Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

SURVEI JAMBAN DAN DAN SUMBER AIR SEHAT DIWILAYAH

KERJA PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2020

FERDINAN TANDI RURA

4517111017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSSAR
2019
PROPOSAL

SURVEI JAMBAN DAN DAN SUMBER AIR SEHAT DIWILAYAH

KERJA PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2020

Disusun dan diajukan oleh

FERDINAN TANDI RURA

4517111017

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

...................... ...........................
Tanggal: Tanggal:

Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan

.............................. ...............................
Tanggal:
Tanggal:
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN

Judul Penelitian:
Nama Mahasiswa:
Nomor Buku Pokok:
Program Studi:

Proposal penelitian ini telah diuji dan disetujui pada Seminar Proposal
(Kolokium) dihadapan Komisi Pembimbing, Komisi Penguji dan mahasiswa
Program Studi S1 Kedokteran Universitas Bosowa dan dinyatakan LULUS pada
tanggal .......................

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Komisi Penguji

Mengetahui
Ketua Program Studi
S1 Kedoteran
Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

.....................................
NIP.......................
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah yang berjudul “SURVEI JAMBAN DAN DAN
SUMBER AIR SEHAT DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KALUKU
BODOA MAKASSAR TAHUN 2020” ini diajukan sebagai tugas akhir
perkuliahan tahun pelajaran 2019/2020 UNIVERSITAS BOSOWA, MAKASSAR
dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai karya tulis ilmiah.

a. Nama lengkap : FERDINAN TANDI RURA


b. NIM : 4517111017

Makassar, …...,...,....

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

....................................
NIP. .......

Mengesahkan,

...................................
NIP...........
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi rabbil‘alamin, dengan segala kerendahan hati, penulis


panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta
hidayahNya, penulisan Proposal Usulan Penelitian yang berjudul “SURVEI
JAMBAN DAN DAN SUMBER AIR SEHAT DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2020” dapat diselesaikan.
Penulisan Proposal Usulan Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat Program S1 Kedokteran Universitas Bosowa. Proposal Usulan
Penelitian ini disusun berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, diskusi, dan
keterlibatan langsung dalam proses pelaksanaan yang dilaksanakan pada
tanggal…..........sampai selesai.
Dalam penyajian Proposal Usulan Penelitian ini penulis menyadari masih
belum mendekati kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
koreksi dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang
bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari, berhasilnya studi dan penyusunan Proposal Usulan
Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan
semangat dan do’a kepada peulis dalam menghadapi setiap tantangan, sehingga
sepatutnya pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1.
2.

Akhir kata semoga Proposal Usulan Penelitian ini dapat dimanfaatkan dan
dapat memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi
penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, …..............

Penulis
ABSTRAK
ABSTRACTEDLY
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN........................................................................................... i


HALAMAN SAMPIL DALAM ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ iii
LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAHAN KTI ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................................... vii
ABSTRACTEDLY ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... I
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Batas Masalah .............................................................................................. 3
1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.5. Manfaat penelitian ...................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... II
2.1. Pengetahuan masyarakat .............................................................................. 6
2.2. Jamban ......................................................................................................... 7
2.3. Air Bersih ..................................................................................................... 8
2.4. Penulran penyakit ......................................................................................... 9
BAB 3
BAB I
PEDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan


dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Dengan kata lain, masyarakat
diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatannya sendiri. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Penyebab yang paling besar adalah faktor lingkungan, disusul oleh faktor
perilaku, faktor pelayanan kesehatan, kemudian yang paling kecil pengaruhnya
adalah faktor kependudukan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal, karena lingkungan yang sehat akan terwujud bila
masyarakat juga berprilaku sehat.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang
wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini
disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan
untuk kelangsungan hidupnya. Namun, dewasa ini faktor utama dari timbulnya
berbagai penyakit adalah lingkungan. Hal tersebut dapat menganggu aktivitas
manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem
penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia.
Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat, diperlukannya
peran aktif dan kesadaran dari dalam diri masyarakat tersebut. Selain itu
diperlukan upaya kegiatan yang relevan, yaitu penangan promotif dan preventif
yang berbasis lingkungan. Salah satu kegiatan promotif–preventif untuk
menanggulangi penyakit berbasis lingkungan adalah pembangunan jamban
keluarga, khusunya di daerah pedesaan.
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman tidak disebutkan adanya istilah jamban. Namun di dalam Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor 534/2001 tentang Pedoman
Standar Pelayanan Minimal disebutkan adanya sarana sanitasi individual dan
komunal berupa jamban beserta MCK-nya. Lebih jauh lagi di dalam Buku Panduan
Penyehatan Lingkungan Permukiman untuk RPIJM 2007 disebutkan adanya
pengumpulan data primer tentang jamban keluarga.
Dalam rangka mewujudkan lingkungan dan kesehatan masyarakat yang sehat
dengan menyediakan fasilitas jamban disetiap rumah dan sanitasi air bersih,
wilayah kerja puskesmas kaluku bodoa Makassar tahun 2020. maka tercetuslah
ide untuk melakukan penelitian dan menyusunya dalam bentuk karya tulis dengan
topik “survei jamban dan dan sumber air sehat diwilayah kerja puskesmas kaluku
bodoa makassar tahun 2020”

RUMUS MASALAH

1. Bagaimana kesadaran masyarakat akan penggunaan jamban dan sumber


air bersih ?
2. Bagaimana pengaruh ketersedian sumber daya air terhadap penggunaan
jamban?
3. Bagaimana pengaruh pemanfaatan jamban dan sanitasi air terhadap
kesehatan lingkungan masyarakat?

TUJUAN PENELITIAN

A. TUJUAN UMUM
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kesadaran
masyarakat akan penggunaan jamban dan sumber air bersih di wilayah
kerja puskesmas kaluku bodoa Makassar tahun 2020
B. TUJUAN KHUSUS
Mengetahui efek samping yang diakibatkan oleh sanitasi jamban dan
sumber air yang buruk terhadap kesehatan di wilayah kerja puskesmas
kaluku bodoa Makassar tahun 2020
MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi instansi terkait


Sebagai tambahan informasi pengetahuan penggunaan jamban dan
sanitasi air bersi di masyrakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat melalui penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat akan
bahayanya sanitasi terhadap kesehatan
2. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan tentang jamban dan sumber air bersi yang
baik dan benar, sehingga dapat meningkatkan kesehatan yang baik dalam
keluarga maupun masyarakat.
3. Bagi peneliti lain
Sebagai data penelitih yang selanjutnya ingin meneliti tentang survey
jamban dan sumber air bersih
4. Bagi peneliti
Menabah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.


Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak
penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan. Maka dari itu lingkungan sangat berperan dalam menjaga kesehatan
individu. Apabila lingkungan sekitar bersih, maka kesehatan masyarakat pun akan
terjaga. Salah satu yang harus diperhatikan adalah jamban dan sanitasi air bersih.

2.1. TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

2.2. JAMBAN
(Depkes RI, 2010). Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan
tinja. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah
pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit
penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.
Peningkatan kondisi kesehatan masyarakat juga terlihat dari capaian
kesehatan lingkungan tahun 2015 hingga 2018. Peningkatan itu terlihat mulai dari
jumlah desa yang sudah melakukan STOP Buang Air Besar Sembarangan (Open
Defecation Free) dari 4.557 desa (2015) menjadi 17.751 desa (31 Desember 2018,
pukul 13.00 WIB) atau meningkat sebanyak 13.194 desa.
Hal ini juga disertai 48.945.030 kepala keluarga atau sekitar 74,55 persen
yang telah memiliki akses sanitasi atau melakukan Buang Air Besar di jamban
sampai dengan akhir 2018.
Faktor yang diteliti yang mengakibatkan masih kurangnya penggunaan
jamban yaitu

 faktor predisposing yang meliputi: tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan


tentang jamban keluarga, sikap tentang jamban keluarga dan kebiasaan
atau tradisi buang air besar.
 Faktor penguat (reinforcing factor) yaitu dukungan keluarga, petugas
kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat.
 faktor pemungkin (enabling factor) meliputi: tingkat pendapatan keluarga,
ketersediaan air, jarak rumah ke tempat BAB selain jamban.

Adanya pertambahan penduduk yang tidak merata disuatu daerah akan


menyebabkan muncul perbedaan karakteristik didalam masyarakat tersebut,
seperti keaneka ragaman budaya, tingkat pendidikan, social ekonomi dan adat
istiadat. Penyebaran penduduk yang seperti itu, berdampak pada adanya
pengelompokan tingka social ekonomi dan tipe pemukiman. Lebih, jauh kegiatan
manusia pun menghasilkan produk brupa barang dan jasa yang bermanfaat
maupun hasil samping dalam bentuk buangan yang lazim disebut limba, termasuk
tinja manusia.

Keberadaan tinja ini yang tidak asing lagi bagi manusia sebagai mahkluk
hidup yang selalu mengeluarkan sisa buangnya dari aktivitasinya sehari-hari.
Apalagi, akibat meningkatnya proses pembangunan, maka kotoran manusia dan
air limbah yang dibuang juga semakin terus bertambah. Dalam hal ini sebagai
media penerima dari limbah tersebut adalah tanah dan air. Lalu terjadilah
pencemaran yang mengakibatkan badan air dan sumber air makin menurun
kualitasnya.

Menurut Kumoro (1998), terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan


tinja, antara lain :
 Rumah Kakus: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkunagn
sekitar, harus memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun
estetika. Konstruksi disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi
rumah tangga.
 Lantai: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang
sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap
air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah.
 Tempat Duduk: Fungsi tempat duduk merupakan tempat
penampungan tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher
angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat.
 Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5
gayung, bertujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga
kondisi jamban tetap bersih. Juga agar menghindari kotoran tidak
dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan penyakit.
 Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar
jamban tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan
minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan
licin. Sedangkan peralatan pembersih merupakan bahan yang ada di
rumah kakus didekat jamban.
 Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana
pembuangan tinja yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan
kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air dapat terbuat dari
pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
 Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem
pembuangan tinja yang lengkap, berfungsi mengalirkan dan
meresapkan cairan yang bercampur tinja.
2.1.1. jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain Azwar (1983 :
a. Pit privy (Cubluk)
Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120 cm. Dindingnya
diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan
maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu dan
atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15
meter.
b. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya
menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini
dapat dibuat dari bambu.
c. Merupakan jamban ini dibangun di atas empang ikan.
Sistem jamban empang memungkinkan terjadi daur ulang
(recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang,
dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.
d. Jamban pupuk (the compost privy)
Secara prinsip jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih
dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran
binatang dan sampah, daun-daunan.
e. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling
memenuhi syarat. Tangki septick (septic tank) terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk
mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama
beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses,
yaitu proses kimiawi dan proses biologis. Pada proses kimiawi, sebagai
tinja (60- 70%), akan mengalami penghancuran dan direduksi. Sebagian
besar zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-
zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam
tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi
mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang
memungkinkan bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh
subur, yang akan berfungsi pada proses selanjutnya.
2.1.2. Tujuan dan syarat jamban
Menurut kriterian Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga
dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut
:
 Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang
penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur
(SPT SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini
menjadi lebih jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang terkait
dengan porositas tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi
yang menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah aliran air
tanah.
 Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke
penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan
menutup lubang jamban atau dengan sistem leher angsa.
 Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah
di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban
dengan luas minimal 1×1 meter, dengan sudut kemiringan yang
cukup kearah lubang jamban.
 Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari
bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal
hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;
 Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna terang;
 Cukup penerangan;
 Lantai kedap air;
 Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
 Ventilasi cukup baik, dan tersedia air dan alat pembersih.
2.1.3. Manfaat jamban
Keberadaan tinja manusia, selain sifatnya yang dapat menimbulkan
bau dan pengotoran lingkungan, tinja juga dapat menjadi media yang baik
bagi penularan Penyakit dimana pembuangan tinja manusia dapat
menimbulkan pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah yang
berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam
penyakit saluran pencernaan (Soeparman, 2002). Selain dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, juga dapat menjadi sumber
infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit
yang tergolong water borne diseases akan mudah terjangkit. Bahaya
terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah pencemaran tanah,
pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat.
Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain tifoid, paratifoid,
disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa
penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta investasi parasit lain (Chandra,
2007).
Manfaat jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat
mencegah berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh
kotoran manusia. Sementara dampak serius membuang kotoran di
sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara karena
menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang tidak dikelola dengan baik
berdampak mengkawatirkan terutama pada kesehatan dan kualitas air
untuk rumah tangga maupun keperluan komersial. Jamban berfungsi
sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi
syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu : Melindungi
kesehatan masyarkat dari penyakit, melindungi dari gangguan estetika, bau
dan penggunaan saran yang aman.
Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit,
melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Depkes RI (2004)
adalah sebagai berikut:
1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
2) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3) Tidak ada sampah berserakanan
4) Rumah jamban dalam keadaan baik
5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7) Tersedia alat pembersih
8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki
2.1.4. Komposisi dan Penyakit yang diakibatkan oleh tinja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan
masyarakat, zat-zat yang terkandung dalam tinja manusia adalah uap air
(66-88%), bahan organic (88-97%), nitrogen (5-7%), posfor sebagai P2O5
(3-4,5%), potasium sebagai K2O (1-2,5%), carbon (40-55%), calcium
sebagai CaO (4-5%) dan C/N (5-10%). Adapun jumlah tinja basa per
orang/hari sebesar 135-270 gram.
Atas komposis tinja diatas, ternyata tinja sangat berpengaruh pada
dua hal, yaitu : koposisi tinja sangat sesuai bagi kehidupan kuman,
komposisi tinja menjadi media yang cocok untuk ikut sertanya kuman
pathogen keluar dari tubuh manusia. Jadi tinja merupakan sumber infeksi
manusia.
Dalam hubungannya dengan Penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui tinja, mikro organisme penyebab Penyakit dapat dikelompokan
menjadi 4 golongan besar yaitu :
 Virus
Lima dari virus pathogen yang penting dan sering Terdapat dalam tinja
manusia yaitu : adenovirus, enterovirus (termasuk polio virus yang
menyebabkan Penyakit poliomyelisis), hepatitis A virus (Penyakit viral
hepatitis), reovirus dan virus penyebab Penyakit diare (terutama
rotavirus).
 Bakteri
Dalam tinja dari orang sehat mengandung sejumlah bakteri dari banyak
spesies. Adapun kelompok dari mikro organisme yang selalu ada
temukan dalam tinja manusia ialah: bakterioides fragilus, fecal califarms,
total califarms, E.coli, fecal streptococci dan enterococci.
 Protozoal
Berbagai macam spesies dari protozoa dapat menginfeksi manusia dan
menyebabkan Penyakit. Tetapi hanya ada 3 yang sering kali bersifat
pathogen yaitu: giardia lamlia, balantidium coli (penyebab balantidiasis)
dan Entamoeba histolitika (penyebab penyakit amobiodysentry),dan
trichuris trchiura (penyeb trichuriasis).

pembuangan tinja harus diperhatikan karena mempunyai andil sangat


besar dalam mempengaruhi derajat kesehatan dalam masyarakat. Jadi
masyarakat yang tidak memiliki WC pribadi bias menggunakan WC umum yang
ada dimasyarakat jangan sampai buang air besar dilakukan dikebon, sawa, lading,
dan saluran air yang dapat menyebabkan terjadinya penyebaran Penyakit melalui
tinja.

2.2. SANITASI AIR BERSIH


Peraturan menteri kesehatan Nomor : 416/men.kes/per/ix/1990 Menteri
kesehatan republik indonesia, Bab I Ketentuan umum Pasal 1C Air bersih adalah
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat.
Data WHO 2015 menemukan bahwa 663 juta penduduk masih kesulitan
dalam mengakses air bersih (Rochmi, 2016). Berkaitan dengan krisis air ini,
diramalkan pada tahun 2025 nanti hampir dua pertiga penduduk dunia akan tinggal
di daerah-daerah yang mengalami kekurangan air (Unesco, 2017). Ramalan itu
dilansir World Water Assesment Programme (WWAP), bentukan United Nation
Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco). Terkait Indonesia,
pada tahun 2012 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat Indonesia
menduduki peringkat terburuk dalam pelayanan ketersediaan air bersih dan layak
konsumsi se-Asia Tenggara (Rochmi, 2016). Bahkan Direktur Pemukiman dan
Perumahan Kementerian PPN (Bappenas) memperkirakan bahwa Indonesia juga
akan mengalami krisis air. Hal ini karena melihat ketersediaan air bersih melalui
jumlah sungai yang mengalirkan air bersih terbatas, sedangkan cadangan air
tanah (green water) di Indonesia hanya tersisa di dua tempat yakni Papua dan
Kalimantan. Indonesia juga diprediksi bahwa akan ada 321 juta penduduk yang
kesulitan mendapatkan air bersih. Sebab permintaan air bersih naik sebesar 1,33
kali, berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang kekurangan air (Rochmi,
2016).
Di sisi lain, kabar baik datang dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2016. BPS mencatat bahwa saat ini Indonesia telah mengalami peningkatan
yang cukup signifikan terkait persentase rumah tangga dengan sumber air minum
bersih yang layak, yaitu dari 41,39% pada tahun 2012 menjadi 72,55% pada tahun
2015 (Badan Pusat Statistik, 2016). Namun jika dibandingkan dengan tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs), capain tersebut masih belum mencapai
target. Per 2030 dalam milestone SDGs, setiap negara diharapkan telah mampu
mewujudkan 100% akses air minum layak untuk penduduknya. Indonesia
meletakkan target pencapaiannya lebih awal yaitu akhir tahun 2019 sebagaimana
amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2016
(Portal Sanitasi Indonesia, 2015). Walaupun capaian belum 100%, ini merupakan
capaian yang cukup baik mengingat permasalahan sanitasi dan air dikategorikan
sebagai sektor yang sulit untuk mencapai target. Faktor ekonomi, faktor wilayah
geografis, dan faktor ketersediaan. Meski dalam 20 tahun terakhir tingkat
pendapatan dan ekonomi di Indonesia meningkat, namun dari 255 juta penduduk,
lebih dari 33,4 juta penduduk kekurangan air bersih dan 99,7 juta kekurangan
akses untuk fasilitas sanitasi yang baik.
Makin meningkatnya kualitas air limbah dan tinja yang dibuang tanpa
pengolahan terlebih dahulu atau dengan pengolahan yang kurang sempurnah,
maka daya dukung media penerima (tanah, sumber air, dan badan air ) makin lama
makin merosot dan kemampuan sumber air dan badan air untuk melakukan self
purification (penjernian sendiri) makin merosot pula.
Rendahnya ketersediaan air bersih memberikan dampak buruk pada
semua sektor, termasuk kesehatan. Disebutkan bahwa tanpa akses air minum
yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit.
Penyakit kolera, kurap, kudis, diare/disentri, atau thypus adalah sebagian kecil dari
penyakit yang mungkin timbul jika air kotor tetap dikonsumsi (Untung, 2008).
Banyak faktor yang menjadi penyebab pencemaran air, namun limbah
domestik atau rumah tangga seperti kotoran manusia, limbah cucian piring dan
baju, kotoran hewan, dan pupuk dari perkebunan dan peternakan teridentifikasi
sebagai sumber utama pencemaran (Whitten, Soeriaatmadja, & Afiff, 1999;
Wendyartaka, 2016). Limbah rumah tangga berupa feses dan urin berperan dalam
meningkatkan kadar fecal coli atau bakteri E. coli dalam air yang merupakan
sumber berbagai penyakit.
Adapun beberapa penyakit yang paling sering berjangkit karena air yang
terkontaminasi antara lain sebagai berikut (WHO, 2016).
1. Diare
Diare adalah salah satu penyakit paling umum akibat bakteri dan
parasit yang berada di air tercemar. Diare mengakibatkan feses encer/cair
yang menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi, bahkan kematian
pada anak dan balita. Sejumlah 842 ribu penduduk diperkirakan meninggal
setiap tahunnya karena diare akibat konsumsi air minum yang tidak aman
(WHO, 2016).
2. Kolera
Penyebabnya adalah bakteri Vibrio cholerae yang masuk melalui
air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses orang yang mengidap
penyakit ini. Anda juga dapat terjangkit kolera jika Anda mencuci bahan
makanan dengan air yang terkontaminasi. Gejalanya diantaranya adalah
diare dengan warna putih keruh, muntah, kram perut, dan sakit kepala.

3. Dysentri
Dysentri disebabkan bakteri jenis dysentery baccilus yang masuk
dalam mulut melalui air atau makanan yang tercemar (Said, 1999). Tanda
dan gejala disentri termasuk demam, muntah, sakit perut, diare berdarah,
dan berlendir parah.
4. Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A yang menyerang hati.
Biasanya menyebar melalui konsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi feses, atau melalui kontak langsung dengan feses dari
pengidap. Gejalanya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, rasa
lemas di seluruh tubuh, dan gejala spesifiknya berupa pembengkakan liver
dan timbul gejala sakit kuning.
5. Typhoid
Penyebabnya adalah jenis bacillus typhus yang masuk melalui
mulut dan menjangkit pada struktur lympha pada bagian bawah usus
halus, kemudian masuk ke aliran darah dan terbawa ke organ-organ
internal sehingga gejala muncul pada seluruh tubuh. Penularan dapat
terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ada di dalam tinja
penderita melalui air minum, makanan, atau kontak langsung.
6. Polio
Penyebabnya adalah poliovirus yang masuk melalui mulut dan
menginfeksi seluruh struktur tubuh dan menjalar melalui simpul saraf lokal
yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kelumpuhan.
Gejalanya berupa demam, meriang, sakit tenggorokan, pusing, dan terjadi
kejang mulut. Polio menyebar melalui feses dari pengidap penyakit dan
penularan dapat melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi.

2.2.1. Syarat air bersih


Peraturan menteri kesehatan Nomor : 416/men.kes/per/ix/1990 Menteri
kesehatan republik indonesia, Bab II Pasal 2 (1) Kualitas Air harus memenuhi
syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, Fisika, kimia, dan
radioaktif. kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Kepala subdirektorat air dan sanitasi kemenkes RI., Sonny priajaya
warauw meyakini konsumsi air tidak layak mengakibatkan pertumbuhan fisik
37,2% penduduk Indonesia tidak maksimal. Sebab, konsumsi air tidak layak
menyebabkan diare. Kalau tiap hari diare karena airnya tidak memenuhi syarat,
pertumbuhan fisiknya tidak bagus kemudian otaknya juga tidak berkembang Medical
book kesehatan lingkungan (Arda dinata)

Kementrian kesehatan RI, mulai tahun 2017 telah meluncurkan program


pemeriksaan air baku disumur-sumur warga dengan menggunakan alat
pemeriksaan kualitas air yang masih sederhana. sedangkan untuk pemeriksaan
kualitas air yang lebih lengkap, masyarakat dapat memeriksakannya melalui uji
labolatorium yang suda terakreditasi didaerah tempat tinggalnya.

2.3. PENULARAN PENYAKIT


Melalui tinja manusia akibat tida adanya jamban, selain sifatnya yang
dapat menimbulkan bau dan pengotoran lingkungan, tinja juga dapat menjadi
media yang baik bagi penularan Penyakit dimana pembuangan tinja manusia
dapat menimbulkan pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah yang
berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit
saluran pencernaan (Soeparman, 2002). Selain dapat mengakibatkan kontaminasi
pada air, tanah, juga dapat menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan
bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong water borne diseases
akan mudah terjangkit. Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan
perkembangbiakan lalat, kecoa, dan sebagainya. Juga melalui kontaminasi pada
bagian-bagian tubuh.
secara global ditemukan bahwa minimal 1,8 milyar penduduk minum air
dari sumber yang terkontaminasi feses (WHO, 2016). Hal ini tentunya akan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat yang
mengonsumsinya. Ada banyak penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air,
dengan resiko terbesar menjangkit mereka yang memiliki sistem imun lemah
seperti bayi, anak, wanita hamil, dan lansia. Bahkan WHO (2015) menyebutkan
bahwa dari 133 penyakit, diperhitungkan terdapat 101 yang mempunyai hubungan
yang signifikan dengan lingkungan, diantaranya berkaitan dengan air yang tidak
aman.

Anda mungkin juga menyukai