Anda di halaman 1dari 37

PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ....... .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Pendahuluan ............................................................................ 1

1.2 Dasar Hukum........................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................... 2

1.4 Kebijakan .................................................................................. 2

BAB II RUANG LINGKUP ....................................................................... 4

2.1 Pengertian ................................................................................ 4

2.2 Pokok-Pokok Kegiatan ............................................................ 6

1. Pengelolaan Limbah Padat Medis .................................... 6

2. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis ............................ 9

BAB III TATA LAKSANA .......................................................................... 10

3.1 Pengelohan Limbah Padat ...................................................... 10

3.1.1 Penanganan Limbah Padat Medis ............................... 10

3.1.2 Penanganan Limbah Padat Non Medis ....................... 18

3.1.3 Prosedur dan Instruksi Kerja........................................ 20


3.1.4 Alur Kerja/ Skema Pengolahan Sampah ...................... 26
3.2 Pengolahan Limbah Cair
3.2.1 Kebijakan Tentang Pengendalian Limbah Cair .......... 26
3.2.2 Prosedur Pembuangan Limbah Cair ........................... 29
3.2.3 Skema Pengelolahan Limbah Cair .............................. 31
3.2.4 Diagram Air IPAL ......................................................... 32

3.3 Penutup .................................................................................... 32

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan fungsinya, Rumah Sakit berdasarkan Undang-


Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah Institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan di dalam Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, rumah sakit merupakan tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,

baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, Pemda dan/atau masyarakat.

Sebagai suatu sarana pelayanan kesehatan, rumah sakit melakukan

aktivitas yang mengakibatkan timbulnya limbah. Limbah tersebut, dalam

berbagai ketentuan yang ada, hendaknya dikelola dengan baik sehingga

dapat memberikan manfaat secara ekonomi bagi rumah sakit, sehat bagi

pasien dan/atau pengunjung maupun petugas serta aman bagi lingkungan.

1.2. DASAR HUKUM

Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan sebagai dasar

dalam pengelolaan limbah di rumah sakit, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

(Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 4851);

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5059); Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

3
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5059);

3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI


Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran

Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI

Nomor 5072);

1.3. TUJUAN

1. Mencegah infeksi nosokomial

2. Menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja;


3. Mencegah pencemaran lingkungan;

4. Mereduksi volume sampah non medis;

5. Kepentingan rumah sakit bersih dan hijau (clean and green)

1.4. KEBIJAKAN

1. Pemilahan limbah, harus dilakukan mulai dari sumber yang

menghasilkan limbah (ruangan-ruangan).

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali, harus dipisahkan dari

limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam, harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus

anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang

yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya (menggunakan

Safety box).

4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.
5. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan

penggunaan wadah dengan warna dan/atau label tertentu;

4
6. Daur ulang tidak dilakukan di Rumah Sakit Pusura Candi

7. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor,

dan diberi label bertuliskan ” Limbah Sitotoksis”.

8. Seluruh limbah medis, baik yang berasal/bersumber dari Internal


maupun Eksternal RUMAH SAKIT PUSURA CANDI, harus

ditangani dan dikelola dengan baik, dengan cara dimusnahkan dengan

menggunakan Alat Incenerator

9. Petugas pengelola harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD);

10. Tempat penampungan limbah padat khususnya sampah, tersedia

dalam jumlah dan jenis yang cukup;

5
BAB II

DEFINISI

1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari

kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang

berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari

limbah medis padat dan non-medis.


3. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah

infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam (limbah yang

berbentuk tajam, yang biasanya dipakai untuk tindakan invasif kepada


pasien seperti jarum suntik, jarum IV catheter, jarum spinal, jarum jahit

bedah bisturi, dan lain-lain), limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

kimiawi, limbah radioaktif (yang dihasilkan dari hasil kegiatan

radiologi), limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan


logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari

kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,

perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali

apabila ada teknologinya. Limbah ini jika dibedakan sesuai kemudahan

pembakarannya, dibagi menjadi limbah kering/non organik (yaitu

yang berasal dari benda mati biasanya berasal dari kegiatan sehari-hari

RS seperti kertas, plastik, kotak minuman, kardus, dan lain-lain), dan


limbah basah/organik yaitu yang berasal dari benda hidup/yang dapat

membusuk seperti sisa makanan, daun, buah, kulit buah, rumput, dan

lain-lain).

5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung

6
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya

bagi kesehatan.

6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari

kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,


perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme

patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme

tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan

penyakit pada manusia rentan. Di Rumah Sakit, sampah infeksius

berupa semua sampah dari hasil kegiatan perawatan dan pengobatan

pasien, baik yang kontak langsung dengan tubuh pasien atau cairan

tubuh pasien ataupun tidak kontak langsung, seperti : tabung syringe,


botol infus, catheter urine, urine bag, NGT, Verband dan lain-

lain.Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit

menular.
8. Limbah Farmasi berasal dari obat-obatan yamg kadaluarsa misalkan

obat-obatan yang terbuang karena batch yangb tidak memenuhi

spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi,obat-obatan yang

dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat dan obat-

obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan.

9. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan

stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan

bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan

yang sangat infeksius.


10. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari

persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang

mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat


pertumbuhan sel hidup. Di rumah sakit, limbah sitotoksis termasuk

7
bahan beracun berbahaya, terutama jika kontak dengan tubuh seperti

formalin, dan lain-lain.

11. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk

mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi


bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang

limbah (recycle).

12. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

yang berbentuk padat.


13. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,

dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

14. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

15. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam

yang menghasilkan timbulan sampah.


16. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah.
17. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah

diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat

pengolahan sampah terpadu.


18. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya

kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran

ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

19. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi

manusia dan lingkungan.


20. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3

adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat


mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat

8
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lainnya;

21. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,

mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3;

9
BAB II

RUANG LINGKUP

1. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS

a. Minimasi Limbah

1) Limbah harus direduksi dimulai dari sumber.

2) Limbah bahan kimia yang berbahaya dan beracun, harus dikelola

dan diawasi, penggunaannya;

3) Rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan

farmasi dengan baik;

4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah

medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan


harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

10
b. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya:

Warna

Kontainer/
No Kategori Keterangan
Kantong Lambang

Plastik

1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal

dengan simbol radioaktif

2 Sangat Infeksius Kuning Kantong plastik kuat, anti

bocor, atau kontainer

yang dapat disterilisasi

dengan botoklaf

3 Limbah Kuning Kantong plastik kuat dan

Infeksius, anti bocor, atau kontainer

patologi dan
anatomi

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat

dan anti bocor

5 Limbah kimia Coklat - Kantong plastic atau

dan kontainer

farmasi

11
c. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang

menghasilkan limbah.

2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari


limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus

anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang

yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.

5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui


proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus

dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia

harus dilakukan tes Bacillus subtilis.


6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan

kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali

pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan

kembali setelah melalui proses sterilisasi.

7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan

penggunaan wadah dan label.

8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit.

9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor,

dan diberi label bertuliskan ” Limbah Sitotoksis”.


d. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat

di Lingkungan Rumah Sakit Pusura Candi

1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil

limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

12
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu

pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling

lama 24 jam.

e. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit

1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas dengan tempat

yang kuat.

2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan

khusus.
f. Pengolahan dan Pemusnahan

1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke

tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi

kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis

padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis

limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan

otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.


2. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

a. Pemilahan dan Pewadahan

1) Pewadahan limbah padat non-medis, harus dipisahkan dari limbah

padat medis dan ditampung dalam kantong plastic warna hitam.

2) Tempat Pewadahan (Tong Sampah) limbah padat non medis,

dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah;

3) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah padat non medis

melebihi 2 ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian.

b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan

1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat

lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari,

harus dilakukan pengendalian.


2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan

binatang pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.

13
c. Pengolahan dan Pemusnahan

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus

dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

3. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air

atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen, sesuai

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995

atau peraturan daerah setempat.


4. PENGELOLAAN LIMBAH GAS

Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis

padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber


Tidak Bergerak.

14
BAB III

TATA LAKSANA

A.Pengolahan Limbah Padat

a. Penanganan Limbah Padat Medis

1. Minimasi Limbah

1) Menyeleksi bahan-bahan yang menghasilkan limbah sebelum

membelinya.

2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara

kimiawi.

4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam

kegiatan perawatan dan kebersihan.

5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai

menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.

6) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan

7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk

menghindari kadaluarsa.

8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan

9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh

distributor.
2. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber

yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda

tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi.


2) Tempat pewadahan limbah medis padat:

15
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap

air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian

dalamnya, misalnya fiberglass.

b) Di setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia


tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non

medis.

c) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila

2/3 bagian telah terisi limbah.

d) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat

khusus (safety box).

e) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik

yang tidak langsung kontak dengan limbah, harus segera


dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan

dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang

telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak

boleh digunakan lagi.

3. Tempat Penampungan Sementara

1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya

harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah

medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan

rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk

dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan

pada suhu ruang.

4. Transportasi

1) Kantong limbah padat medis sebelum dimasukkan ke kendaraan

pengangkut, harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan


tertutup.

16
2) Kantong limbah padat medis harus aman dari jangkauan manusia

maupun binatang.

3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung

diri yang terdiri :


a) Topi/helm;

b) Masker;

c) Pelindung mata;

d) Pakaian panjang (coverall);

e) Apron untuk industri;

f) Pelindung kaki/sepatu boot; dan

g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty

gloves)
5. Penanganan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis

1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam

a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen

infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan


panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk

limbah infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.

b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila

memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah

infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke

tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya

sudah aman.

2) Limbah Farmasi

a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan

insinerator pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary klin, dikubur

secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau


inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan

17
fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary klin, kapsulisasi

dalam drum logam, dan inersisasi.

b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan

kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan


tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan

melalui insinerator pada suhu diatas 1.000° C.

3) Limbah Sitotoksis

a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang

dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.

b) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke

perusahaan penghasil atau distribusinya, insinerasi pada suhu


tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan

kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan

ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan

bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.


c) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200° C dibutuhkan untuk

menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu

rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke

udara.

d) Insinerator dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200°

C dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000° C

dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok

untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.

e) Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih

gas. Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary klin yang

didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi yang

beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850° C.


f) Insinerator dengan 1 (satu) tungku atau pembakaran terbuka

tidak tepat untuk pembuangan limbah sitotoksis.

18
g) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik

menjadi senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya

untuk residu obat tapi juga pencucian tempat urin, tumpahan

dan pakaian pelindung.


h) Cara kimia relatif mudah dan aman meiputi oksidasi oleh Kalium

permanganat (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan

nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan

aluminium.

i) Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang

sempurna untuk pengolahan limbah. Tumpahan atau cairan

biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena

itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam menangani obat


sitotoksik.

j) Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia,

kapsulisasi atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara

yang dapat dipilih.


4) Limbah Bahan Kimiawi

a) Pembuangan Limbah Kimia Biasa

Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur seperti gula, asam
amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.

Namun demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi

persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan

melayang, suhu, dan pH.


b) Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil.

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang

terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi

pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).


c) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar

 Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah

untuk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan

19
kepada sifat bahaya yang dikandung oleh limbah tersebut.

Limbah tertentu yang bisa dibakar seperti banyak bahan

pelarut dapat diinsinerasi. Namun, bahan pelarut dalam

jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung


klorin atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali

insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.

 Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia

berbahaya tersebut ke distributornya yang akan

menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain

yang mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya.

 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan

limbah kimia berbahaya:


1) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus

dipisahkan untuk menghindari rekasi kimia yang tidak

diinginkan.

2) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh


ditimbun karena dapat mencemari air tanah.

3) Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak

boleh dikapsulisasi karena sifatnya yang korosif dan

mudah Terbakar

4) Limbah padat bahan kimia berbahaya cara

pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu

kepada instansi yang berwenang.

5) Limbah Kandungan Mercuri

a) Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh

dibakar atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara

dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena

dapat mencemari air tanah.


b) Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai

fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi.

20
Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat

penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir untuk

limbah yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah

dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila


hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
6) Limbah Kontainer Bertekanan

a) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan

adalah dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila

masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor

untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair

dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah


bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

b) Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran

atau insinerasi karena dapat meledak, yaitu:

1. Kontainer yang masih utuh

Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya

adalah :

 Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya

disatukan dengan peralatan anestesi.


 Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya

disatukan dengan peralatan sterilisasi

 Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen,

nitrogen, karbon dioksida, udara bertekanan,

siklopropana, hidrogen, gas elpiji, dan asetilin.

2. Kontainer yang sudah rusak

Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus

dihancurkan setelah dikosongkan kemudian baru dibuang ke


landfill.

3. Kaleng aerosol

21
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang

bersama dengan limbah biasa dalam kantong plastik hitam

dan tidak untuk dibakar atau diinsinerasi. Limbah ini tidak

boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan


dikirim ke insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak

sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi daur

ulang bila ada.


7) Limbah Radioaktif

a) Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam

kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan,

infrastruktur, organisasi pelaksana, dan tenaga yang terlatih;


b) Setiap rumah sakit yang menggunkan sumber radioaktif yang

terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus

menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang radiasi;

c) Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan

radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan;

d) Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring

dosis dan kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan

menjamin pelacakan limbah radioaktif dalam pengiriman


maupun pembuangannya dan selalu diperbarui datanya setiap

waktu;

e) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan

ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian,

penyimpanan, dan pembuangan. Kategori yang memungkinkan

adalah :

 Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived),

(misalnya umur paruh < 100 hari), cocok untuk penyimpanan


pelapukan,

 Aktifitas dan kandungan radionuklida,

 Bentuk fisika dan kimia,

22
 Cair : berair dan organik,

 Tidak homogen ((seperti mengandung lumpur atau padatan

yang melayang),

 Padat : mudah terbakar/ tidak mudah terbakar (bila ada) dan


dapat dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada)

 Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang

dihabiskan,

 Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan

berbahaya (patogen, infeksius, beracun).

f) Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam

kontainer, dan kontainer limbah tersebut harus :

 Secara jelas diidentifikasi,


 Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan

 Sesuai dengan kandungan limbah,

 Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,

 Kuat dan saniter.


g) Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :

 Nomor identifikasi,

 Radionuklida,

 Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal

pengukuran,

 Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),

 Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,

 Orang yang bertanggung jawab.

h) Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong

plastik transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastic

i) Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan

teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP


Nomor 27 Tahun 2002) dan kemudian diserahkan kepada BATAN

untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada negara

23
distributor. Semua jenis limbah medi termasuk limbah radioaktif

tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah

domestik (landfill) sebelum dilakukan pengolahan terlebih ahulu

sampai memenuhi persyaratan.


3.1.2 Penanganan Limbah Padat Non Medis

1. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis

1) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang

dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat

dimanfaatkan kembali

2) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah basah

dan limbah kering.

2. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis


1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap

air, dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada

bagian dalamnya, misalnya fiberglass.

2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa


mengotori tangan.

3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai

dengan kebutuhan.

4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24

jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah,

maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor

penyakit atau binatang pengganggu.

3. Pengangkutan Limbah Padat Non Medis

Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat

penampungan sementara menggunakan troli tertutup.

4. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara

1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis


sementara dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan

dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat

24
tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan

sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.

2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air,

bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi
serta mudah dibersihkan.

3) Terletak pada lokasi yang muah dijangkau kendaraan pengangkut

limbah padat.

4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.


5. Pengolahan Limbah Padat

Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau

memusnakan limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang


masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk

limbah padat organik dapat diolah menajdi pupuk.


6. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir

Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan

akhir yang dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.


3.1.3 PROSEDUR/ALUR DAN INSTRUKSI KERJA

1. Kebijakan dan Standard Tempat Sampah di Rumah Sakit Pusura

Candi

1) Tempat sampah berbentuk tabung meninggi dilengkapi dengan

Knop Pembuka yang digerakkan dengan cara menginjaknya.

Sehingga tangan tidak bersentuhan langsung dengan tempat

sampah.

2) Tempat sampah terbuat dari plastik yang kuat, warna tidak

diitentukan, dilengkapi lambang infeksius , bagian dalamnya


rata/licin, tidak bertekstur yang dapat menambah kemungkinan

menempelnya kotoran.

3) Tempat sampah ada beberapa ukuran:

25
a) Ukuran kecil untuk disediakan di setiap Kamar mandi;

b) Ukuran sedang untuk disediakan di dalam tiap ruangan rawat

inap dan unit– unit pelayanan;

4) Ukuran besar untuk disediakan di beberapa tempat di koridor, dan


lingkungan RS

5) Tempat sampah di kamar mandi terdiri dari tempat sampah ukuran

kecil yang ada pijakannya.

6) Tempat sampah di ruangan-ruangan rawat inap dan unit-unit

pelayanan terdiri dari tempat sampah non medis

7) Tempat sampah di koridor dan lingkungan RS terdiri dari tempat

sampah non medis

8) Tempat sampah di bagian radiologi terdiri dari tempat sampah non


medis (domestik), sampah infeksius dan tempat sampah radioaktif;

9) Bagian dalam tempat sampah dilengkapi dengan kantung sampah

sedemikian rupa sehingga sampah yang dibuang ke dalam tempat

sampah tersebut ditampung dengan baik oleh kantung sampah


tersebut.

10) Kantung sampah untuk tempat sampah padat non medis berwarna

hitam dan Kantung sampah untuk tempat sampah infeksius (medis)

berwarna kuning;

11) Kantung sampah untuk tempat sampah radioaktif berwarna merah;

12) Kantung sampah untuk tempat sampah cytotoksik berwarna Ungu,

namun demikian pemakaian warna yang seragam / hitam dengan

diberikan tulisan sesuai dengan jenis sampah, masih diperbolehkan

mengingat keterbatasan logistik;

13) Diberi petunjuk yang jelas pada tempat sampah mengenai nama

tempat sampah dan jenis sampah yang ditampungnya;

14) Tempat penampungan benda tajam terbuat dari kardus yang tahan
tusukan seperti safety box yang berwarna kuning

26
2. Kebijakan Tempat Penampungan Sampah Sementara di Rumah Sakit

Pusura Candi

1) Tempat penampungan sampah sementara bertempat di Area

belakang, yang terbagi menjadi tempat penampungan sampah padat


medis dan sampah padat padat medis;

2) Tempat penampungan sampah padat non medis, berada disebelah

selatan gedung RS Pusura Candi

3. Kebijakan Tempat Pengolahan Sampah Akhir

1. Sampah Domestik (Non Medis Kering);

Lokasi : TPS Sampah domestik

2. Sampah Domestik (Non Medis Basah/Rumput, Daun, dll);

Lokasi : TPS Sampah domestik;


3. Sampah Medis;

Lokasi : TPS Limbah B3

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengiriman Sampah oleh Petugas

Kebersihan

1) Sampah di masukkan ke dalam tempat sampah sesuai jenisnya:

a) Sampah domestic (non medis) dimasukkan ke dalam tempat

sampah domestik (non medis), berisi kantung sampah berwarna


hitam;

b) Sampah infeksius (medis) dimasukkan ke dalam tempat sampah

infeksius (medis) berisi kantung sampah berwarna kuning;

c) Sampah radioaktif dimasukkan ke dalam tempat sampah

radioaktif berisi kantung sampah berwarna merah;


d) Sampah cytotoksik dimasukkan ke dalam tempat sampah

cytotoksik berisi kantung sampah berwarna Ungu;

e) Sampah benda tajam dimasukkan ke dalam tempat tahan

tusukan, berupa botol, ataupun safety box.

27
2) Petugas Kebersihan (cleaning service) mengambil sampah di ruangan

setiap hari menggunakan trolley, mulai pukul 06.00 wib sampai

dengan pukul 13.00 wib

3) Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan sore dan malam


hari, untuk sementara ditampung dalam tas plastic dan ditaruh dalam

bak sampah tertutup di masing-masing ruangan, dan selanjutnya

besok pagi dikirim oleh Petugas Kebersihan Ruangan (Cleaning

Service) ke tempat penampungan sampah sementara rumah sakit

(sekitar incinerator) dengan menggunakan trolley sampah.

4) Kantung sampah domestik (non medis) yang sudah penuh 2/3-nya

diambil dan diganti dengan kantung baru yang sama warnanya oleh
Petugas Kebersihan (Cleaning Service);

5) Sampah cytotoksik dikelola oleh perawat dan/atau petugas


laboratorium kemudian dikirim ke incinerator oleh Petugas

Kebersihan (Cleaning Service);

5. Prosedur Penerimaan Sampah Medis Internal

1) Petugas Incinerator menerima sampah medis dari Petugas Kebersihan

Ruangan, di mana sampah telah dipisahkan antara sampah tajam yang

menggunakan Safety Box dan sampah medis lainnya yang


menggunakan Tas Plastik Berwarna Kuning (untuk sampah infeksius,

limbah infeksius serta patologi dan anatomi);

2) Petugas Kebersihan Ruangan membawa sampah medis ke dalam

Ruang Incinerator dan bersama-sama Petugas Incinerator menimbang

sampah medis dengan Alat Timbang yang sudah tersedia di dalam

Ruang Incinerator, selanjutnya menaruhnya pada Ruang Penyimpanan

Sementara dikunci oleh Petugas Incinerator.

28
3.1.4 ALUR KERJA/SKEMA PENGOLAHAN SAMPAH

R.Administrasi /
Tempat Sampah
Kantor
Domestik / Kantung TPS TPA
Plastik Warna Hitam Umum

Dapur / Kantin

R. Perawatan

Tempat Sampah
R. Poliklinik / UGD Infeksius / Kantung
Plastik Warna
Kuning TPS Diangkut
LB3 pihak ke-3
R. Operasi / Tempat Sampah
R.Bersalin Cytotoksik /
Kantung Plastik
Warna Merah
Laboratorium

Farmasi

Laundry dll

Radiologi

29
3.2 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

3.2.1 Kebijakan tentang Pengendalian Limbah Cair

1. Pengertian Limbah Cair adalah air buangan dan tinja yang berasal

dari Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang

berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan;

2. Limbah Cair menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam :

1) Limbah yang berasal dari tubuh manusia : Urine, faeces, darah,

muntahan, secreta (dahak, ingus,pus)

2) Limbah yang berasal dari kegiatan medis : cairan chlorine,

larutan savlon, larutan antiseptik, desinfektan, sisa obat cair, dll

3) Limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari : air mandi,

cucian piring, dll

4) Limbah air hujan.

3. Limbah cair menurut pengelolaannya, dibedakan menjadi :

1) Limbah yang masuk saluran air dan dikelola melalui

Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

2) Limbah yang dikelola dalam septic tank : Faeces

3) Limbah air hujan melalui saluran drainase.

4. Standard Saluran Air Limbah menuju Instalasi Pengolahan

Limbah (IPAL) rumah sakit:

1) Merupakan saluran - saluran yang mengarah pada satu

tempat, yaitu IPAL

2) Merupakan saluran tertutup semi permanen, terbuat dari

Pipa Paralon berkualitas baik. Saluran yang terdapat di luar

tanah diberi warna merah


3) Terdapat bak-bak kontrol di tempat-tempat tertentu.

5. Standard Ruang Toilet/Kamar mandi rumah sakit:

30
1) Terdapat di semua ruang rawat inap dan unit pelayanan

rumah sakit

2) Menurut pemakainya, dibagi atas :

o Toilet ruangan rawat inap, diperuntukkan bagi pasien


dan penunggu pasien

o Toilet pengunjung, diperuntukkan bagi pengunjung,

terbagi atas toilet pria dan wanita

o Toilet Karyawan diperuntukkan bagi karyawan rumah

sakit

3) Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas

lahan

4) Lantai terbuat dari keramik, dan tidak licin


5) Jamban duduk terbuat dari keramik dilengkapi reservoar

air minimal 5L dan siphon penahan bau;

6) Jamban jongkok terbuat dari keramik dilengkapii siphon

penahan bau
7) Pembuangan air dilengkapi sipon penahan bau

8) Tersedia bak mandi atau shower sesuai kebutuhan

9) Lubang udara berhubungan dengan ruang bebas

10) Terdapat tanda peringatan untuk menjaga kebersihan, dan

penghematan air

6. Standard Spoolhoek

1) Tempat untuk membuang darah dan duh tubuh lainya,

penempatan sememtara linen kotor dan tempat melakukan

pembersihan alat-alat medis yang terkontaminasi.

2) Bukan tempat cuci tangan

3) Terdapat di unit pelayanan UGD, Poliklinik, Rawat inap,

OK, VK, ICU.


4) Terbuat dari Stainless steel, dilengkapi tutup lubang, dan

siphon

31
5) Tersedia air bersih dengan keran yang mudah dibuka

tutup dan tidak berkarat

6) Tersedia tanda peringatan bukan tempat cuci tangan

7. Standard saluran faeces


1) Toilet duduk dilengkapi reservoar air minimal 5 L dan

siphon penahan bau

2) Toilet jongkok dengan siphon penahan bau

3) Pipa Paralon dibawah tanah diameter minimal 3 Inch

8. Standard Septic Tank

1) Komposisi semen, pasir dan Batu bata.

2) Terdiri dari 2 ruangan penampung feces dan 1 reservoar

air yang terhubung dengan saluran limbah menuju IPAL, 1


lubang udara yang menuju lahan terbuka

3) Dimensi tergantung kapasitas ruangan dan perkiraan

pemakai toilet

4) Kapasitas tergantung dimensi septic tank


9. Standard Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

1) IPAL berfungsi mengolah limbah cair non tinja sebelum

dibuang ke badan air lingkungan

2) IPAL terdiri dari :

a) Bak Pengumpul (slump well): berfungsi untuk

menampung limbah cair dari seluruh kegiatan RS

sebelum diolah pada unit selanjutnya. Pada bak ini

akan terendap partikel-partikel kasar dan mudah

mengendap.

b) Bak Sedimentasi awal : berfungsi untuk

mengendapkan partikel-partikel kasar yang belum

terendapkan di bak pengumpul. Pada bak ini diberikan


koagulan untuk menambah sedimentasi. Bahan

koagulan yang digunakan akan ditentukan kemudian.

32
c) Bak Aerasi : Berfungsi mensuplai oksigen permberian

oksigen dilakukan dengan menggunakan blower

selama 24 jam secara terus menerus.

d) Bak Filtrasi : Berfungsi menyaring partikel halus yang


mungkin lolos dari bak pengendap. Jenis Filtrasi yang

digunakan adalah Slow sand filter. Bahan yang

digunakan untuk filter adalah batu taman.

e) Bak Indikator : Berfungsi sebagai indicator air limbah

yang sudah terolah dengan pemberian ikan.

f) Bak Klorinasi : Berfungsi membunuh kuman patogen,

oksidasi Fe dan Mn, menghilangkan rasa dan bau,

menghilangkan warna, mengontrol lumut. Bahan yang


digunakan adalah chlorine.

g) Proses pengolahan melalui IPAL dilakukan setiap

hari;

h) Pengolahan melalui IPAL dilaksanakan oleh petugas


pemeliharaan yang sudah dilatih secara internal.

3.2.2 Prosedur Pembuangan Limbah Cair

1) Faeces dari pasien/penunggu/pengunjung/karyawan sendiri


dalam toilet diguyur air yang banyak, minimal 5 L, hingga

faeces benar-benar masuk seluruhnya dan tidak timbul lagi

2) Faeces dari pasien dalam pispot dialirkan dengan air kedalam

toilet kemudian diguyur air yang banyak, minimal 5 L, hingga

faeces benar-benar masuk seluruhnya dan tidak timbul lagi.

Pispot dibersihkan diatas Spoolhoek hingga bersih. Petugas

cuci tangan dengan sabun antiseptik.

3) Urine dari pasien/penunggu/pengunjung/karyawan sendiri


dalam toilet diguyur air yang banyak, minimal 2 L, hingga

urine benar-benar masuk seluruhnya dan tidak

33
berbau/berwarna. Guyur sekitar toilet untuk membersihkan

cipratan di lantai.

4) Urine dari pasien dalam Urinal dialirkan dengan air kedalam

toilet kemudian diguyur air yang banyak, minimal 2 L, hingga


Urine benar-benar masuk seluruhnya dan tidak

berbau/berwarna. Urinal dibersihkan diatas Spoolhoek hingga

bersih. Petugas cuci tangan dengan sabun antiseptik

5) Cairan tubuh : Darah, cairan ascites, cairan pleura, pus,

secreta, dahak, ingus, muntahan, dibuang ke dalam spoelhoek,

diguyur air yang banyak. Cuci tangan dengan sabun

antiseptik di wastafel.

6) Sisa obat cair / infus dibuang melalui spoolhoek, diguyur air.

34
3.2.3 Skema Pengolahan Limbah Cair

Kamar Operasi

RESERVOI
Kamar Bersalin
R SUMBER AIR PRIGEN

Poliklinik RESERVOIR

UGD
SUMBER AIR

AIR PRIGEN KAMAR MANDI / WC


Dapur

Laundry LAIN - LAIN

Apotik
SEPTIC TANK

Ruang Perawatan /
wastafel / spoolhoek

Laboratorium

Radiologi

IPAL

BADAN AIR

35
Diagram Alir IPAL

36
BAB 1V

DOKUMENTASI

Monitoring pengelolaan limbah tiap 1 bulan sekali, hasilnya akan dilakukan

evaluasi. Untuk inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih Rumah Sakit

dilaksanakan minimal 1 tahun sekali (Permenkes No. 7 Tahun 2019 tentang

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ).

37

Anda mungkin juga menyukai