Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR PPI

(Pencegah dan Pengendali Infeksi)


LATAR BELAKANG
Adanya agen infeksius yang menyerang tubuh manusia, baik
langsung maupun melalui perantara yang menyebabkan
kerusakan organ
Agen infeksius :
- bakteri
- virus
- jamur
- parasit
Penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka
kematian (mortality) adalah Infeksi Nosokomial.
(Darmadi,2008)
PENGERTIAN
Infeksi
 merupakan suatu keadaan dimana ditemukan
adanya agen infeksi (organisme), dimana terdapat
respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik
Penyakit Infeksi
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan
adanya agen infeksi (organisme) yang disertai
adanya respon imun dan gejala klinik.
Penyakit menular atau infeksius
 adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah
dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Inflamasi (radang atau peradangan lokal)
merupakan bentuk respon tubuhterhadap suatu agen
(tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma, pembedahan
atau luka bakar), yang ditandai dengan adanya sakit/nyeri
(dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan
(tumor) dan gangguan fungsi
INFEKSI NOSOKOMIAL (HAIs)
Infeksi yang terjadi di RS oleh mikroorganisme yang
berasal dari RS, dapat terjadi selama penderita dirawat
atau setelah dipulangkan
Dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan atau
pengunjung maupun sumber lainnya
Penyakit infeksi yang sedang dalam masa inkubasi ketika
penderita masuk RS, bukan infeksi nosokomial
WHO, 2004
Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al
Varado, 2000) mencapai sekitar 9% (variasi 3-21
%) atau lebih dari 1,4juta pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh dunia.
Pencegahan dan
PPIRS Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit
Pencegahan dan Pengendalian infeksi
(PPI)

Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan


yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan serta pembinaan dalam upaya
menurunkan angka kejadian infeksi di RS
Suatu usaha yang dilakukan utk mencegah
terjadinya resiko penularan infeksi mikro
organisme dari lingkungan klien dan Nakes
DAMPAK HAIs
1. Pasien
2. Rumah Sakit
TUJUAN :

Meningkatkan mutu pelayanan RS melalui


pencegahan dan pengendalian infeksi di semua
departemen/unit di RS,meliputi kualitas
pelayanan, manajemen risiko, tata kelola klinis
serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Dampak terhadap PASIEN
1. Infeksi saluran kemih
2. Pneumonia Nosokomial
3. Bakteremi Nosokomial
4. Infeksi Nosokomial lainnya
1. Infeksi Saluran Kemih
Pemasangan kateter urine
Sistem drainase terbuka
Kateter dan slang tidak tersambung
Kantong drainase menyentuh permukaan terkontaminasi
Tehnik penampungan yang tidak tepat
Obstruksi/gangguan pd drainase urine
Urine dalam kateter masuk kembali ke dalam kandung
kemih
Teknik mencuci tangan tidak tepat
2. Pneumonia Nosokomial

Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi


(Ventilator)
Tindakan tracheostomi
Intubasi
Pemasangan NGT
Pembuangan sekresi mukosa dg cara yg tidak
tepat
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
3. Bakteremi Nosokomial

Kontaminasi cairan IV melalui pergantian


selang/jarum
Memasukkan obat tambahan ke cairan IV
Penambahan slang penyambung
Perawatan tusukan tidak tepat
4. Infeksi Nosokomial lainnya

Tuberkulosis
Diare dan gastroenteritis
Phlebitis
Dipteri
Tetanus
Infeksi kulit dan jaringan lunak (infeksi luka
jahitan)
Dampak terhadap RS :
1. Peningkatan angka morbiditas,
2. Peningkatan angka mortalitas,
3. Hari rawat memanjang dan
4. Peningkatan biaya rumah sakit.
5. Menimbulkan citra buruk untuk RS
6. Dampak hukum berupa tuntutan pengadilan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFEKSI
Satus mekanisme pertahanan tubuh
Pertahanan sekunder tidak adekuat, spt :
penurunan Hb
Kerentanan klien, spt : usia, nutrisi
Stres
Hereditas
Proses penyakit
Terapi medis
Keberhasilan Program PPIRS melibatkan :
1. Klinisi,
2. Perawat,
3. Laboratorium,
4. Kesehatan Lingkungan,
5. Farmasi,
6. Gizi,
7. IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana RS),
8. Sanitasi & Housekeeping, dll sehingga perlu wadah
berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RANTAI PENULARAN INFEKSI,
(Potter & Perry, 2005)

1. Agen infeksi  (infectious agent)


 adalah Mikroorganisme yg dpt menyebabkan
infeksi. 
 Pada manusia dapat berupa bakteri , virus,
ricketsia, jamur dan parasit.
 Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas,
virulensi, dan jumlah (dosis, atau load)
2. Reservoir atau tempat :
 dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak & siap ditularkan ke orang.
 Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan
bahan-bahan organik lainnya.
 Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir
saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar)
 adalah jalan darimana agen infeksi
meninggalkan reservoir.
 Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan
darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah
mekanisme bagaimana transport agen infeksi  dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel/rentan).
a.Kontak : langsung, tidak langsung
b.Droplet
c.Airbone
d.Vehikulum
e.Vektor
RANTAI PENULARAN
INFEKSI
Tempat keluar : Ekskret, Sekret,
Tetes

Sumber : Manusia,
Pejamu Rentan : kekebalan lemah,, air dan larutan, obat, Cara penularan :
pasca bedah, luka bakar, penyakit peralatan • Kontak : Langsung, tak langsung, tetes
kronis, usia muda/tua • Melalui udara
• Benda
Penyebab • Vektor/serangga
infeksi : bakteri,
virus, jamur, parasit

Tempat masuk
Lapisan mukosa, Luka, saluran cerna,
urin, nafas
Ada beberapa cara penularan yaitu :

a. Kontak (contact transmission):


1) Direct/Langsung:   kontak badan ke badan transfer
kuman penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan
fisik, memandikan pasen
2) Indirect/Tidak langsung : kontak melalui objek
(benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa,
tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk,
bersin, bicara, jarak sebar pendek, tdk bertahan
lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva,
hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis,
Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), 
Virus Influenza, mumps, rubella 

c. Airborne : partikel kecil ukuran <  5 μm, bertahan


lama di udara, jarak penyebaran jauh, dapat
terinhalasi,
contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak,
Varisela (cacar air), spora jamur
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam
mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai
masuk (tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang
rentan. Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja,
makanan

e. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau


binatang lain yang dapat menularkan kuman penyebab 
cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun
kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan.
Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat
5. Port of entry (Pintu masuk)
adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa
melalui:  saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta
kulit yang tidak utuh (luka).
6.Pejamu rentan (suseptibel)
 adalah  orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta
mencegah infeksi atau penyakit.
 Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas,
trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan.
 Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh
adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
PENCEGAHAN
1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat  pemberian
imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi
kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang
adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan 
metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik
adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan
memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi
termasuk klorinasi air, disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan.
 bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.

4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure


Prophylaxis”/PEP) terhadap petugas kesehatan.
 pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah/cairan tubuh lainnya, luka tusuk jarum bekas pakai.
 Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah
hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

Anda mungkin juga menyukai