

d) Fase aktif pada kal satu persalinan.

e) Frekuensi dan lama kontaksi uterus akan meningkat secara bertahap

(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

f) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm,

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

g) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

h) Pada umumnya, fase aktif berlangsung hampir atau hingga 6 jam.

i) Fase aktif dibag lagi menjadi tiga fase, yaitu :

(1) Fase akselerasi; pembukaan 3 ke 4, dalam waktu 2 jam.

(2) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal, pembukaan

berlangsung ssangat cepat, yaitu dari pembukaan 4 ke 9, dalam 2

jam.

(3) Fase deselerasi, pembukan 9 ke 10, dalam 2 jam.

(4) Fase-fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada multigravida

juga demikian namun fase laten, aktif dan fase deselerasi terjadi

lebih pendek.

8
(5) Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap

dapat di perkirakan dan di pantau dengan menggunakan lembar

patograf. (Indrayani & Moudy 2016)

b. Kala II Persalinan (Pengeluaran Bayi)

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) danberakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua disebut juga dengan kala

pengeluaran bayi.:

1) Pengertian Kala II Persalinan

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai

kala pengeluaran bayi.

2) Tanda-tanda Persalinan

a) Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau

vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan spingter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.

3) Perlengkapan Pelindung Diri

Pelindung diri merupakan penghalang atau barier antara penolong

dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab

itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup

9
kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker

penutup mulut dan pelindung mata (kacamata) yang bersih dan nyaman.

Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran

bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka

episiotomy.

4) Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan

akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan/penerangan

yang cukup (baik melalui jendela, lampu di langit-langit kamar ataupun

sumber cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidur

dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan pelapis

anti bocor (plastik) apabila hanya beralaskan kayu atau diatas kasur yang

diletakkan diatas lantai (lapisi dengan plastik dan kain bersih). Ruangan harus

hangat (tetapi jangan panas ) dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.

Selain itu, harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah

dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.

Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan

berfungsidengan baik: termasuk perlengkapan untuk menolong persalinan,

menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir. Semua

perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

10
5) Penyiapan Tempat dan Lingkungan untuk Kelahiran Bayi

Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang

berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu

sendiri. Siapkan pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin (matikan

kipas angin atau pendingin udara bila sedang terpasang).Bila ibu bermukim di

daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal 2

selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan

menjaga kehangatan tubuh bayi.

6) Perlengkapan Pelindung Diri

Pelindung diri merupakan penghalang atau barier antara penolong

dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab

itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup

kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker

penutup mulut dan pelindung mata (kacamata) yang bersih dan nyaman.

Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran

bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka

episiotomy.

7) Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan

akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan /

penerangan yang cukup (baik melalui jendela, lampu di langit-langit kamar

ataupun sumber cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat

tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan

11
pelapis anti bocor (plastik) apabila hanya beralaskan kayu atau diatas kasur

yang diletakkan diatas lantai ( lapisi dengan plastik dan kain bersih). Ruangan

harus hangat (tetapi jangan panas ) dan terhalang dari tiupan angin secara

langsung. Selain itu, harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan

mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.

Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan

berfungsidengan baik; termasuk perlengkapan untuk menolong persalinan,

menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir. Semua

perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

8) Penyiapan Tempat dan Lingkungan untuk Kelahiran Bayi

Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang

berlebihanpada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu

sendiri. Siapkan pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin (matikan

kipas angin atau pendingin udara bila sedang terpasang).Bila ibu bermukim di

daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal 2

selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan

menjaga kehangatan tubuh bayi.

Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan teratur.

Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti ke

inginan meneran. Kedua kekuatan, his dan ke inginan untuk meneran akan

mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2 jam pada primipara

dan 1 jam pada multipara. (Indrayani & Moudy 2016)

12
c. Kala III Persalinan (Pelepasan Plasenta)

Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran

plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lepasnya plasenta sudah dapat di

perkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda di bawah ini:

1) Pengertian persalinan kala III

Kala III persalinan tiga tersebut juga sebagai kala uri atau kala

pengeluaran plasenta.kala tiga dan empat persalnan merupakan kelanjutan

dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran bayi)

persalinan.

2) Tanda-tanda Lepasnya Plasenta

a) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.

b) Setelah bayi lahir dan sebelum mioetrium mulai berkontraksi, uterus

berbentuk bulat penuh dan umjum tinggi fundus uteri dibawah pusat.

c) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus

berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri

menjadi diatas pusat.

d) Tali pusat bertambah panjang.

e) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan

plasent secara duncan/dari pinggir). (Indrayani & Moudy 2016)

INGAT TIGA TANDA LEPASNYA PLASENTA


1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
2. Tali pusat memanjang

13
3. Semburan darah mendadak dan singkat

1) Asuhan Sayang Ibu

a) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan

menyusui segera

b) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan

c) Pencegahan infeksi pada kala III

d) Memantau keadaan ibu (TTV, kontraksi, perdarahan)

e) Melakukan kolaborasi /rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

f) Pemenuhan nutrisi dan hidrasi.

g) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III

2) Manajemen aktif kala tiga

Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi

uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika

dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.

14
a) Pemberian suntikan oksitosin

Pemberian suntikan oksitosindilakukan dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan

oksitosin adalah memastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di

dalam uterus. Karena oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi

yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi.Suntikan oksitosin

dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuskuler (IM) pada sepertiga

bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Tujuan pemberian

suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat

dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi

kehilangan darah.

b) Peregangan tali pusat terkendali

Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva

dikarenakan dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan

mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu tangan di atas simpisispubis

dan tangan yang satu memegang klem di dekat vulva. Tujuannya agar

bisa merasakan uterus berkontraksi saat plasenta lepas.

Segera setelah tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus

mulai berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan

yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan

kepala ibu (dorso-kranial). lakukan secara hati-hati untuk mencegah

terjadinya inversio uteri.

15
Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut mengikuti kurva

alamiah panggul (posterior kemudian anterior). Ketika plasenta tampak

di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat ke atas

dan menopang plasenta dengan tangan lainnya.Putar plasenta secara

lembut hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

c) Rangsangan taktil (Masase) Fundus Uteri

Letakkan telapak tangan pada fundus uteriJelaskan tindakan kepada

ibu, anjurkan ibu untuk menari nafas dalam, perlahan serta rileks dengan

lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus

uteri supaya uterus berkontraksi.Jika uterus tidak berkontraksi dalam

waktu 15 detik. Lakukan penatalaksaan antonio uteri Periksa plasenta dan

selapunya untuk memastikan keduannya lengkap dan utuh :

(1) Periksa plasenta sisi maternal untuk memastikan bahwa senuanya

lengkap dan untuh.

(2) Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk

memastikan tidak ada bagian yang hilang.

(3) Periksa plasenta sisi foetal(yang menghadap ke bayi) untuk

memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan

(suksenturiata)

(4) Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

Periksa uterus setalah satu hingga dua menit untuk memastikan

uterus berkontraksi jiak uterus masih belum berkontraksi baik ulangi

masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan

16
masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus

tidak berkontraksi dengan baik.Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit

selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu

jam kedua pascapersalinan.(JNPK-KR depkes RI.2013)

4) Pemeriksaan plasenta

(1) Menginspeksi plasenta untuk melihat adanya noda pada mekonium

dan area-area kalsifikasi.

(2) Menginspeksi sisi fetal untuk melihat adanya kista dan untuk

menentukan apakah ini merupakan plasenta diluar korion( plasenta

sirkuvalata atau plasenta marginata)

(3) Menginspeksi sisi internal untuk melihat adanya kista, tumor, edema,

warna yang tidak normal dan plasenta multipel.

(4) Menginspeksi sisi internal untuk melihat adanya infark dan luas

pembentukan infrak

(5) Memeriksa sisi maternal untuk melihat keutuhan. Untuk melakukan

ini, plasenta ditempatkan di atas permukaan datar dengan sisi

maternal diatas. Kasa 4x4 digunakan untuk menghapus darah dan

benda benda dari luar untuk melihat permukaan plasenta dengan

jelas.

(6) Untuk mengindentifikasi kotiledon yang hilang dari margin plasenta

atau lubos aksesori yang hilang, margin plasenta di raba dan jari

digerakkan mengelilingi tepi plasenta. Gerakan ini harus mulus dan

17
area yang kasar harus diselidiki dengan seksama karena area yang

kasar merupakan indikasi jaringan plasena terindikasi

(7) Plasenta di ukur dan di timbang hal ini biasanya di terapkan oleh

kebijakan institusi masing masing dan tidak selelu dilakukan.

Terlepas dari kebijakan tersebut, bila plasenta muncul dengan ukuran

abnormal maka mengukur dan menimbang di indikasikan. Informasi

yang didapat kan kemudian didokumentasikan pada catatan.

5) Pemeriksaan selaput ketuban

Selaput ketuban diperiksa dengan menggantung plasenta

sedemikian rupa dengan memegang tali pusat, sehingga selaput ketuban

tergantung kebawah .anda dapat melihat lubang dimana janin dilahirkan

dan periksalah apakah tidak ada selaput ketuban yang tertinggal

6) Pemeriksaan tali pusat

Menghitung jumlah pembuluh darah tali pusat. Untuk melakukan

nya. Gunakan kasa berukuran 4x4 cm dan tali pusat yang telah dipotong.

Dari tekanan dan lubang pembuluh darah yang terdapat pada ujung tali

pusat dapat dihitung jumlah pembuluh darahnya. Apabila untuk beberapa

alasan, waktu sudah lewat dan pembuluh darah kolaps sebelum dapat di

identifikasi, maka tali pusat di klem dan dipotong kembali, kemudian

dicari pembuluh darah tersebut pada tempat potongan yang baru, tempat

pebuluh darah akan mudah terlihat.

Mengukur panjang tali pusat, pengkuran tali pusat biasanya di

tentukan oleh kebijakan masing masing insttitusi dan tidak setiap institusi

18
membutuhkannya tanpa memperhatikan kebijakan tersebut. Bila tali

pusat tampak tidak normal panjang atau pendek maka tali pusat tersebut

harus diukur. Pengukur panjang tali pusat di lakukan ketika tal pusat bayi

di klem dan dipotong.

Menginspeksi tali pusat untuk melihat simpul hematom,

tumor,kista, edema, dan jumlah jelly waharton. (Jenny J.S

Sondakh.2013)

d. Kala IV Persalinan (Pemantauan)

Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala empat

dimulai dari setelah lahirnyaplasenta dan berakhir dua jam setelah persalinan.

Pada kala ini paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2 jam

pertama postpartum. Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu

pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

1) Pengertian Kala IV Persalinan

Kala IV persalinan di mulai sejak plasenta lahir sampai kurang lebih 2

jam setelah plasenta lahir kala ini dimasukkan dalam persalinan karna pada

masa ini sering timbul perdarahan.2 jam setelah persalianan merupakan waktu

yang kritis bagi ibu dan ayi.keduanya baru sajan mengalami perubahan fisik

yang luar biasa,yaitu :si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan ayi sedang

menyesuaikan diri dari perut ibu keduia luar.dalam kala IV ini petugas atau

bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi utnuk memastikan bahwa keduanya

19
dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk

melakukan stabilisasi.

2) Pemantauan pada kala IV dilakukan:

a) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.

b) Setiap 20-30 menit pada kala kedua pascapersalinan.

c) Jika uterus tidak berontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai

untuk menatalaksanaakn atonia uteri.

Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan amplitudo

sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak di ikuti oleh interval

pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombous.

(Indrayani & Moudy 2016)

3) Memperhatikan jumlah darah yang keluar

Salah satu cara memperkiraka banyaknya darah yang keluar adalah

dengan menghitung jumlah kain yang dipakai.ini juga tidak tepat karena ibu

yang mengganti kain ketika telah benar-benar basah dengan darah. Jumlah

darah yang keluar dapat diperkirakan dengan bertanya kepada diri sendiri

beberapa botol ukuran 500 cc yang akan dapat diisi oleh darah tersebut, jika

jawabannya dalah 2 botol,ibu maka ibu telah kehilangan darah 1 liter,jika ½

botol,ibu telah kehilangan dara 250 cc.perkiraan darah yang keluar hanya

merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Adalah jauh lebih

penting seringkali memeriksa ibu selama Kala IV dan menilai jumlah darah

yang dikeluarkan melalui tanda-tanda vital dan pengamatan darah yang keluar

dari vagina.serta penilain kontraksi uterus.

20
4) Pemeriksaan perineum

Lihat adakah perdarahan aktif dan nilai derajat laserasi perineum.

5) Pemantauan keadaan umum ibu

Untuk dapat melakukan pemantauan dianjurkan tidak mengenakan

gurita atau stagen pada ibu bersalin karena akan mempersulit saat melakukam

pemeriksaan kontraksi uterus dan tanda-tanda pendarahan Pemantauan

tekanan darah,nadi,tinggi fundus uteri,kandung kemih kontraksi uterus dan

tanda-tanda adanya pendarahan setiap 15 menit pada jam ke pertama dan

setiap 30 menit pada jam kedua selama kala IV ,jika di dapatkan temuan –

temuan abnormal ,maka nilaai kembali lebih sering,disamping pemantauan

hal-hal diatas ,nilailah apakah ibu merasa nyaman,lapar atau haus atau ingin

menggendong bayinya.

Bila kandungan kemih ibu penuh,bantu ibu untuk mengosongkan

kandung kemihnya secarah sepontan ,penolong dapat membantu ibu dengan

cara membasu daera vulva menggunakan air hangat untuk merangsang

keinginan berkemih penolong dapat melakukan keteterisasi.

6) Setelah lahirnya plasenta :

a) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara

melintang antar pusat dan fundus uteri.fundus uteri harus sejajar dengan

pusat atau lebih bawah misalnya jika dua jari bisa diletakkan dibawah

pusat dan diatas fundus uteri maka disebut dua jari dibawah pusat.

c) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

21
d) Periksa perineum dari perdarahan aktif.

7) Evaluasi

Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang

sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan lakukan pnjahitan

dengan anastesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

f) Mengajarkan ibu dan keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus.

g) Mengevaluasi kehilangan darah.

h) Memeriksa tekanan darah, nadi,da keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

i) Memeriksa temperature ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca

persalinan

j) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.( Asri

Hidayat, Sujiyatini.2010)

22
3. Patograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

b. Tujuan Partograf

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah sebagai berikut:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus

lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,

grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,

pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau

tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status

atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

4) Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu

penolong persalinan untuk :

a) Mancatat kemajuan persalinan

b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya

c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk diidentifikasi dini penyulit

persalinan

23
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan tepat waktu.

c. Pencatatan Selama Fase Laten Kala I Persalinan

Seperti yang sudah dibahas awal bab ini, kala satu persalinan terdiri dari dua

fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks :

1) Fase Laten : Pembukaan serviks kurang dari 4 cm

2) Fase Aktif : Pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

d. Mencatat Temuan Pada Partograf

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus

dicatat, hal ini dapat direkam secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan

maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus

dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan

dan intervensi juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan

dicatat secara seksama, yaitu :

1) Denyut jantung janin : Setiap setengah jam

2) Frekuensi dan lamannya kontraksi uterus : Setiap setengah jam

3) Nadi : Setiap setengah jam

4) Pembukaan serviks : Setiap 4 jam

5) Penurunan bagian bawah : Setiap 4 jam

6) Tekanan darah dan temperature tubuh : Setiap 4 jam

7) Produksi urin, aseton, dan protein : Setiap 2 jam sampai 4 jam

24
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu, dan bayi harus

lebih sering dilakukan.Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis

disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang

dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan

bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyuli, ibu boleh pulang

dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnyam

makin kuat dan frekuensinya meningkat.Apabila asuhan persalinan dilakukan

dirumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan

bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik.Pesankan pada ibu dan keluarganya

untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan

frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten

berlangsung lebih dari 8 jam. (Indrayani & Moudy 2016)

e Pencatatan Selama Fase Aktif Kala I Persalinan

Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase

aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :

1) Informasi tentang Ibu :

a) Nama, umur

b) Gravida, para, abortus (keguguran)

c) Nomor catatan medik / nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

25
2) Kondisi Janin :

a) DJJ ( Denyut Jantung Janin )

b) Warna dan adanya air ketuban

c) Penyusupan (molase) kepala janin

3) Kemajuan Persalinan :

a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

c) Garis waspada atau garis bertindak

4) Jarak dan waktu :

a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

5) Kontraksi uterus :

a) Frekuensi dan lamanya

b) Lama kontraksi (dalam detik)

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan :

a) Oksitosin

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu :

a) Nadi,tekanan darah dan temperature tubuh

b) Urin (volume, aseton, atau protein)

26
f. Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut :

1) Data Dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat

tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan

pendamping saat merujuk. Isikan data pada masing-masing tempat yang telah

disediakan, atau dengan cara memberi tanda √ pada kotak disamping jawaban

yang sesuai. Untuk pertanyaan yang mengenai catatan: rujuk, Kala I/II/III/IV,

lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan mengenai pendamping

saat merujuk bisa lebih dari satu.

2) Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat

melewati garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul,

penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan

mengenai partograf melewati garis waspada: Y/T, lingkari yang sesuai.

Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam

persalinan.

3) Kala II

Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.Beri tanda

√ pada kotak disamping jawaban yang sesuai.Bila pertanyaan episiotomi, jika

jawabannya “Ya” tulis indikasinya. Untuk gawat janin dan distosia bahu

jawabannya “ Ya”, isi jenis tindakan yang dilakukan. Khusus pada gawat

janin , kesehatan janin, atau tidak dapat dievaluasi. Bagian ini dapat menjadi

27
pelengkap bagi informasi pada kotak “Ya” maupun “Tidak” untuk pertanyaan

gawat janin.

4) Kala III

Untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan

plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia

uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.Isi

jawaban pada tempat yang disediakan dan diberi tanda √ pada kotak

disamping jawaban yang sesuai.

5) Bayi baru lahir

Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat

dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI,

masalah lain dan hasilnya. Isi jawaban padatempat yang disediakan serta

diberi tanda √ pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan

Jenis kelamin dan penilaian bayi baru lahir, lingkari jawaban yang

sesuai.Untuk jawaban yang mungkin lebih dari satu berikan tanda √.

6) Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperature, tinggi

fundus, kongtraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.Pemantauan pada

kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau

kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan pascapersalinan.

Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah

melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isikan hasil

28
pemeriksaan pada kolom atau ruangan yang sesuai. Bila timbul masalah

selama kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut pada

bagian masalah kala IV dan bagian berikutnya. Bagian yang digelapkan tidak

usah diisi.

B. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi “cukup bulan” adalah bayi yang di lahirkan setelah usia kehamilan

genap mencapai 37 minggu dan sebelum usia kehamilan genap mencapai 41

minggu. Bayi “lewat waktu” adalah bayi yang dilahirkan setelah usia kehamilan

melewati 41 minggu. (Willamson, 2013)

2. Tanda-tanda BBL normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.

Ciri-cirinya bayi normal (Rochmah, 2012) :

a. Berat badan 2.500 – 4.000 gram

b. Panjang badan 48 – 52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Frekuensi jantung 180 denyut/menit, kemudian menurun sampai 120-140

denyut/menit.

29
f. Pernapasan pada beberapa menit pertama cepat, kira-kira 80 kali/menit,

kemudian muenurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk

dan diliputi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia, labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis

sudah turun (pada anak laki-laki)

k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Refleks moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memeperlihatkan gerakan

tangan seperti memeluk.

m. Eliminasi, baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama

3. Hal yang perlu di pantau pada bayi baru lahir :

a. Suhu badan dan lingkungan

b. Tanda-tanda vital

c. Berat badan

d. Mandi dan perawatan kulit

e. Pakaian

f. Perawatan tali pusat

g. Pemantaun tanda-tanda vital

h. Suhu tubuh bayi di ukur melalui dubur dan anus

30
i. Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tanpa

adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.

Frekueni pernapasan 30-50 kali per menit

j. Nadi dapat di pantau hampir di seluruh titik-titik nadi perifer

k. Tekanan darah di pantau jika ada indikasi (Rochmah, 2012)

4. Asuhan bayi baru lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi selama jam pertama setelah

kelahiran. Beberapa aspek penting dalam asuhan ini adalah:

a. Menjaga bayi tetap kering dan hangat

b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera

mungkin

c. Asuhan segera setelah badan bayi lahir

d. Mengklem dan memotong tali pusat

e. Pemeriksaan pernapasan bayi

f. Perawatan mata

5. Jika bayi tidak mengalami masalah dalam 24 jam, bidan akan:

a. Melanjutkan pengamatan pernapasan, warna kulit, dan aktivitas bayi

b. Mempertahankan suhu tubuh bayi

c. Melakukan pemeriksaan fisik bayi

d. Memberi vitamin K

e. Mengidentifikasi bayi (Rochmah, 2012)

31
6. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

a. System Pernapasan

Rangsangan gerakan pernafasan pertama:

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi

mekanik)

2) Penurunan Pa O2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang

terletak di sinus karotikus (stimulasi mekanik)

3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu didalam uterus

(stimulasi mekanik)

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan

tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan

mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.

Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal,

sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur. (Indrayani & Moudy

2016).

1) Sirkulasi Darah

Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagaian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke

bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh

tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebgian ke paru dan sebagian

melalui duktus arteriosus ke aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan

32
arteriol dalam paru menurun . tekanan dalam jantung kanan turun,

33
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan

yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale fungsionil. (Indrayani &

Moudy 2016).

2) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relative lebih luas dari tubuh orang

dewasa sehingga metabolisme basal per kgBB akan lebih besar, sehingga

BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy

diperoleh dari metabolism karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama

energi di dapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi

berasal dari perkembangan lemak dan 40% dari karbohidrat. (Indrayani &

Moudy 2016).

3) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air dan kadar natrium

relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi

ginjal masih belum sempurna karna:

a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa

b) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus

peoksimal

c) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang

dewasa. (Indrayani & Moudy 2016).

4) Imunoglobulin

Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan

lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga

34
fetus bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada BBL hanya terdapat

gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta

karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui

plasenta. (Indrayani & Moudy 2016).

5) Traktus Digestivus

Pada neonates traktus digestivus mengandung zat yang berwarna

hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.

Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari

biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. (Indrayani & Moudy

2016).

6) Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis, yaitu kelainan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan

glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan

waktu agak lama.

7) Keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa adalah hemeostatis dari kadar ion hidrogen

dalam tubuh. Aktivitas sel tubuh memerlukan kesimbangan asam-basa.

Keseimbngan asam-basa tersebut dapat diukur dengan pH (derajat

kesamaan). Dalam keadaan normal pH cairan tubuh 7,35-7,45. (Indrayani

& Moudy 2016).

35
7. Manajemen Asuhan pada Bayi Baru Lahir

a. Penilaian

Segera setelah lahir letakkan bayi diatas kain yang bersih dan kering

yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka

letakkan bayi di antara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam

keadaan bersih dan kering.Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:

1) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan?

2) Apakah bayi bergerak aktif?

3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan atau ada kah

sianosis?

4) Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas makan lakukan tindakan

resusitasi pada bayi baru lahir

b. Penilai Apgar Score

Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan

menggunakan nilai Apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat.Bidan atau

penolong persalinan menetapkan nilai Apgar. Pengkajian usia gestasi dapat

dilakukan dua jam pertama setelah lahir. Pengkajian fisik yang lebih lengkap

diselesaikan dalam 24 jam.

Cara mengkaji nilai Apgar adalah sebagai berikut (Sondakh, Jenny J.S

2013) :

1) Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh ubuh bayi berwarna

merah muda (2), apakah tubuhnya merah muda, tetapi ekstremitasnya

biru (1), atau seluruh tubuh bayi pucat atau biru (0).

36
2) Hitung frekuensi jantung dengan memalpasi umbilicus atau meraba

bagian atas dada bayi di bagian apeks 2 jari. Hitung denyutan selama

6detik,kemudiandikalikan10.Tentukanapakahfrekuensijantung >100 (10

denyut atau lebih pada periode 6 detik kedua) (2), <100 (<10 denyut

dalam 6 detik) (1), atau tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah

muda, aktif, dan bernapas cenderung memiliki frekuensi jantung >100.

3) Respons bayi terhadap stimulus juga harus diperiksa, yaitu respons

terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang sedang diresusitasi,

dapat berupa respons terhadap penggunaan kateter oksigen atau

pengisapan. Tentukan apakah bayi menangis sebagai respons terhadap

stimulus (2), apakah bayi mencoba untuk menangis tetapi hanya dapat

merintih (1), atau tidak ada respons sama sekali (0).

4) Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah aktivitas dan

tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan aktif yangmenggunakan fleksi

ekstremitas yang baik (2), adakah fleksi ekstremitas (1), atau apakah bayi

lemas (0).

5) Observasi upaya bernapas yang dilakukan bayi. Apakah baik dan kuat,

biasanya dilihat dari tangisan bayi (2), apakah pernapasan bayi lambat

dan tidak teratur (1), atau tidak ada pernapasan sama sekali (0).

Sedangkan prosedur penilaian Apgar adalah sebagai berikut (Sondakh,

Jenny J.S 2013) :

1) Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga visualisasi warna dapat

dilakukan dengan baik, dan pastikan adanya akses yang baik kebayi.

37
2) Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan pengkajian

pertama. Kaji kelima variabel dengan cepat dan simultan, kemudian

jumlahkan hasilnya.

3) Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya,

misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan tindakan resusitasi

dengansegera.

4) Ulangi pada menit kelima. Skor harus naik bila nilai sebelumnya 8

ataukurang.

5) Ulangi lagi pada menit kesepuluh.

6) Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yangsesuai.

Tabel 2.1 Nilai Apgar


Skor 0 1 2

Appearance color Badan merah, Seluruh tubuh


(Warna kulit) Pucat
ekstremitas biru kemerahan

Pulse
(Frekuensi
jantung) Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit

Grimace
(Reaksi terhadap Menangis,
rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimic batuk/bersin

Activity Ekstremitas dalam


(Tonus otot) Lumpuh fleksi sedikit Gerakan aktif

Respiration
(Usaha napas) Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat

38
c. Merawat Tali Pusat

Memotong dan mengikat tali pusat dengan cara:

1) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam

klorin 0, 5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainya.

2) Bilas tangan dengan air matang atau DTT

3) Keringkan tangan (bersarung tangan)

4) Letakan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.

5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang

DTT. Lakukan simpul kunci atau jepitan.

6) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung

tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci di bagian

tali pusat pada sisi yang berlawanan.

7) Lepaskan klem penjepit dan letakan didalam larutan klorin 0,5%

8) Bungkus tali pusat yang sudah diikat dengan kassa steri. (Indrayani &

Moudy 2016).

d. Inisiasi menyusu dini (IMD)

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh

serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon proklaktin.

Proklaktin akan mempengaruhi kelenjer asini untuk memproduksi ASI di

alveoli. (Indrayani & Moudy 2016).Keuntungan IMD:

1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal

2) Mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

39
3) Segera memberikan kekebalan positif pada bayi, kolostrum adalah

imunisasi pertama bagi bayi.

4) Meningkatan kecerdasan

5) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan menghisap, menelan dab

barnafas.

6) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi atau

bounding attachment.

7) Mencegeh kehilangan panas

e. Pencegahan Vitamin K

Semua BBL diberi vitamin K1 (phytomenadione) injeksi 1 mg

intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegag

perdarahan BBL akbibat defisiensi vitamin Kyang dapat di alami oleh sebagian

BBL. (Indrayani & Moudy 2016).

f. Pencegahan Infeksi pada Mata

Pencegahan infeksi mata dapat segera diberikan kepada BBL.

Pencegahan infeksi tersebut dilakukan dengan menggunakan salep mata

tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam

setelah kelahiran upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan

lebih dari satu jam setelah kelahiran. (Indrayani & Moudy 2016).

40
g. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2 jadwal

pemberian imunisasi hepatitis B. jadwal pertama, imunisasi hepatitis B

sebanyak 3 kali pemberian yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir) dan

DPT+Hepatitits B pada 2,3, dan 4 bulan usia bayi. (Indrayani & Moudy 2016).

h. Pemberian ASI selanjutnya

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh

selabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.

Hormon ini akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. (Indrayani &

Moudy 2016).

i. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah

bayi berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi

kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.

1) Aktifitas Fisik

Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta

lengan aktif dan simetris.

2) Pemeriksaan suhu Suhu diukur di aksila

dengan Nilai suhu normal 36,5 C– 37 C.

41
3) Kulit

Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus. Lembab, hangat dan tidak

ada pengelupasan.

4) Kepala

Distribusi rambut di puncak kepala. Tidak ada massa atau area lunak

di tulang tengkorak. Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang

sutura korona dan sutura segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1

cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.

5) Wajah

Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis

tengah wajah dan simetris.

6) Mata

Kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik,

cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil

beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.

7) Telinga

Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,

pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.

8) Hidung

Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui

hidung.

42
9) Mulut

Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk

penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan

berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah,

reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.

10) Leher

Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.

Palpasi : Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.

11) Dada

Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi

nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal. Palpasi : Nadi di apeks teraba

di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali. Auskultasi :

Suara nafas jernih sama kedua sisi. Frekuensi jantung 100- 160 x permenit

teratur tanpa mumur. Perkusi : Tidak ada peningkatan timpani pada

lapang paru.

12) Payudara

Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan

13) Abdomen

Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan

satu vena berwarna putih kebiruan.

14) Genitalia eksterna

Inspeksi (wanita) : Labia minora ada dan mengikuti labia minora,

klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina. Inspeksi (laki-

43
laki) : Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan

skrotum penuh.

15) Anus

Inspeksi : Pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.

16) Tulang belakang

Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang

tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina

bifilda. Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang

yang terlihat. Palpasi : Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.

17) Ekstremitas

Ekstremitas atas Inspeksi Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula,

siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat

sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan

metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan

kuku. Palpasi Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa

nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi. Ekstremitas

bawah Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak

antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati

bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut,

pergelangan, kaki. (Putra, Sitiavana, 2012)

44
DAFTAR PUSTAKA

Asri, D & Cristine C. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Nuha Medika. Yogyakarta

Indrayani, Moudy E.U. Djami. 2016. Update Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru

Lahir.Trans
Info Media. Jakarta

Jenny Sondakh. J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Erlangga.
Jakarta

JNPK-KR depkes RI.2013. Asuhan Persalinan Normal, Pencegahan dan


Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan & Bayi Baru Lahi. JNPK-KR.
Jakarta

Nursiah, Ai. 2013. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Salemba Medika : Jakarta.

Putra, Sitiavana, 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatandan
Kebidanan. Penerbit D-Medika. Jogjakarta

Rochmah, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita.EGC.Jakarta

Sulistyawati Ari, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba Medika :
Jakarta.

Williamson Amanda, Kenda Crozier. 2013. Buku Ajar Asuhan Neonatus. EGC. Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai