PENDAHULUAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah membantu mahasiswa untuk memahami
mata kuliah mikrobiologi dengan materi “Bakteri Infeksi Nosokomial”.
1|MIKROBIOLOGI
1.5 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan atau digunakan dalam membuat makalah ini adalah :
a) Metode Deskriptif yang artinya penulis hanya menguraikan dalam bentuk kata -kata
kalimat.
b) Metode pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan materi yang bersumber dari buku maupun
informasi di internet.
2|MIKROBIOLOGI
BAB II
PEMBAHASAN
3|MIKROBIOLOGI
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari waktu
inkubasi infeksi tersebut.
d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat persalinan atau
selama dirawat di rumah sakit.
e. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi
tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang
lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
4|MIKROBIOLOGI
mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea) (Uliyah
dkk, 2006; Yohanes, 2010).
5. Penularan melalui makanan dan minuman
Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang
disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga
menimbulkan gejala baik ringan maupun berat (Uliyah dkk, 2006).
1. Kebersihan
Bakteri muncul pada suatu lingkungan dan dengan cepat menyebar bisa
dikarenakan kebersihan yang prosedurnya berjalan secara tidak benar. Faktor
kebersihan yang kurang selalu mengakibatkan penyakit, tak hanya di lingkungan rumah
sakit, lingkungan tempat tinggal pun juga demikian. Bakteri sangat suka bersarang di
tempat-tempat yang kurang bersih, maka rumah sakit yang kurang menjaga kebersihan
pun dapat menuai kasus di mana pasiennya terkena infeksi.
5|MIKROBIOLOGI
tidak higienis dan steril, tentu ialah yang akan dianggap sebagai agen yang menyebar
infeksi.
4. Faktor Usia
Penyebab lainnya yang juga perlu menjadi kewaspadaan pasien adalah faktor
usia pasien yang sudah lebih dari 70 tahun di mana tingkat kerentanan makin tinggi di
sini. Tak hanya berlaku pada anak-anak, orang yang sudah tergolong manula pun akan
memiliki sistem daya tahan tubuh yang tak sebagus pada usia sewaktu muda. Ini yang
kemudian membuka peluang besar bagi seseorang dengan usia tersebut lebih rentan
tertular jenis infeksi nosokomial ini.
5. Kondisi Koma
Pasien yang kondisinya sedang koma akan lebih rentan rupanya terkena infeksi
bakteri, terutama infeksi nosokomial. Para pasien yang tengah dalam keadaan koma
serta syok pada waktu yang telah lama, seperti misalnya penderita cedera kepala dan
juga stroke akan lebih mudah terjangkit infeksi ini.
6. Pemakaian Antibiotik
Pasien yang sudah cukup lama mengonsumsi obat-obatan antibiotik malah
justru membuat tubuhnya dapat dengan mudah diserang oleh bakteri. Infeksi
nosokomial bakal jauh lebih gampang menjangkiti orang-orang dengan konsumsi
antibiotik jangka panjang atau pasien yang dalam riwayat kesehatannya pernah
memperoleh perawatan intensif dengan menggunakan antibiotik.
8. Mikroorganisme
Dari sisi mikroorganisme hal yang harus kita perhatikan adalah virulensi dari
organisme yang terkait karena tidak semua organisme akan memberikan akibat yang
sama dan juga kolonisasi, dosis infeksi dan sekunder oportunistis pada terapi antibiotik
6|MIKROBIOLOGI
dan rendahnya pertahanan tubuh. Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan
infeksi nosokomial tergantung pada virulensi, ketahanan host dan tempat/lokasi bagian
tubuh yang diakibatkan.
Kemampuan suatu mikroorganisme menimbulkan manifestasi klinis terhadap
penjamu adalah karena beberapa faktor meliputi:
Infeksivitas kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak
dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh penjamu.
Patogenitas derajat respon/reaksi penjamu untuk menjadi sakit.
Virulensi besarnya kemampuan merusak mikroorganisme patogen terhadap
jaringan penjamu.
Toksigenitas besarnya kemampuan mikroba patogen menghasilkan toksin yang
berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
Antigenitas kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme
pertahanan tubuh (antibodi) pada diri penjamu.
a. Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan
terhadap kuman tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella,
virus influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap
kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus,
klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c. Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh
sangat menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis.
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80%
infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme
7|MIKROBIOLOGI
yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau
Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme
endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena
mikroorganisme eksogen.
Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza.
Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena
Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita tuberkulosis
yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan.
Tanda dan gejala infeksi aliran darah adalah pada anak usia lebih dari 12 bulan akan
dijumpai adanya demam lebih dari 38oC, menggigil, hipotensi dengan sistolik ≤ 90 mmHg
dan oliguri < 20 mL/hari. Pada anak usia kurang dari 12 bulan akan dijumpai tanda demam,
apnea dan bradikardi.
Alat-alat invasif yang dipasang diduga sebagai faktor yang menyebabkan terjadinya
infeksi aliran darah. Alat invasif tersebut adalah kateter intravena, kateter central, kateter
arteri, ventilasi mekanik, dan kateter urin. Faktor lain adalah kegagalan dalam merawat
lokasi insersi jarum, jarum atau set yang terkontaminasi, tidak diketahuinya inflamasi
8|MIKROBIOLOGI
pertama kali terjadi sehingga menjadi infeksi yang lebih lanjut, teknik yang tidak tepat
ketika mengambil darah.
2.6 Bakteri Penyebab Nosokomial
2.6.1 Staphylococcus aureus
Klasifikasi ilmiah
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
Nama latin : Staphylococcus
aureus
Penularan :
Umumnya ditularkan oleh para petugas yang menularkan biasanya “karier” dan
ditularkan melalui tangan. Di tempat perawatan dimana penyakit yang disebabkan
kuman ini berupa endemi/epidemi maka koloni Stafilokokkus aureus ini dapat
ditemukan di kulit, lubang hidung dan nasofaring. Semakin banyak koloni ini
ditemukan, semakin tinggi pula angka kejadian infeksi oleh kuman tersebut. Infeksi
yang ditimbulkannya dapat berupa pustula dikulit, konjungtivitis, paranokia, omfalitis,
abses subkutan (mastitis), sepsis, pneumonia, mepingitis, osteomielitis, enteritis dan
lain-lain.
9|MIKROBIOLOGI
Pencegahan :
2.6.2 Streptococcus
10 | M I K R O B I O L O G I
Gejala yang timbul :
Pengobatan :
2.6.3 Pneumococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
serius seperti pneumonia (radang paru-paru), meningitis,(radang selaput otak), dan infeksi
parah (sepsis) . penyakit lain yang dapat ditimbulkan yaitu infeksi telinga dan bronkitis.
Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tatapi hanya sedikit yang dapat
menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumanya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau
kapsul. Bungkus inilah yang menyebabkan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
Klasifikasi ilmiah
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : S. Pneumoniae
Ciri-ciri Pneumococcus :
Bersifat gram positif
Berbentuk diplococcus
atau berantai pendek
Hanya strain berkapsul yang virulen
11 | M I K R O B I O L O G I
Organisme normal pada saluran pernafasan manusia dan hewan
Kokus berkapsul
Anaerob fakultati
Penularan :
Penularan biasanya berasal dari “karier” yaitu petugas. Kuman ini dapat
menimbulkan pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat, sepsis, meningitis
dan lain sebagainya.
Makan atau minum bersama penderita dari piring atau gelas yang sama.
Memakai handuk, memegang bekas tisu yang baru dipakai membersihkan
hidung.
Penderita meningitis masih akan menularkan penyakitnya selama mereka
masih menunjukkan gejala penyakit tersebut. Bahkan, penderita meningitis
yang penyebabnya bakteri, masih dapat menularkan penyakitnya sekiter 24
jam setelah mereka diberi antibiotik.
Beresiko terinfeksi yaitu :
Anak-anak berumur kurang dari dua tahun dan orang tua berumur lebih dari
65 tahun berisiko sakit radang paru-paru karena pneumokokus 50 kali lipat
lebih tinggi.
Bayi dan anak berumur kurang dari 2 tahun belum memiliki sistem kekebalan
tubuh yang sempurna.
Bayi yang lahirnya kembar, atau yang lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) maupun prematur.
Anak-anak berumur lebih dari 2 tahun sudah memiliki kekebalan tubuh
cukup baik, tetapi tetap mempunyai risiko karena mereka sudah mulai bebas
bermain di luar rumah dan bertemu dengan orang banyak.
Orang yang punya kelainan pada saluran napasnya juga lebih mudah
mengalami pneumonia akibat pneumokokus.
Orang dengan daya tahan tubuh menurun akibat penyakit AIDS dan penyakit
kekurangan sel darah putih.
12 | M I K R O B I O L O G I
2.6.4 Listeria monocytogenes
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Basilli
Ordo : Bacillales
Famili : Listeriaseae
Genus : Listeria
Spesies : L. monocytogenes
Ciri-ciri :
Gram positif
Anaerob fakultatif
Tidak membentuk spora dan motil
dapat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu rendah dengan kisaran 4-
10 0C
bergerak menggunakan flagella
Penularan :
Makanan, pengolahan dan penyajian yang terkontaminasi
Bayi bisa lahir dengan bakteri ini jika ibu hamil memakan makanan yang
terkontaminasi bakteri ini selama kehamilan
Pencegahan :
Bilas bahan mentah dengan air mengalir, seperti buah-buahan dan sayuran
sebelum dimakan, dipotong atau dimasak. Bahkan jika hasil tersebut sudah
dikupas, tetap harus dicuci terlebih dahulu.
Cuci peralatan masak, berupa alat atau unggas produk produk hewani
sebelum digunakan pada produk makanan lainnya.
13 | M I K R O B I O L O G I
Cuci tangan menggunkan sabun sebelum mengolah makanan dan saat akan
makan.
Gejala :
Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare. Jika infeksi
menyebar ke sistem saraf pusat (SSP) gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada
leher, bingung, kehilangan keseimbangan dan terkadang mengalami kejang. Bagi
mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri listeria dapat
menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi.
Gejala muncul pada bayi baru lahir seminggu pertama kehidupan, tetapi juga
dapat terjadi di kemudian hari gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat namun
dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam dan tidak mau makan.
Ciri – ciri:
Mempunyai sitoplasmic membrane
Tidak resisten terhadap gangguan fisik
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin
Mengandung lemak pada dinding sel sebanyak 11-12
Struktur dinding sel yang tipis yaitu kisaran 10-15mm, yang multilayer atau
berlapis 3
Gejala ;
Demam dan menggigil, penurunan suhu tubuh
Peradangan
Ruam kulit
Nafas cepat
14 | M I K R O B I O L O G I
Peningkatan denyut jantung
Tekanan darah rendah
Gagal organ multiple
Penanganan gram negative
Membrane luar membuat bakteri gram negative resisten terhadap antibiotic
maupun obat-obatan, beberapa antibiotic efektif untuk pengobatan gram negatif
diantaranya sefalosporin, kloramfenikol dan sefalosporin. Perawatan untuk
menangani gejala adalah menggunakan alat bantu napas serta obat-obatan untuk
mengatur suhu dan fungsi jantung.
Biasanya kuman ini menimbulkan infeksi pada mata yang disebut Gonococcal
ophthalmia neonatorum. Disamping itu dapat menyebabkan gonococcal
arthritis dan disseminated gonorrhoe.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Famili : Neisseriaceae
15 | M I K R O B I O L O G I
Genus : Neisseria
Spesies : N. gonorrhoeae
Ciri-ciri:
Bentuknya bulat dan lonjong dengan sisi saling berhadapan, sekilas
menyerupai biji kopi
Bakteri gram negatif
Diplokokus non motil
25% tampak dalam bentuk berpasangan
75% tampak single coccus, tetras, 8 atau lebih
Tidak berflagel, berkapsul dan berspora
Memiliki diameter 0,8 um
Masing-masing cocci berbentuk ginjal
Koloni transparan
Tidak berpigmen
Tidak bersifat hemolitik
Gejala:
Kerap lakukan buang air kencing serta bakal merasa sakit bagian vitalnya
Anus bakal merasa nyeri serta gatal dan bakal berlangsung pendarahan
Ada cairan vagina abnormal
Pendarahan pada vagina abnormal sepanjang atau sesudah lakukan jalinan
seksual atau pada periode haid
Alat kelamin bakal merasa gatal serta panas
Pendarahan haid pada wanita tidak teratur
Rasa nyeri pada perut sisi bawah
Kelenjar jadi bengkak serta nyeri pada permukaan alat vital wanita atau
kelenjar bertolin
Ketika melakukan jalinan seksual bakal merasa sakit yang begitu
menyakitkan
16 | M I K R O B I O L O G I
Penanganan Neisseria Gonorrhoeae:
Pengobatan Neisseria gonorrhoeae biasanya dengan satu suntikan antibiotik
pada paha atau bokong diikuti dengan satu tablet antibiotik, pengobatan ini biasanya
diikuti dengan terapi obat-obatan lainnya.
Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan dua pekan setelah pengobatan pertama
untuk melihat apakah infeksi tersebut telah hilang sepenuhnya, untuk mencegah
penularan atau terinfeksi kembali, maka si penderita tidak diperbolehkan
berhubungan seksual hingga pengobatan benar-benar tuntas.
1. Skrining ICU untuk melihat apakah pasien dengan infeksi nosokomial perlu diisolasi
atau tidak.
2. Mengidentifikasi tipe isolasi yang dibutuhkan, yang bisa membantu melindungi pasien
lainnya atau mengurangi risiko terjadinya infeksi.
3. Observasi kebersihan tangan, meliputi cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh
pasien di rumah sakit.
4. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai seperti kacamata, gaun dan pelindung
wajah.
5. Membersihkan lingkungan rumah sakit. Memastikan ventilasi rumah sakit baik.
Sambil menunggu hasil kultur bakteri, pengobatan awal untuk infeksi nosokomial
adalah pemberian antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang tidak spesifik
sebelum ada hasil dari kultur. Biasanya diberikan antibiotik dengan kemampuan luas yang
dapat menyerang hampir seluruh jenis bakteri. Setelah ada hasil pemeriksaan, pemberian
17 | M I K R O B I O L O G I
antibiotik akan disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih spesifik. Antijamur maupun
antivirus juga dapat diberikan bila dicurigai penyebabnya dari jamur atau virus.
Seluruh alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter,
selang napas, selang infus, atau lainnya bila memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif
seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan. Prosedur
operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara memmotong
atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.
18 | M I K R O B I O L O G I
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat di rumah
sakit. Infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainnya serta petugas medis. Selain
itu, alat kesehatan yang digunakan biasanya sebagai media transmisi dalam segi penularan
sebab biasanya kurang sterilnya alat kesehatan tersebut.
Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia dan
juga bakteri dari lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu, dengan pencegahan dan
pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai cara mulai sterilisasi alat kesehatan,
pemusnahan mikroorganisme yang menjadi penyebabnya serta sanitasi lingkungan.
3.2 Saran
Infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian
di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomil, maka dari itulah kita harus berhati-
hati dalam pencegahan infeksi. Kami selaku pembuat makalah ini menerima segala saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
19 | M I K R O B I O L O G I
DAFTAR PUSTAKA
Natalia, Lia. 2008. Pseudomonas aeruginosa, penyebab infeksi nosokomial. Diperoleh dari
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf, diakses pada 04
maret 2018.
Amalia, Dina Tri. 2017. Infeksi Nosokomial : Gejala, Penyebab, Pengobatan. Diperoleh dari
https://mediskus.com/infeksi-nosokomial, diakses pada 02 Maret 2018.
20 | M I K R O B I O L O G I