Anda di halaman 1dari 10

[Type here]

PANDUAN PEMULASARAN JENAZAH


DI RS PUSURA CANDI
2022

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 1

1
Jl. Raya Gelam No. 39 Sidoarjo

Telp : (031) 99717449 – 99717686 – 99709796

Fax : (031) 99715284 – Email : rspusuracandi@gmail.com


[Type here]

CANDI

PANDUAN PEMULASARAN JENAZAH


DI RS PUSURA CANDI
2022

BAB I
DEFINISI
1.1 Pendahuluan

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 2

2
[Type here]

Kamar jenazah suatu rumah sakit bukanlah satu satunya pintu keluar pasien. Masih
terdapat pintu keluar lain yaitu pintu kesembuhan dan pintu transisi. Walaupun
kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benar-benar tanpa
nyawa/ r u h .
Kamar jenazah merupakan sumber infeksi yang potensial, tidak hanya untuk ahli
patologi anatomi otopsi, tetapi juga untuk pengunjung dan petugas pemulasaran jenazah.
Beberapa studi telah melaporkan bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang,
mikroorganisme patogenik tertentu masih dapat dilepaskan dari tubuh jenazah, yang jika
tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang–orang yang menangani jenazah tersebut.
Penularan mikroorganisme patogenik tersebut dapat melalui inhalasi aerosol, tertelan,
inokulasi direk/tusukan benda tajam, luka pada kulit, dan membrana mukosa mata,
hidung, dan mulut. Terlebih lagi, setelah meninggal akan didapatkan sawar darah-otak dan
sistem retikulo-endotelial yang sudah tidak berfungsi lagi, sehingga patogen dapat
menyebar dengan lebih mudah dalam tubuh jenazah.
1.2 Latar Belakang
Kamar jenazah merupakan sumber infeksi yang potensial, tidak hanya untuk ahli
patologi anatomi otopsi, tetapi juga untuk pengunjung dan petugas pemulasaran
jenazah.Beberapa studi telah melaporkan bahwa dengan berakhirnya kehidupan
seseorang, mikroorganisme patogenik tertentu masih dapat dilepaskan dari tubuh jenazah,
yang jika tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang–orang yang menangani jenazah
tersebut. Penularan mikroorganisme patogenik tersebut dapat melalui inhalasi aerosol,
tertelan, inokulasi direk/tusukan benda tajam, luka pada kulit, dan membrana mukosa
mata, hidung, dan mulut. Terlebih lagi, setelah meninggal akan didapatkan sawar darah-
otak dan sistem retikulo-endotelial yang sudah tidak berfungsi lagi, sehingga patogen
dapat menyebar dengan lebih mudah dalam tubuh jenazah.
Personel yang bertugas menangani jenazah baik secara langsung maupun tidak
langsung beresiko terjangkit infeksi blood-borne virus seperti Human Immunodeficiency
Virus (HIV), Hepatitis B, Hepatitis C, dan Tuberkulosis serta infeksi dari patogen–
patogen lainnya.

Mycobacterium tuberculosis memiliki risiko infeksi serius jika terhirup dan dapat
ditularkan ke pekerja pemulasaran jenazah. 90% infeksi kuman ini berasal dari aerosol
yang akan menyebabkan tuberkulosis pulmonal, sedangkan 5–10% masuk dari luka di
kulit atau melalui tusukan jarum suntik yang akan menyebabkan infeksi kulit
(“prosector’s wart”, atau “verruca necrogenica”). Transmisi melalui membrana mukosa
dalam kamar jenazah belum pernah dilaporkan.

Patogen yang dapat menular melalui darah, terutama virus, sebagian besar berasal
dari inokulasi melalui kulit. Beberapa virus, seperti Human Immunodeficiency
Virus(HIV), Hepatitis B, dan Hepatitis C, bertahan dalam jangka waktu yang lama dalam
tubuh jenazah setelah kematian pasien.Human Immunodeficiency Virus (HIV) misalnya,
telah dilaporkan dapat bertahan hidup hingga enam belas hari setelah kematian, dan

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 3

3
[Type here]

dalam empat belas hari masih berada dalam limpa bila berada dalam suhu kamar. Virus
tersebut masih dapat ditemukan dan diisolasi dari tulang kranial, otak, cairan
serebrospinal, kelenjar getah bening, limpa, dan darah dalam waktu lima hari setelah
kematian meskipun jenazah berada dalam suhu 6⁰C
SDM di kamar jenazah adalah seorang perawat yang mempunyai kemampuan dalam
perawatan jenazah. Perawat tersebut telah memiliki pengetahuan tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi sehingga selalu disiplin dalam penggunaan.
1.3 Definisi
Pelayanan kamar jenazah adalah perlakuan terhadap pasien setelah meninggal,
perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi
ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik pasien.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban meninggal dunia serta
mencegah penularan penyakit.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tersedianya standar kamar jenazah di Rumah sakit yang dapat dipakai sebagai acuan
oleh Rumah sakit dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi korban
meninggal dunia dan keluarganya.

BAB II
RUANG LINGKUP

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 4

4
[Type here]

2.1 Prinsip Pelayanan Jenazah


Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia, karena ia
adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan/adatnya, perlakuan sopan dan tidak merusak badan tanpa
indikasi atau kepentingan kemanusiaan, termasuk penghormatan atas kerahasiaannya.
Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya hal
yang membahayakan petugas.
2.2 Fungsi Ruang Jenazah
1. Tempat meletakkan/penyimpanan sementara jenazah sebelum diambil keluarganya.
2. Tempat memandikan/dekontaminasi jenazah.
3. Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan
4. Otopsi jenazah.
5. Ruang duka dan pemulasaraan.
2.3 Persyaratan Khusus Kamar Jenazah
1. Kapasitas ruang jenazah minimal memiliki jumlah lemari pendingin 1% dari jumlah
tempat tidur (pada umumnya 1 lemari pendingin dapat menampung ±4 jenazah) atau
tergantung kebutuhan.
2. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan beberapa instalasi lain
yaitu instalasi gawat darurat, Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, dan Instalasi ICU.
3. Area tertutup, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.
4. Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding keramik, lantai kedap air,
tidak berpori, mudah dibersihkan.
5. Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda/ double.
6. Memiliki sistem pembuangan limbah khusus.

2.4 Ciri Khusus Pelayanan Jenazah


Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap sosial budaya keluarga
orang tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan prasarana pelayanan.
Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana kekagetan, kesedihan atau rasa haru luar
biasa yang dapat menjurus pada keputus asaan keluarga atau kenalan. Hal-hal tesebut
memunculkan suasana yang seringkali emosional, dengan akses kemarahan yang dapat
membahayakan dokter atau petugas kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan
prasarananya.

2.5 Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah


Pelayanan terkait kamar jenazah dikelompokkan dalam 6 kategori, yaitu:
1. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”
Cakupan pelayanan ini adalah bagian akhir dari pelayanan kesehatan yang dilakukan
rumah sakit, setelah pasien dinyatakan meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan
kepada pihak keluarga.

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 5

5
[Type here]

2. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban meninggal atau “mayat luar”


Rumah sakit pemerintah sering merupakan sarana bagi dibawanya jenazah atau mayat
tidak dikenal atau memerlukan identitas dari luar kota setempat yang memerlukan
pemeriksaan forensik, yaitu visum luar dan visum dalam (pemeriksaan otopsi),
keduanya dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan luan dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik) dilakukan di ruang otopsi.
Kedunya dilakukan di meja otopsi (kalau dapat merangkap brankar lemari pendingin).
Pelayanan campuran (korban mati yang pernah dirawat)
3. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya seperti: pencarian orang hilang, rumah
duka/penitipan jenazah.
4. Pelayanan korban bencana atau korban meninggal dunia massal
5. Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan/penelitian

2.6 Tujuan Pelayanan


a. Pencegahan Penularan Penyakit
Seseorang yang meninggal disebabkan oleh penyakit menular seperti HIV &
AIDS adalah suatu kematian yang wajar, karena kematianmerupakan bagian dari siklus
ke hidupan; yaitu lahir, hidup dan mati. Masyarakat dan keluarga terdekat tidak perlu
khawatir dan takut akan terjangkit penyakit menular, termasuk HIV & AIDS. Namun kita
tetap mempertimbangkan saran dari kalangan medis yaitu kewaspadaan universal.
a) Prinsip dalam Pemulasaraan Jenazah ODHA
1. Selalu menerapkan Kewaspadaan Universal (memperlakukan setiap cairan tubuh,
darah dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan yang infeksius).
2. Pastikan jenazah sudah didiamkan selama kurang lebih 4 (empat) jam sebelum
dilakukan perawatan jenazah. Ini perlu dilakukan untuk memastikan kematian seluler
(matinya seluruh sel dalam tubuh)
3. Tidak mengabaikan budaya dan agama yang dianut keluarga.
4. Tindakan petugas mampu mencegah penularan.
b) Ketentuan Umum Penanganan Jenazah
1. Semua petugas/keluarga/masyarakat yang menangani jenazahsebaiknya telah
mendapatkan vaksinasi Hepatitis-B sebelum melaksanakan pemulasaraan jenazah
(catatan: efektivitas vaksinasi Hepatitis-B selama 5 tahun).
2. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
3. Luka dan bekas suntikan pada jenazah diberikan desinfektan.
4. Semua lubang-lubang tubuh, ditutup dengan kasa absorben dan diplester kedap air.
5. Badan jenazah harus bersih dan kering.
6. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh di buka lagi.
7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk pengawetan atau autopsi, kecuali
oleh petugas khusus.
8. Dalam hal tertentu autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
pimpinan Rumah Sakit.

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 6

6
[Type here]

a) Kewaspadaan Universal Petugas/Keluarga/Masyarakat

Kewaspadaan Universal (Universal Precautionadalah tindakan pengendalian


infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan/ keluarga/ masyarakat
dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi. Secara umum, Kewaspadaan
Universal meliputi :

1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai


2. Cuci tangandengan sabun guna mencegah infeksi silang
3. Pemakaian alat pelindung diri, misalnya pemakaian sarung tangan untuk mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang
7. Pengelolaan linen
b. Penegakan Hukum
Sesuai dengan peraturan / perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik dokter umum, dokter ahli
Kedokteran Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik), maupun dokter spesialis klinik
lain wajib member bantuan kepada pihak yang berwajib untuk kepentingan
peradilan, bila diminta oleh petugas kepolisian / pihak penyidik yang berwenang.
Pada pelaksanaan pelayanan pemeriksaan medis secara kedokteran forensik
sekalipun dapat dimintakan kepada setiap dokter, baik dokter umum, dokter spesialis
klinik maupun dokter spesialis forensik, namun untuk memperoleh hasil yang
optimal baik ditinjau dari segi kepentingan pelayanan, bantuan untuk proses
peradilan dan segi kepentingan pelayanan kesehatan sebaiknya pemeriksaan
dilakukan oleh dokter spesialis forensik.
2.7 Penatalaksanaan Jenazah di Rumah Sakit
Pasien yang datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan
2. Pasien yang mengalami kekerasan
Ad.1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal dunia, langsung diberi
surat kematian. Kemudian dibawa ke kamar jenazah hanya untuk dicatat dalam buku
register.
Ad.2 Pasien yang mengalami kekerasan misalnya karena percobaan bunuh diri,
kecelakaan dan pembunuhan, pasien overdosis narkoba disamping dokter menolong
pasien, dokter melapor polisi atau menyuruh keluarga pasien untuk melapor polisi.
Apabila pasien meninggal dokter tidak memberikan surat kematian tetapi korban
dikirim ke kamar jenazah dengan disertai surat pengantar yang ditandatangani oleh
dokter yang bersangkutan.
Apabila kamar jenazah menerima korban dari IRD teapi belum ada Surat
Permohonan Visum et Repertum (SPVeR), maka petugas menyuruh keluarga korban

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 7

7
[Type here]

untuk melapor ke Polisi dimana peristiwa tersebut terjadi. Apabila keluarga menolak
melapor ke polisi dan tetap bersikeras membawa jenazah, maka diberikan surat
pernyataan dan tidak diberikan surat kematian. Apabila jenazah sudah dilengkapi dengan
SPVeR, maka keluarga korban diminta membuat surat pernyataan tidak keberatan untuk
dilakukan otopsi (bedah jenazah). Setelah selesai otopsi dibuatkan surat kematian.

2.8 Embalming dan Pengiriman Jenazah


Embalming atau pengawetan jenazah dilakukan dengan formalin. Pengiriman
jenazah harus dilakukan embalming (hati-hati dalam pengiriman Jangandisertai dengan
barang illegal, seperti: narkoba). Harus dibuat berita acara pemetian kalau perlu dilibatkan
polisi. (Contoh Berita Acara terlampir)

BAB III
TATA LAKSANA

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 8

8
[Type here]

SDM kamar jenazah di Rumah Sakit RS Pusura Candi adalah seorang petugas yang
mempunyai kemampuan dalam perawatan jenazah. Petugas tersebut telah memiliki
pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga selalu disiplin dalam
penggunaan.
Sarana Kamar jenazah di Rumah Sakit Pusura Candi

Alur jenazah non infeksius di ruangan rawat inap dibawa ke kamar jenazah melewati
jalur evakuasi jenazah. Untuk alur jenazah infeksius juga melewati jalur evakuasi jenazah tapi
jalan yang sudah dilalui akan di desinfektan oleh CS.
Kamar Jenazah di Rumah Sakit Pusura Candi sssshanya sebagai tempat transit.
Apabila ada pasien meninggal yang terkena penyakit infeksius maka akan dimandikan oleh
petugas yang menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Setelah di mandikan jenazah
di masukkan ke dalam kantong jenazah. Adapun air bekas mandi jenazah akan masuk ke
instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

BAB IV
DOKUMENTASI

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 9

9
[Type here]

PEDOMAN PEMULASARAN JENAZAH 10

10

Anda mungkin juga menyukai