Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial?


2. Bagaimana cara penularan infeksi nosokomial?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan tertularnya infeksi nosokomial?
4. Mikroorganisme apa saja yang menyebabkan infeksi nosokomial?
5. Apa saja penyakit yang dapat timbul karena disebabkan oleh infeksi nosokomial?
6. Apa saja bakteri penyebab nosokomial?
7. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari infeksi nosokomial?
8. Bagaiamana cara pengobatan dari infeksi nosokomial?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami tentang infeksi nosokomial.


2. Untuk memahami bagaimana cara penularan infeksi nosokomial.
3. Untuk memahami faktor yang menyebabkan tertularnya infeksi nosokomial.
4. Untuk memahami mikroorganisme yang menyebabkan infeksi nosokomial.
5. Untuk memahami penyakit yang timbul disebabkan dari infeksi nosokomial.
6. Untuk memahami bakteri penyebab nosokomial.
7. Untuk memahami pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindari infeksi
nosokomial.
8. Untuk memahami pengobatan yang dapat dilakukan dari infeksi nosokomial.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah membantu mahasiswa untuk memahami
mata kuliah mikrobiologi dengan materi “Bakteri Infeksi Nosokomial”.

1|MIKROBIOLOGI
1.5 Metode Penulisan

Metode yang dilakukan atau digunakan dalam membuat makalah ini adalah :

a) Metode Deskriptif yang artinya penulis hanya menguraikan dalam bentuk kata -kata
kalimat.

b) Metode pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan materi yang bersumber dari buku maupun
informasi di internet.

2|MIKROBIOLOGI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di


dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005; Linda Tietjen,
2004). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam sejak
mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003).

Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas


perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat
infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang
mungkin resisten terhadap antibiotik (Perry & Potter, 2005). Beberapa prinsip penting dalam
infeksi nosokomial:

 Penentuan suatu infeksi nosokomial dan/atau untuk mengklasifikasinya harus


menggabungkan informasi adanya infeksi dari temuan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lain. Bukti klinik dapat di ambil dari observasi langsung pada tempat infeksi
atau dari sumber data pasien yang lain seperti rekam medik. Bukti laboratorium dapat
berupa hasil biakan kuman, pemeriksaan penunjang lain seperti radiologi, biopsi atau
aspirasi.
 Diagnosis yang dibuat oleh seorang dokter atau dokter bedah yang diambil dari
pengamatan saat operasi dilaksanakan, pemeriksaan endoskopi, atau keputusan klinik
dapat dipakai kecuali ada bukti lain yang menyatakan sebaliknya (misalnya terjadi
kesalahan menulis data pada rekam medis pasien lain, diagnosis presumptif yang
kurang memenuhi syarat).

2.1.1 Kriteria Infeksi Nosokomial

Kriteria infeksi nosokomial (Depkes RI, 2003), antara lain:


a. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien mulai dirawat.

3|MIKROBIOLOGI
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari waktu
inkubasi infeksi tersebut.
d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat persalinan atau
selama dirawat di rumah sakit.
e. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi
tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang
lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

2.2 Cara Penularan Infeksi Nosokomial

1. Penularan secara kontak


Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak tidak langsung
dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan
penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi hepatitis A virus secara
fekal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
2. Penularan melalui common vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common
vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan
sebagainya (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran
pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas
akan membentuk debu yang 10 dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis
(Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
4. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganime
yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat
terjadi perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak

4|MIKROBIOLOGI
mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea) (Uliyah
dkk, 2006; Yohanes, 2010).
5. Penularan melalui makanan dan minuman
Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang
disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga
menimbulkan gejala baik ringan maupun berat (Uliyah dkk, 2006).

2.3 Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial

1. Kebersihan
Bakteri muncul pada suatu lingkungan dan dengan cepat menyebar bisa
dikarenakan kebersihan yang prosedurnya berjalan secara tidak benar. Faktor
kebersihan yang kurang selalu mengakibatkan penyakit, tak hanya di lingkungan rumah
sakit, lingkungan tempat tinggal pun juga demikian. Bakteri sangat suka bersarang di
tempat-tempat yang kurang bersih, maka rumah sakit yang kurang menjaga kebersihan
pun dapat menuai kasus di mana pasiennya terkena infeksi.

2. Sistem Daya Tahan Tubuh Rendah


Ketika seseorang memiliki sistem imun yang kurang atau menurun, maka
penyakit pun akan mudah hinggap ke tubuhnya. Bakteri maupun virus sangat gampang
menginvasi tubuh manusia dengan rendahnya sistem daya tahan tubuh, termasuk
bakteri MRSA yang sudah disebutkan sebelumnya. Kekebalan yang melemah justru
menjadi peluang bagi penyakit untuk merongrong pasien. Itu jugalah alasan mengapa
kini bisa kita lihat semakin banyak pasien yang menempuh rawat jalan. Risiko
penularan infeksi nosokomial pun menjadi menjadi lebih besar dari yang dulu-dulu.
Maka dari itu, setiap orang perlu mengetahui betul apa saja cara meningkatkan daya
tahan tubuh supaya terhindar dari infeksi bakteri berbahaya.

3. Sistem Pergantian Staf


Pada setiap rumah sakit selalu ada sistem yang mengatur pergantian tugas staf
yang mengurusi pasien-pasien yang dirawat di sana. Ada sejumlah rumah sakit yang
pastinya memiliki sebuah sistem pergantian staf kesehatan tak pasti dalam merawat satu
pasien ke pasien lainnya dengan sengaja dibuat berganti-ganti. Kemungkinan selalu ada
bagi staf untuk tidak menjaga kebersihan dirinya sendiri, maka ketika stafnya sendiri

5|MIKROBIOLOGI
tidak higienis dan steril, tentu ialah yang akan dianggap sebagai agen yang menyebar
infeksi.

4. Faktor Usia
Penyebab lainnya yang juga perlu menjadi kewaspadaan pasien adalah faktor
usia pasien yang sudah lebih dari 70 tahun di mana tingkat kerentanan makin tinggi di
sini. Tak hanya berlaku pada anak-anak, orang yang sudah tergolong manula pun akan
memiliki sistem daya tahan tubuh yang tak sebagus pada usia sewaktu muda. Ini yang
kemudian membuka peluang besar bagi seseorang dengan usia tersebut lebih rentan
tertular jenis infeksi nosokomial ini.

5. Kondisi Koma
Pasien yang kondisinya sedang koma akan lebih rentan rupanya terkena infeksi
bakteri, terutama infeksi nosokomial. Para pasien yang tengah dalam keadaan koma
serta syok pada waktu yang telah lama, seperti misalnya penderita cedera kepala dan
juga stroke akan lebih mudah terjangkit infeksi ini.

6. Pemakaian Antibiotik
Pasien yang sudah cukup lama mengonsumsi obat-obatan antibiotik malah
justru membuat tubuhnya dapat dengan mudah diserang oleh bakteri. Infeksi
nosokomial bakal jauh lebih gampang menjangkiti orang-orang dengan konsumsi
antibiotik jangka panjang atau pasien yang dalam riwayat kesehatannya pernah
memperoleh perawatan intensif dengan menggunakan antibiotik.

7. Lama hari rawat


Pasien yang dirawat lebih lama di rumah sakit berisiko mendapatkan infeksi
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan lama rawat yang singkat. Semakin
lama hari rawat maka akan semakin terpapar terhadap agen patogen dari rumah sakit
sehingga infeksi nosokomial pun akan semakin tinggi.

8. Mikroorganisme
Dari sisi mikroorganisme hal yang harus kita perhatikan adalah virulensi dari
organisme yang terkait karena tidak semua organisme akan memberikan akibat yang
sama dan juga kolonisasi, dosis infeksi dan sekunder oportunistis pada terapi antibiotik

6|MIKROBIOLOGI
dan rendahnya pertahanan tubuh. Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan
infeksi nosokomial tergantung pada virulensi, ketahanan host dan tempat/lokasi bagian
tubuh yang diakibatkan.
Kemampuan suatu mikroorganisme menimbulkan manifestasi klinis terhadap
penjamu adalah karena beberapa faktor meliputi:
 Infeksivitas  kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak
dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh penjamu.
 Patogenitas  derajat respon/reaksi penjamu untuk menjadi sakit.
 Virulensi  besarnya kemampuan merusak mikroorganisme patogen terhadap
jaringan penjamu.
 Toksigenitas  besarnya kemampuan mikroba patogen menghasilkan toksin yang
berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
 Antigenitas  kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme
pertahanan tubuh (antibodi) pada diri penjamu.

2.4 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

a. Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan
terhadap kuman tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella,
virus influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap
kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus,
klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c. Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh
sangat menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis.

2.5 Penyakit yang Disebabkan oleh Infeksi Nosokomial

2.5.1 Infeksi Saluran Kemih

Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80%
infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme

7|MIKROBIOLOGI
yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau
Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme
endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena
mikroorganisme eksogen.

Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra


yang melekat dengan permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-
2 minggu pemasangan kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau
sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan
balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptic.

2.5.2 Pneumonia Nosokomial

Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan


ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman
penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas.
Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Keberadaan
organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus
respiratorius bagian bawah. Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus,
influenza virus, adeno virus, para influenza virus, enterovirus dan corona virus.

Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza.
Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena
Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita tuberkulosis
yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan.

2.5.3 Infeksi Aliran Darah

Tanda dan gejala infeksi aliran darah adalah pada anak usia lebih dari 12 bulan akan
dijumpai adanya demam lebih dari 38oC, menggigil, hipotensi dengan sistolik ≤ 90 mmHg
dan oliguri < 20 mL/hari. Pada anak usia kurang dari 12 bulan akan dijumpai tanda demam,
apnea dan bradikardi.
Alat-alat invasif yang dipasang diduga sebagai faktor yang menyebabkan terjadinya
infeksi aliran darah. Alat invasif tersebut adalah kateter intravena, kateter central, kateter
arteri, ventilasi mekanik, dan kateter urin. Faktor lain adalah kegagalan dalam merawat
lokasi insersi jarum, jarum atau set yang terkontaminasi, tidak diketahuinya inflamasi

8|MIKROBIOLOGI
pertama kali terjadi sehingga menjadi infeksi yang lebih lanjut, teknik yang tidak tepat
ketika mengambil darah.
2.6 Bakteri Penyebab Nosokomial
2.6.1 Staphylococcus aureus
 Klasifikasi ilmiah
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
Nama latin : Staphylococcus
aureus

 Ciri-ciri Staphylococcus aureus :


 Sel berbentuk bulat
 Diameter 0-1 mikron
 Susunan buah anggur
 Gram positif
 Tidak bergerak dan tidak berspora
 Aerob dan anaerob tumbuh sama baik

 Penularan :

Umumnya ditularkan oleh para petugas yang menularkan biasanya “karier” dan
ditularkan melalui tangan. Di tempat perawatan dimana penyakit yang disebabkan
kuman ini berupa endemi/epidemi maka koloni Stafilokokkus aureus ini dapat
ditemukan di kulit, lubang hidung dan nasofaring. Semakin banyak koloni ini
ditemukan, semakin tinggi pula angka kejadian infeksi oleh kuman tersebut. Infeksi
yang ditimbulkannya dapat berupa pustula dikulit, konjungtivitis, paranokia, omfalitis,
abses subkutan (mastitis), sepsis, pneumonia, mepingitis, osteomielitis, enteritis dan
lain-lain.

9|MIKROBIOLOGI
 Pencegahan :

Untuk mengurangi resiko infeksi oleh kuman S. aureus adalah dengan


mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang terluka, mengurangi risiko terjadinya
infeksi dan meminimalkan terbentuknya bekas luka dengan cara melakukan
beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan, membersihkan luka, membersihkan
kulit disekitar luka, menutup luka, mengganti perban sesering mungkin dan
pemakaian gel yang mengandung antibiotik.

2.6.2 Streptococcus

Streptococcus adalah salah satu bakteri-bakteri yang mengakibatkan terjadinya


infeksi pada saluran pernafasan. Streptococcus pneumoniae ialah penunggu dibagian
saluran pernapasan pada manusia dan dapat mengakibatkan pneumonia, otitis, sinustis,
bronchitis, meningitis, bakteremia, dan proses-proses terjadinya infeksi pada saluran-
saluran lainnya.
 Klasifikasi ilmiah
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Strepcoccaceae
Genus : Streptococcus
 Ciri-ciri Streptococcus :
 Bersifat gram positif
 Berbentuk coccus
 Tersusun tunggal berpasangan atau berantai
 Bersifat patogen pada kulit, mukosa membran, traktus genitalis dan saluran
pencernaan
 Penularan :

Melalui minuman dan makanan yang terkontaminasi.

10 | M I K R O B I O L O G I
 Gejala yang timbul :

Infeksi streptococus yang paling sering ditemukan adalah infeksi tenggorokan.


Gejala yang timbul secara tiba-tiba seperti nyeri tenggorokan, merasa tidak enak
badan, demam, menggigil, nyeri kepala, mual, muntah, denyut jantung yang
meningkat. Tenggoroka tampak merah, amandel membengkak dan kelenjar getah
bening di leher membesar.

 Pengobatan :

Infeksi yang diakibatkan dari bakteri streptococcus lainnya misalkan seperti


seluitis, nekrotisasi, fasitis, dan endokarditis itu sangat serius dan membutuhkan
pengobatan penisilin intravena yang kadang-kadang dicampurkan dengan antibiotik-
antibiotik lainnya.

2.6.3 Pneumococcus

Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
serius seperti pneumonia (radang paru-paru), meningitis,(radang selaput otak), dan infeksi
parah (sepsis) . penyakit lain yang dapat ditimbulkan yaitu infeksi telinga dan bronkitis.
Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tatapi hanya sedikit yang dapat
menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumanya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau
kapsul. Bungkus inilah yang menyebabkan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
 Klasifikasi ilmiah
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : S. Pneumoniae
 Ciri-ciri Pneumococcus :
 Bersifat gram positif
 Berbentuk diplococcus
atau berantai pendek
 Hanya strain berkapsul yang virulen

11 | M I K R O B I O L O G I
 Organisme normal pada saluran pernafasan manusia dan hewan
 Kokus berkapsul
 Anaerob fakultati
 Penularan :
 Penularan biasanya berasal dari “karier” yaitu petugas. Kuman ini dapat
menimbulkan pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat, sepsis, meningitis
dan lain sebagainya.
 Makan atau minum bersama penderita dari piring atau gelas yang sama.
 Memakai handuk, memegang bekas tisu yang baru dipakai membersihkan
hidung.
 Penderita meningitis masih akan menularkan penyakitnya selama mereka
masih menunjukkan gejala penyakit tersebut. Bahkan, penderita meningitis
yang penyebabnya bakteri, masih dapat menularkan penyakitnya sekiter 24
jam setelah mereka diberi antibiotik.
 Beresiko terinfeksi yaitu :

 Anak-anak berumur kurang dari dua tahun dan orang tua berumur lebih dari
65 tahun berisiko sakit radang paru-paru karena pneumokokus 50 kali lipat
lebih tinggi.
 Bayi dan anak berumur kurang dari 2 tahun belum memiliki sistem kekebalan
tubuh yang sempurna.
 Bayi yang lahirnya kembar, atau yang lahir dengan berat badan rendah
(BBLR) maupun prematur.
 Anak-anak berumur lebih dari 2 tahun sudah memiliki kekebalan tubuh
cukup baik, tetapi tetap mempunyai risiko karena mereka sudah mulai bebas
bermain di luar rumah dan bertemu dengan orang banyak.
 Orang yang punya kelainan pada saluran napasnya juga lebih mudah
mengalami pneumonia akibat pneumokokus.
 Orang dengan daya tahan tubuh menurun akibat penyakit AIDS dan penyakit
kekurangan sel darah putih.

12 | M I K R O B I O L O G I
2.6.4 Listeria monocytogenes

Secara umum,habitat listeria terdapat pada tanah,air mengalir,saluran pembuagan


kotoran,tumbuhan dan makanan. Genus Listeria memiliki 6 spesies, yaitu Listeria.
monocytogenes, L. innocua, L. seeligeri, L. welshimeri, L. ivanovii dan L. grayi. Dari
keenam spesies tersebut, diketahui hanya L. monocytogenes yang bersifat pathogen
terhadap manusia apabila mencemari makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh
individu tersebut.

 Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Basilli
Ordo : Bacillales
Famili : Listeriaseae
Genus : Listeria
Spesies : L. monocytogenes
 Ciri-ciri :
 Gram positif
 Anaerob fakultatif
 Tidak membentuk spora dan motil
 dapat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu rendah dengan kisaran 4-
10 0C
 bergerak menggunakan flagella
 Penularan :
 Makanan, pengolahan dan penyajian yang terkontaminasi
 Bayi bisa lahir dengan bakteri ini jika ibu hamil memakan makanan yang
terkontaminasi bakteri ini selama kehamilan
 Pencegahan :
 Bilas bahan mentah dengan air mengalir, seperti buah-buahan dan sayuran
sebelum dimakan, dipotong atau dimasak. Bahkan jika hasil tersebut sudah
dikupas, tetap harus dicuci terlebih dahulu.
 Cuci peralatan masak, berupa alat atau unggas produk produk hewani
sebelum digunakan pada produk makanan lainnya.

13 | M I K R O B I O L O G I
 Cuci tangan menggunkan sabun sebelum mengolah makanan dan saat akan
makan.
 Gejala :
Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare. Jika infeksi
menyebar ke sistem saraf pusat (SSP) gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada
leher, bingung, kehilangan keseimbangan dan terkadang mengalami kejang. Bagi
mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri listeria dapat
menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi.
Gejala muncul pada bayi baru lahir seminggu pertama kehidupan, tetapi juga
dapat terjadi di kemudian hari gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat namun
dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam dan tidak mau makan.

2.6.5 Infeksi kuman gram negatif

E.coli, Salmonella, Shigella dan lain-lain sering ditemukan di kulit, hidung,


nasofaring dan flora.Pada bayi terkontaminasi dengan mikro organisme tersebut yang
terdapat di jalan lahir/daerah perineum ibu, atau bayi menelan cairan yang mengandung
mikroorganisme tersebut pasca waktu lahir. Penyakit yang ditimbulkannya ialah enteritis,
sepsis, meningitis, pneumonia, abseshati, necrotizing enterocolitis dan infeksi traktus
urinarius.

 Ciri – ciri:
 Mempunyai sitoplasmic membrane
 Tidak resisten terhadap gangguan fisik
 Kurang rentan terhadap senyawa penisilin
 Mengandung lemak pada dinding sel sebanyak 11-12
 Struktur dinding sel yang tipis yaitu kisaran 10-15mm, yang multilayer atau
berlapis 3

 Gejala ;
 Demam dan menggigil, penurunan suhu tubuh
 Peradangan
 Ruam kulit
 Nafas cepat

14 | M I K R O B I O L O G I
 Peningkatan denyut jantung
 Tekanan darah rendah
 Gagal organ multiple
 Penanganan gram negative
Membrane luar membuat bakteri gram negative resisten terhadap antibiotic
maupun obat-obatan, beberapa antibiotic efektif untuk pengobatan gram negatif
diantaranya sefalosporin, kloramfenikol dan sefalosporin. Perawatan untuk
menangani gejala adalah menggunakan alat bantu napas serta obat-obatan untuk
mengatur suhu dan fungsi jantung.

2.6.5 Neisseria gonorrhoeae

Biasanya kuman ini menimbulkan infeksi pada mata yang disebut Gonococcal
ophthalmia neonatorum. Disamping itu dapat menyebabkan gonococcal
arthritis dan disseminated gonorrhoe.

 Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Famili : Neisseriaceae

15 | M I K R O B I O L O G I
Genus : Neisseria
Spesies : N. gonorrhoeae

 Ciri-ciri:
 Bentuknya bulat dan lonjong dengan sisi saling berhadapan, sekilas
menyerupai biji kopi
 Bakteri gram negatif
 Diplokokus non motil
 25% tampak dalam bentuk berpasangan
 75% tampak single coccus, tetras, 8 atau lebih
 Tidak berflagel, berkapsul dan berspora
 Memiliki diameter 0,8 um
 Masing-masing cocci berbentuk ginjal
 Koloni transparan
 Tidak berpigmen
 Tidak bersifat hemolitik
 Gejala:
 Kerap lakukan buang air kencing serta bakal merasa sakit bagian vitalnya
 Anus bakal merasa nyeri serta gatal dan bakal berlangsung pendarahan
 Ada cairan vagina abnormal
 Pendarahan pada vagina abnormal sepanjang atau sesudah lakukan jalinan
seksual atau pada periode haid
 Alat kelamin bakal merasa gatal serta panas
 Pendarahan haid pada wanita tidak teratur
 Rasa nyeri pada perut sisi bawah
 Kelenjar jadi bengkak serta nyeri pada permukaan alat vital wanita atau
kelenjar bertolin
 Ketika melakukan jalinan seksual bakal merasa sakit yang begitu
menyakitkan

16 | M I K R O B I O L O G I
 Penanganan Neisseria Gonorrhoeae:
Pengobatan Neisseria gonorrhoeae biasanya dengan satu suntikan antibiotik
pada paha atau bokong diikuti dengan satu tablet antibiotik, pengobatan ini biasanya
diikuti dengan terapi obat-obatan lainnya.
Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan dua pekan setelah pengobatan pertama
untuk melihat apakah infeksi tersebut telah hilang sepenuhnya, untuk mencegah
penularan atau terinfeksi kembali, maka si penderita tidak diperbolehkan
berhubungan seksual hingga pengobatan benar-benar tuntas.

2.7 Pencegahan Penyakit Nosokomial

Rumah sakit dan staf pelayanan kesehatan harus merekomendasikan guidelines


atau petunjuk untuk sterilisasi dan desinfeksi terhadap segala peralatan rumah sakit yang
bertanggung jawab sebagai media penyebaran infeksi. Langkah pencegahan bisa menurunkan
risiko terjadinya infeksi nosokomial sekitar 70 persen atau lebih. Namun tetap saja tidak bisa
menghilangkan sampai 100 persen. Beberapa pengukuran umum untuk mengontrol infeksi
nosokomial meliputi:

1. Skrining ICU untuk melihat apakah pasien dengan infeksi nosokomial perlu diisolasi
atau tidak.
2. Mengidentifikasi tipe isolasi yang dibutuhkan, yang bisa membantu melindungi pasien
lainnya atau mengurangi risiko terjadinya infeksi.
3. Observasi kebersihan tangan, meliputi cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh
pasien di rumah sakit.
4. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai seperti kacamata, gaun dan pelindung
wajah.
5. Membersihkan lingkungan rumah sakit. Memastikan ventilasi rumah sakit baik.

2.8 Pengobatan Infeksi Nosokomial

Sambil menunggu hasil kultur bakteri, pengobatan awal untuk infeksi nosokomial
adalah pemberian antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang tidak spesifik
sebelum ada hasil dari kultur. Biasanya diberikan antibiotik dengan kemampuan luas yang
dapat menyerang hampir seluruh jenis bakteri. Setelah ada hasil pemeriksaan, pemberian

17 | M I K R O B I O L O G I
antibiotik akan disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih spesifik. Antijamur maupun
antivirus juga dapat diberikan bila dicurigai penyebabnya dari jamur atau virus.

Seluruh alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter,
selang napas, selang infus, atau lainnya bila memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif
seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan. Prosedur
operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara memmotong
atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.

18 | M I K R O B I O L O G I
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat di rumah
sakit. Infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainnya serta petugas medis. Selain
itu, alat kesehatan yang digunakan biasanya sebagai media transmisi dalam segi penularan
sebab biasanya kurang sterilnya alat kesehatan tersebut.
Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia dan
juga bakteri dari lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu, dengan pencegahan dan
pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai cara mulai sterilisasi alat kesehatan,
pemusnahan mikroorganisme yang menjadi penyebabnya serta sanitasi lingkungan.

3.2 Saran

Infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian
di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomil, maka dari itulah kita harus berhati-
hati dalam pencegahan infeksi. Kami selaku pembuat makalah ini menerima segala saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

19 | M I K R O B I O L O G I
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Andre Tjie. 2014. Infeksi Nosokomial. Diperoleh dari


http://www.kerjanya.net/faq/6564-infeksi-nosokomial.html, diakses pada 03 maret 2018.

D3 kebidanan. Makalah Infeksi Nosokomial. Diperoleh dari


http://www.academia.edu/6380424/MAKALAH_INFEKSI_NOSOKOMIAL, diakses pada
03 maret 2018.

Infeksi Nosokomial. Diperoleh dari http://digilib.unila.ac.id/5656/15/15.%20Bab%20II.pdf,


diakses pada 03 maret 2018.

Natalia, Lia. 2008. Pseudomonas aeruginosa, penyebab infeksi nosokomial. Diperoleh dari
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf, diakses pada 04
maret 2018.

Ilmu hewan. 2017. Klasifikasi Bakteri Neisseria Gonorrhoeae. Diporel dari


http://www.ilmuhewan.com/ciri-dan-klasifikasi-bakteri-neisseriaceae-gonorrhoeae/, diakses
pada 05 Maret 2018.

Bernida, Ida. 2017. Pengertian Infeksi Nosokomial. Diperoleh dari


http://www.alodokter.com/infeksi-nosokomial, diakses pada 02 Maret 2018.

Amalia, Dina Tri. 2017. Infeksi Nosokomial : Gejala, Penyebab, Pengobatan. Diperoleh dari
https://mediskus.com/infeksi-nosokomial, diakses pada 02 Maret 2018.

20 | M I K R O B I O L O G I

Anda mungkin juga menyukai