Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini banyak orang tua yang ingin memiliki anak dengan
kecerdasan diatas rata-rata dan fisik yang sempurna oleh karena satu dan
lain hal ada terdapat kelainan yang dialami oleh anak-anak salah satunya
adalah down syndrome. Down syndrome adalah kelainan genetic yangterjadi
pada masa pertumbuhan janin (pada kromosom 21//trisomi 21) dengan
gejala yang sangat bervariasi dan gejala minimal sampai muncul tanda khas
berupa keterbelakangan mental dengan tingkat IQ kurang dari 70 serta
bentuk muka (Mongoloid) dan garis telapak tangan yang khas (Riskesdas,
2013).
Berdasarkan hasil penelitian dari Riskesdes 2013, mengatakan
bahwa presentase anak penderita down syndrome di Indonesia pada anak
umur 24-59 bulan perlahan mengalami peningkatan dari data tahun 2010
sebesar 0,12% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,13%.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Down Syndrome?
2. Apa etiologi Down Syndrome?
3. Bagaimana tanda dan gejala Down Syndrome?
4. Bagaimana patofisiologi Down Syndrome?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Down Syndrome?
6. Bagaiman penatalaksanaan Down Syndrome?
7. Bagaimana komplikasi Down Syndrome?
8. Bagaimana pencegahan Down Syndrome?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Down Syndrome?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi Down Syndrome
2. Untuk mengetahui etiologi Down Syndrome
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Down Syndrome
4. Untuk mengetahui patofisiologi Down Syndrome
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Down Syndrome
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Down Syndrome
7. Untuk mengetahui komplikasi Down Syndrome
8. Untuk mengetahui pencegahan Down Syndrome
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Down Syndrome
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Down Syndrome


1. Pengertian Down Syndrome
Menurut World Health Organization (WHO) pengertian down syndrome
atau dalam Bahasa Indonesia disebut Sindrom Down (SD)
adalah jenis keterbelakangan mental yang disebabkan oleh tambahan materi
genetik di kromosom 21. Hal ini dapat disebabkan oleh proses yang disebut
nondisjungsi, di mana materi genetik gagal memisahkan diri selama proses
pembentukan gamet sehingga menghasilkan tambahan kromosom yang disebut
trisomi 21.
Sindrom Down (SD) merupakan suatu kelainan genetik yang paling sering
terjadi dan paling mudah diidentifikasi. SD atau yang lebih dikenal sebagai
kelainan genetik trisomi, di mana terdapat tambahan kromosom pada kromosom
21. Kromosom ekstra tersebut menyebabkan jumlah protein tertentu juga
berlebih sehingga mengganggu pertumbuhan normal dari tubuh dan
menyebabkan perubahan perkembangan otak yang sudah tertata sebelumnya.
Selainitu, kelainan tersebut dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
fisik, ketidakmampuan belajar, penyakit jantung, bahkan kanker
darah/leukemia. Kelainan ini sama sekali tidak berhubungan dengan ras, negara,
agama, maupun status sosial ekonomi (Irwanto dkk, 2019).

2. Penyebab Down Syndrome


Berdasarkan Rina (2016) ada beberapa faktor yang menyebabkan anak down
syndrome, yaitu:
a. Faktor Biologis
Menurut penelitian oleh Jerome Lejuene (Gruenberg dalam Rina,
2016), bahwa anak dengan ciri khas mongoloid terdapat 47 kromosom dalam
tubuhnya daripada 46 kromosom pada orang normal. Terdapat 0,5%-1%
penyimpangan pada kromosom bayi lahir yang diidentikkan dengan retardasi
mental, infertilitas, dan penyimpangan yang multiple. Salah satu dari
penyimpangan tersebut yaitu trisomi-21, penyimpangan tersebut dapat
menyebabkan down syndrome karena malformation darinervus central sehingga
dapat berpengaruh pada perkembangan. Birth injuries dan komplikasi juga dapat
menyebabkan retardasi. Contohnya yaitu Anoxia yang artinya kurangnya supply
oksigen. Adanya malnutrisi pada masa perkembangan kognitif itu berbahaya,
tepatnya pada lima bulan sebelum kelahiran dan sepuluh bulan setelah kelahiran.
b. Faktor Hereditas dan Cultural Family
Ada sebuah penelitian yang dilakukan dengan sample 88 ibu dengan kelas
ekonomi rendah dan 586 anak dengan komposisi setengah dari sample tersebut
memiliki IQ dibawah 80 sedangkan setengahnya memiliki IQ diatas 80. Dari
hasil penelitiantersebut terbukti bahwa ibu dengan IQ dibawah 80, anaknya akan
mengalami penurunan IQ selama memasuki masa sekolah (Herber, dever, &
Conry dalam Rina, 2016). 1%-2% dari populasi dengan retardasi mental akan
memproduksi 36% generasi retardasi mental pada periode selanjutnya.
Sedangkan populasi keseluruhan yaitu 98%-99% akan memproduksi 64% anak
dengan kelainan retardasi mental (Rina, 2016).

3. Ciri-ciri Penderita Down Syndrome


Ciri-ciri seorang penderita down syndrome menurut Irwanto dkk (2019),
adalah sebagai berikut:
a. Penderita down syndrome memiliki bentuk kepala yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan orang normal (microchephaly) dengan area datar di bagian
tengkuk.
b. Seorang penderita down syndrome mempunyai paras muka yang hampir sama
seperti muka orang Mongol. Bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang
datar, mempunyai pangkal hidung yang pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan
berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulutnya kecil dan ukuran lidah yang
besar mengakibatkan lidah selalu terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah yang
menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan giginya lambat dan tidak teratur.
Paras telinganya lebih rendah. Ukuran kepala biasanya lebih kecil dan sedikit
lebar dari bagian depan ke belakang. Ukuran leher agak pendek.
c. Manifestasi mulut pada penderita down syndrome biasanya terdapat gangguan
mengunyah, menelan, dan berbicara. Scrotal tongue, rahang atas kecil
(hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuhan gigi, hypodontia, juvenile
periodontitis, dan terkadang timbul bibir sumbing Hypogenitalism (penis,
scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan terjadi keterlambatan
perkembangan pada pubertas.
d. Ukuran tangan penderita down syndrome mayoritas pendek termasuk ruas jari-
jarinya. Jarak jari pertama dan kedua, baik tangan atau kaki melebar. Disamping
itu lapisan kulit biasanya mengalami kekeriputan (dermatoglyphics). Garis
telapak tangan mereka melintang lurus/horizontal (simian crease). Penderita
down syndrome juga mengalami penurunan tonus otot (hypotonia).
e. Penderita down syndrome memiliki tubuh pendek. Kebanyakan orang dengan
penyakit tersebut tidak mampu mencapai tinggidewasa rata-rata.
f. Kelainan struktur tulang dan otot yang berbeda pada down syndrome dengan
individu normal. Seorang dengan down syndrome memiliki struktur oral, sistem
tulang yang khusus dengan ketiadaan atau pengurangan tulang pertumbuhan,
rongga mulut yang lebih kecil, dan posisi lidah yang lebih belakang. Perbedaan-
perbedaan pada ukuran dan struktur lidah berkaitan dengan produksi konsonan
lidah. Selanjutnya, otot wajah yang lemah akan membatasi pergerakan bibir
yang berpengaruh pada produksi konsonan bibir dan huruf hidup yang bulat.
Hipotonisitas umum yang memengaruhi pergerakan lidah dan bibir akan terlibat
dalam semua aspek pada produksi bicara. Jika terdapat salah satu faktor tersebut,
maka memiliki dampak pada gangguan pergerakan motorik terkait bicara dan
memiliki negatif pada kemampuan artikulasi dan fonatori pada seorang dengan
down syndrome. (Stoel-Gammon C; Styles dkk dalam Irwanto dkk, 2019).
Perkembangan bahasa dan bicara penderita down syndrome biasanya lebih
lambat. Mereka mengalami kesulitan bicara secara spontan karena perbedaan
anatomi dan ketulian karena otitis media (Down’s Syndrome Association;
Buckley S; dalam Irwanto dkk, 2019). Bray dan Woolnough pada tahun 1988
juga menemukan bahwa penderita down syndrome berbicara dengan tersendat-
sendat, seperti bahasa telegraf yang pendek- pendek, dan juga cara pengucapan
yang jelek akan mengakibatkan seseorang dengan kelainan down syndrome sulit
dipahami, khususnya apabila mereka berkomunikasi dengan orang yang asing
(Miller dkk dalam Irwanto dkk, 2019)
g. Keterlambatan motorik. Menurut Sacks & Sandy ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang dengan down syndrome mengalami keterlambatan
perkembangan motorik, antara lain faktor kognisi, hipotoni, kekuatan otot yang
berkurang, sendi dan ligament yang longgar, serta faktor susunan tangan.
Penelitian membuktikan bahwa penderita down syndrome mengalami kesulitan
memproses informasi yang diterima oleh saraf mereka untuk kemudian
dikoordinasikan menjadi sebuah gerakan. Proses tersebut membutuhkan waktu
yang lebih lama. Semakin beragam keterampilan yang diberikan, semakin lama
pula waktu yang dibutuhkan untuk mengubah perintah ke dalam aksi. Hipotoni
adalah kelemahan pada tonus otot. Hipotoni dapat menyebabkan gangguan
motorik kasar dan halus. Contohnya, hipotoni menyebabkan otot perut sulit
menahan keseimbangan pada saat berdiri. Akibatnya anak akan berdiri dengan
bersandar pada meja (Hodapp RM dkk; Down’s Syndrome Association; Sacks
B dkk; Alton S; dalam Irwanto dkk, 2019).
4. Masalah Kesehatan Penderita Down Syndrome
a. Masalah Endokrin atau Hormon
Pasien down syndrome memiliki angka kejadian tinggi kelainan
perkembangan seksual dan keterlambatan pubertas pada penderita berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki. Pada perempuan, dilaporkan kelainan
meliputi kurangnya gonad yang ditandai dengan terlambatnya menstruasi
pertama (menarche) atau proses matangnya kelenjar adrenal (adrenarche). Pada
laki- laki meliputi genitalia ambigu, kriptorkismus (testis yang tidak turun),
micropenis (ukuran penis kecil), testis kecil dan sperma hidup yang rendah serta
pertumbuhan rambut ketiak dan janggut yang sedikit (Hawli dkk dalam Irwanto
dkk, 2019).
b. Masalah Saluran Pencernaan
Seseorang penderita down syndrome akan mengalami beberapa gejala
saluran cerna dari waktu ke waktu seperti muntah, diare, sulit buang air besar
(konstipasi), nyeri perut, dan ketidaknyamanan yang dapat hilang dengan
intervensi minimal atau bahkan tanpa terapi. Adanya penyempitan saluran cerna
dan gangguan pembentukan sebagian saluran cerna dapat menyebabkan
sumbatan di usus (Irwanto dkk, 2019).
c. Infeksi dan Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh
Penderita down syndrome lebih mudah terkena infeksi dibandingkan
orang normal. Kelainan sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang berkaitan
dengan down syndrome dihubungkan dengan proses metabolik atau kekurangan
nutrisi yang menjadi faktor predisposisi pencetus infeksi. Faktor lain yang
berpengaruh di antaranya yaitu kelainan struktur anatomi (misalnya saluran
telinga sempit) dan kembalinya isi perut ke mulut dapat berperan dalam
peningkatan kejadian infeksi saluran napas atas. Oleh sebab itu, seseorang
dengan down syndrome, terutama anak-anak tetap memerlukan imunisasi yang
tepat waktu sesuai jadwal seperti anak pada umumnya untuk memperkuat sistem
kekebalan tubuh (Ram dan Chinen dalam Irwanto dkk, 2019).
d. Masalah Neurologi
Penelitian telah mencatat perbedaan anatomi dan fisiologis pada otak
individu normal dan penderita down syndrome. Dua masalah neurologis yang
terjadi dengan meningkatnya prevalensi penyakit down syndrome adalah
Alzheimer dan kejang. Kedua kondisi tersebut meningkat seiring dengan
bertambahnya usia (Johannsen et al dalam Ross dan Olsen, 2014).
Kejang terjadi dalam tiga puncak (Trimodal): Pertama sebesar 40%
terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 1tahun dan kedua sebesar 40%
pada mereka yang berusia 20 sampai 30 tahun (Pueschel et al dalam Ross dan
Olsen, 2014). Lalu puncak ketiga dari kejang diyakini ada korelasi dengan
demensia Alzheimer yang terjadi di kemudian hari (Ross dan Olsen, 2014).
Hasil histopatologi yang konsisten terkait demensia initerlihat pada usia
35 tahun. Namun, studi menunjukkan bahwa tidak semua penderita down
syndrome timbul gejala klinis yang menyertainya. Mendiagnosis demensia
Alzheimer pada pasien down syndrome dapat menjadi tantangan karena gejala
awalnya hanyalah perubahan kepribadian dan perilaku, yang mana tidak spesifik
(Ross dan Olsen, 2014).
e. Gangguan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
Penderita down syndrome sering mengalami gangguan pendengaran,
baik sensorineural maupun konduktif. Obstruksi saluran napas merupakan
masalah yang berat pada anak dan dewasa penderita down syndrome. Gejala
yang sering muncul yaitu napas mendengkur, posisi tidur yang kurang lazim
(duduk atau membungkuk sampai kepala menyentuh lutut), kelelahan di siang
hari, atau adanya perubahan perilaku (Saenz dalam Irwantodkk, 2019).
f. Gangguan Penglihatan
Seseorang dengan down syndrome memiliki lipatan mata epikantus. Hal
tersebut disebabkan oleh bagian luar canthus lebih tinggi dari pada bagian
dalam, sehingga mata terlihat sipit dan agak ke atas yang memberi kesan seperti
ras Mongol. Karakteristik pada mata lainnya adalah terdapat bintik putih pada
iris yang dinamakan brushfield spots. Kelainan mata yang lain dapat berupa
strabismus, nistagmus, kelainan refraksi, dan katarak kongenital. (Stoel-
Gammon dalam Irwanto dkk, 2019).
5. Peran Keluarga Pada Penderita Down Syndrome
Mayoritas penderita down syndrome mempunyai masalah yang sama yaitu
cara berkomuniasi, berperilaku dan emosi yang labil. Ada keterbatasan fungsi
adaptif pada penyandang retardasi mental seperti down syndrome seperti
keterampilan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah, keterampilan
interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, unjuk diri,
keterampilan akademik, pekerjaan, kesehatan, dan keamanan (Videbeck, 2012).
Hal ini menyebabkan keseharian seseorang dengan down syndrome mengalami
kesulitan untuk berkegiatan yang berhubungan dengan kemandirian, seperti
memakai baju, makan, mandi dan lain sebagainya. Keadaan tersebut
menyebabkan keluarga sulit menerima keadaan anak dengan down syndrome.
Setiap keluarga memiliki reaksi yang berbeda terhadap fakta bahwa mereka
memiliki anggota keluarga dengan down syndrome, sebagian besar memiliki
perasaan yang hampir sama yaitu sedih, rasa tak percaya, menolak, marah,
perasaan tidak mampu dan juga perasaan bersalah. (Fitria dkk, 2013)
Dukungan dan penerimaan dari lingkungan keluarga pada seorang dengan
down syndrome akan memberikan kekuatan, kenyamanan dan keamanan serta
meningkatkan kepercayaan diri, sehingga mereka cenderung tidak lagi
mengasingkan diri. Dukungan dari kelurga besar dan kedekatan emosional akan
membantu meminimalkan hambatan perkembangan yang dimiliki oleh penderita
down syndrome. (Fitria dkk, 2013)
Peran lingkungan keluarga dapat berupa penerimaan dan dukungan keluarga
yang berupa dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan instrumen,
dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan sosial (Sarafino dalam Fitria
dkk, 2013).
6. Pencegahan dan Penanganan Penderita Down Syndrome
Untuk mencegah lahirnya anak down syndrome dapat dilakukan
pemeriksaan sedini mungkin. Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan
kromosom untuk ibu hamil pada trimester pertama kehamilan, khususnya bagi
ibu yang pernah melahirkan anak down syndrome. Ibu hamil dengan usia lebih
dari 40 tahun harus lebih
berhati-hati dalam karena mereka berisiko lebih tinggi untukmelahirkan anak
down syndrome (Infodatin Kemenkes RI, 2019).
Diagnosis down syndrome bisa dilakukan sejak dalam kandungan dengan
analisis kromosom dengan cara CVS (mengambil sedikit bagian dari janin pada
plasenta) di minggu 10-12 kehamilan atau dengan cara amniosentesis
(mengambil air ketuban) di minggu 14-16 kehamilan (Infodatin Kemenkes RI,
2019).
Menurut Infodatin Kementerian Kesehatan RI (2019), kelainan kromosom
juga dapat di deteksi dengan beberapa cara pemeriksaan untuk membantu
penegakan diagnosis, antara lain :
a. Pemeriksaan fisik penderita
b. Pemeriksaan kromosom
c. Ultrasonografi (USG)
d. Ekokardiogram (ECG)
e. Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
Sampai sekarang belum ada metode yang ditemukan efektif untuk
mengatasi kelainan down syndrome. Pada perkembangan hidupnya, penderita
down syndrome akan mengalami kemunduran dalam sistem penglihatan,
pendengaran, maupun kemampuan fisiknya karena tonus-tonus ototnya yang
lemah. Oleh karena itu, penderita dan keluarga harus memperoleh dukungan dan
kemudahan untuk mengakses sarana dan fasilitas yang sesuai dengan
kemunduran fisik dan mentalnya (Infodatin Kemenkes RI, 2019).
Penderita down syndrome tidak bisa sembuh, tetapi dengan dukungan
dan perhatian yang maksimal, penderita down syndrome dapat tumbuh dan
berkembang dengan bahagia. Dengan kemajuan teknologi dan pengobatan,
masalah kesehatan yang mungkin muncul dapat teratasi mengingat angka
harapan hidup penderita down syndrome yang meningkat (Infodatin Kemenkes
RI, 2019).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Down Syndrome


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Tahapan asuhan keperawatan keluarga
yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Keperawatan keluarga merupakan suatu kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasarankeluarga (Suprajitna dalam Bakri,
2020).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan secara terus-
menerus serta bertahap. Proses pengkajian tidak hanya dilakukan sekali.
Frekuensi pengkajian dilakukan menurut kondisi subyek/pasien. Seorang
perawat harus mampu menggambarkan keadaan/situasi subyek/pasien yang
lampau dan saat ini, karena informasi tersebut (Bakri, 2020).
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga menurut Konsep
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan down syndrome menurut Bakri
(2020); Townsend (2011); dan Carpenito(2013), yaitu:
a. Data Umum
Pengkajian data umum pada keperawatan keluarga berupa:
1) Identitas kepala keluarga
2) Komposisi keluarga
3) Tipe keluarga
4) Suku bangsa
5) Agama
6) Status sosial ekonomi keluarga
7) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Genogram
Dengan adanya genogram, dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada manusia yang menimbulkan kecacatan mental
down syndrome.

c. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi:


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan tentang
tugas perkembangan yang belumdipenuhi oleh anggota keluarga serta kendala
penyebab tugas tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat kesehatan keluarga yaitu menjelaskan tentang riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang berupa riwayat penyakit keturunan retardasi mental terutama
down syndrome, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu menjelaskan tentang riwayat kesehatan
keluarga dari pihak suami dan istri.

d. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Keadaan rumah dapat mempengaruhi kesehatan penghuninya. Perawat
membutuhkan pengkajian data karakteristik rumah yang dihuni oleh suatu
keluarga dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan dan fungsinya,
sirkulasi udara, dan sinar matahari yang masuk, pendingin udara, pencahayaan,
banyaknya jendela, tata letak perabotan, penempatan septic tank beserta
kapasitas dan jenisnya, sumber air dengan septic tank, konsumsi makanan
olahan dan air minum keluarga, dan lain sebagainya.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Pengkajian yang harus dilakukan yaitu keadaan lingkungan sekitar rumah.
Beberapa yang harus dikaji seperti lingkungan fisik, kebiasaan, kesepakatan atau
aturan penduduk setempat, dan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Interaksi selain dengan
tetangga dan lingkup RT-RW,
karena setiap individu mempunyai ruang lingkup pergaulan masing-masing.
Interaksi tersebut bisa digunakan untuk melacak jejak asal sebuah penyakit.
4) Mobilitas Geografis Keluarga
Melalui mobilitas geografis untuk mengetahui apakah keluarga sering
tinggal di tempat yang berbeda. Termasuk apabila merantau di mana mengontrak
rumah, apabila bekerja sering ditugaskan di berbagai kota.
5) Sistem pendukung keluarga
Mengkaji sistem pendukung keluarga berupa berbagai fasilitas atau perabot
yang digunakan, berapa anggota keluarga yang sehat yang bisa membantu
anggotanya yang sakit, fasilitas lain yaitu fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga.
e. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan tentang bagaimana cara
komunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan yang dimiliki anggota keluarga
dalam mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk dapat mengubah
perilakunya.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan nilai dan norma yang dipegang
oleh keluarga berhubungan tentang kesehatan.
5) Fungsi keluarga:
a) Fungsi afektif, adalah tentang kajian gambaran diri anggota keluarga, perasaan
untuk memiliki dan dimiliki dalam anggota keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggotanya keluarga yang lain, bagaimana kehangatan dapat tercipta
dalam keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlunya pengkajian tentang bagaimana interaksi atau
hubungan di dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar untuk
disiplin, mengetahui norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu:
(1) Menjelaskan untuk tahu kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan dan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah
kesehatan seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala yang mempengaruhi
keluarga terhadap masalah kesehatan, kemampuan keluarga untuk mengenal
masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan
keperawatan, karena down syndrome memerlukan perawatan yang khusus. Jadi
keluarga perlu mengetahui cara pengasuhan yang benar serta gaya hidup yang
baik untuk penderita down syndrome.
(2) Untuk mengtahui kemampuan keluarga dalampengambilan keputusan tentang
tindakan kesehatan yang tepat. Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana keluarga
mengambil keputusan jika anggota keluarganya menderita down syndrome.
(3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah sejauh manakeluarga mengetahui
keadaan penyakit dan cara merawat anggota keluarga yang menderita down
syndrome.
(4) Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah
tetap sehat. Yang perlu dikaji dalam hal ini adalah keluarga mengetahui
keuntungan atau manfaat memelihara lingkungan dan kemampuan keluarga
untukmemodifikasi lingkungan supaya mencegah perburukan dari pasien down
syndrome.
(5) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga dalam menggunakan
fasilitas kesehatanuntuk mendukung kesehatan anggota keluarganya.

d) Fungsi Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan
penyakit. Mayoritas disebabkan faktor ekonomi rendah individu menjadi segan
untuk mencari pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainya (Friedman,
2010).

f. Stres dan koping keluarga


1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor.


3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapipermasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila
menghadapi permasalah.

g. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi/gizi harus cukup baik dari kuantitas atau kualitasnya sepert
adanya kandungan protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin di
dalamnya.
2) Eliminasi BAB dan BAK
Seorang penderita down syndrome adalah kelompok yang cukup sulit
dalam hal toilet training ketika kecil sehingga mereka akan sering mengompol
atau biang air besar di celana. Faktor pendorong dan penghambat dari toilet
training pada berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya yaitu
kurangnya kesiapan anak secara fisik, psikologis dan intelektual, kemampuan
komunikasi dan kemampuan sensorik anak. Faktor eksternalnya yaitu
ketidaksiapan orang tua, tingkat pengetahuan orang tua kurang, pola asuh dan
motivasi dari orang tua yang rendah. Dalam hal ini dicari penyebabnya mengapa
sering mengompol dan buang air besar di celana.
3) Personal Hygine
Perawatan kebersihan tubuh penderita down syndrome.
4) Pola Aktivitas
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan penderita down syndrome.
5) Istirahat dan Tidur
Pada anak yang beranjak besar akan berkurang waktu istirahat, karena
meningkatnya kegiatan fisik. Sedangkan pada orang dewasa, waktu tidurnya
berkurang karena organ-organ mengalami degeneratif yang menyebabkan sulit
tidur. Jadi, kebutuhan tidur sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur
siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari untuk anak, dan 7-9 jam untuk
dewasa.
6) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitasfisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot.

h. Tanda-tanda Vital dan Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital meliputi tekanan darah,respirasi, nadi,
dan suhu. Sedangkan pemeriksaan fisik ada penderita down syndrome walaupun
ciri wajah bisa berubah seiring bertambahnya usia, tampilan anak yang lebih tua
atau remaja sama khasnya seperti bayi (Rudolph A., Hoffman., et al, 2014).
Beberapa ciri yang khas pada fisik penderita down syndrome yaitu, tonus
otot rendah, wajah datar, hidung pesek, hipermobilitas sendi, jarak yang luas
pada ruas pada jari-jari, ukuran lidah cenderung lebih panjang dari ukuran
normal, sedangkan wajahnya juga khas, misalnya karena terdapatgangguan di
pertumbuhan tulang, maka tulang dahi menjadilebih datar, mata kiri dan mata
kanan jaraknya agak berjauhan, dan posisi daun telinganya lebih rendah (Hazmi,
2013).
i. Harapan Keluarga
Menguraikan harapan keluarga pasien tentang penyakit yangdiderita pasien dan
harapan keluarga terhadap perawat.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yaitu keputusan klinis tentang keluarga, atau
masyarakat yang didapatkan dari proses pengumpulan data yang selanjutnya
dianalisis secara cermat untuk memberikan dasar menetapkan tindakan-tindakan
keperawatan yang mana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya
(Mubarakdalam Bakri, 2020).
Menurut pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka
diagnosis keperawatan keluarga yang mungkin muncul berdasarkan Townsend
(2011); Carpenito (2013); dan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia atau
SDKI (2017), pada seorang dengan retardasi mental berkaitan dengan down
syndrome adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi Stimulus (SDKI
2017, D.0106, Hal. 232).
b. Defisit Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian, Makan, Toileting, dan Berhias
berhubungan dengan Gangguan Neuromuskuler (SDKI 2017, D.0109, Hal. 240).
c. Defisit Pengetahuan Pada Keluarga Tentang Down Syndrome berhubungan
dengan Kurang Terpapar Informasi (SDKI 2017, D.0111, Hal. 246).
d. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga (SDKI 2017, D.0090, Hal. 199).
e. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan Neuromuskuler
(SDKI 2017, D.0119, Hal. 264).
f. Risiko Cedera berhubungan dengan Perubahan Fungsi Psikomotor (SDKI 2017,
D.0136, Hal. 294).
g. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Kognitif
(SDKI 2017, D.003, Hal. 258).

3. Perencanaan Keperawatan
Menurut Suprajitno (2012), perencanaan keperawatan yaitu tujuan
umum dan khusus berdasarkan pada masalah yang dilengkapi kriteria dan
standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan dengan orientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan down syndrome berdasarkan Standar LuaranKeperawatan Indonesia atau
SIKI (2018) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia atau SLKI (2018)
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan

No Diagnosis Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan Latihan Pengendalian Impuls (SIKI
Tumbuh tindakan 2018, 1.09284, Hal. 146)
Kembang keperawatan Observasi
berhubungan selama 7x 1. Identifikasi masalah yang dialami
dengan Defisiensi kunjungan rumah 2. Identifikasi tindakan yang
Stimulus. (SDKI diharapkan Status mungkin dilakukan dan
2017, D.0106, Perkembangan bermanfaat.
Hal. 232) membaik dengan Terapeutik:
kriteria hasil: 1. Terapkan strategi pemecahan
1. Keterampilan/pe masalah sesuai dengan tingkat
rilaku sesuai perkembangan dan fungsi
usia meningkat. kognitif.
2. Kemampuan 2. Lakukan modifikasi perilaku,
melakukan sesuai kebutuhan.
perawatan diri 3. Fasilitasi melakukan tindakan
meningkat. yang bermanfaat
3. Respon sosial 4. Berikan penguatan positif untuk
meningkat. tindakan yang berhasil di
4. Kontak mata lakukan.
meningkat. 5. Motivasi memberi penghargaan
(SLKI 2018, pada diri sendiri
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
L.10101, Hal. 6. Berikan kesempatan untuk
124) mempraktekkan pemecahan
masalah (role-play) di
lingkungan terapeutik
7. Sediakan model langkah-langkah
strategi pemecahan masalah
8. Motivasi mempraktekkan
pemecahan masalah dalam situasi
sosial dan interpersonal
Edukasi:
Ajarkan memberi isyarat diri
untuk “berhenti dan berpikir”
sebelum bertindak impulsif
2. Defisit Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri:
Perawatan Diri: tindakan BAB/BAK (SIKI 2018, 1.11349,
Mandi, keperawatan selama Hal. 37)
Berpakaian, 7x kunjungan rumah Observasi:
Makan, diharapkan 1. Identifikasi kebiasaan
Toileting, dan Perawatan Diri BAK/BAB sesuai usia.
Berhias meningkat dengan 2. Monitor integritas kulit pasien
berhubungan kriteria hasil: Terapeutik:
dengan 1. Kemampuan 1. Suka pakaian yang diperlukan
Gangguan mandi untuk memudahkan eliminasi.
Neuromuskuler. meningkat. 2. Dukung penggunaan
(SDKI 2017, 2. Kemampuan toilet/commode/pispot/urinal
D.0109, Hal. mengenakan secara konsisten.
240) pakaian 3. Jaga privasi selama eliminasi
meningkat. 4. Ganti pakaian pasien setelah
3. Kemampuan eliminasi, jika perlu
makan 5. Bersihkan alat bantu BAB/BAK
meningkat. setelah digunakan
4. Kemampuan ke 6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal,
toilet jika perlu
(BAB/BAK) 7. Sediakan alat bantu (mis.
meningkat. Kateter eksternal, urinal), jika
5. Verbalisasi perlu
keinginan Edukasi:
melakukan 1. Anjurkan BAB/BAK secara
perawatan diri rutin.
meningkat. 2. Anjurkan ke kamar
6. Minat mandi/toilet, jika perlu
melakukan
perawatan diri Dukungan Perawatan Diri:
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
meningkat. Berpakaian (SIKI 2018, Hal. 37,
(SLKI 2018, 1.11350)
L.11103, Hal. 81) Observasi:
Identifikasi pemenuhan kebutuhan
berpakaian dan berhias
Terapeutik:
1. Sediakan pakaian pada tempat
yang mudah dijangkau
2. Sediakan pakaian pribadi,
sesuai kebutuhan
3. Fasilitasi mengenakan pakaian,
jika perlu
4. Fasilitasi berhias (mis. Menyisir
rambut, merapikan
kumis/jenggot)
5. Jaga privasu selama berpakaian
6. Tawarkan untuk laundry, jika
perlu
7. Berikan pujian terhadap
kemampuan berpakaian secara
mandiri
Edukasi:
1. Informasikan pakaian yang
tersedia untuk dipilih, jika perlu
2. Ajarkan mengenakan pakaian,
jika perlu

Dukungan Perawatan Diri:


Makan/Minum (SIKI 2018,
1.11351, Hal. 38)
Observasi:
1. Identifikasi diet yang
dianjurkan.
2. Monitor kemampuan menelan
3. Monitor status hidrasi pasien,
jika perlu
Terapeutik:
1. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama makan
2. Atur posisi yang nyaman untuk
makan/minum.
3. Lakukan oral hygine sebelum
makan, jika perlu
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
4. Letakkan makanan di sisi mata
yang sehat
5. Sediakan sedotan untuk minum,
sesuai kebutuhan
6. Siapkan makanan dengan suhu
yang meningkatkan nafsu
makan
7. Sediakan makanan dan
minuman yang disukai
8. Berikan saat makan/minum
sesuai tingkat dengan
kemandirian, jika perlu.
9. Motivasi untuk makan di ruang
makan, jika perlu
Edukasi:
Jelaskan posisi makanan pada
pasien yang mengalami gangguan
penglihatan dengan menggunakan
arah jarum jam (mis. Sayur di jam
12, rendang di jam 3)
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat (mis.
Analgesik, antiemetik), sesuai
indikasi.

Dukungan Perawatan Diri: Mandi


(SIKI 2018, 1.11352, Hal. 39)
Observasi:
1. Identifikasi usia dan budaya
dalam membantu kebersihan
diri
2. Identifikasi jenis bantuan yang
dibutuhkan.
3. Monitor kebersihan tubuh (mis.
Rambut, mulut, kulit, kuku).
4. Monitor integritas kulit
Terapeutik:
1. Sediakan peralatan mandi (mis.
Sabun, sikat gigi, shampoo,
pelembap kulit).
2. Sediakan lingkungan yang
aman dan nyaman.
3. Fasilitasi menggosok gigi,
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
sesuai kebutuhan.
4. Fasilitas mandi, sesuai
kebutuhan.
5. Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri.
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian.
Edukasi:
1. Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi terhadap
kesehatan.
2. Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu.

Dukungan Pengambilan Keputusan


(SIKI 2018, Hal. 34, 1.09265)
Observasi:
Identifikasi persepsi mengenai
masalah dan informasi yang memicu
konflik.
Terapeutik:
1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai
dan harapan yang membantu
membuat pilihan.
2. Diskusi kelebihan dan
kekurangan dari setiap solusi.
3. Fasilitasi melihat situasi secara
realistic.
4. Motivasi mengungkapkan
tujuan perawatan yang
diharapkan.
5. Fasilitasi pengambilan
keputusan secara kolaboratif.
6. Hormati hak pasien untuk
menerima atau menolak
informasi.
7. Fasilitasi menjelaskan
keputusan kepada orang lain,
jika perlu
8. Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya.
Edukasi:
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Informasikan alternative solusi
secara jelas.
2. Berikan informasi yang diminta
pasien.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan.
3. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (SIKI 2018,
Pengetahuan tindakan 1.12383, Hal. 65)
Pada Keluarga keperawatan selama Observasi:
Tentang Down 3x kunjungan rumah 1. Identifikasi kesiapan dan
Syndrome diharapkan Tingkat kemampuan menerima
berhubungan Pengetahuan informasi.
dengan Kurang meningkat dengan 2. Identifikasi faktor-faktor yang
Terpapar kriteria hasil: dapat meningkatkan dan
Informasi (SDKI 1. Perilaku sesuai menurunkan motivasi perilaku
2017, D.0111, anjuran hidup bersih dan sehat.
Hal. 246) meningkat. Terapeutik:
2. Kemampuan 1. Sediakan materi dan media
menjelaskan pendidikan kesehatan.
pengetahuan 2. Jadwalkan pendidikan
tentang suatu kesehatan sesuai kesepakatan.
topik 3. Berikan kesempatan untuk
meningkat. bertanya.
3. Pertanyaan Edukasi:
tentang masalah 1. Jelaskan faktor risiko yang
yang dihadapi dapat mempengaruhi kesehatan.
menurun. 2. Ajarkan perilaku hidup bersih
4. Persepsi yang dan sehat.
keliru terhadap 3. Ajarkan strategi yang dapat
masalah digunakan untuk meningkatkan
menurun. perilaku hidup bersih dan sehat.
(SLKI 2018,
L.12111, Hal. 146

4. Kesiapan Setelah dilakukan Dukungan Koping Keluarga (SIKI


Peningkatan tindakan 2018, Hal. 28, 1.09260)
Koping keperawatan Observasi:
Keluarga. (SDKI diharapkan 1. Identifikasi respon emosional
2017, D.0090, Pemeliharaan terhadap kondisi saat ini
Hal. 199) Kesehatan 2. Identiikasi kesesuaian antara
meningkat dengan harapan pasien, keluarga, dan
kriteria hasil: tenaga kesehatan.
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Menunjukkan Terapeutik:
perilaku adaptif. 1. Dengarkan masalah, perasaan,
2. Menunjukkan dan pertanyaan keluarga
pemahaman 2. Diskusikan rencana medis dan
perilaku sehat. perawatan
3. Kemampuan 3. Fasilitasi memperoleh
menjalankan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku sehat. peralatan yang diperlukan untuk
4. Perilaku mempertahankan keputusan
mencari perawatan pasien.
bantuan. Edukasi:
(SLKI 2018, 1. Informasikan kemajuan pasien
L.12106, Hal. 72) secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang ada
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk terapi keluarga,
jika perlu
5. Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi: Defisit Bicara
Komunikasi tindakan (SIKI 2018, 1.13492, Hal. 373)
Verbal keperawatan selama Observasi:
berhubungan 7x kunjungan rumah 1. Monitor kecepatan, tekanan,
dengan diharapkan kuantitas, volume, dan diksi
Gangguan Komunikasi Verbal bicara.
Neuromuskuler. meningkat dengan 2. Monitor proses kognitif,
(SDKI 2017, kriteria hasil: anatomis, dan fisiologis yang
D.0119, Hal. 1. Kemampuan berkaitan dengan bicara (mis.
264) berbicara Memori, pendengaran, dan
meningkat Bahasa)
2. Kemampuan 3. Monitor frustasi, marah,
mendengar depresi, atau hal lain yang
meningkat. mengganggu bicara
1. Kesesuaian 4. Identifikasi perilaku emosional
ekspresi dan fisik sebagai bentuk
wajah/tubuh komunikasi.
meningkat. Terapeutik:
2. Kontak mata 1. Gunakan metode komunikasi
meningkat. alternatif (mis. Menulis, mata
(SLKI 2018, berkedip, papan komunikasi
L.13118, Hal. 49) dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan computer).
2. Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan (mis. Berdiri
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
di depan pasien, dengarkan
dengan seksama, tunjukkan satu
gagasan atau pemikiran
sekaligus, bicaralah dengan
perlahan sambil menghindari
teriakan, gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan
keluarga untuk memahami
ucapan pasien).
3. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan.
4. Ulangi apa yang disampaikan
pasien.
5. Berikan dukungan psikologis.
6. Gunakan juru bicara, jika perlu.
Edukasi:
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara.
Kolaborasi:
Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis.

Dukungan Pengambilan Keputusan


(SIKI 2018, Hal. 34, 1.09265)
Observasi:
Identifikasi persepsi mengenai
masalah dan informasi yang memicu
konflik.
Terapeutik:
1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai
dan harapan yang membantu
membuat pilihan.
2. Diskusi kelebihan dan
kekurangan dari setiap solusi.
3. Fasilitasi melihat situasi secara
realistis.
4. Motivasi mengungkapkan
tujuan perawatan yang
diharapkan.
5. Fasilitasi pengambilan
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
keputusan secara kolaboratif.
6. Hormati hak pasien untuk
menerima atau menolak
informasi.
7. Fasilitasi menjelaskan
keputusan kepada orang lain,
jika perlu.
8. Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya.
Edukasi:
1. Informasikan alternative solusi
secara jelas.
2. Berikan informasi yang diminta
pasien.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan.
6. Risiko Cedera Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan
berhubungan tindakan Lingkungan (SIKI 2018, Hal. 192,
dengan keperawatan selama 1.14513)
Perubahan 3x kunjungan rumah Observasi:
Fungsi diharapkan Tingkat Identifikasi kebutuhan keselamatan
Psikomotor Cedera menurun (mis. Kondisi fisik, fungsi kogniti
(SDKI 2017, dengan kriteria dan riwayat perilaku)
D.0136, Hal. hasil: Terapeutik:
294) 1. Kejadian cedera 1. Hilangkan bahaya keselamatan
menurun. lingkungan (mis. Fisik, biologi
2. Luka/lecet dan kimia), jika
menurun. memungkinkan.
3. Gangguan 2. Modifikasi lingkungan untuk
mobilitas meminimalkan bahaya dan
menurun. resiko.
4. Toleransi 3. Gunakan perangkat pelindung
aktivitas (mis. Pengekangan fisik, rel
meningkat. samping, pintu terkunci, pagar)
(SLKI 2018, L. Edukasi:
14136, Hal. 135) Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan.

Pencegahan Cedera (SIKI 2018, Hal.


No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
275, 1.14537)
Observasi:
1. Identifikasi area lingkungan
yang berpotensi menyebabkan
cedera
2. Identifikasi kesesuaian alas kaki
atau stoking elastis pada
ekstremitas bawah
Terapeutik:
1. Sediakan pencahayaan yang
memadai
2. Gunakan lampu tidur selama
jam tidur
3. Gunakan alas lantai jika
berisiko mengalami cedera
serius
4. Pastikan barang-barang pribadi
mudah dijangkau
5. Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai (mis.
Tongkat atau alat bantu jalan)
6. Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien
7. Tingkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi:
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri

Pencegahan Jatuh (SIKI 2018, Hal.


279, 1.14540)
Observasi:
1. Identifikasi faktor risiko jatuh
(mis. Usia >65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran,
defisit kognitif, hipotensi
ortostatik, gangguan
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati)
2. Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko jatuh
(mis. Lantai licin, penerangan
kurang)
3. Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis. Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale), jika perlu
Terapeutik:
1. Atur tempat tidur mekanis
dengan posisi rendah
2. Gunakan alat bantu berjalan
(mis. Kursi roda, walker)
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
2. Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
3. Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk menigkatkan
keseimbangan tubuh.
7. Pemeliharaan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (SIKI 2018,
Kesehatan Tidak tindakan 1.12383, Hal. 65)
Efektif keperawatan selama Observasi:
berhubungan 3x kunjungan rumah 1 Identifikasi kesiapan dan
dengan diharapkan kemampuan menerima
Hambatan Pemeliharaan informasi.
Kognitif (SDKI Kesehatan 2 Identifikasi faktor-faktor yang
2017, D.003, meningkat dengan dapat meningkatkan dan
Hal. 258). kriteria hasil: menurunkan motivasi perilaku
1 Menunjukkan hidup bersih dan sehat.
perilaki adaptif Terapeutik:
meningkat. 1 Sediakan materi dan media
2 Menunjukkan pendidikan kesehatan.
pemahaman 2 Jadwalkan pendidikan
perilaku sehat kesehatan sesuai kesepakatan.
meningkat. 3 Berikan kesempatan untuk
3 Kemampuan bertanya.
menjalankan Edukasi:
perilaku sehat 1 Jelaskan faktor risiko yang
meningkat. dapat mempengaruhi kesehatan.
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
4 Perilaku 2 Ajarkan perilaku hidup bersih
mencari dan sehat.
bantuan 3 Ajarkan strategi yang dapat
meningkat. digunakan untuk meningkatkan
(SLKI 2018, L. perilaku hidup bersih dan sehat.
12106, Hal. 72)
Kontrak Perilaku Positif (SIKI,
1.09282, Hal. 139)
Observasi:
1 Identifikasi kemampuan mental
dan kognitif untuk membuat
kontrak.
2 Identifikasi cara dan sumber
daya terbaik untuk mencapai
tujuan.
3 Identifikasi hambatan dalam
menerapkan perilaku positif.
4 Monnitor pelaksanaan perilaku
ketidaksesuaian dan kurang
komitmen untuk memenuhi
kontrak.
Terapeutik:
1 Ciptakan lingkungan yang
terbuka untuk membuat kontrak
perilaku.
2 Fasilitasi pembuatan kontrak
tertulis.
3 Diskusikan perilaku kesehatan
yang ingin diubah.
4 Diskusikan tujuan positif
jangka pendek dan jangka
panjang yang realistis dan dapat
dicapai.
5 Diskusikan pengembangan
rencana perilaku positif.
6 Diskusikan cara mengamati
perilaku (mis. Table kemajuan
perilaku).
7 Diskusikan penghargaan yang
diinginkan ketika tujuan
tercapai, jika perlu.
8 Diskusikan konsekuensi atau
sanksi tidak memenuhi kontrak.
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
9 Tetapkan batas waktu yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan
tindakan yang realistis.
10 Fasilitasi meninjau ulang
kontrak dan tujuan, jika perlu.
11 Pastikan kontrak ditandatangani
oleh semua pihak yang terlibat,
jika perlu.
12 Libatkan keluarga dalam proses
kontrak, jika perlu.
Edukasi:
Anjurkan menuliskan tujuan
sendiri, jika perlu.

4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan bisa dilakukan oleh banyak komponen
seperti klien (individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan
kesehatan yang lain, keluarga dan orang lain yang masih satu jaringan kerja
sosial keluarga (Friedman, 2010).
Menurut Murwani dalam Bakri (2020) dalam tindakan keperawatan
keluarga terdapat beberapa komponen yaitu:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga Mendiskusikan
masalah kesehatan dengan keluarga yang
akan mendorong kesadaran keluarga berkaitan dengan kesehatan serta
informasi tentang kesehatan akan mudah diterima. Cara yang bisa
dilakukan, sebagai berikut:
1) Memberikan informasi.
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan Perawat


memberikan informasi kepada keluarga sebagai
bahan pertimbangan keluarga untuk memutuskan perawatan yang tepat.
Cara yang bisa dilakukan, sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
3) Mengidentifikasi tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga Perawat


memotivasi keluarga supaya percaya diri merawat
anggota keluarganya yang sakit, supaya tidak merasa kurang ilmu dan
takut dalam merawat keluarga karena anggota keluarga yang sakit
membutuhkan bantuannya. Cara yang bisa dilakukan,sebagai berikut:
1) Melakukan demonstrasi cara perawatan.
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga mewujudkan lingkungan sehat


Perawat menjadi konsultan bagi keluarga untuk mewujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat supaya meningkatkan kualitas hidup
anggota keluarganya. Cara yang bisa dilakukan, sebagai berikut:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
e. Memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Perawat harus mampu meningkatkan kesadaran masyarakat yang
masih rendah dalam mengakses dasilitas kesehatan bagi masyarakat. Cara
yang bisa dilakukan, sebagai berikut:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungankeluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2. Evaluasi
Tahap pelaksanaan dimulai sejak disusunnya perencanaan tindakan.
Perawat membantu pasien untuk mencapai tujuan yangdiharapkan. Rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor yang
memengaruhi masalah kesehatan pasien (Nursalam dalam Bakri, 2020).
Evaluasi dapat dimulai dari pengumpulan data, apakah data tersebut
perlu direvisi atau tidak, apakah data yang terkumpul sudah cukup, dan apakah
perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosis juga perlu untuk dievaluasi
masalah keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi evaluasi
untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat tercapai dengan efektif
(Nursalam dalam Bakri, 2020).
Menurut Bakri (2020) tahapan evaluasi dapat dilakukan dengan
formatif dan sumatif. Evaluasi formati yaitu tindakan evaluasi selama proses
asuhan keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif yaitu evaluasi akhir. Untuk
mengevaluasi, akan lebih baik disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasional:
S : Berbagai persoalan yang disampaikan keluarga setelah dilakukan tindakan
keperawata. Misalnya yang tadinya merasa sakit, setelah dilakukan tindakan
menjadi tidak sakit.
O : Berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah tindakan
keperawatan dilakukan. Misalnya berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisi dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu padatujuan terkait
dengan diagnosis.
P : Perencanaan yang direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respons keluarga pada tahapan evaluasi.
2

ASUHAN KEPERAWATAN KESIAPAN MENINGKATKAN


PENGETAHUAN (ORANG TUA) PADA An.A DENGAN DOWN
SINDROME DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) KUNCUP MAS
BANYUMAS

Nama mahasiswa : Arif Setyoko


Tempat praktek : SLB Kuncup Mas Banyumas
Tanggal pengkajian : 20 April 2016

A. Pengkajian

1. Identitas Data
Nama : An.A
Tempat, tanggal lahir : Banyumas, 19 Maret 2007
Usia : 9 tahun
Pendidikan : Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) kelas 1 Kuncup
Mas Banyumas
Alamat : Klahang RT02/06, Sokaraja
Nama ayah/ibu : Tn.M/Ny.S
Pekerjaan ayah : Sopir
Penghasilan ayah :-
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan ibu : SD
Alamat : Klahang RT02/06, Sokaraja
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

2. Keluhan Utama

Ny.S mengatakan Ny.S mengetahuai an.A mengalami gangguan


down syndrome, tetapi ia mengeluhkan kesulitan dalam merawat
anakanya.
3

3. Keluhan Tambahan

Ny.S mengatakan an.A mengalami gangguan pertumbuhan dan


perkembangan. Pada usia 9 tahun tinggi badan an.A 115 cm dan berat
badan 25 kilogram. Ny.S mengatakan An.A juga belum mampu berbicara
dengan lancar hanya mampu mengucapkan kata yang tidak jelas. Ny.S
mengatakan an.A belum bisa makan dan melakukan kebersihan diri secara
mandiri seperti mandi, gosok gigi, dan berpakaian serta belum dapat
membaca, berhitung dan membedakan warna.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny.S mengatakn sudah tahu anak terkena penyakit kelianan down


syndrome dari dokter RSUD Banyumas pada usia 6 bulan, tetapi ny.S juga
mengatakan bahwa belum pernah mendapatkan informasi lebih seputar
down syndrome baik dari dokter, bidan dan pihak sekolah. Ny.S juga
mengatakan hanya luusan SD yang mempunyai pengetahuan minim
mengenai down syndrome yang diderita an.A , Ny.S menambahakan tidak
mempunyai alat komunikasi karena gaptek serta baik keluarga atau
tetangga tidak pernah mencarikan atau membantu mencarikan informasi
mengenai down syndrome.

Hasil tanya jawab dan wawancara seputar down syndrome, Ny.S


seputar kelainan down syndrome Ny.S sudah mengetahui anaknya terkena
down syndrome, tetapi ketika ditanya lebih dalam mengenai pengertian,
penyebab, ciri-ciri, masalah-masalah, serta penanganan pada anak dengan
down syndrome Ny.S hanya diam dan tidak menjawab. Tn.M dan Ny.S
terlihat tidak mempunyai alat komunikasi yang sedianya digunakan untuk
mencari informasi tentang kondisi anaknya karena gaptek terlihat dari
pendidikan terakhir mereka di Kartu Keluarga (KK) hanya lulusan
Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai wawasan yang sedikit. Pengetahuan
minim ini dibuktikan oleh hasil pretest dari 10 soal yang dikerjakan Ny.S
hanya mampu menjawab 2 soal dengan benar
4

5. Riwayat Masa Lampau

a. Prenatal

Ny.S mengandung an.A selama 9 bulan lewat 10 hari dan


selama hamil nafsu makan Ny.S tidak pernah mengalami sakit yang
dapat mempengaruhi kehamilannya. Pemeriksaan
kehamilan/Antenatal Care (ANC) dilakukan secara rutin tidak ada
kendala. Trimester 1 pemeriksaan dilakukan 1 bulan sekali, trimester
2 pemeriksaan dilakukan 2 minggu sekali. An.A lahir pada tanggal 17
Mei 2017 pukul 21:00 dengan berat badan 2700 gram di bedan desa.

b. Natal

Ny.S mengatakan saat proses melahirkan an.A tidak ada


kendala, menangis dengan segera setelah dilahirkan manual oleh
bidan desa.

c. Postnatal

Menurut hasil wawancara, Ny.S mengatakan bahwa bidan


desa telah memberitahukan kalau anaknya memiliki perbedaan dalam
pertumbuhan dari pada anak yang lainnya.

d. Penyakit Waktu Kecil

Ibu an.A mengatakan an.A ketika berumur 6 bulan mengalami


sakit panas/demam tetapi tidak kejang.

e. Riwayat dirawat di Rumah Sakit


Ny.s mengatakan ketika an.A berumur 6 bulan mengalami
sakit panas/demam umur 6 bulan langsung dibawa ke poli anak RSUD
Banyumas. Ny.S juga mengatakan an.A tidak dirawat inap hanya
diberikan obat dari dr. Basiran hanya mengatakan an.A mengalami
down syndrome.
5

f. Obat-obatan yang dikonsumsi


Jika an.A sakit, an.A di bawa ke rumah sakit untuk di periksa
kemudian minum obat dari rumah sakit. Jika an.A panas, minum obat
penurun panas paracetamol ½ sendok dan digunakan bila pasien
panas saja.

g. Alergi

Ny.S mengatakan bahwa an.A tidak memiliki alergi obat


maupun makanan.

h. Kecelakaan
Ny.S mengatakn an.A tidak pernah mengalami kecelakaan.
i. Imunisasi
An.A rutin dilakukan imunisasi dan telah diberikan imunisasi
lengkap. Pada umur 1 hari dilakukan imunisasi hepatitis B0. Usia 1
bulan dilakukan imunisasi Bacilus Calmette Guerin (BCG) dan polio
1. Pada usia 2 bulan dilakukan imunisasi hepatitis B1, Diptheria
Pertusis Tetanus (DPT), dan polio 2. Usia 3 bulan dilakukan imunisasi
hepatitis B2, DPT 2 dan polio 3. Usia 4 bulan dilakukan imunisasi
hepatitis B3, DPT 3 dan polio 4. Pada usia 9 bulan dilakukan
imunisasi campak.

6. Riwayat Sosial

An.A tipe anak yang cukup aktif, dalam kesehariannya an.A diasuh
oleh ibu, ayah dan neneknya. Namun ayahnya sibuk bekerja menjadi
sehingga jarang meluangkan waktu bersama an.A. Ny.S mengatakan
rumahnya sedikit berantakan karena an.A tidak pernah merapikan
mainannya setelah bermain.
6

7. Riwayat Keluarga

Keluarga an.A tidak ada yang menderita down syndrome dan juga
penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, Diabetes Mellitus (DM),
maupun penyakit keturunan lainnya.

Gambar 1.1 Genogram.

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal satu rumah


: Perempuan : Hubungan keluarga
: Meninggal laki-laki : Penderita
: Meninggal Perempuan

8. Keadaan Kesehatan Saat Ini

a. Diagnosa medis : down syndrome


b. Tindakan operasi : an.A tidak pernah dioperasi.
c. Obat-obatan : tidak ada

9. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan


7

1) Data Subyektif (DS): Ny.S mengatakan bahwa kesehatan itu penting,


apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung diperiksakan ke
dokter/RS.
2) Data Obyektif (DO): an.A bersekolah di SLB Kuncup Mas Banyumas.
Saat an.A sakit pada umur 6 bulan, diperiksakan di RSUD Banyumas
karena demam.
b. Pola Metabolik Nutrisi
1) DS: Ny.S mengatakan an.A suka makanan yang lembut, dan untuk
makan kadang habis kadang tidak, sehari an.A makan 3-4x dan makan
masih disuapi.
2) DO: Terlihat an.A saat jam istirahat makan disuapi oleh Ny.S , Berat
Badan (BB) : 25 kg.
c. Pola Eliminasi
1) DS: Ny.S mengatakan an.A BAB 2 hari sekali terkadang 1 hari sekali
dan Buang Air Kecil (BAK) 4-5 kali sehari, warna kuning bening dan
bau khas.
2) DO: Terlihat an.A BAB sendiri namun untuk membersihkannya Ny.S
yang membantunya.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) DS: Ny.S mengatakan untuk aktivitas seperti makan dan minum an.A
masih dibantu dengan disuapi, untuk mandi, gosok gigi, berpakaian,
dan BAB belum mampu dilakukan secara mandiri.
2) DO: an.A terlihat tidak mampu memakai baju sendiri, untuk mandi
dan gosok gigi an.A di bantu oleh Ny.S
Tabel 1.1
Activity Of Daily Living (ADL)
Aktivitas Skoring
0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian/berhias
8

Keterangan Skor :
0. Mandiri.
1. Dibantu alat.
2. Dibantu orang lain.
3. Dibantu alat dan orang lain.
4. Dibantu total.
e. Pola istirahat dan tidur
1) DS: Ny.S mengatakan an.A tidur jam 8 malam dan saat siang hari
terkadang tidur siang 1 jam.
2) DO: an.A tampak aktif, dan tidak ada tanda kehitaman dimata.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
1) DS: Ny.S mengatakan bahwa an.A belum mampu berbicara dengan
lancar hanya mampu mengucapkan kata yang tidak jelas. Untuk
penglihatan dan pendengaran an.A tidak mempunyai masalah.
2) DO: an.A masih belum dapat berbicara dengan lancer hanya mampu
mengucapkan kata yang tidak jelas. Untuk tingkat kognitif an.A di
bawah tingkat normal, an.A masih belum bisa membedakan warna.
g. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
1) DS: Ny.S mengatakan an.A jika sedang malas melakukan aktivitas
maka hanya berdiam diri di rumah. an.A suka mendengarkan music
anak-anak, an.A sering bermain bersama teman-teman di SLB dan di
sekitar rumahnya.
2) DO: Terlihat an.A sedang bermain bersama teman sekelasnya.
h. Pola Peran dan Hubungan
1) DS: Ny.S mengatakan an.A merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara.
Kakak an.A yang pertama masih Sekolah Menengah Pertama. Kakak
sangat menyayangi an.A. Hubungan dalam keluarga tampak harmonis.
Interaksi dengan tetangga sekitar baik dan harmonis. Ny.S bersyukur
dengan kondisinya yang sekarang walaupun memiliki anak
berkebutuhan khusus.
9

2) DO: An.A tinggal bersama kedua orang tua dan tetangganya terlihat
sering main ke rumah Ny.S untuk mengobrol dan bermain bersama
an.A.
i. Sexualitas
1) DS: an.A saat dikaji tentang dirinya sebagai anak perempuan tidak
bisa menjawabnya.
2) DO: an.A berjenis kelamin perempuan
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
1) DS: Ny.S mengatakan an.A menangis saat merasa sakit dan merajuk
saat keinginannya tidak dipenuhi. An.A selalu memanggil ibunya
dengan kata yang tidak dan terkadang memnggil dengan kata mama.
2) DO: An.A tampak dekat dengan ibunya.
k. Pola Nilai Keyakinan
1) DS: Ny.S mengatakan bahwa an.A beragama Islam. an.A sering ikut-
ikutan shalat walaupun masih belum benar. an.A mengikuti kegiatan
berdoa dengan menengadahkan kedua tangan ke atas saat jam
pelajaran selesai.
2) DO: Saat makan Ny.S menuntun an.A untuk senantiasa berdoa
sebelum dan setelah selesai

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Kesadaran composmentis.


b. Tanda vital : Nadi : 94 x/menit, suhu : 36, 40C, RR : 24 x/menit
c. TB/BB : 115 cm/25 kg
d. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada luka pada kepala,
rambut tipis berwarna hitam, kebersihan cukup.
e. Mata : Sipit, pupil isokhor, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis.
f. Hidung : Bersih, bentuk kecil melesak, tidak ada
polip, tidak ada sekret.
g. Mulut : Bersih, lidah menonjol keluar mukosa bibir
10

lembab, produksi air liur berlebih, tidak terdapat


stomatitis.
h. Gigi : Terlambat tumbuh, kesejajaran tidak normal pada
gigi bawah.
i. Telinga : Kecil, daun telinga pendek, bersih, tidak tampak
ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran,
tidak mengeluarkan cairan dari telinga.
j. Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran vena
jugularis pada lehernya, tidak ditemukan
pembesaran kelenjar tyroid.
k. Dada : Dinding dada simetris.
l. Jantung : S1 > S2 reguler, tidak ada murmur.
m. Paru-paru : Suara vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing.
n. Perut : Dinding perut buncit, tidak ada nyeri tekan, dan
peristaltik 8 kali/menit.
o. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang.
p. Genitalia : Pasien berjenis perempuan.
q. Ekstremitas : Untuk ekstremitas atas nampak cukup berisi, jari-
jari tangan pendek dan gemuk, begitu juga pada
ekstremitas bawah terdapat jarak yang lebar antara
ibu jari kaki dan jari telunjuk pada jari kaki, jari
telunjuk pada jari kaki cukup berisi, dan pendek.
r. Kulit : Turgor kulit baik, kuku bersih, pasien tidak
mempunyai luka.
11. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikolog pada tanggal 16 April 2015
yang telah dilakukan pada an.A dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain :
a. Kapasitas Kognitif
1. Kontak mata ada dan optimal
11

2. Memahami instruksi masih kurang optimal (seringkali masih butuh


pengulangan)
3. Atensi konsentrasi masih kurang optimal ( perhatian mudah beralih ).
4. Pemahaman konsep bodi, warna, angka, abjad, belum optimal (belum
paham)
5. Bicara mulai berkembang perbendaharaan dan artikulasinya serta
memiliki nilai komunikasi.
6. Observasi kapasitas daya tangkap berada pada kategori intellectual
defective .
b. Kapasitas afektif
1. Kepercayaan diri cukup optimal (berani jalani terapi sendiri, berani
berinisiatif memulai komunikasi)
2. Kesetabilan emosi kurung optimal (masih kurang mudah diarahkan,
marah jika keinginanya tidak terpenuhi)
3. Penyesuaian diri masih kurang optimal (berperilaku sesuai harapan
lingkungan masih perlu dibimbing)
4. Motivasi kurang (cenderung membutuhkan waktu cukup dalam
memeberikan support)
5. Kemandirian perawatan diri masih kurang optimal (masih banyak
aktivitas perawatan diri yang dibantu penuh)
6. Inisiatif cukup optimal (cukup memeliki inisiatif untuk membangun
interaksi dengan lingkungan sosial)
c. Kapasitas motorik
1. Aktifitas motorik kasar secara umum cukup optimal
2. Aktifitas motorik halus belum optimal
12

B. Analisa Data

Tabel 1.2

Analisa Data Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan (


orang tua ) pada An.A dengan Down Syndrome di SLB Kuncup Mas
Banyumas.
No. Data Fokus Penyebab Masalah
(Symptomp and Sign) (Etiologi) (Problem)
1. DS : Ny.S mengatakan sudah Kurangnya Kesiapan
mengetahuai an.A terkena down informasi meningkatkan
syndrome, tetapi mengeluhkan pengetahuan
kesulitan dalam merawat an.A, ( orang tua )
Ny.S mengatakan bahwa
belumpernaah mendapatakan
informasi lebih mengenai down
syndrome baik dari dokter,
bidan ataupun dari pihak
sekolah, Ny.S menambahakan
bahwa mereka hanya lulusan SD
yang mempunyai pengetahuan
sedikit mengenai an.A yang
terkena down syndrome
ditambah tidak mempunyai alat
komunikasi karena gaptek serta
Ny.S mengatakan baik
keluarga/tetangga tidak pernah
membantu/memberikan info
lebih mengenai down syndrome.

DO : Ny.S sudah mengetahui


anaknya terkena down
syndrome, tetapi ketika ditanya
lebih dalam mengenai
pengertian, penyebab, ciri-ciri,
masalah-masalah, serta
penanganan pada anak dengan
down syndrome Ny.S hanya
diam dan tidak menjawab. Tn.M
dan Ny.S terlihat tidak
mempunyai alat komunikasi
yang sedianya digunakan untuk
mencari informasi tentang
kondisi anaknya karena gaptek
terlihat dari pendidikan terakhir
mereka di Kartu Keluarga (KK)
13

hanya lulusan Sekolah Dasar


(SD) yang mempunyai wawasan
yang sedikit. Pengetahuan
minim ini dibuktikan oleh hasil
pretest dari 10 soal yang
dikerjakan Ny.S hanya mampu
menjawab 2 soal dengan benar

.2. DS : Ny.S mengatakan an.A Kelainan Keterlambatan


mengalami gangguan kongenital pertumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan dan
Ny.S mengatakan an.A juga perkembangan
belum mampu berbicara dengan
lancar hanya mampu
mengucapkan kata yang tidak
jelas. Ny.S mengatakan an.A
belum bisa makan dan
melakukan kebersihan diri
secara mandiri seperti mandi,
gosok gigi, dan berpakaian.

DO : Pada usia 9 tahun tinggi


badan an.A 115 cm dan berat
badan 25 kilogram, an.A terlihat
belum mampu berbicara dengan
lancar hanya mampu
mengucapkan kata yang tidak
jelas. Terlihat An. H saat jam
istirahat makan disuapi oleh
Ny.S. an.A terlihat tidak mampu
memakai baju sendiri, untuk
mandi dan gosok gigi an.A di
bantu oleh Ny.S. Kondisi an.A
gigi terlambat tumbuh, rambut
tipis, telinga kecil daun telinga
pendek.

C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada analisa data yang telah dibuat maka muncul
beberapa masalah keperawatan dan diurutkan berdasarkan prioritas sebagai
berikut:
14

1. Kesiapan meningkatkan pengetahuan ( orang tua ) berhubungan dengan


kurangnya informasi.
2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kelainan kelainan kongenital.

D. Intervensi Keperawatan

1. Kesiapan meningkatkan pengetahuan ( orang tua ) berhubungan dengan


kurangnya informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 kali kunjungan
diharapkan pengetahuan orang tua meningkat.
NOC: Pengetahuan : Proses penyakit
Tabel 1.3
Kriteria hasil yang diharapkan untuk masalah kesiapan meningkatkan
pengetahuan (orang tua).

Skala
Indikator
Awal Tujuan
Tanda dan gejala penyakit down 1 5
syndrome
Tanda dan gejala komplikasi 1 5
penyakit down syndrome 1 5
Faktor penyebab down syndrome 1 5

Keterangan skala:
1. Tidak ada Pengetahuan
2. Pengetahuan Terbatas
3. Pengetahuan Cukup
4. Pengetahuan Banyak
5. Pengetahuan Luas
NIC: Pengetahuan Proses Penyakit.

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang kelainan yang diderita anaknya.


2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubunganya dengan
anatomi dan fisiologi yang diderita anaknya.
15

3. Jelaskan tanda dan gejala kelainan yang diderita anak dengan down
syndrome.
4. Jelaskan alasan dibalik menejemen/terapi/penanganan yang
direkomendasikan pada anak dengan down syndrome.
5. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada pada anak dengan down
syndrome.
6. Identifikasi kemungkinan penyebab anak dengan down syndrome
7. Identifikasi kondisi fisik anak dengan down syndrome.
8. Edukasi mengenai tindakan untuk mengontrol/meminimalisir gejala
anak dengan down syndrome.

2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


kelainan kongenital.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 kali kunjungan,
diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak meningkat.
NOC : Pengetahuan : Pengasuhan
Tabel 1.4

Kriteria hasil yang diharapkan untuk keterlambatan pertumbuhan dan


perkembangan.
Skala
Indikator
Awal Tujuan
1. Pertumbuhan dan perkembangan 2 5
2. perilaku anak yang normal 2 5
3. kebutuhan perawatan fisik 2 5
4. kebutuhan stimulasi 2 5
5. strategi komunikasi yang efektif 2 5

Keterangan skala:
1. Tidak adekuat.
2. Sedikit adekuat.
3. Cukup adekuat.
4. Adekuat.
5. Sangat adekuat.
16

NIC: Peningkatan Perkembangan : Anak


1. Bina hubungan saling percaya dengan anak.
2. Demonstrasikan aktifitas yang meningkatkan perkembangan anak
sesuai dengan umurnya ( contoh berhitung, menggambar ).
3. Bantu anak belajar ketrampilan.
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktifitas motorik/verbal.
5. Berikan reinforcement positif.
6. Anjurkan orang tua untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak.
7. Anjurkan orang tua untuk melatih kemampuan anak.
E. Implementasi
Tabel 1.5
Implementasi Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan (
orang tua ) pada An.A dengan Down Syndrome di SLB Kuncup Mas
Banyumas .

Hari
Dx Implementasi Respon an.A Paraf
Tanggal
Selasa, I,II Membina hubungan saling Ny.S mengenal
18 April percaya dengan Ny.S dan mahasiswa perawat,
2016 anaknya. mengerti maksud dan Yoko
16.00 tujuan yang akan
WIB dilakukan perawat.

Melakukan Ny.S menyetujui


penandatanganan anaknya menjadi Yoko
pernyataan persetujuan responden dalam
untuk menjadi responden pembuatan KTI,
penelitian penatalaksanaan pada
anak dan keluarga yang
akan dilakukan perawat.

II Melakukan pengkajian Ny.S menceritakan


terhadap an.A melalui tentang anaknya. Yoko
Ny.S dan Melakukan Menceritakan kondisi
pemeriksaan fisik pada an.A selama di
an.A kandungan hingga
berusia 9 tahun. an.A
memiliki wajah seperti
anak sindrom down
17

lainnya, mata sipit,


telinga kecil, jari tangan
dan kaki pendek dan
besar.

I Mengkaji pengetahuan Dari 10 soal mengenai


Ny.S tentang down down syndrome, Ny.S
syndrome dapat mengerjakan 2 Yoko
Melakukan pretest tentang soal dengan benar
down syndrome pada Ny.S

II Mengobservasi Ny.S mengatakan an.A


kemampuan an.A dalam dalam berkomunikasi
berkomunikasi, hanya mampu Yoko
sensorimotor, tingkat mengucapkan kata yang
kognitif dan kebersihan tidak jelas, belum
diri (cuci tangan, gosok mampu membaca,
gigi, dan memakai berhitung dan
pakaian). membedakan warna.
Ny.S mengatakan an.A
belum mampu
melakukan gosok gigi
dan memakai pakaian
dengan mandiri

I,II Melakukan kontrak waktu NY.S menyetujui


pada Ny.S untuk dilakukan tindakan pada
pertemuan berikutnya pertemuan berikutnya
yaitu penyuluhan yaitu penyuluhan
mengenai down syndrome, mengenai down Yoko
latihan mengeja kata, syndrome, latihan
berhitung, bernyanyi dan mengeja kata,
menebak gambar berhitung, bernyanyi
dan menebak gambar
Selasa,
25 April Melakukan kunjungan Ny.S dan an.A
2016 rumah ke rumah Ny.S menyambut dengan
14.30 ramah dan menerima Yoko
WIB kehadiran mahasiswa
perawat

I Melakukan penyuluhan Ny.S mengatakan


mengenai down syndrome memahami tentang Yoko
down syndrome.
18

Ny.S dapat menjelaskan


kembali tentang
pengertian down
syndrome, penyebab
terjadinya down
syndrome, ciri-ciri anak
dengan down syndrome,
masalah-maslah yang
terjadi pada anak down
syndrome, serta
penanganan pada anak
down syndrome.

an.A kurang kooperatif


II Membantu an.A belajar saat belajar mengeja
mengeja beberapa kata, dan berhitung, dan
belajar berhitung dari 1- hanya bertepuk tangan Yoko
10, bernyanyi lagu potong saat belajar bernyanyi
bebek angsa. potong bebek angsa.
Membantu an.A belajar an.A tidak kooperatif
menebak gambar saat belajar menebak
Mendukung an.A mandi gambar buah dan
dan hygine oral hewan. an.A mandi dan
sikat gigi dibantu oleh
Ny.S dan mahasiwa
perawat

Ny.S menyetujui
Melakukan kontrak waktu dilakukan tindakan
kepada Ny.S untuk penyuluhan kesehatan
pertemuan selanjutnya tumbuh kembang anak, Yoko
yaitu penyuluhan latihan mengeja kata,
kesehatan tumbuh berhitung, bernyanyi
kembang anak, latihan dan menebak gambar
mengeja kata, berhitung,
bernyanyi dan menebak
gambar
Rabu, Ny.S dan an.A
26 April Melakukan kunjungan menyambut dengan
2016 rumah kerumah Ny.S ramah dan menerima Yoko
14.30 kehadiran mahasiswa
WIB perawat
Ny.S mengatakan
I,II Melakukan penyuluhan memahami dan dapat
mengenai pertumbuhan menjelaskan kembali
dan perkembangan anak tentang pengertian, Yoko
19

down syndrome) faktor-faktor yang


mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan,
pertumbuhan dan
perkembangan anak
down syndrome pada
usia sekolah dan
penangananya

an.A mampu mengeja


II Membantu an.A belajar beberapa kata seperti
mengeja beberapa kata, mama, makan dan
belajar berhitung dari 1- bapak, belum mampu Yoko
10, bernyanyi lagu potong berhitung 1-10, dan
bebek angsa. hanya bertepuk tangan
Membantu an.A belajar saat belajar bernyanyi
menebak gambar potong bebek angsa.
Mendukung an.A mandi an.A belum mampu
dan hygine oral menebak gambar buah
dan hewan. an.A tidak
kooperatif saat dilatih
mandi dan hygiene oral

Ny.S menyetujui untuk


Mengontrak waktu untuk dilakukan tindakan pada
pertemuan selanjutnya pertemuan berikutnya
yaitu post test, latihan yaitu post test, latihan Yoko
mengeja kata, berhitung, mengeja kata,
bernyanyi dan menebak berhitung, bernyanyi
gambar dan menebak gambar

Kamis, Ny.S dan an.A


27 April Melakukan kunjungan menyambut dengan
2016 rumah kerumah Ny.S ramah dan menerima
14.00 kehadiran mahasiswa Yoko
WIB perawat

Ny.S mengatakan
I Mengkaji pengetahuan memahami tentang
keluarga tentang down down syndrome Dari
syndrome 10 soal mengenai down Yoko
Melakukan post-test syndrome Ny.S dapat
tentang down syndrome mengejakan semua
pada Ny.S dengan benar
20

an.A mampu mengeja


II Membantu an.A belajar beberapa kata seperti
mengeja beberapa kata, mama, makan dan
belajar berhitung dari 1- bapak, belum mampu Yoko
10, bernyanyi lagu potong berhitung 1-10, dan
bebek angsa. hanya bertepuk tangan
Membantu an.A belajar saat belajar bernyanyi
menebak gambar potong bebek angsa.
Melatih an.A mandi dan an.A belum mampu
hygine oral menebak gambar buah
dan hewan. an.A tidak
kooperatif saat hygiene
oral
F. Evaluasi

Tabel 1.6
Evaluasi Asuhan Keperawatan kesiapan meningkatkan pengetahuan (orang
tua).

Hari, Dx Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal
Selasa, I S : Ny.S mengatakan belum mengetahui
18 April tentang down syndrome
2016 O : Dari 10 soal mengenai down syndrome, Yoko
Ny.S dapat mengerjakan 2 soal dengan benar
A : Masalah belum teratasi
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Tanda dan gejala 1 5 1
penyakit down
syndrome
2. tanda dan gejala 1 5 1
komplikasi down
syndrome
3.Faktor penyebaba 1 5 1
down syndrome
Manfaat
4.manajemen down
syndrome 1 5 1

P : lanjutkan intervensi
penyuluhan mengenai down syndrome
21

Hari, Dx Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal
Selasa, I S : Ny.S mengatakan memahami tentang down
25 April syndrome .
2016 O : Ny.S mengikuti penyuluhan mengenai Yoko
down syndrome. Ny.S dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian down syndrome,
penyebab terjadinya down syndrome, ciri-ciri
anak dengan down syndrome, masalah-maslah
yang terjadi pada anak down syndrome, serta
penanganan pada anak down syndrome.
A : Masalah teratasi sebagian
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Tanda dan gejala 1 5 4
penyakit down
syndrome
2. tanda dan gejala
komplikasi down 1 5 3
syndrome
3.Faktor penyebaba 1 5 4
down syndrome
Manfaat
4.manajemen down 1 5 3
syndrome

P : lanjutkan intervensi
Beri informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak down syndrome untuk
meningkatkan pengetahuan (penyuluhan
mengenai pertumbuhan dan perkembangan
anak down syndrome)
22

Hari, Dx Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal
Rabu, I S : Ny.S mengatakan memahami tentang
26 April pertumbuhan dan perkembangan anak down
2016 syndrome . Yoko
O : Ny.S dapat menjelaskan kembali tentang
pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, pertumbuhan
dan perkembangan anak down syndrome pada
usia sekolah danpenangananya.
A : Masalah teratasi.
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Tanda dan gejala 1 5 5
penyakit down
syndrome
2. tanda dan gejala
komplikasi down 1 5 5
syndrome
3.Faktor penyebaba 1 5 5
down syndrome
Manfaat
4.manajemen down 1 5 4
syndrome

P : lanjutkan intervensi
Kaji pengetahuan keluarga mengenai down
syndrome
23

Hari, Dx Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal
kamis, I S : Ny.S mengatakan sudah lebih memahami
27 April penyakit down syndrome .
2016 O : Hasil post-test mengenai down syndrome, Yoko
Ny.S menjawab 10 dari 8 soal dengan benar.
A : Masalah teratasi.
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Tanda dan gejala 1 5 5
penyakit down
syndrome
2. tanda dan gejala
komplikasi down 1 5 5
syndrome
3.Faktor penyebaba 1 5 5
down syndrome
Manfaat
4.manajemen down 1 5 5
syndrome

P : Lanjutkan intervensi pada keluarga


agar meningkatkan kesiapan untuk belajar
24

Tabel 1.6 (Lanjutan)

Evaluasi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.

Hari,
Dx Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal
Selasa, II S : Ny.S mengatakan an.A dalam berkomunikasi
18 April hanya mampu mengucapkan kata yang tidak jelas,
2016 belum mampu membaca, berhitung dan Yoko
membedakan warna. Ny.S mengatakan an.A belum
mampu melakukan gosok gigi dan memakai
pakaian dengan mandiri
O : an.A hanya mampu mengucapkan kata yang
tidak jelas, belum mampu membaca, beritung dan
membedakan warna
A : Masalah belum teratasi.
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Pertumbuhan 2 5 2
dan
perkembangan
2. perilaku anak 2 5 2
yang normal
3. kebutuhan 2 5 2
perawatan fisik
4. kebutuhan 2 5 2
stimulasi
5. strategi 1 5 1
komunikasi
yang efektif
P : Lanjutkan intervensi.
Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktifitas
motorik/verbal
Bantu anak belajar ketrampilan
25

Hari,
Dx Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal
Selasa, II S : Ny.S mengatakan an.A belum mampu mengeja
25 April banyak kata, belum mampu berhitung dan menebak
2017 gambar beberapa kata seperti mama, makan dan
bapak, belum mampu berhitung 1-10, dan hanya Yoko
bertepuk tangan saat belajar bernyanyi, an.A belum
bisa mandi secara mandiri, belum bisa menggosok
gigi dan terlihat belum mampu memakai baju
sendiri.
O : an.A kurang kooperatif saat belajar mengeja
dan berhitung, dan hanya bertepuk tangan saat
belajar bernyanyi potong bebek angsa. an.A tidak
kooperatif saat belajar menebak gambar buah dan
hewan dan menyikat ikat gigi dibantu oleh Ny.S.
A : Masalah belum teratasi.
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Pertumbuhan 2 5 2
dan
perkembangan
2. perilaku anak 2 5 2
yang normal
3. kebutuhan 2 5 2
perawatan fisik
4. kebutuhan 2 5 2
stimulasi
5. strategi 1 5 1
komunikasi
yang efektif.
P : Lanjutkan intervensi.
Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktifitas
motorik/verbal
Bantu anak belajar ketrampilan
26

Hari,
Dx Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal
Rabu, II S : Ny.S mengatakan an.A mampu mengeja
26 April beberapa kata, belum mampu berhitung dan
2017 menebak gambar
O : an.A mampu mengeja beberapa kata seperti Yoko
mama, makan dan bapak, belum mampu berhitung
1-10, dan hanya bertepuk tangan saat belajar
bernyanyi, an.A belum bisa mandi secara mandiri,
belum bisa menggosok gigi dan terlihat belum
mampu memakai baju sendiri.
A : Masalah belum teratasi.
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Pertumbuhan 1 5 2
dan
perkembangan
2. perilaku anak 1 5 2
yang normal
3. kebutuhan 1 5 2
perawatan fisik
4. kebutuhan 1 5 2
stimulasi
5. strategi 1 5 1
komunikasi
yang efektif.
P : Lanjutkan intervensi.
Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktifitas
motorik/verbal
Bantu anak belajar ketrampilan
27

Hari,
Dx Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal
Kamis, II S : Ny.S mengatakan an.A mampu mengeja
27 April beberapa kata, belum mampu berhitung dan
2017 menebak gambar Yoko
O : an.A mampu mengeja beberapa kata seperti
mama, makan dan bapak, belum mampu berhitung
1-10, dan hanya bertepuk tangan saat belajar
bernyanyi potong bebek angsa. an.A belum mampu
menebak gambar buah dan hewan. an.A tidak
kooperatif saat dilatih mandi dan hygiene oral
A : Masalah belum teratasi.
Indikator
Skala
Kriteria hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Pertumbuhan 1 5 2
dan
perkembangan
2. perilaku anak 1 5 2
yang normal
3. kebutuhan 1 5 2
perawatan fisik
4. kebutuhan 1 5 2
stimulasi
5. strategi 1 5 1
komunikasi
yang efektif.
P : Lanjutkan intervensi.
Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktifitas
motorik/verbal
Bantu anak belajar ketrampilan
Anjurkan orang tua untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Anjurkan orang tua untuk melatih kemampuan anak

Anda mungkin juga menyukai