Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam lingkup ilmu kedokteran saat ini, sebagian besar masyarakat


menginginkan pelayanan kesehatan terbaik, baik dari segi penanganan kondisi
medis pasien, fasilitas yang memadai dan layak, bahkan sampai pelayanan
terhadap jenazah juga termasuk di dalamnya.1

Masih jelas dalam ingatan kita ledakan Bom di malam Natal tahun 2000
dibeberapa kota di Indonesia yang terjadi secara bersamaan, Bom Bali tahun
2002 serta Bom di Hotel J.W. Marriott Jakarta tahun 2003 yang
menimbulkan banyak korban mati. Korban mati massal akibat bencana
tersebut dirujuk ke Rumah Sakit untuk penanganan dan identifikasi
jenazah, namun ternyata Rumah Sakit yang dituju tidak mampu
menampung seluruh korban karena selama ini Rumah Sakit tidak
mengantisipasi datangnya korban mati massal secara bersamaan. 2

Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya mempersiapkan


sarana, prasarana dan sumber daya manusia untuk penanganan korban mati
massal. Fasilitas kamar jenazah Rumah Sakit berperan penting sebagai
sarana dalam penanganan dan identifikasi jenazah korban massal pada
bencana diatas.

Rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan fasilitas kamar jenazah dan


pemulasaran jenazah. Setelah seseorang meninggal, jenazahnya segera
dipindahkan ke unit pemulasaran jenazah. Adapun fungsi dari instalasi tersebut
adalah sebagai tempat persemayan sementara sebelum keluarga membawa
jenazah tersebut untuk dimakamkan, tempat persemayan sementara bagi jenazah
yang tidak dikenal sebelum pemakaman oleh pihak rumah sakit, tempat untuk
mengenali dan mengidentifikasi jenazah oleh keluarga, polisi, dan pihak yang
bersangkutan dengan jenazah, tempat menerima jenazah yang memerlukan
pemeriksaan patologi postmortem, tempat menerima jenazah yang dibawa ke

1
rumah sakit untuk kepentingan medikolegal postmortem sebelum dimakamkan,
serta sebagai sarana belajar ilmu kedokteran forensik bagi mahasiswa kedokteran
di rumah sakit pendidikan.2,3

Melihat banyaknya fungsi dari kamar jenazah, instalasi ini harus bersih
dan bebas dari kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas atau
penyulit analisa kemurnian identifikasi jenazah. Demikian pula harus aman bagi
petugas yang bekerja, termasuk terhadap risiko penularan jenazah terinfeksi
karena penyakit yang menyebabkan kematian. Oleh karena itu, diperlukan standar
standar minimal pelayanan kamar jenazah di rumah sakit yang seharusnya
disesuaikan dengan pelayanan tipe rumah sakit yang bersangkutan. Mengacu
kepada hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya dan mengingat akan
pentingnya pelayanan kamar jenazah bagi masyarakat yang telah
terstandardisasi secara nasional, hal ini penting untuk dibahas guna
mengetahui lebih dalam mengenai standar kamar jenazah yang seharusnya ada
di setiap rumah sakit atau instansi pelayanan kesehatan lainnya dan bagaimana
hal tersebut dipandang dari aspek medikolegalnya. 2,3

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam referat ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan kamar jenazah ?


2. Bagaimana standar pelayanan kamar jenazah di Indonesia sesuai
dengan tipe Rumah Sakit?
3. Bagaimana standar pelayanan kamar jenazah di Luar Negeri?
4. Bagaimana sudut pandang pelayanan kamar jenazah dilihat dari
aspek medikolegal ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui standar pelayanan kamar jenazah

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengertian, prinsip pelayanan, jenis pelayanan, tujuan,

2
alur penatalaksanaan, sarana, prasarana, dan pembiayaan pelayanan
kamar jenazah.
2. Mengetahui standar pelayanan kamar jenazah sesuai dengan tipe
Rumah Sakit di Indonesia
3. Mengetahui standar pelayanan kamar jenazah di Luar Negeri
4. Mengetahui aspek medikolegal pelayanan kamar jenazah

1.4 Manfaat
1. Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi sumber
rujukan dalam memahami standar pelayanan kamar jenazah yang
terstandarisasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kamar Jenazah


Mortuary (Inggris British), morgue (Inggris Amerika), funeral home (Inggris
Amerika), atau kamar jenazah (Indonesia) adalah suatu ruangan di rumah sakit
yang digunakan untuk menyimpan jasad manusia.

3
Di Inggris biasanya digunakan kata “Rose cottage” / “rainbow room” untuk
menyebut kamar jenazah jika berkomunikasi dengan pasien agar terdengar lebih
halus. Istilah morgue berasal dari Prancis morguer yang berarti “terlihat khidmat”.
Istilah ini pertama kali digunakan untuk menggambarkan suatu tempat
penyimpanan sementara, di mana jenazah yang tidak dikenal dapat disimpan dan
diidentifikasi sementara waktu.4

2. 2. Standar Kamar Jenazah Di Indonesia


2. 2. 1. Pelayanan Kamar Jenazah
A. Prinsip Pelayanan Jenazah
Secara etis, jenazah diperlakukan secara hormat sebagaimana manusia
diperlakukan. Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah perawatan
kebersihan sebagaimana kepercayaan atau adatnya, perlakuan sopan dan tidak
merusak badan atau raganya tanpa indikasi atau kepentingan kemanusiaan,
termasuk penghormatan atas kerahasiaannya. Oleh karenanya kamar jenazah
harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya hal yang membahayakan
petugas atau penyulit analisa kemurnian identifikasi (termasuk kontaminasi
DNA dalam kasus forensik mati). Demikian pula aman bagi petugas yang
bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit
mematikan.4

Kamar Jenazah Menurut Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Depkes


RI 20044
Kamar jenazah harus memenuhi beberapa kriteria, seperti:
1. Kapasitas ruang jenazah disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah
lemari pendingin yang harus disesuaikan oleh rumah sakit adalah 1 %
dari jumlah tempat tidur.
2. Kamar jenazah mempunyai hubungan dengan unit-unit lain seperti:
 UGD
 Unit Kebidanan dan Penyakit Kandungan
 Unit Perawatan
 Unit Bedah
 Unit ICU
3. Persyaratan kamar jenazah:
 Dinding dilapisi porselen atau keramik
 Lebar pintu minimal 1,2 meter dan ketinggian 2,1 meter
 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihan, dan
berwarna terang

4
 Dilengkapi dengan sarana pembuangan air limbah
 Ada akses yang mudah dengan bagian patologi atau laboratorium.
 Mudah dicapai dari ruang perawatan, ruang gawat darurat, dan ruang
operasi.
 Dilengkapi dengan ruang ganti, petugas, dan toilet.
 Dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan-bahan untuk pemulasaran
jenazah, termasuk meja untuk memandikan jenazah.
 Dilengkapi dengan ruang tunggu dan ruang untuk
menyembahyangkan jenazah.

B. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah


Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap sosial budaya keluarga
orang tersebut menghadapi kematian secara tidak langsung akan mempengaruhi
sarana dan prasarana pelayanan. Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana
kekagetan, kesedihan atau haru luar biasa yang dapat menjurus pada keputusasaan
keluarga atau kenalan, kesibukan atau bahkan kebingungan untuk jenazah yang
harus segera dikubur pada suatu aturan agama tertentu (misalnya bagi orang islam
disunahkan untuk dikubur sebelum 24 jam), konfirmasi yang mendadak,
keputusan-keputusan dari keluarga, rasa ingin tahu masyarakat pada kasus
kematian khusus, atau bahkan suasana ketidak menentuan pada korban mati masal
atau mereka yang mencari keluarga / kenalannya yang hilang, dapat memunculkan
suasana yang seringkali emosional. Dampaknya dapat membahayakan
keselamatan dokter atau petugas kamar jenazah terkait, termasuk perusakan
sarana dan prasarananya. Dikaitkan dengan kasus forensik yang memerlukan
pengamanan jenazah sebagai barang bukti, hal- hal yang berkaitan dengan
dokumentasi dari barang bukti yang harus dijaga tingkat keasliannya sesuai
dengan kondisi pertama kali ditemukan, atau yang disebut Chain of Custody,
memerlukan sarana dan prasarana khusus. 4
Kamar jenazah seharusnya menjadi sarana yang dikelola secara integratif
disertai pelayanan penuh 24 jam dalam sehari. Demikian pula dalam pembahasan
tentang ruang, termasuk sarana dan prasarana kenyamanan seperti AC, ventilasi
ruangan yang baik, air yang mengalir lancar, cahaya terang siang atau lampu
terang di malam hari, dengan ruang publik dilengkapi oleh toilet umum dan
sarana telepon umum. 4

5
C. Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah
Pelayanan jasa yang terkait dengan kamar jenazah dapat dikelompokkan ke
dalam 5 kategori, yaitu4:
a. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”
Cakupan pelayanan ini merupakan bagian akhir pelayanan kesehatan
yang dilakukan di Rumah Sakit setelah pasien dinyatakan meninggal,
sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau pihak
berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban mati atau “mayat luar”
Rumah sakit pemerintah seringkali menjadi sarana bagi dibawanya
jenazah atau mayat tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan identitas
dari luar kota setempat yang memerlukan pemeriksaan forensik. Ada 2 jenis
pemeriksaan forensik, yaitu visum luar (pemeriksaan luar) maupun visum
dalam (pemeriksaan otopsi). Kedua pemeriksaan tersebut dapat dilakukan
dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang seperti patologi anatomi,
radiologi, toksikologi atau farmakologi, analisa mikrobiologi, dll.
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik) dilakukan
di ruang otopsi. Keduanya dilakukan di meja otopsi. Pelayanan campuran
(korban mati yang pernah dirawat).
c. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya seperti pencarian orang hilang,
rumah duka atau penitipan jenazah.
d. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal.
e. Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan atau penelitian.

D. Tujuan Pelayanan Kamar Jenazah


a. Pencegahan Penularan Penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena
penyakit menular misalnya HIV/AIDS, maka dalam perawatan jenazah
perawatan perlu diterapkan prinsip – prinsip sebagai berikut4:
1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya
tertular penyakit.
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran,
dll) bisa mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
3. Persiapan Universal Precaution:
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan googles
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan
e. Skot

6
f. Sepatu laras panjang (boot)
4. Alat yang dipakai merawat jenazah diperlakukan khusus dengan cara
dekontaminasi (direndam) dengan klorin 0,5% selama 10 menit.

Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga


mengidap penyakit menular (misal HIV/AIDS) maka pelaksanaan otopsi
tetap mengacu pada prinsip-prinsip universal precaution. Tetapi, bila
dikoordinasikan dengan penyidik untuk tidak dilakukan otopsi, cukup
dilakukan pemeriksaan luar. 4
b. Penegakan Hukum4
Sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku, yaitu
Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik dokter
umum, dokter ahli Kedokteran Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik),
maupun dokter spesialis klinik lain wajib memberi bantuan kepada pihak
yang berwajib untuk kepentingan peradilan, bila diminta oleh petugas
kepolisian atau pihak penyidik yang berwenang.
Pada pelaksanaannya, pelayanan pemeriksaan medis kedokteran
forensik dapat dilakukan oleh setiap dokter, baik dokter umum, dokter
spesialis klinik, maupun dokter spesialis forensik. Namun untuk
memperoleh hasil yang optimal, baik ditinjau dari segi kepentingan
pelayanan, bantuan untuk proses peradilan, dan segi kepentingan pelayanan
kesehatan, sebaiknya pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis forensik.

E. Penatalaksanaan jenazah di Rumah Sakit


Pasien datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan
2. Pasien yang mengalami kekerasan
Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal dunia,
langsung diberi surat kematian, kemudian dibawa ke kamar jenazah hanya
untuk di catat dalam buku register. Sedangkan pasien yang mengalami
kekerasan, misalnya karena percobaan bunuh diri, kecelakaan dan bunuh
diri, kecelakaan dan pembunuhan, pasien overdosis narkoba, peran dokter
selain menolong pasien juga memberi laporan pada polisi atau menyuruh
keluarga pasien untuk melapor polisi. Apabila pasien meninggal dokter tidak
memberikan surat kematian, tetapi korban dikirim ke kamar jenazah dengan

7
disertai surat pengantar yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.
4

Bila kamar jenazah menerima korban dari IGD, tetapi belum ada Surat
Permintaan Visum et Repertum (SPVeR), maka petugas meminta keluarga
korban untuk melapor ke polisi. Apabila keluarga menolak melapor ke polisi
dan tetap bersikeras membawa jenazah, maka diberikan surat pernyataan
dan tidak diberikan surat kematian. 4
Apabila jenazah sudah dilengkapi dengan SPVeR, maka keluarga
korban diminta untuk membuat surat pernyataan, tidak keberatan dilalukan
otopsi (bedah jenazah). Setelah otopsi, dibuatkan surat kematian.

F. Embalming dan Pengiriman Jenazah


Embalming atau pengawetan jenazah adalah proses untuk
mempertahankan penampilan jenazah tetap dalam kondisi yang baik untuk
jangka waktu lama. Embalming dilakukan untuk tujuan mencegah terjadinya
pembusukan atau dekomposisi. Embalming biasanya dilakukan dengan
menggunakan formalin. Pada pengiriman jenazah harus dilakukan
embalming dan harus dibuat berita acara pemetian, bila perlu libatkan
polisi.4

2. 2. 2. Sumber Daya Manusia4


Sumber daya manusia yang diperlukan pada kamar jenazah terdiri dari1 :
a. Dokter Spesialis Forensik
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi
d. Teknisi Forensik
e. Teknisis Laboratorium Forensik
f. Tenaga Administrasi
g. Tenaga Pemulasaran Jenazah
h. Supir Kereta Jenazah
i. Pekarya

2. 2. 3. Sarana4
Sarana yang harus disediakan pada kamar jenazah terdiri dari1:
1. Divisi Autopsi
Dua ruangan autopsi, yaitu:
a. Ruang Jenazah yang belum membusuk:
Ruangan otopsi: Luas 14 x 16 m = 84 m
Kamar pendingin 3,5 x 6 m = 21 m

8
Dapat menampung sebanyak 12 jenazah yang belum membusuk
b. Ruang jenazah yang sudah membusuk:
Ruang otopsi: Luas 6 x 6 m = 36 m
Kamar Pendingin: Luas 3,5 m x 6 m = 21 m.
2. Divisi Toksikologi
Luas 12 x 6 m = 72 m
Hanya melakukan pemeriksaan Narkoba (kualitatif)
Kalau ada pemeriksaan toksikologi lain dikirim ke Laboratorium
Forensik. .
3. Divisi Patologi
Luas 6 x 2,5 m = 15 m
Melakukan pemeriksaan histopatologi pada korban korban yang diotopsi
atau memeriksa histopatologi kiriman dari daerah lain.
4. Divisi Anthropologi
Luas 3,5 x 6 m = 21 m
Pemeriksaan tulang dewasa
5. Divisi Serologi/Biomolekuler
Luas 6 x 6 m = 36 m
Memeriksa golongan Darah : ABO, MN, Rhesus.
6. Divisi Odontologi
Luas 2 x 6 m = 12 m
Melakukan pemeriksaan odontogram

Di samping divisi-divisi tersebut di atas, Instalasi Forensik perlu


dilengkapi dengan4:
1. Ruang Satuan Pengamanan (satpam)
2. Kamar pegawai penerima jenazah
Kamar bagi pegawai yang bekerja menerima jenazah-jenazah baik
jenazah dari dalam rumah sakit maupun luar rumah sakit.
3. Ruang persemayaman jenazah
Untuk menyemayamkan jenazah sementara sebelum dibawa pulang.
4. Ruang tunggu keluarga
Ruang ini untuk keluarga yang menunggu jenazah.
5. Ruang kuliah mahasiswa
Untuk mahasiswa fakultas kedokteran terutama yang menjalani
kepaniteraan forensik
6. Ruang sekretariat
Untuk mengurusi surat-surat yang keluar masuk
7. Ruang Tata Usaha
Untuk menangani visum et repertum, jasa raharja (asuransi) dan lain-
lainnya.
8. Ruang Arsip ( untuk menyimpan visum et repertum)
9. Ruang Rapat
10. Ruang Staf
11. Ruang Komputer

9
12. Ruang informasi
13. Ruang Musholla dan penyolatan jenazah
14. Garasi kereta jenazah
15. Laundry
Apabila terjadi suatu bencana yang berakibat korban mati massal, perlu
dipikirkan untuk mencari ruang yang terbuka. Ruang terbuka tersebut ditargetkan
dapat memuat kurang lebih 50-80 jenazah dalam waktu yang bersamaan. 4

2. 2. 4. Prasarana
1) Bangunan4
Kriteria bangunan pada kamar jenazah terdiri dari:
a. Area tertutup. Area ini harus betul-betul tidak dapat diakses oleh
orang yang yang tidak berkepentingan; basement dapat digunakan
untuk akses keluar rumah sakit.
b. Jalur jenazah: berdinding keramik, berlantai yang tidak berpori,
memiliki sistem pembuangan limbah, sistem sirkulasi udara, dan
sistem pendingin.
c. Hubungan antar jalur jenazah dengan pendingin
i. Ruang autopsi berhubungan langsung dengan ruang ganti pakaian,
dipisahkan dengan antiseptic footbath
ii. Melalui jalur keluar masuk jenazah, pintu dalam.
d. Hubungan antara area tertutup dengan area terbuka:
i. Jalur masuk-keluar jenazah menggunakan pintu ganda
ii. Jalur petugas melalui:
1. Ruang administrasi forensik berhubungan dengan ruang
administrasi kamar jenazah.
2. Kamar ganti pakaian dengan koridor( dapat melalui basement)
dari ruang pendidikan atau dari rumah sakit
e. Ruang autopsi: minimalis, mempunyai sistem pendingin udara dan
sistem aliran yang baik.
i. Tersedia lemari alat, lemari barang bukti, air bersih, saluran
pembungan air limbah, kulkas dengan freezer, meja periksa
organ, timbangan organ, dan lain-lain.
ii. Ruang autopsi infeksius memiliki sistem penghisap udah ke
bawah, lantainya sebaiknya non porous.
iii. Ruang autopsi viewing theatre, memiliki pembatas
transparan(kaca) antar meja periksa dengan kursi penonton
f. Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet,
terpisah laki-laki dan perempuan
i. Antiseptic footbath

10
ii. Tempat cuci tangan dengan antiseptic
iii. Kamar ganti
iv. Kamar mandi dan WC

2) Peralatan4
Peralatan yang harus disediakan untuk mendukung
kegiatan/aktifitas pada kamar jenazah adalah :

 Mobile:
 Brankar jenazah terbuat dari alumunium atau stailess steel, hanya
sedikit memiliki cekungan, memiliki salurann pembuangan air,
dapat merangkap sebagai meja autopsi, mudah dibersihkan(brankar
roda dan brankar angkat).
 Ambulans Jenazah.
 Non Mobile:
1. Pada kondisi normal/sehari-hari
a. Peralatan autopsi
b. Peralatan embalming
c. Peralatan radiologi portable (bila mungkin juga fluoroskopi)
d. Peralatan antropometri
e. Sistem komunikasi internal (intercom) dan eksternal
(telepon,fax, email)
f. Komputer: data base, office dan fasilitas internet
g. Kantong jenazah
h. Sarung tangan panjang karet
i. Apron plastik
j. Masker
k. Tutup kepala
l. Formulir surat kematian
m. Formulit victim indentifikasi missing person
n. Formulir victim identifikasi dead body
o. Label jenazah

2. Pada kondisi bencana4


Pada saat terjadi bencana kemungkinan akan jatuh korban
dalam jumlah yang banyak dan tim identifikasi dituntut untuk
bekerja dilapangan/lokasi kejadian bencana. Maka dari itu,
diperlukan peralatan yang mudah dan cepat dibawa berupa:
a. Kit identifikasi bencana massal lapangan
b. Perlengkapan laboratorium
c. Viewer (lampu baca foto)

11
Gambar 2,1. Meja Autopsi

Gambar 2.2. Lemari pendingin jenazah

Gambar 2.3. Timbangan organ

12
2. 2. 5. Alur Jenazah dan SKK (Surat Keterangan Kematian)
1) Konsep Alur Pelayanan Jenazah di Rumah Sakit dalam Kondisi
Sehari-hari4

JENAZAH DARI RUMAH SAKIT


INSTALASI GAWAT DARURAT INSTALASI RAWAT JALAN INSTALASI RAWAT INAP

SURAT KETERANGAN ?

ADA TIDAK
PEMERIKSAAN DOKTER

SURAT LAPOR
KEMATIAN WAJAR
KEMATIAN DARI POLISI TIDAK
LUAR NEGERI

PERMINTAAN VeR

JENAZAH KASUS JENAZAH BUKAN KASUS


MEDIKOLEGAL KORBAN BENCANA MEDIKOLEGAL

AUTOPSI DAN SURAT KEMATIAN SURAT KEMATIAN DIBUAT


DIBUAT OLEH DOKTER BAGIAN
RUMAH SAKIT OLEH DOKTER YANG
FORENSIK MEMERIKSA KEMATIAN DI
INSTALASI RAWAT JALAN
2) Konsep Alur PelayananINSTALASI GAWATdi
Jenazah DARURAT
Rumah Sakit INSTALASI
dalam
RRJ,IGD RAWAT INAP
Kondisi
ATAU DOKTER
BAG.FORENSIK
Bencana4
HIDUP MATI/JENAZAH HIDUP

SURAT KEMATIAN DIREGISTRASI OLEH PETUGAS BAGIAN FORENSIK


PEMERIKSAAN DOKTER
(IDENTIFIKASI POST MORTEM)
PEMULASARAAN JENAZAH

SURAT KEMATIAN
JENAZAH KELUARDIBUAT OLEH
MELALUI DOKTER
PINTU COTYANG
ATAUMEMERIKSA KEMATIAN
BAGIAN FORENSIK
DI IRI, KJ, ATAU DOKTER BAGIAN FORENSIK

SURAT KEMATIAN DIREGISTRASI OLEH PETUGAS KJ(KAMAR JENAZAH)


ATAU PETUGAS BAGIAN FORENSIK

PEMULASARAN JENAZAH 13

JENAZAH KELUAR MELALUI PINTU COT ATAU KAMAR


JENAZAH BAGIAN FORENSIK
2. 2. 6. Pembiayaan

Pada umumnya jenazah yang diterima dikamar jenazah adalah jenazah tak
dikenal, terutama dari kalangan tidak mampu sehingga rumah sakit sulit untuk
menarik pembayaran yang seharusnya menjadi tanggung jawab pasien atau
keluarganya. Pembiayaan cuma-cuma bagi orang tidak mampu tidak berlaku
untuk jenazah. 4
Asuransi belum menjangkau pelayanan di kamar jenazah, kalaupun ada
asuransi yang memberikan dana yang telah termasuk dalam tanggungannya
memerlukan waktu untuk pencairannya/pembayarannya. 4
Oleh karena itu, kamar jenazah sulit untuk memenuhi biaya operasionalnya.
Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan agar kamar jenazah dapat memenuhi
biaya operasionalnya terutama menghadapi persaingan-persaingan yang ketat saat
ini. Dengan melakukan "cross subsidi" dengan pelayanan lainnya yang dilakukan
di kamar jenazah.4
Pembiayaan pada pelayanan kamar jenazah saat ini sepenuhnya dibebankan
pada keluarga pasien. Seperti halnya pelayanan kesehatan lainnya, sebaiknya
pelayanan kamar jenazah mendapat dukungan pembiayaan pemerintah melalui
dana untuk pasien tidak mampu untuk kasus-kasus massal dan dukungan dana
dari asuransi seperti Asuransi Kesehatan Indonesia, Asuransi Tenaga Kerja, dan
lain-lain.4

14
Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk
mendukung/pengembangan pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke
seluruh lapisan masyarakat sehat dan aman (safe community).4
Pembiayaan kamar jenazah dapat melalui4:
1. Pemerintah (pusat/daerah): untuk pasien-pasien tidak mampu dan kasus-
kasus bencana
2. Swasta: untuk kasus-kasus non bencana, antara lain asuransi kesehatan
dan non kesehatan.
3. Penggalangan dana masyarakat: untuk kasus non bencana dan bencana
pada pasien-pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan dan non
kesehatan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat merupakam sumber pemasukan dalam
pembiayaan di Instalasi Forensik antara lain:
 Pelayanan Embalming
 Pelayanan Ambulans Jenazah
 Jenazah untuk pendidikan
 Harvesting
 Peti Mati
 Ruang Upacara (Rumah Duka)
 Jasa Packing dan Transportasi.

2. 2. 7. Instalasi Pemulasaraan Jenazah dan Forensik di


Rumah Sakit Kelas B

1. Lingkup Sarana Pelayanan5


Fungsi Ruang Jenazah adalah :
1. Tempat meletakkan/penyimpanan sementara jenazah sebelum diambil
keluarganya.
2. Tempat memandikan/dekontaminasi jenazah.
3. Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan
4. Otopsi jenazah.
5. Ruang duka dan pemulasaraan.
6. Laboratorium patologi anatomi

Tabel 1. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan


Fasilitas Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit Tipe B5

15
Besaran
Nama Kebutuhan
No. Fungsi Ruangan Ruang /
Ruangan Fasilitas
Luas

16
Meja, kursi, lemari
Ruang para Petugas 3-5 m2/
berkas/arsip,
Ruang melaksanakan kegiatan petugas
1 intercom/telepon,
Administrasi administrasi, keuangan dan (min. 6
safety box
personalia. m2)
Ruang Tunggu Tempat duduk,
Ruangan keluarga jenazah 1-1,5 m2/
2 Keluarga televisi & Telp
menunggu orang
Jenazah umum
Ruang tempat
Ruang Duka
menyemayamkan jenazah
(dilengkapi Min. 45 Kursi, perlengkapan
sementara sebelum dibawa
3 toilet) Ket : m2/ ruang ruang tidur, toilet
pulang. Dilengkapi dengan
Min. 3 ruang duka beserta fasilitasnya.
ruang hias, ruang tidur
duka
penunggu keluarga.
Lemari/rak, kursi,
meja, penyangga
Gudang Ruang penyimpanan
jenazah, peti mati,
4 perlengkapan perlengkapan yang Min. 9 m2
mimbar, alat2
Ruang Duka diperlukan pada ruang duka.
upacara keagamaan,
dll
Ruang tempat memandikan/
Ruang dekontaminasi serta Shower dan sink,
Dekontaminasi pemulasaraan jenazah brankar, lemari/rak
5 dan (pengkafanan untuk jenazah Min. 18 m2 alat dekontaminasi,
Pemulasaraan muslim/ pembalseman & lemari perlengkapan
Jenazah pemulasaraan lainnya untuk pemulasaraan dll
jenazah non-muslim) .
Lemari alat, lemari
barang bukti, meja
periksa organ,
Ruang tempat dokter
Laboratorium timbangan organ,
6 forensik melakukan kegiatan Min. 24 m2
Otopsi shower dan sink,
otopsi jenazah
brankar, lemari/rak
alat dekontaminasi,
dll
Ruang 1 lemari Lemari pendingin
7 Pendingin Ruang Pendingin Jenazah pendingin jenazah, washtafel,
Jenazah min. 21 m2 brankar
Toilet, Loker/ lemari
Ruang Ganti pakaian petugas
Ruang Ganti Sesuai pakaian bersih dan
8 sebelum dan sesudah
Pakaian APD Kebutuhan kontainer pakaian
melakukan kegiatan otopsi.
kotor

17
Ruang Kepala Ruang tempat kepala Kursi, meja,
Instalasi Instalasi bekerja dan computer, printer,
9 Min. 6 m2
Pemulasaraan melakukan kegiatan dan peralatan kantor
Jenazah perencanaan dan manajemen. lainnya.
Ruang pengeringan/ jemur
Ruang Jemur
10 alat-alat/ perabot yang telah 12 m2 Rak, wastafel
Alat
digunakan.
Ruang penyimpanan alat-alat
Gudang
serta perabot yang
11 instalasi Min. 9 m2 Lemari/rak
diperlukan pada instalasi
forensik
pemulasaraan jenazah.
@
KM/WC KM/WC
Kloset, wastafel, bak
12 petugas/ KM/WC pria/wanita
air
pengunjung luas 2 m2 –
3 m2

Persyaratan Khusus5
1. Kapasitas ruang jenazah minimal memiliki jumlah lemari pendingin
1% dari jumlah tempat tidur (pada umumnya 1 lemari pendingin dapat
menampung ±4 jenazah)/ tergantung kebutuhan.
2. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan
beberapa instalasi lain yaitu instalasi gawat darurat, Instalasi
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Bedah Sentral, dan Instalasi ICU/ICCU.
3. Area tertutup, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan.
4. Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding keramik,
lantai kedap air, tidak berpori, mudah dibersihkan.
5. Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda/ double.
6. Disediakan garasi ambulan koroner/mobil jenazah.
7. Disarankan disediakan lahan parkir khusus untuk pengunjung rumah
duka, jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.

Alur kegiatan5
Alur kegiatan pada Instalasi Pemulasaraan Jenazah adalah sebagai berikut.

18
2. 2. 8. Instalasi Pemulasaraan Jenazah dan Forensik di
Rumah Sakit Kelas C

1. Lingkup Sarana Pelayanan6


Fungsi Ruang Jenazah adalah :
1. Tempat meletakkan/penyimpanan sementara jenazah sebelum diambil
keluarganya.
2. Tempat memandikan/dekontaminasi jenazah.
3. Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan
4. Otopsi jenazah.
5. Ruang duka dan pemulasaraan.

Tabel 2. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan


Fasilitas Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit Tipe C6

No. Nama Fungsi Ruangan Besaran Kebutuhan Fasilitas


Ruangan Ruang / Luas
Ruang para Petugas Meja, kursi, lemari
1. Ruang melaksanakan kegiatan 3-5 m2/ berkas/arsip,
Administrasi administrasi, keuangan petugas intercom/telepon,
dan personalia. (min. 6 m2) safety box
Ruang Tunggu Ruangan keluarga 1-1,5 m2/ Tempat duduk, televisi
2. Keluarga jenazah menunggu orang & Telp umum
Jenazah (min. 12 m2)
Ruang Duka Ruang tempat Kursi
2
3. (dilengkapi menyemayamkan Min. 30 m

19
toilet) jenazah sementara
sebelum dibawa pulang
4. Ruang tempat Min. 18 m2 Shower dan sink,
Ruang memandikan/ brankar, lemari/rak
Dekontaminasi dekontaminasi serta alat dekontaminasi,
dan pemulasaraan jenazah lemari perlengkapan
Pemulasaraan (pengkafanan untuk pemulasaraan dll
Jenazah jenazah muslim/
pembalseman &
pemulasaraan lainnya
untuk jenazah non-
muslim) .
Min. 24 m2 Lemari alat, lemari
Ruang tempat dokter barang bukti, meja
5. Laboratorium forensik melakukan periksa organ,
Otopsi kegiatan otopsi jenazah timbangan organ,
shower dan sink,
brankar, lemari/rak
alat dekontaminasi, dll
6. Ruang Ruang Pendingin 1 lemari Lemari pendingin
Pendingin Jenazah pendingin jenazah, washtafel,
Jenazah min. 21 m2 brankar
7. Ruang Ganti Ruang Ganti pakaian min. 6 m2 Toilet, Loker/ lemari
Pakaian APD petugas sebelum dan pakaian bersih dan
(dilengkapi sesudah melakukan kontainer pakaian
dengan toilet) kegiatan otopsi. kotor
8. Ruang Kepala Ruang tempat kepala Kursi, meja,
Instalasi Instalasi bekerja dan computer, printer, dan
Pemulasaraan melakukan kegiatan Min. 6 m2 peralatan kantor
Jenazah perencanaan dan lainnya.
manajemen.
9. Ruang Jemur Ruang pengeringan/ Rak, wastafel
2
Alat jemur alat-alat/ perabot 12 m
yang telah digunakan.
10. Gudang Ruang penyimpanan Lemari/rak
alat-alat, juga perabot
yang diperlukan pada Min. 9 m2
instalasi pemulasaraan
jenazah.
11. KM/WC KM/WC @ KM/WC Kloset, wastafel, bak
petugas/ pria/wanita air
pengunjung luas 2 m2 – 3
m2

20
Persyaratan Khusus6
1. Kapasitas ruang jenazah minimal memiliki jumlah lemari pendingin
1% dari jumlah tempat tidur (pada umumnya 1 lemari pendingin dapat
menampung ± 4 jenazah) atau tergantung kebutuhan.
2. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan
beberapa instalasi lain yaitu instalasi gawat darurat, Instalasi
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Bedah Sentral, dan Instalasi ICU/ICCU.
3. Area tertutup, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan.
4. Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding keramik,
lantai kedap air, tidak berpori, mudah dibersihkan.
5. Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda/ double.
6. Memiliki sistem pembuangan limbah khusus.

Alur kegiatan6
Alur kegiatan pada Instalasi Pemulasaraan Jenazah adalah sebagai berikut

21
n

Tabel 3. Daftar Peralatan Kesehatan Di Pemulasaran Jenazah7

RUMAH SAKIT
NO PERALATAN Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
1 Body Bags √ √ √ √
2 Autopsy Table √ √ - -
3 Dissection Table √ √ √ √
4 Autopsi Instrument √ √ √ -
5 Head Lamp √ √ √ √
6 Examination Lamp √ √ √ √
7 Body Trolley √ √ √ √
8 Preparation table √ √ √ √
9 Refrigerated Mortuary √ √ √ -
Cabinet
10 Weigthing machine for √ √ - -
Weigthing dead bodies
11 Weigthing machine for √ √ - -
organs

Tabel 4. Klasifikasi Instalasi Perawatan / Pemulsaraan / Kamar Jenazah /


Kedokteran Forensik4

STANDAR TINGKAT (1) TINGKAT (2) TINGKAT (3) TINGKAT (4)


KAMAR
JENAZAH

22
- Dokter umum - Dokter umum - Dokter umum - Dokter umum plus
- Tenaga plus (spesialis plus (spesialis (spesialis forensik)
administrasi/doku forensik) forensik) - Tenaga
mentasi - Tenaga - Tenaga administrasi
- Tenaga administrasi / administrasi / - Tenaga
SUMBER DAYA perawatan jenazah dokumentasi dokumentasi dokumentasi
MANUSIA - Supir mobil - Tenaga - Tenaga - Tenaga perawatan
jenazah perawatan perawatan jenasah
jenazah jenazah - Supir mobil
- Supir mobil - Supir mobil jenazah
jenazah jenazah - Teknisi
- Teknisi - Teknisi - Spesialis forensik
- Spesialis plus konsultan
forensik - Dokter gigi
- Dokter gigi - Ditambah : ahli
disiplin ilmu lain
sesuai kebutuhan

- Sub Instalasi - Sub Instalasi Sub Instalasi Sub Instalasi lebih


SUB Otopsi Otopsi lebih banyak banyak dari pada
INSTALASI / - Sub Instalasi daripada tingkat tingkat III sesuai
SUB UNIT Toksikologi dan II sesuai kebutuhan
atau Sub Instalasi kebutuhan
Patologi Anatomi

SARANA &
PRASARANA
DAN FASILITAS
R. Penerimaan, R. R. Penerimaan, R. Penerimaan, R. Penerimaan, R.
- Ruangan : Otopsi, R. R. Otopsi, R. R. Otopsi, R. Otopsi, R.
Perawatan/penitip Perawatan/peniti Perawatan/Peniti Perawatan/penitipan
an jenazah, ruang pan jenazah, pan Jenazah, jenazah, ruang lain
lain sesuai ruang lain sesuai ruang lain sesuai sesuai kebutuhan
kebutuhan kebutuhan kebutuhan

- Meja jenazah 2 meja 2 meja 3 meja 4 meja

- Lemari Kapasitas u/ 1-2 Kapasitas 2-4 4-6 jenazah Lebih dari 4-6
pendingin jenazah jenazah jenazah disesuaikan
jenazah / cold kebutuhan
chamber

1 set Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


- Set otopsi

1 set Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


- Set embalming

23
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
-Set APD

Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


-Mobile set

Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


-Lab forensik

SISTEM - Komputer PC - Komputer PC + - Komputer PC + - Komputer PC +


INFORMASI & - Telp Intern multi media multi media multi media
KOMUNIKASI - Telp Ekstern - Telp intern - Telp intern - Komputer note
- Kamera - Telp ekstern - Telp ekstern book
- Kamera digital, - Kamera digital, - Telp intern
handy cam, handy cam, - Telp ekstern
video/TV video/TV - Kamera digital,
- Fax handy cam,
video/TV
- Fax

TRASNPORTASI 1 unit mobil Jumlah mobil Jumlah mobil Jumlah mobil


jenazah jenazah sesuai jenazah sesuai jenazah sesuai
kebutuhan kebutuhan

Catatan :
Klasifikasi dalam standar ini tidak berbanding lurus dengan Klasifikasi Standar
Rumah Sakit

Kutipan :
Klasifikasi tersebut diatas telah disetujui oleh dokter-dokter forensic seluruh
Indonesia yang mengadakan Kongres Nasional ke-3 di Semarang tanggal 23 – 25
Juli 2004.

2. 3. Aspek Medikolegal Standardisasi Kamar Jenazah

Kamar jenazah menjadi salah satu fasilitas pelayanan yang harus ada di
sebuah rumah sakit. Fasilitas kamar jenazah berfungsi untuk menyimpan jenazah

24
pasien yang meninggal pasca rawat inap, pelayanan kedokteran forensik, sosial
kemanusiaan (misalnya rumah duka), dan bencana (misalnya korban meninggal
massal). Untuk dapat menjalankan fungsinya tersebut, maka fasilitas kamar
jenazah di suatu rumah sakit harus memiliki standar pelayananan tertentu agar
dapat memberikan pelayanan kamar jenazah yang terbaik. Oleh karena itu,
diperlukan undang-undang yang mengatur tentang segala hal yang terkait dengan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat, dalam hal ini khususnya terkait
standardisasi suatu kamar jenazah.2,8
Di dalam UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Bagian Ketiga
tentang Bangunan Rumah Sakit, Pasal 10 ayat (2) menjelaskan tentang bangunan
rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruangan-ruangan yang salah satunya adalah
kamar jenazah. Dari pasal tersebut telah jelas bahwa fasilitas kamar jenazah harus
termasuk ke dalam pelayanan suatu rumah sakit.8
Selain itu, terdapat pula UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
menjelaskan tentang sumber daya di bidang kesehatan, fasilitas pelayanan
kesehatan, identifikasi jenazah tidak dikenal, kepentingan ilmu kedokteran untuk
bedah mayat, dan kompetensi tenaga profesi kesehatan, di mana beberapa hal
tersebut terkait pula dengan fasilitas pelayanan kamar jenazah.9
UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat (2) menjelaskan
bahwa sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Pasal 1 ayat (7) menjelaskan bahwa fasilitas kesehatan adalah suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pasal 120 ayat (1)
menjelaskan bahwa untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan
biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit pendidikan atau
di institusi pendidikan kedokteran. Pasal 118 ayat (1) menjelaskan bahwa mayat
yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi. Pasal 118 ayat (2)
menjelaskan bahwa Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung
jawab atas upaya identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 34 ayat

25
(1) menjelaskan bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan
kesehatan perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan
perseorangan yang dibutuhkan. Pasal 34 ayat (2) menjelaskan bahwa
penyelenggaran fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga
kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi.9

2. 4. Perbandingan Standar Kamar Jenazah Luar Negeri


Standar Kamar Jenazah Australia

1. Perilaku profesional dan Etika di kamar jenazah


Managemen dari fasilitas kamar jenazah familiar dengan isi dokumen
WHO “Ethical Practice in Laboratory and Forensic Pathology” dan
Australian Health Ministers’ Advisory Council Subcommittee on Autopsy
Practice ‘National Code of Ethical Autopsy Practice’.10

2. Organisasi dan managemen


Struktur administrasi harus ada Spesialis Forensik yang berpengalaman.10

3. Design Gedung
a) Sumber Listrik
-Stop-kontak harus terhindar dari basah dengan memberikan cover
pelindung.

b) Pencahayaan
-
Pencahayaan yang bebas bayangan harus tersedia pada meja
autopsi dan tempat pembedahan

c) Air conditioning, penghangat, dan ventilasi


-
Sirkulasi udara ruang otopsi harus menimalisir penyebaran airbone
pathogen dengan cara terisolasi dari sistem ventilasi lain.

d) Penyimpanan Jenazah
-
Fasilitas penyimpanan jenazah suhunya harus diatur diantara 2oC
sampai 6oC dan harus dimonitor.
-
Jenazah disimpan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh
jurisdiction legislation dan ketentuan kamar jenazah tersebut.
-
Bila penyimpanan dalam jangka lama diperlukan, suhu perlu di
atur kurang lebih -20OC

26
e) Ruang otopsi
-
Meja otopsi dan troli harus menggunakan meja dan troli yang
sesuai.
-
Fasilitas untuk menimbang dan mengukur organ harus tersedia di
dalam runag otopsi
-
Ketersediaan fasilitas yang dapat diatur tingginya dianjurkan
-
Tempat kerja disarankan cukup luas untuk para staf dari tempat
kerja yang sempit
-
Alat-alat, dan tempat penyimpanan yang dibutuhkan dalam
tindakan otopsi disarankan tersedia setiap meja kerja.

f) Lantai
-
Semua lantai harus mempunyai lantai yang anti licin.
-
Daerah lantai yang basah harus dapat mengaliri air, mudah
dibersihkan, dan drainase yang adekuat. Drainase lantai harus
terfilter dengan baik.

g) Akses dan Keamanan


-
Kamar jenazah harus mempunyai sistem keamanan yang hanya
orang berwenang saja yang dapat masuk ke dalam kamar jenazah.

h) Area Observasi
-
Design dari kamar jenazah dianjurkan menyediakan prosedur dapat
diobservasi tanpa menempatkan observer dalam risiko dan tanpa
mengkontaminasi otopsi yang sedang berjalan.
-
Dalam keadaan otopsi risiko tinggi, jumlah orang yang hadir
harus diminimalisasi.

i) Area Melihat Jenazah


-
Area melihat jenazah harus terpisah dari akses publik yang tak
melewati area otopsi untuk menghindari pengunjung melihat atau
mendengar otopsi yang sedang terjadi.
-
Area melihat jenazah disarnakan mempunyai area tunggu untuk
kerabat keluarga jenazah dengan design yang sesuai dan
mempunyai akses ke kamar mandi.

4. Fasilitas Personal
a) Ruang Ganti
-
Ruang ganti dengan fasilitas shower harus tersedia di kamar
jenazah

27
-
Penempatan sepatu boots dan prosedur pelepasan atau pencucian
harus teratur.

b) Alat Pelindung Diri


-
Standard precautions harus diaplikasikan terhadap operator otopsi
dalam menangani jenazah yang tidak dengan risiko tinggi dan harus
memakai alat pelindung diri pada otopsi dengan jenazah yang
beresiko tinggi
-
Staf yang akan melakukan otopsi dan rekonstruksi harus memakai
pakaian seperti pakaian operasi dan memakai pakaian luar dan sarung
tangan yang tak dapat tembus.
-
Sepatu yang tak tembus air dan sol anti-slip harus digunakan oleh
orang yang bekerja pada area kamar jenazah.
-
Surgical gloves harus dipakai oleh semua orang yang menjalanai
prosedur otopsi, dianjurkan dua lapis sarung tangan. Sarung tangan
cutproof harus tersedia.
-
Penggunaan kacamata operasi dan full face surgical mask harus
digunakan untuk menghindari terciprat cairan tubuh jenazah. 10

Standar Kamar Jenazah Wales

1. Keamanan
Kamar jenazah harus mempunyai sistem keamanan yang hanya
memperbolehkan orang yang berkepentingan yang masuk. Pengunjung dan
pembawa jenazah diperbolehkan masuk bila sudah ada pengumuman dari
audio intercom atau bel sebagai tanda.11

2. Pencahayaan
Sinar matahari diusahakan dapat masuk namun jendela tetap menjaga
privasi. Pencahayaan dengan lampu dibuat sedemikian rupa agar tidak
terjadinya bayangan.

3. Peralatan
Peralatan yang tersedia harus kuat, tahan air, tahan karat, dan tahan kotor
yang tidak rusak dalam pemakaian yang kasar dan mudah untuk
dibersihkan. Pintu dibuat sedemikan rupa agar memudahkan pemindahan
troli. 11

28
4. Lantai dan Drainase
- Lantai dianjurkan menggunakan lantai yang anti slip dan memudahkan
pemindahan alat.
- Lubang drainase dianjurkan mempunyai diameter yang cukup besar
untuk mencegah terjadinya sumbatan. 11

5. Lokasi dan penempatan


- Lokasi dari kamar jenazah harus dapat diakses dengan kendaraan.
- Bila menyatu dengan rumah sakit, penempataanya harus berjauhan dari
klinik, dapur, dan tempat makan, dengan tidak adanya jalan public atau
staf.
- Tempat masuk yang berbeda (staf, pengunjung, dan pengurus jenazah)
-Sangat dianjurkan kamar jenazah berdekatan dengan laboratori
histopatologi.
- Tersedianya tempat parkir untuk mobil jenazah, dan tempat masuk mobil
jenazah tidak terlihat oleh publik dan dapat diakses dari jalan besar. 11

6. Penempatan
- Untuk penanggulangan infeksi area dibagi menjadi area kerja bersih, area
untuk transit, dan area kerja kotor. Didesain sedemikian rupa agar tidak
terjadinya aktivitas dari area kerja kotor memasuki area kerja bersih.
- Area kerja kotor meliputi : ruang post mortem, tempat penyimpanan alat,
tempat penyimpanan jenazah
-Area kerja bersih meliputi : resepsionis, ruang tunggu, ruang konseling,
area melihat, kantor, penyimpanan linen, ruang ganti staf, dan ruang
observasi.
-Area transit: area pemulasaraan jenazah, post mortem transit area, area
pembuangan.
-Ruangan post mortem dianjurkan berhubungan dengan penyimpanan
jenazah, penyimpanan alat-alat, dan area transit post mortem.

29
- Tempat pembuangan diatur untuk membedakan sampah klinis, dan linen
agar tidak tercampur. 11
Berikut skema kamar jenazah dan departemennya:

Gambar 2.3 Skema alur penempatan kamar jenazah gedung sendiri

30
Gambar 2.4 Skema alur penempatan kamar jenazah dalam rumah sakit

Gambar 2.5 Skema ruangan departemen

7. Penyimpanan jenazah dan pengelolaan jenazah


- Pendingin jenazah harus tersedia dalam kamar jenazah.
-Tempat pengelolaan jenazah harus cukup luas agar troli dapat bergerak
bebas
-Fasilitas timbangan berat badan juga tersedia baik penimbang berat di
troli atau di tempat terpisah.
- Tempat penyimpanan jenazah harus menggunakan pintu yang tidak jatuh
bila dibuka, dan mempermudah alas jenazah untuk keluar masuk.
- Tempat mencuci tangan harus tersedia dalam area pengelolaan jenazah.
-Tersedianya tempat untuk troli saat tidak dipakai dan tempat
11
penyimpanannya tidak menghalangi jalan.

8. Kamar Post-Mortem

31
-Dibuat sedemikian rupa agar semua aktivitas pembedahan jenazah,
penimbangan organ, pembedahan organ mudah dilakukan dan mempunyai
tempat tersendiri.
-Seminimalnya kamar post mortem mempunyai dua meja yang dapat
digunakan.
-Meja otopsi dianjurkan mudah untuk dibersihkan dan drainase langsung
melewati meja otopsi sendiri.
-Meja otopsi yang digunakan berstandar eropa yang dapat diatur tinggi dan
pendeknya.

Gambar 2.6 Meja otopsi

-Meja otopsi mempunyai suplai air panas dan air dingin tersendiri dan
dilengkapi dengan lubang drainase.
-Tempat pengirisan organ harus disertai dengan wastafel khusus, dan lebih
baik bila ditempatkan dekat dengan dinding. 11

32
Gambar 2.7 Tempat pengirisan organ dan area observasi

9. Area Observasi
-
Area observasi dapat dibuat pemisah sebagian atau sepenuhnya, area
observasi sebaiknya dapat mengakomodasi 6 – 8 orang. 11n
Gambar 2.5 Area Observasi

BAB III
PENUTUP

3. 1. Kesimpulan

33
Kamar jenazah merupakan salah satu unsur pada Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menyebabkan peningkatan kesadaran hukum,
hak asasi manusia serta cara berpikir yang kritis dan rasional. Untuk itu
Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan yang lebih baik termasuk
pelayanan terhadap jenazah dan keluarganya. Fasilitas kamar jenazah
rumah sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan jenazah tetapi juga harus
mampu melakukan identifikasi korban massal serta merupakan sarana
informasi dan komunikasi yang baik. Standar Kamar Jenazah ini dipakai
berbagai acuan oleh rumah sakit dalam mengembangkan Instalasi Kamar
Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya manusia dan fasilitas yang
dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar jenazah. Perlu disusun
peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung pengembangan
pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat agar terwujud masyarakat sehat dan aman (safe community).

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, A, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran


Forensik FKUI:Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia. 2004. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati
Pada Bencana Massal, Departemen Kesehatan RI:Jakarta.
3. Vincent, J.D et al. 2001. Forensik Pathology, 2nd Edition, Baca
Raton:London, New York, Washington D.C.

34
4. Purwadianto A, Hamurwono G, Setyowati L, et al. Standar Kamar Jenazah.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 2004.
5. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Tahun
2012; Hal 49-50.
6. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Departemen
Kesehatan RI. Tahun 2007;Hal 79-80.
7. Menteri Kesehatan RI. Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.

35
10. National Pathology Accreditation Advisory Council. Requirements for Facilities and
Operation of Mortuaries [internet]. Canberra: Australian Government Departement of
Health. 1 December 2013 [cited 3 February 2018]. Available from:
http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/health-npaac-docs-
mortuari.htm
11. National Health Service Estates. Facilities for Mortuary and Post-mortem Room Services
[internet]. Cornwall Road: Executive Agency of The Departement of Health. 2001 [cited
3 February 2018]. Available from: http://www.wales.nhs.uk/sites3/Documents/254/HBN
%2020%203rded%202005.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai