BAB I
Latar Belakang
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya
pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan
yang bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas
kesehatan harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana hal
ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup
setiap aspek penanganan pasien. Kebutuhan untuk pengendalian infeksi
nosokomial akan semakin meningkat terlebih lagi dalam keadaan sosial
ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia
saat ini. Indikasi rawat pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam
keadaan yang semakin parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama
yang juga berarti pasien dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih
banyak.
Secara keseluruhan berarti daya tahan pasien lebih rendah dan pasien
cenderung
untuk
mengalami
berbagai
tindakan
invasif
yang
akan
tersebut.
Meskipun
kultur
tidak
mendukung
ke
arah
infeksi
tidak
mencuci
tangan.
Peralatan
yang
kurang
steril,
air
yang
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh
pasien selama dia dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi
baru setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit serta infeksi itu tidak
ditemukan atau diderita pada saat pasien masuk ke rumah sakit (Olmsted
RN, 1996, Ducel, G, 2002).
2.2 Epidemiologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian
terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian
yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55
rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia
Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan
Asia
Tenggara
sebanyak10,0%
(Ducel,
G,
2002)
Walaupun
ilmu
dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi
semakin
meningkatnya
pasien-pasien
dengan
penyakit
2.3 Etiologi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia
dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya
faktor
lain
yang
Kemungkinan
dapat
terjadinya
menyebabkan
infeksi
terjadinya
tergantung
infeksi
pada
nosokomial.
karakteristik
infeksi
nosokomial.
Infeksi
ini
dapat
disebabkan
oleh
umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal (Ducel, G, 2002) .
(air borne)
Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang
membawa kuman
hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena
benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi
peralatan medis oleh mikroorganisme.
2. Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenisjenis common vehicleadalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan
dan sebagainya.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit
yang terlepas (staphylococcus) dan tuberculosis.
4. Penularan dengan perantara vector
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara
eksternal
bila
hanya
terjadi
pemindahan
secara
mekanis dari
intravena
dan
jarum
suntik,
peralatan
serta
instrumen
tidak
dimasak
dan
diambil
menggunakan
tangan
yang
menyebabkan terjadinya cross infection (Babb, JR. Liffe, AJ, 1995, Ducel,
G, 2002).
2. Resistensi Antibiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara
tahun 1950-1970, kebanyakan penyakit yang serius dan fatal ketika itu
dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimanapun, keberhasilan ini
menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotika.
Maka, banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten.
Peningkatan resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas
terutama pada pasien yang immunocompromised (Ducel, G, 2002).
Penggunaan
antibiotika
yang
terus-menerus
ini
meningkatkan
antibiotika
yang
tidak
optimal,
terapi
dan
pengobatan
penelitian
klinis
menujukkan
infeksi
nosokomial
terutama
disebabkan oleh infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi
saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.
Penggunaan peralatan non steril juga boleh menyebabkan infeksi
nosokomial (Ducel, G, 2002)
2.6
kesulitan
bernapas
dan
cacat
fungsional,
stress
emosional
dan
dapat
infeksi,
identifikasi
penyakit
dan
mengontrol
penyebarannya.
a. Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melaiui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga
hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan
dengan
benar,
sangat
dianjurkan
bila
akan
melakukan
tindakan
atau
yang
tidak
penting
(misalnya
penyuntikan
penularan
tuberkulosis.
Selain
itu,
rumah
sakit
harus
infeksi
nosokomial
juga
dapat
dicegah
dengan
dan
SARS,
yang
mengakibatkan
kontaminasi
berat.
yang
mempunyai
resistensi
rendah
seperti
leukimia
dan
pengamatan
yang
adalah
nosokomial.
Perlu
pengendalian
canggihnya
untuk
menurunkan
ditegaskan
infeksi
di
nosokomial
per-alatan
yang
risiko
sini
bahwa
bukanlah
ada,
terjadinya
tetapi
infeksi
keberhasilan
ditentukan
oleh
ditentukan
oleh
secara
benar
(the
proper
nursing
care).
Dalam
3.
perawatan
yang
sempurna
kepada
penderita.
mahal)
ataupun
dengan
pemakaian
antibiotika
yang
2.
3.
BAB III
Locus ( Contoh Kasus )
Dari 2288 penderita yang dirawat di RSKPM, telah diperiksa 723 (31,6%)
penderita yang memenuhi kriteria survei, berumur antara 2 bulan sampai 70
tahun. Dari 723 penderita surveitelah ditemukan 115 kasus (15,9%) INSK,
dengan 123 episoda, hiigga angka INSK besarnya 15,9%.
keganasan,
masing
masing
0%.
Dari perincian jenis penyakit dengan diare, maka angka tertinggi terdapat
pada penderita-penderita diare dengan gizi jelek (33,3%) diikuti pada diare
dengan infeksi komunitas (11,6%), kolera (9,1%) dan terendah pada diare
dengan
penyakit
lainnya
(7,0%).
Bila dilihat dari adanya tindakan kateterisasi, maka pada kelompok yang
mendapat tindakan kateterisasi menetap/Foley (85,7%) menunjukkan angka
paling tinggi, diikuti pada tindakan kateterisasi sewaktu (64,7%) dan
terendah pada penderita-penderita tanpa kateter (12,3%)
bakteria,
Diphthemici,
Streptococcus
Mima
sp
Pseudomonas
polymorpha,
dan
sp,
Acinetobacter
Alkaligenes
Staphylococcus
sp
sp,
sp,
Moraxella
Citrobacter
masing-masing
0%.
sp,
sp,
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Etioligi Infeksi saluran kemih (ISK)
Infeksi nosokomial disebabkan oleh agen-agen penyebab infeksi yang
umum seperti bakteri, virus, dan jamur. Agen penyebab infeksi pada infeksi
nosokomial berasal dari tubuh opasien sendiri. Dalam keadaan normal, agen
infeksi inti tidak membahayakan. Infeksi muncul saat pertahanan tubuh
menurun atau penggunaan obat atau prosedur medis tertentu. Selain dari
tubuh pasien, agen infeksi juga bisa berasal dari lingkungan rumah sakit atau
dari pasien lain dengan penyakit infeksi tersebut.
Pelayan
kesehatan
saat
ini
banyak
menggunakan
alat-alat
dan
bantu
pernafasan).
Infeksi
nosokomial yang terdjadi antara lain infeksi peredaran darah yang didapat
lewat kateter pembuluh darah sentral, infeksi saluran kemih melalui kateter
urin, dan infeksi jaringan paru-paru akibat penggunaan ventilator. Infeksi
nosokomial dapat juga terjadi pada luka operasi. Bakteri Clostridium
defficile dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan melalui tangan
yang terkontaminasi dan tidak dibersihkan. Penggunaan antibiotik secara
sembarangan dapat mematikan bakteri baik di dalam saluran pencernaan
dan menimbulkan infeksi Clostridium defficile.
Kateter pembuluh darah sentral merupaka selang dimasukan ke dalam
pembuluh darah besar, seperti di leher, dada, atau paha. Penggunaan selang
ini dapat bertahan jangka panjang hingga minggu dan bulan. Pemasanagn
kateter pembukluh darah sentral bertujuan untuk memberikan perngobtaan,
memberikan nuttrisi dan cairan, serta utnuk beberapa tes medis tertentu.
Kateter urin adalah selang yang dimasukan ke dalam kandung kemih
melalui uretra (saluran keluar air urin). Umumnya kateter urin digunakan
pada kasus kesulitan untuk berkemih. Infeksi terjadi akibat agen infeksi
Usia lanjut
Perokok
Operasi
Trauma
Luka bakar
Cuci darah
Transfuse darah
Berhenti merokok
Setelah operasi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga pasien dalam
mencegah infeksi paru-paru, antara lain:
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
tuberkulosis,
diarrhea
dan
gastroenteritis,
infeksi
5.2
Saran
Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
Tangani dengan benar limbah rumah sakit
REFRENSI
http://arisetiyani1994.blogspot.co.id/2012/11/makalah-nosokomial.html
http://www.academia.edu/6380424/MAKALAH_INFEKSI_NOSOKOMIAL
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CCwQ
FjADahUKEwjRlsm39q_IAhXHSo4KHXy-DaY&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F21521%2F4%2FChapter
%2520II.pdf&usg=AFQjCNE3o7IfzGm5pJNs7EHTwg14PrTmA&sig2=UyvwiGdPh0HKtS9AfbahUw&bvm=bv.104615367,d.c2E