Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M UMUR 9 BULAN DENGAN


DIARE

Dosen : Ns.Frangky Mapanawang.S.Kep., M.Kes

Mata kulia : KMB II

Di Susun Oleh :

Melisa Lomas (019652)

YAYASAN MEDIKA MANDIRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKARIWO HALMAHERA

(STIKMAH)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2021
A. KONSEP DASAR DIARE
1. DEFINISI DIARE
a. Pengertian
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah
frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya
dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan
gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat
disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila
feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari
tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan
buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair
dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung
selama3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kurang
lebih 14 hari.

b. Klasifikasi
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak,
Universitas Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan
berlangsung paling lama 3-5 hari.
b. Diare yang berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari
7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare
kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu
sindrom yang penyebab dan patogenisisnya multikompleks.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang
harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan,


sebagai berikut:
a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada
balita. Diare akut didefinisikan sebagai peningkatan atau
perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh
agens infeksius dalam traktusGastroenteritis Infeksiosa (GI).
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya
sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

`b. Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya


frekuensi defekasi atau kandungan air dalam feses dengan
lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai.

c. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang


merupakan sindrompada bayi dalam usia minggu pertama dan
lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya dari
mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani
secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah
kolon iritabel pada anak atau diare toddler, merupakan
penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak
yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan
sering disertai dengan partikel makanan yang tidak dicerna, dan
lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita
diare kronis nonspesifikini akan tumbuh secara normal dan
tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada daearh dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric.

2. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM


1. Respon Tubuh
a. Sistem integument Anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi ringan hingga berat turgor kulit biasanya kembali
sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan
dan elektrilit pada jaringan tubuh anak sehingga kelembapan
kulit pun menjadi berkurang.
b. Sistem Respirasi Kehilangan air dan elektrolit pada anak
diare mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
yang menyebabkan pH turun karena akumulasi asam
nonvolatile. Terjadilah hiperventilasi yang akan menurunkan
pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan dalam
(pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan Anak yang diare biasanya mengalami
gangguan pada nutrisi, yang disebabkan oleh kerusakan
mukosa usus dimana usus tidak dapat menyerap makanan.
Anak akan tampak lesu, malas makan, dan letargi. Nutrisi
yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak bisa
mengalami gangguam gizi yang bisa menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan dan menurunnya daya
tahan tubuh sehingga proses penyembuhan akan lama.
d. Sistem Muskoloskeletal Kekurangan kadar natrium dan
kalium plasma pada anak yang diare dapat menyebabkan
nyeri otot, kelemahan otot, kram dan detak jantung sangat
lambat.
e. Sistem Sirkulasi Akibat dari daire dapat terjadi gangguan
pada system sirkulasi darah menyebakan darah melemah,
tekanan darah rendah, kulit pucat, akral dingin yang
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
f. Sistem Otak Syok hipovolemikdapat menyebabkan aliran
darah dan oksigen berkurang. Hal ini bisa menyebabkan
terjadinya penurunan kesadaran dan bila tidak segera
ditolong dapat mengakibatkan kematian.
g. Sistem Eliminasi Warna tinja anak yang mengalami diare
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena
sering defesaki dan tinja makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.

3. ETIOLOGI
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh
berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan
penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan
secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Factor Infeksi
1).Infeksi enteral : infeksi saluranpencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut
 Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

 Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,


Polomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-
lain.

2). Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan


seperti : otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa),
Lemak dan Protein

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu :
o Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6
bulan pertama dari kehidupan
2. Menggunakan botol susu
3. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja, atau sebelum menjamaah makanan.
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam
(380C atau lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen,
disertai infeksi saluran pernafasan atas dan diare dapat berlangsung
lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan,
sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.

b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu


makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air
minum, air ditempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat
menjangkit segala usian dan dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3
hari.

2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen,
16demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan
darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar
individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian
ASI tidak ekslusif.

b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk


gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea
atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah danada
lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit
kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan
lainnya.
3. Keracunan Makanan

a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram


yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang
kurang matang atau makanan yang disimpan dilemari es seperti
pudding, mayones, makanan yang berlapis krim.

b. Clostridium perfringens, masa inkubasi8-24 jam. Dimana anak akan


mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas
yang sedang dan berat. Penularan bisa lewat produk makanan
komersial yang paling sering adalah daging dan unggas.

c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan


mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan
lewat makanan yang terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai
dari gejala ringan hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan
cepat dalam waktu beberapa jam.

1. PATOFISIOLOGI
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan factor diantaranya :

a. Factor infeksi
1). Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virusakan masuk ke
dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat sel-sel mukosa usus,
akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan
oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitelgepeng
yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal
ini menyebabkan vili-viliusus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri virus akan menyebabkan system transport aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

2). Bakteri

Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke


dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Selain itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah
bakteri Shigella sp, E.colli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu
kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak
diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).

b. Factor malabsorbsi,
1). Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap
akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan
osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperperistaltikusus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar
melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2). Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).

3). Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan


berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaiknya bisa peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula. Akibat dari. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
sesudah diare dan dapat di sebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat
menyebabkan dehidrasi,asidosis metabolik dan
hypokalemia,hypovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak
yaitu berat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung,mucosa bibir kering.

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena


dapat menyebabkan hypovolemia,kolaps cardiovaskuler dan
kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik.Dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi
hipotonik.menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
dehidrasi,dehidrasi ringan,dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
(juffrie,2010)
6. PATHWAY

Infeksi

- Virus Factor malabsorbsi

-Bakteri

Penyerapan sari-sari
makanan dalam
saluran pencernaan

Terdapatnya zat-
zat yg tidak peradangan isi gangguan motalitas
usus
diserap usus

Tekan osmotic
Gangguan sekresi Hiperperistltik
meningkat

Reabsorbsi
Sekresi air dalam Kesempatan usus
didalam usus besar
elektrolit menyerap makanan
terganggu

Merangsang usus

mengeluarkan isinya

BAB sering dengan


Diare Inflamasi pencernaan
saluran konsitensi cair
Kulit disekitar
Cairan yang Frekwensi
anus lecet dan Agen
banyak defekasi Mual
teriritasi pyrogenic

7. MANIFESTASI KLINIK
Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi
4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa hal
berikut:
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Tidak nafsu makan
d. Darah dan lendir dalam kotoran
e. Cengeng
f. Gelisah
g. Suhu meningkat
h. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan,
tinja berwarna hijau dan asam.
i. Anus lecet
j. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan
darah turun, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.
k. Berat badan turun

8. KOMPLIKASI
Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120
kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktose.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
h. Gagal ginjal akut.
i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).

Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis


yang adekuat dapat mengakibatkan kematian (Ngastiyah,
2007).Sedangkan menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2011)
komplikasi diare diantaranya :
a. Dehidrasi
1) Ringan (≤5% BB)
2) Sedang (≤5%-10% BB)
3) Berat (≤10%-15% BB)

b. Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan


menyebabkan TD menurun)
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Kejang
f. Malnutrisi
B. CONTOH KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas klien dengan penanggung jawab
1. Identitas klien
Nama : An. M
Tempat lahir : Tobelo, 4 Desember 2020
Umur : 9 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamt : sadada
Pendidikan :-

2. Identitas penanggung jawab


Ayah
Nama : Tn. A
Umur : 38 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen protestan
Alamat : Sadada
Ibu
Nama : Ny. S
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen protestan
Alamat : Sadada

b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama

Orang tua anak mengatakan bahwa datang ke rumah Sakit Umum


Tobelo dengan alasan ingin memeriksakan kesehatan
anaknya  yang mengalami keluhan panas lebih dari lima hari yang
lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret
encer ±4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari

2. Riwayat Antenatal

Penyakit/infeksi saat hamil                      : Tidak ada

Tempat dan frekuensi ANC                     : BPS, 4x ANC

Imunisasi yang diperoleh saat ANC &

Frekuensi                                                  : Imunisasi TT1 & TT2

Kebiasaan Ibu Selama Hamil                   :Melakukan pekerjaan RT

Obat/Jamu yang diminum selam Hamil   : Tidak ada

3. Riwayat Kelahiran

              Tempat Lahir dan Penolong    : dr & penolong Bidan

              Cara dalam Kelahiran             : Spontan letak kepala

              Kompliksi Persalinan              : Tidak ada

              Kondisi saat Lahir                   : Baik

4. Riwayat Imunisasi

Jenis BCG Hepatitis DPT Polio Campak DT Dan


Imunisasi lain-
lain
Terakhir 9 20 Mei 19 19 - - -
diberikan Februar 2021 Juni Juni
i 2021 2021 2021
Frekuensi 1x 2x 3x - - - -
pemberian
5. Riwayat Perkembangan Anak

Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya berumur 9 bulan sudah


bisa merangkak, bicara tidak ada makna, sudah memegang benda
kecil, saat 7 bulan sudah bisa duduk tanpa dibantu, dan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap serta berkembang sesuai dengan usianya.

6. Riwayat Penyakit yang Sedang diderita

a.      Pasien

Orangtua mengatakan bahwa anaknya sedang menderita


penyakit diare dan anaknya tidak pernah menderita penyakit
menular serta penyakit bawahan.

b.      Orangtua dan Keluarga

Orangtua mengatakan bahwa ibu dan ayahnya tidak pernah


menderita penyakit menular dan penyakit bawahan.
7. Genogram
KET :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal serumah

: Meninggal

8. Kebutuhan dasar
 Pola Nutrisi

Lama pemberian ASI : 6 bulan

Jenis makanan utama : Bubur atau makanan


lunak dan ASI
tetap diberikan

Jumlah/Frekuensi pemberian : 3 x sehari

Nafsu makan : Sedikit berkurang

 Pola Eliminasi

a. BAK

Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya BAK 5-8x perhari,


warna kekuningan, bau khas dan tidak nyeri.
b. BAB

Orangtua anak mengatakan bahwa biasanya frekuensi BAB 1-2x/hari


warna kuning, bau khas dan konsistensi lembek. Pada saat sakit
anaknya BAB ±7x perhari warna kuning, bau khas dan konsistensi
encer.

c. Pola Aktivitas

Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah berkembang


sesuai dengan usianya.

d. Pola Istirahat/Tidur

Orangtua mengatakan anaknya tidur siang ± 1 jam (12:00-13:00


WIT) dan tidur malam ± 10 jam (21.00 – 07.00 WIB). Semenjak
sakit pola tidur/istirahat tidak teratur.

e. Personal Hygiene

Orangtua mengatakan bahwa anaknya mandi 2x sehari, mencuci


rambut 2x sehari dan mengganti popok/pakaian 7x sehari atau jika
basah dan kotor.

f. Pola nafas
Orang tua mengatakan anaknya sesak nafas dan batuk terdapat
sputum.
c. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum

        Pasien tampak sakit ringan sedang karena tidak ada tanda-


tanda dehidrasi berat.

 Tingkat Kesadaran

1.      Kesadaran secara umum     : Composmentis

2.      Skala koma Glaslow (Kuantitatif) 


Respon motorik                  : 6

Respon bicara                     : 5

Respon membuka mata      : 4

 Jumlah              : 15

Kesimpulan (Kualitatif)      : Baik

 Tanda-tanda Vital

1.      Suhu                        : 37,5 ºC

Lokasi           : Axilla

2.      Nadi              : 98 x/menit

Jenis              : Reguler

3.      Pernapasan    : 35 x/menit

Irama            : Teratur

Jenis              : Perut

4. BB : 8,6 Kg

d. Pemeriksaan Head To Toe

1.      Inspeksi

 Kepala

Keadaan kulit kepala            : Bersih dan tidak ada ketombe

Warna rambut                       : Hitam

Jumlah                                   : Lebat

Rontok/Tidak                        : Tidak rontok


Ubun-ubun                            : Tidak cekung

 Muka

Kebersihan                            : Bersih

Pucat                                     : Tidak ada pucat

Oedema                                 : Tidak ada oedema

 Mata

Bentuk                                  : Tidak ada cekung dan hitam

Conjungtiva                          : Tidak ada pucat

Sklera                                    : Tidak ada kuning

Palpebra                                : Tidak ada oedema

 Mulut

Bentuk                                  : Simetris, tidak ada labio skisis/palate


skisis

Bibir                                      : Tidak ada stomatitis

Gigi                                       : Keadaan gigi rapih dan tidak ada


caries

Lidah                                     : Bersih

 Abdomen

Kebersihan                            : Bersih

Pembesar Abdomen              : Tidak ada

 Anus
Varices                                  : Tidak ada

Oedema                                 : Tidak ada oedema

Kelainan                                : Tidak ada

2.      Palpasi

 Abdomen

Nyeri Tekan                          : Tidak ada

Turgor Kulit                          : Menurun

Kembung                              : Tidak ada

3.      Auskultasi

 Abdomen

Bising Usus                           : Hiperaktif

e. Pemeriksaan Penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 10,4 g/dl 10,5 g/dl
Leukosit 15.000 µL 6000-17.000 µL
Hematokrit 33 % 33-38 %
Trombosit 400.000 µL 150.000-450.000 µL
USG Tidak dilakukan -

f. Terapi
A.  Infus KA EN 3B + KCl 10 cc

Tetesan                             : 10x permenit

B.  Lacto B                             : 2 x 1

C.  Pct                                       : 3 x ½ sendok teh

D.  Zink Syip                           : 3 x 1 sendok the

E.   Cefotaxim                             : 2 x 80 gram yang disuntikan

g. Analisa Data

NO DATA Etiologi Masalah


1 DS : Orang tua Peningkatan Bersihan jalan
pasien produksi sputum nafas tidak efektf
mengatakan
anaknya sesak
nafas dan terdapat
lendir
DO : Anak tampak
batuk terdapat
sputum, suara
nafas ronkhi
positif
Pernapasan 60
x/menit O2 2 liter
permenit
2 DS : Orang tua Kehilangan cairan Hipovolemia
pasien yang aktiv
mengatakan
anaknya
mengalami
penurunan BB
dari 9 kg menjadi
8,6 kg
DO : pasien
tampak mulut
kering, derajat
dehidrasi yaitu
11,5 % artinya
dehidrasi
berat,pasien
tampak turgor
kulit tidak elastis,
bising usus
28x/menit.
3 DS : orang tua Ketidak mampuan Defisit nutrisi
pasien mengabsobrsi
mengatakan makanan
anaknya
mengalami
penurunan BB
dari 9 kg menjadi
8,6 kg
DO : Warna kulit
tampak pucat
kaonjung tiva
anemis

2. Diagnosa Keperawatan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang aktif.
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsobrsi
makanan.
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional


1. Bersihan Setelah 1. Auskultasi 1. Untuk
jalan nafas dilakukan jalan nafas mengetah
tidak efektif tindakan 2. Pantau ui hasil
berhubungan keperawatan frekuensi nadi, dari bunyi
dengan 3x 24 jam pernapasan dan jalan
peningkatan diharapkan suhu nafas
produksi bersihan jalan 3. Berikan terapi 2. Untuk
sputum. nafas kembali O2 2 liter/menit menilai
efektif status
KH : Tidak hidrasi
sesak nafas, 3. Untuk
tidak batuk, melancark
tidak ada an jalan
sputum,RR nafas agar
normal tidak
kurang dari sesak
50
x/menit,suara
nafas
fesikuler
2 Hipovolemia Setelah 1. Timbang BB 1. Untuk
berhubungan dilakukan setiap hari menilai
dengan tindakan 2. Pertahankan keadaan
kehilangan perawatan 3x asupan dan dehidrasi
cairan yang 24 jam di haluaran cairan 2. Untuk
aktif harapkan 3. Pantau balance mengeval
hipovolemia cairan uasi
keefektifa
teratasi n
KH : Turgor intervensi
kulit elastis, 3. Untuk
bibir lembap, mengatasi
BB naik 0,5 dehidrasi
kg / hari,BAB dan
1-2x/hari vomitus
konsistensi yang
lunak, nadi berat
normal,
bising usus 5-
15x/menit
3 Defisit nutrisi Setelah 1. Amati dan catat 1. Untuk
berhubungan dilakukan respon anak menilai
dengan tindakan terhadap toleransi
ketidak keperawatan pemberian anak
mampuan 3x 24 jam makanan terhadap
mengabsobrsi diharapkan 2. Monitor BB makanan/
makanan. devisit nutrisi pasien perhari susu
teratasi 3. Beritahu ibu formula
KH : BB naik untuk yang
0,5 kg/hari, mematuhi diet diberikan
warna kulit yang diberikan 2. Untuk
tidak menilai
pucat,koujung keadaan
tiva ananemis dehidrasi
3. Untuk
menghasil
kan
kepatuhan
terhadap
program
terapeutik

4. Implementasi dan Evaluasi

NO Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi


Jam
1 Minggu, 05 1. Mengauskultasi S : Orang tua pasien
September jalan nafas mengatakan anaknya
2021 2. Memantau sesak nafas dan terdapat
Pukul 09:45 frekuensi nadi, lendir.
WIT pernapasan dan O : Anak tampak batuk
suhu terdapat sputum, suara
3. Memberikan terapi nafas ronkhi positif
O2 2 lier/menit Pernapasan 60 x/menit
O2 2 liter permenit
A : Pasien masih sesak
nafas dan batuk
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Auskultasi jalan
nafas
2. Pantau frekuensi
nadi.
3. pernapasan dan
suhu
Berikan terapi
O2 2 lier/menit

2 Minggu, 05 1. Menimbang BB S : Orang tua pasien


September setiap hari mengatakan anaknya
2021 2. Mempertahankan mengalami penurunan
asupan dan haluaran BB dari 9 kg menjadi
Pukul 09:45 cairan 8,6 kg.
WIT 3. Memantau belens O : pasien tampak mulut
cairan kering, derajat dehidrasi
yaitu 11,5 % artinya
dehidrasi berat,pasien
tampak turgor kulit tidak
elastis, bising usus
28x/menit.
A : Pasien mengalami
penurunan berat
badan,mulut kering dan
dehidarasi
P :Intervensi dilanjutkan
1. Timbang BB
setiap hari
2. Pertahankan
asupan dan
haluaran cairan
3. Pantau belens
cairan
3 Minggu, 05 1. Mengamati dan S : orang tua pasien
September catat respon anak mengatakan anaknya
2021 terhadap pemberian mengalami penurunan
Pukul 09: 45 makanan BB dari 9 kg menjadi
WIT 2. Memonitoring BB 8,6 kg
pasien perhari O : Warna kulit tampak
3. memantau balance pucat konjungtiva
cairan anemis
A : Pasien masih
mengalami penurunan
BB dan warna kulit
pucat, koungjungtiva
anemis
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Mengamati dan
catat respon anak
terhadap
pemberian
makanan
2. Memonitoring
BB pasien
perhari
3. memantau
balance cairan

Catatan perkembangan pasien hari ke II


Hari/tanggal/waktu NO Implementasi keperawatan Evaluasi SOAP
Senin,06 September 1 1. Mengauskultasi jalan S :Orang tua pasien
2021 Pukul 10:30- nafas mengatakan nafas
11:30 WIT 2. memantau frekuensi anaknya sudah
nadi, pernapasan dan membaik dari
suhu sebelumya dan
3. memberikan terapi O2 tidak ada lendir
2 lier/menit O : Pernafasan
normal dan sudah
tidak ada lendir
A : Pasien sudah
tidak sesak nafas
dan batuk
P : Intervensi
dihentikan

Puku 11:30-12:30 2 1. Menimbang BB S : Orang tua


WIT setiap hari pasien mengatakan
2. Mempertahankan BB anaknya
asupan dan haluaran kembali normal
cairan O : Dehidrasi
3. Memantau belens pasien kembali
cairan normal dari
sebelumnya
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan

Pukul, 12:30-13:45 3 1. Mengamati dan catat S : Orang tua


WIT respon anak terhadap pasien mengatakan
pemberian makanan BB anaknya
2. Memonitoring BB kembali normal
pasien perhari dari sebelumnya
3. memantau belens O : Warna sudah
cairan tidak pucat dan
konjungtiva tidak
anemis
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Zuraida Sukma., Purnamawati, IGA Dewi. (2017). Asuhan


Keperawatan Anak Dengan Diare. 130-135

Dewi V, N, L. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

Doenges, M. E., 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai