Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Wanda Dwi Putri PO.71.20.1.20.050
2. Amel Jihania PO.71.20.1.20.053
3. Maharani Puspita Sari PO.71.20.1.20.056
4. Novatiana Putri Ailasari PO.71.20.1.20.060
5. Fadhila Elsa Khairani PO.71.20.1.20.065
6. Syeftiana PO.71.20.1.20.073
7. Muthi’ah Destrianah PO.71.20.1.20.077
8. Rully Sahrani Gusniar PO.71.20.1.20.080
Dosen Pengampu :
Sulaiman, S. Pd., M. Pd., SKM., M. Kes
TINGKAT : 3B
PRODI D-III KEPERAWATAN PALEMBANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Sulaiman, S. Pd., M. Pd., SKM., M. Kes selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Preoperatif yang telah memberikan bimbingan dalam menyelasaikan tugas
ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan para pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga penelitian ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya penelitian
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kelainan pada mata seperti katarak dapat mengakibatkan penglihatan
seseorang menjadi berkabut/buram. Katarak adalah penyebab paling umum kelainan
mata pada orang yang berusia diatas 40 tahun dan merupakan penyebab utama
kebutaan yang terjadi di dunia. Kebutaan adalah puncak dari kelainan yang terjadi
pada mata (Suranto, 2012).
Data yang dilansir dari World Health Organitation (WHO) menunjukkan
bahwa sebanyak 45 juta orang di dunia menderita kebutaan. Indonesia termasuk
negara dengan pevelensi kebutaan yang tinggi di wilayah Asia Tenggara. Lima negara
dengan prevelensi kebutaan tertinggi dengan buta dan gangguan penglihatan baik
berat maupun sedang yaitu Afghanistan dengan prevelensi 9,09%, Nepal sebanyak
8,17%, Laos dengan presentase sebanyak 7,71%, Eritrea 7,66% dan Pakistan dengan
prevelensi data sebanyak 7,54%. Sementara itu, India, China, Indonesia, Pakistan, dan
Amerika Serikat merupakan lima negara dengan prevelensi gangguan penglihatan
terbanyak (Ismandari, 2018).
Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata manusia mengalami
kekeruhan. Biasanya katarak akan terjadi seiring bertambahnya usia yang tidak dapat
dihindari. Tingkat keparahan pada katarak beragam dan disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain kelainan bawaan, cidera, dan obat- obatan tertentu. Kurang lebih
sebanyak 90% penyebab kasus katarak yaitu faktor usia, penyebab lainnya antara lain
traumatis dan kelainan bawaan.(Astari, 2018).
Pembedahan merupakan penatalaksanaan utama pada kasus katarak. Proses
pembedahan atau operasi yang dilakukan yaitu dengan mengganti lensa yang keruh
dengan lensa pengganti. Pembedahan mempunyai potensi atau ancaman nyata bagi
orang yang akan menjalankan operasi, karena dapat menyebabkan reaksi pada fisik
dan psikologis seseorang. Bagi sebagian pasien, operasi merupakan salah satu
pengalaman yang sulit, maka dari itu persiapan pre operasi penting dilakukan untuk
mengurangi faktor resiko yang dapat mempengaruhi hasil akhir operasi yang mana
hasilnya sangat bergantung pada kondisi pasien. Secara psikis, pasien harus
1
mempunyai mental yang siap dalam mejalani operasi karena pasti selalu ada rasa
ketakutan dan cemas baik akan suntikan, nyeri pada luka pasca operasi, bahkan
kemungkinan terjadinya kecacatan atau kematian. Oleh karena itu, tidak heran jika
pasien seringkali menunjukan sikap cemas dan berlebihan selama akan menjalankan
operasi (Syafei & Suryadi, 2018).
Perawat memegang peranan yang sangat penting pada pasien dengan katarak.
Peran perawat terhadap pasien katarak sebelum menjalani operasi yaitu
mempersiapkan pasien untuk menjalani operasi mata. Mulai dengan pemeriksaan
kesehatan umum yang mana untuk menentukan ada tidaknya kelainan yang dapat
menghambat jalannya operasi, memenuhi kebutuhan psikologis dan keselamatan
pasien, memberikan pemahaman terhadap pasien mengenai tindakandan prosedur
operasi serta kemungkinan terjadinya komplikasi pada pasien. Peranan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi katarak yaitu
berhubungandengan luka setelah operasi, luka tersebut dapat menimbulkan masalah
yang kompleks, antara lainnyeri akut, resiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invansif, adanya resiko cidera, dan berbagai masalah lain yang dapat
menyebabkan kebutuhan dasar pasien terganggu. Perawat mempunyai peranan pada
pasien dalam mengajarkan teknik nonformakologis pereda nyeri, memberikan teknik
aseptik dalam membersihkan luka agar terhindar dari infeksi, dan beberapa peranan
lain yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.
1. 2 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan menjelaskan konsep dasar penyakit
(yaitu pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
dan penatalaksanaan medis). Serta menjelaskan tentang konsep dasar asuhan
keperawatan (meliputi pengkajian, diagnose, intervensi).
1. 3 Manfaat
Penuisan ini diharapkan bisa menjadi sarana pembelajaran, meningkatkan
pemahaman serta wawasan penulis mengenai asuhan keperawatan pada pasien intra
dan post operasi katarak sesuai dengan ilmu yang sudah disampaikan selama
Pendidikan. Selain itu juga, Dengan konsep asuhan keperawatan yang komprehensif
diharaplan dapat menjadi acuan dalam membantu mempercepat proses penyembuhan
pasien dengan operasi katarak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome
berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi. Untuk menghasilkan hasil
terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten
dan kerja sama yang sinergi antara masing-masing anggota tim.
d) Pengkajian pada intra
Pengkajian pada intra operasi yaitu, identifikasi klien, validasi data yang
dibutuhkan, telaah catatan pasien (informed consent), lengkapi pengkajian
keperawatan praoperasi (HIPKABI, 2014). Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada fase intra operasi katarak adalah: Nyeri akut, gangguan
integritas jaringan, hipotermi dan risiko hipotermi.
4
Katarak diambil dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang artinya air terjun.
Katarak berarti bular dimana penglihatannya seperti terhalang air terjun yang
diakibatkan karena lensa yang mengalami kekeruhan. Katarak yaitu kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata yang disebabkan karena hidrasi lensa atau adanya
penambahan cairan, dan adanyadenaturasi protein pada lensa, atau hasil
keduanya (Tamsuri, 2011).
Katarak menyebabkan cahaya tergantung pada bola mata, sehingga
penglihatan menjadi kabur, dan dapat mengakibatkan kebutaan (Ilyas, 2014).
Dengan keruhnya lensa pada kasus katarak, menyebabkan bayangan yang
diproyeksikan pada retina berubah. Katarak merupakan salah satu penyebab
umum dari kehilangan pengihatan secara bertahap (Springhouse Co), derajat
kestabilan akibat katarak dipengerahui oleh lokasi dan kepadatan opasitas
(Indriana & Istiqomah, 2012).
b. Etiologi
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan katarak menurut (Ilyas,
2014) dan (Olver et al., 2011) antara lain:
Lanjut usia.
Genetik
Faktor lingkungan yang dapat mempercepat pembentukan katarak seperti
merokok, alkohol.
Terpapar sinar ultraviolet
Riwayat pemebedahan pada mata.
Cedera mata.
Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya vitamin.
Alkohol.
Penyakit tertentu (misalnya diabetes atau radang mata).
Obat sistemik seperti steroid dan fenotiazin.
Kongenital.
c. Patofisiologi
Menurut (Ilyas, 2017), hilangnya transparansi lensa disebabkan oleh
perubahan sifat dan kimia dari lensa itu sendiri. Terjadi perubahan pada serat
5
halus (Zunura) yang memanjang dari badan siliaris ke daerah sekitar lensa. Air
dan protein adalah komponen paling banyak pada lensa. Perubahan kimiawi
yang terjadi pada protein lensa mengakibatkan koagulasi sehingga cahaya
yang masuk pada retina terhalangi dan menyebabkan penglihatan menjadi
berkabut. Saat terjadi penuaan pada seseorang, lensa mata akan berada di
tengah yang mengakibatkan penurunan kemampuan untuk fokus pada objek
yang dekat.
Katarak umumnya menyerang lansia pada usia 70 tahun ke atas. Seseorang
bisa mengalami katarak dengan derajat yang berbeda-beda, katarak juga bisa
disebabkan karena kelainan bawaan. Secara kimiawi, pembentukan katarak
ditandai dengan bertambahnya kandungan air yang diikuti dengan terjadinya
dehidrasi dan berkurangnya peningkatan asupan oksigen, terjadinya
peningkatan kandungan pada natrium dan kalsium, sedangkan kandungan
untuk kalium, asam askorbat dan protein berkurang, lensa dengan gangguan
katarak tidak mengandung glutathone. Penatalaksanaan yang dilakukan
dengan cara pengobatan belum berhasil untuk mempercepat atau
memperlambat perubahan kimiawi yang terjadi ini, dan penyebab maupun
implikasinya belum diketahui. Proses Pembedahan merupakan
penatalaksanaan utama pada katarak dengan cara mengganti lensa yang keruh
dengan lensa pengganti, lensa kontak mata atau intracular, kacamata afaksia.
(Tamsuri, 2011)
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisyang dapat ditemukan pada pasien dengan katarak:
1. Penglihatan berkabut/buram.
2. Penglihatan terkadang ganda
3. Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
4. Terdapat bayangan seperti pelangi
5. Warna cahaya yang ditangkap cenderung memudar dan berubah warna.
6. Lebih nyaman dalam kondisi redup. (Black joyce. M & Jane Hokanse
Hawks, 2014).
e. Pemeriksaan Diagnostik
6
1. Kartu mata snellen atau mesin telebinokular untuk mengukur ketajaman dan
sentral penglihatan.
2. Lapang padang penglihatan.
3. Test provokatif
4. Pemeriksaan oftalmoskopi.
5. Pengukuran tonografi.
6. Pemeriksaan sel darah lengkap, dan laju sedimentasi (LED)
7. Test toleransi glaukosa/FBS. (Nugraha, 2018)
f. Komplikasi
Kemungkinan terjadinya komplikasi pada kasus katarak bergantung pada
stadiumnya. Pada stadium imatur dapat terjadi komplikasi glaukoma sekunder
karena lensa yang cembung yang menjadi penyebab iris dan aquaeous humor
terhalang. Sedangkan glaukoma sekunder dapat terjadi pada stadium
hipermatur akibat penyumbatan yang terjadi pada kanal aliran aquous humor
karena masa lensa yang lisis, uveitisfakotoksi juga dapat terjadi pada sttadium
hipermatur(Astari, 2018). Komplikasi selama operasi antara lain :
1. Pendangkalan kamera okuli anterior
Komplikasi terjadi karena kurangnya cairan yang masuk ke kamera okuli
anterior (KOA), kebocoran yang terlalu besar pada isisi, terdapat tekanan
dari luar bola mata, perdarahan suprakoroid, tekanan pada avitreus positif,
dan terjadinya efusi suprakoroid.
2. Posterior CapsuleRupture (PCR)
Faktor resiko terjadinya komplikasi PCR yaitu miosis, floppy iris syndrom,
pseudoeksfoliasi, KOA dangkal, dan zonulopati.
3. Nucleus drop
Yaitu jatuhnya seluruh atau bagian dari nukleus lensa ke rongga viteus.
Lensa yang tertinggal jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
peradangan intraokular berat, glaukoma sekunder, dekompensasi endotel,
ablasio retina, nyeri dan kebutaan.
1. Edema kornea
7
Edema kornea dapat terjadi karena kombinasi dari trauna mekanik, trauma
kimia, terjadinya radang atau peningkatan intraokular (TIO) dan waktu
proses operasi yang lama.
2. Perdarahan
Komplikasi yang mungkin terjadi pasca operasi katarak yaitu terjadinya
perdarahan retrobulbar, efusi suprakoroid, dan adanya hifema.
3. Glukoma sekunder
Terjadi karena peningkatan intraokular pasca operasi.
4. Edema MalukaKitoid (EMK)
EMK terjadi apabila terdapat penurunan visus pasca operasi,dan terdapat
gambaran penebalan yang terjadi pada retina saat pemeriksaan OCT.
5. Uveitis Kronik (Astari, 2018)
g. Penatalaksanaan Medis
Meskipun banyak upaya telah dilakukan untuk memperlambat
perkembangan katarak atau mencegah tejadinya katarak, namun tetap perlu
ditangani dengan pembedahan, terapi katarak dengan metode pembedahan
yaitu mengangkat lensa keruh dan menggantinya dengan lensa yang baru.
Metode lain yang dapat dilakukan pada pasien katarak yaitu metode insisi
kecil. Pada metode ini dibuatnya likuifikasi lensa dengan menggunakan
probeultrasonorafi yang dimasukkan melalui insisi di kornea atau sklera
anterior (Soekardiet al,2013).
1. Penatalaksanaan pembedahan katarak
Indikasi penanganan bedah pada kasus katarak antara lain:
- Indikasi visus dan indikasi medis
Indikasi penglihatan bersifat individu untuk semua orang, tergantung
dampak katrak yang terjadi dalam aktivitasnya. Untuk alasan medis,
pasien bisa tidak terganggu karena kekeruhan pada lensa, tetapi
mungkin terganggu oleh indikasi medist tertentu untuk melakukan
operasi katrak.
- ECCE (Extra Capsular Catract Extraction)
Prosedur pembedahan dengam mengganti lensa yang keruh dengan
menggunasan lensa intraokular.
- ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)
8
Operasi ini mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya.
- Indikasi kosmetik, mengacu dimana pasien dengan katrak matur yang
memerlukan pengangkatan katarak untuk mendapatkan pupil yang
hitam.
2. Penatalaksanaan pasca bedah
Perawatan yang dilakukakan pasca operasi katarak meliputi:
1. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang kemampuan pasien
untuk mengganti perban dan memberikan obat tetes mata mandiri.
2. Jika pasien atau anggota keluarga tidak memahami prosedur
pengobatan, mereka akan mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang
perawatan mata di rumah, dan dianjurkan untuk memberikan obat tetes
mata.
3. Anjurkan untuk memberikan obat tetes mata dan salep setiap hari.
4. Usahakan untuk tidak membasahi mata tau perban selama dua minggu.
5. Jangan menyentuh atau menggosok mata dengan tangan saat
beraktivitas sehari-hari.
6. Tidak membungkuk selama dua minggu.
7. Tidak berbaring ke arah mata yang di operasi.
8. Hindari mengangkat benda berat serta menghindari benturan pada
mata.
9. Anjurkan memakai kacamata hitam saat di luar ruangan pada siang
hari.
10. Mengontrol dan menghindrai faktor yang mempercepat terbentuknya
katarak. (Soekardiet al,2013).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Tamsuri, 2011) pada pasien intra dan post operasi katarak terdapat
pengkajian fokus yang dilakukan diantaranya yaitu:
1) Kaji identitas pasien seperti Nama pasien, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan.
2) Riwayat kesehatan pasien
- Keluhan utama
Terdapat keluhan penurunan ketajaman penglihatan pasien, serta pandangan
berkabut/buram.
9
- Riwayat kesehatan Lalu
Kaji pasien apakah mempunyai riwayat penyakit mata, konsumi obat – obatan
kortikosteroid, mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes mellitus,
glukoma, hipotiroid dan uveitus, riwayat pembedahan pada mata, dan terdapat
trauma pada mata.
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan matapada keluarga.
3) Pengkajian fisik mata
a. Ditemukan kekeruhan pada lensa.
b. Pasien mengeluh pandangan berkabut dan buram.
c. Terjadi miopia atau penurunan ketajaman pada pasien.
d. Ditemukan tanda dan gejala glaukoma karena komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intra Operasi
1. Nyeri akut (D.0077)
2. Gangguan integritas jaringan (D.0129)
3. Hipotermia (D.0131)
4. Risiko hipotermi (D.0140)
b. Post Operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien pasca operasii
katarak menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) yaitu:
10
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
3. Intoleransi aktivitas
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invansif.
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
tentang prosedur pembedahan.
7. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3. Intevensi Keperawatan
a. Intervensi Intra Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identivikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
11
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan integritas berhubungan dengan kelembapan
Intervensi : Perawatan Integritas Kulit (I.11353) Hal 316
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
12
- Sediakan lingkungan yang hangat
- Ganti pakaian dana tau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif
- Lakukan penghangatan aktif eksternal
- Lakukan penghangatan aktif internal
Edukasi:
- Anjurkan makan/minum hangat
b. Intervensi Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identivikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
13
- Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
14
kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapay meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk
mengembangkan rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta
memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasif .
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu ilmu bedah,
merupakan total episode surgical dalam periode yang mencakup sebelum waktu
pembedahan (pra operasi), prosedur aktual pembedahan (intra operasi) dan periode
setelah pembedahan (pascaoperasi).
Katarak yaitu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang disebabkan karena
hidrasi lensa atau adanya penambahan cairan, dan adanyadenaturasi protein pada
lensa, atau hasil keduanya. Katarak menyebabkan cahaya tergantung pada bola mata,
sehingga penglihatan menjadi kabur, dan dapat mengakibatkan kebutaan. Berbagai
faktor yang dapat menyebabkan katarak antara lain: lanjut usia, genetik. faktor
lingkungan, terpapar sinar ultraviolet, riwayat pemebedahan pada mata,cedera mata,
pola makan yang tidak sehat dan kurangnya vitamin, alkohol., penyakit tertentu
(misalnya diabetes atau radang mata), obat sistemik seperti steroid dan fenotiazin,
serta kelainan kongenital.
B. Saran
Hasil ini diharapkan terbitnya kebijakan kesehatan dan keperawatan
khususnya pada klien katarak dapat diaplikasikan mengenai konsep perioperatif
katarak di setiap sentra layanan baik di rawat jalan, rawat inap,
maupun kamar operasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17