PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi
dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah
kelainan mata. Infeksi system penglihatan merupakan kelainan gangguan system penglihatan,
terutama konjungtivitis.
Boleh dikatakan masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama
virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Selain itu
masih banyak penyakit mata yang disebabkan oleh mikroorganisme lainnya seperti virus
yang wajib masyarakat kita ketahui agar kita dapat waspada dan mencegah agar tidak
terkena penyakit mata yang disebabkan oleh virus tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Penyebab EKC
Disebabkan oleh Adenovirus tipe 8 yang menyebabkan terjadinya gangguan
mata yang lebih berat dibandingkan dengan gejala klinis yang ditimbulkan oleh
Adenovirus penyebab deman faringo konjungtivitis. Adenovirus adalah virus
DNAyang tahan terhadap eter, tidak mempunyai selubung, dan mempunyai
ukuran diameter antara 70-90 nm.
b. Epidemiologi
Epidemi penyakit ini dapat terjadi lebih dari satu kali setiap tahunnya.
Laporan dari seluruh dunia menunjukkan bahwa EKC banyak diderita oleh
pekerja galangan kapal, sehingga penyakit ini disebut shipyard eye. Adenovirus
sukar diinaktivasi melalui prosedur rutin sterilisasi alat-alat bedahmata, sehingga
penularan melalui penggunaan alat kesehatan mata yang tercemar virus dapat
terjadi. Imunitas sesudah terinfeksi virus ini umumnya hanya berlangsung dalam
waktu yang pendek.
d. Diagnosis
Pada awal terjadinya wabah, diagnosis sukar ditentukan dari penyakit mata
viral lainnya, namun dapat dibedakan dari penyakit mata akibat infeksi
Chlamydia. Infeksi Chlamydia dapat diobati dengan antibiotika atau
kemoterapeutika.
Untuk mengadakan isolasi virus, bahan kerokan konjungtiva diinokulasi
pada kultur jaringan yang peka, misalnya Hela cell-lines atau Vero cell-lines.
Adanya virus ditunjukkan dengan terjadinya efek sitopatik pada kultur jaringan,
sedangkan identifikasi virus ditetapkan melalui uji serologi, misalnya dengan Uji
Fiksasi Komplemen atau Uji Netralisasi.
Pada pemeriksaan serum, Neutralizing antibody terhadap Adenovirus tipe 8
meningkat dengan nyata sesudah terjadi infeksi dengan virus tersebut.
2. Herpetic Keratoconjunctivitis
Penyakit mata ini disebabkan oleh
herpes simpleks virus tipe 1 (HSV-1) atau
HSV-2. Virus ini termasuk virus DNA dari
famili Herpetoviridae yang mempunyai
virion tak terselubung dengan ukuran
sekitar 100 nm.
a. Epidemiologi
Manusia merupakan satu-
satunya hospes alami bagi HSV.
Infeksi primer HSV-1 umumnya
terjadi pada umur di bawah 5
tahun. Bayi berukur kurang dari
6 bulan jarang terinfeksi virus ini
karena telah memperoleh
antibodi dari ibunya.
Herpetic keratoconjunctivitis merupakan infeksi primer dengan HSV yang
sebagian besar terjadi pada waktu infeksi masih pada keadaan subklinis. Herpes
simpleks merupakan penyakit endemik, namun pada kelompok-kelompok
keluarga atau di lingkungan rumah sakit dapat terjadi epidemi berukuran kecil.
b. Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung antara 2 dan 12 hari diikuti gejala awal dengan
ciri khas yaitu edema, radang konjungtiva, dan radang kornea. Pada waktu terjadi
gejala khas tersebut, lesi herpes di kelopak mata atau di tempat lainnya telah
terjadi, tetapi mungkin juga belum terlihat. Pada umumnya hanya satu mata yang
terserang, disertai limfadenopati preaurikuler pada sisi mata yang sakit.
Pada infeksi primer, kekeruhan kornea terjadi superfisial, namun jika terjadi
infeksi berulang ulang hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang permanen
sifatnya sehingga menyebabkan gangguan penglihatan penderita. Selain kornea,
bagian mata lainnya misalnya lensa, retina dan jaringan khoroid dapat juga
terserang. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya katarak dan perubahan
pigmentasi di retina bagian perifer.
c. Diagnosis
Diagnosis herpetic keratoconjunctivitis ditetapkan berdasar atas adanya
gejala klinis yang khas dan akan diperkuat jika virus dapat diisolasi dari bahan
infektif, misalnya cairan vesikel atau kerokan ulkus, yang dibiakkan pada kultur
jaringan lalu diidentifikasi melalui pemeriksaan serologi, uji fiksasi komplemen,
uji netralisasi atau dengan pemeriksaan imunofluoresensi untuk membedakannya
dari Varicella-zoster virus. Pemeriksaan serum penderita akan menunjukkan
adanya kenaikan titer antibodi yang spesifik.
Penyebab NCD adalah New Castle Disease virus (NDV) yang termasuk
genus Parainfluenza virus dari famili Paramyxoviridae. Partikel virus RNA yang
berbentuk sferis atau pleomorfik dan berselubung ini berukuran besar dengan
garis tengah antara 150-300 nm.
b. Epidemiologi
Unggas merupakan hospes alami NDV. Infeksi pada manusia umumnya
hanya terbatas pada pekerja peternakan unggas dan pabrik pengolahan daging
unggas atau pada pekerja laboratorium yang menggunakan unggas sebagai hewan
coba.
Penularan virus terjadi melalui udara yang tercemar bahan infektif yang
mengandung virus yang lebih resisten terhadap faktor lingkungan dibanding
Paramyxovirus lainnya.
Imunitas sesudah terinfeksi NDV sangat rendah karena IgA, antibodi yang
diproduksi oleh sel epitel saluran pernapasan penderita sangat rendah kadarnya.
c. Gejala klinis
Pada manusia masa inkubasi infeksi NDV berlangsung sekitar 2 hari,
diikuti gejala klinis mendadak berupa radang folikuler konjungtiva, edema
kelopak mata, lakrimasi yang berat, dan adenopati preaurikuler. Infeksi biasanya
terjadi pada salah satu sisi mata (unilateral). Kornea mata jarang terserang,
demam tidak terjadi, dan fotofobi pada umumnya tidak menjadi keluhan
penderita. Sesudah konjungtivitis berlangsung 3-4 hari penderita akan
menyembuh dalam waktu sekitar 1-2 minggu.
d. Diagnosis
4. Demam Faringokonjungtiva
Koonjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan
ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang
mengenai satu atau kedua mata. Masa inkubasi virus ini 5-12 hari.
a. Biasanya disebabkan:
1) Infeksi virus adenovirus tipe 2, 4 dan 7.
2) Yang mengenai satu atau kedua mata, terutama pada usia remaja.
3) Disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
b. Tanda-tanda:
1) Demam.
2) Radang tenggorok (faringitis).
3) Mata merah hiperemia.
4) Seperti kemasukan pasir.
5) Belek berair.
6) Kelopak bengkak
b. Tanda-tanda:
1) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
2) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
3) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
4) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.
5) Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.
5. Konjungtivitis Gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus
infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini
didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis
atau gonore. Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adalah adanya sekret
kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata. Penyakit ini
berlangsung selama 6 minggu dan tidak jarang ditemukan pembesaran disertai rasa
sakit kelenjar preaurikel.
b. Tanda-tanda:
1) Akut, kurang dari 6 bulan.
2) Sekret purulen.
3) Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif dan
penymbuhan.
4) Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku
disertai;
a) Rasa sakit pada perabaan.
b) Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka.
c) Tanda-tanda infeksi umum.
5) Padastadium supuratif terdapat sekret yang tidak kental sekali.
6) Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang.
Penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak jarang ditemukan
pembesaran disertai rasa sakit kelenjar preaurikel.
6. Virus Konjungtivitis
Konjungtiva adalah jaringan yang bening
yang mencakup bagian putih mata Anda dan garis
bawah kelopak mata Anda, dan virus dapat
menyebabkan infeksi pada jaringan ini. Infeksi, yang
dikenal sebagai konjungtivitis virus atau “mata
merah muda,” akan menyebabkan putih mata tampak
merah. Virus akan sering menyebabkan gatal, iritasi
dan keluarnya cairan dari mata. Anda mungkin
memiliki kelopak mata bengkak dan sensitivitas
terhadap cahaya.
Konjungtivitis virus biasanya hasil dari flu
biasa, dan infeksi mata dengan mudah menyebar dari
satu orang ke orang lain. Anda harus selalu menghindari menyentuh mata, dan ini
dapat membantu mencegah infeksi mata. Seorang dokter mata biasanya tidak akan
meresepkan tetes mata untuk mengobati konjungtivitis virus, dan memungkinkan
dapat merekomendasikan virus untuk menyelesaikan sendiri. Dalam kasus yang
parah, dokter mungkin meresepkan tetes mata steroid untuk membantu meringankan
gejala.
7. Herpes okuler
Virus herpes simplex, terkenal
karena menyebabkan lepuh deman pada
wajah, virus juga dapat menyebabkan
infeksi mata. Dalam kebanyakan kasus
herpes okular, virus akan menginfeksi
kornea, bagian bening jendela depan mata
Anda. Hal ini biasanya akan menghasilkan
kemerahan, ketidaknyamanan, sensitivitas
cahaya dan perubahan penglihatan. Jika
infeksi terjadi jauh di dalam lapisan kornea, Anda mungkin memiliki jaringan parut,
dan ini bisa menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan Anda.
Dokter telah membatasi pilihan pengobatan untuk jenis infeksi virus. Dia
mungkin meresepkan tetes mata antivirus jika infeksi di lapisan atas kornea Anda.
Jika infeksi berjalan jauh di kornea, dokter mata anda mungkin meresepkan tetes mata
steroid untuk mengurangi jumlah peradangan pada kornea, yang juga dapat
mengurangi jaringan parut ke kornea Anda. Peradangan berkepanjangan dan bekas
luka yang parah dapat menyebabkan transplantasi kornea.
8. Ulkus Kornea
Luka yang terbuka pada
kornea Anda, disebut ulkus kornea,
mungkin akibat dari virus atau dari
komplikasi dari herpes okular.
Luka terbuka juga mungkin berasal
dari cedera mata Anda, dan virus
bisa menginfeksi ulkus. Gejalanya
meliputi nyeri, iritasi, sensitivitas
cahaya dan robek berlebihan. Jika Anda melihat di cermin, Anda mungkin akan
melihat putih, daerah berkabut pada kornea, dan ini mungkin menunjukkan ulkus.
Dokter mata Anda biasanya akan meresepkan tetes mata untuk membantu
mengobati penyebab ulkus. Untuk kenyamanan, dia juga dapat merekomendasikan
bahwa Anda memakai lensa kontak khusus, yang disebut lensa perban, untuk
menutupi ulkus terbuka. Hal ini dapat mengurangi ketidaknyamanan dan membantu
penyembuhan.
2. Herpes okuler
Herpes mata tidak menular lewat aktivitas seksual berisiko. Infeksi ini lebih
rentan menyebar dari kontak langsung dengan kulit atau air liur yang terinfeksi HSV-
1. Misalnya, Anda bersalaman atau berciuman dengan orang yang sedang terinfeksi
herpes mata atau herpes oral. Jika orang tersebut sebelumnya mengucek mata tanpa
cuci tangan, ia dapat mengoper virus yang tertinggal di tangannya pada Anda saat
berjabat tangan. Anda dapat mengalami infeksi yang sama atau mungkin infeksi di
bagian lainnya lewat sentuhan kulit — terlebih jika Anda setelahnya tidak mencuci
tangan juga.
Gejala awal herpes mata adalah mata merah. Gejala ini kemudian bisa disertai
gejala lainnya seperti:
Mata terasa nyeri, bengkak, gatal, dan iritasi.
Sensitif terhadap cahaya.
Mengeluarkan air mata atau kotoran mata terus-menerus.
Tidak bisa membuka mata.
Penglihatan kabur.
Kelopak mata yang meradang (blepharitis)
Dalam banyak kasus, herpes hanya menginfeksi satu mata. Segera periksakan
diri Anda ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut. Penanganan herpes mata
yang dilakukan secara cepat dan tepat akan menjauhkan Anda dari komplikasi serius.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dianti, Sri. “Jenis Infeksi Virus pada Mata”. Diakses pada 7 April 2018.
http://www.sridianti.com/jenis-infeksi-virus-pada-mata.html
Oktaviani Resti Siwi, Palupu. “Makalah Konjungtivitis”. Diakses pada 7 April 2018.
http://palupioktavianirestisiwi.blogspot.co.id/2015/10/makalah-konjungtivitis.html
https://www.docdoc.com/id/info/condition/infeksi-mata/