Di Susun Oleh :
(STIKMAH)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2021
A. KONSEP DASAR DIARE
1. DEFINISI DIARE
a. Pengertian
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah
frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya
dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan
gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat
disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila
feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari
tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan
buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair
dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung
selama3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kurang
lebih 14 hari.
b. Klasifikasi
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak,
Universitas Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan
berlangsung paling lama 3-5 hari.
b. Diare yang berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari
7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare
kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu
sindrom yang penyebab dan patogenisisnya multikompleks.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang
harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
3. ETIOLOGI
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh
berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan
penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan
secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Factor Infeksi
1).Infeksi enteral : infeksi saluranpencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa),
Lemak dan Protein
2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen,
16demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan
darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar
individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian
ASI tidak ekslusif.
1. PATOFISIOLOGI
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan factor diantaranya :
a. Factor infeksi
1). Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virusakan masuk ke
dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat sel-sel mukosa usus,
akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan
oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitelgepeng
yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal
ini menyebabkan vili-viliusus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri virus akan menyebabkan system transport aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2). Bakteri
b. Factor malabsorbsi,
1). Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap
akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan
osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperperistaltikusus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar
melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2). Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
Infeksi
-Bakteri
Penyerapan sari-sari
makanan dalam
saluran pencernaan
Terdapatnya zat-
zat yg tidak peradangan isi gangguan motalitas
usus
diserap usus
Tekan osmotic
Gangguan sekresi Hiperperistltik
meningkat
Reabsorbsi
Sekresi air dalam Kesempatan usus
didalam usus besar
elektrolit menyerap makanan
terganggu
Merangsang usus
mengeluarkan isinya
7. MANIFESTASI KLINIK
Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi
4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa hal
berikut:
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Tidak nafsu makan
d. Darah dan lendir dalam kotoran
e. Cengeng
f. Gelisah
g. Suhu meningkat
h. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan,
tinja berwarna hijau dan asam.
i. Anus lecet
j. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan
darah turun, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.
k. Berat badan turun
8. KOMPLIKASI
Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120
kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktose.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
h. Gagal ginjal akut.
i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Antenatal
3. Riwayat Kelahiran
4. Riwayat Imunisasi
a. Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Meninggal
8. Kebutuhan dasar
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
a. BAK
c. Pola Aktivitas
d. Pola Istirahat/Tidur
e. Personal Hygiene
f. Pola nafas
Orang tua mengatakan anaknya sesak nafas dan batuk terdapat
sputum.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran
Respon bicara : 5
Jumlah : 15
Tanda-tanda Vital
1. Suhu : 37,5 ºC
3. Pernapasan : 35 x/menit
4. BB : 8,6 Kg
1. Inspeksi
Kepala
Jumlah : Lebat
Muka
Kebersihan : Bersih
Mata
Mulut
Lidah : Bersih
Abdomen
Kebersihan : Bersih
Anus
Varices : Tidak ada
2. Palpasi
Abdomen
3. Auskultasi
Abdomen
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Terapi
A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
g. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang aktif.
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsobrsi
makanan.
3. Intervensi
Dewi V, N, L. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika