Anda di halaman 1dari 16

PERAWATAN JENAZAH

PASIEN COVID-19 DAN


PENANGAN JENAZAH
HIV

HELVY NUR MELINDA


S1 – 3A /1910053
Coronavirus Disease-19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai Pandemi oleh WHO, hingga saat ini kasusnya
masih meningkat secara signifikan dan menimbulkan banyak korban kematian di lebih dari 150 negara.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus COVID-19 yang tinggi dan ditetapkan sebagai bencana non
alam berupa wabah penyakit oleh BNPB, yang tersebar di 34 Provinsi.

Oleh karena itu perlu disusun pedoman penanganan pemulasaran jenazah yang meninggal baik di lingkungan
masyarakat maupun di fasilitas pelayanan kesehatan. Mempertimbangkan bahwa jenazah penderita covid adalah
jenazah yang terinfeksi penyakit menular atau diduga terinfeksi penyakit menular dan harus ditangani secara
khusus, maka pedoman ini harus memenuhi ketentuan keamanan bagi petugas secara medis

Hingga saat ini kasus HIV AIDS di Indonesia masih terus meningkat dan pada saat ini jumlah orang yang
pernah didiagnosis terinfeksi HIV meningkat dalam sepuluh tahun terakhir.

Meskipun penemuan kasus sudah semakin dini dan mendapatkan pengobatan dengan lebih baik dan lebih dini
namun masih banyak pasien yang datang ke layanan kesehatan sudah dalam keadaan tahap penyakit lanjut.
Kematian dapat terjadi di rumah sakit dan lebih banyak lagi yang meninggal di rumah. Belum semua
masyarakat memahami penularan HIV AIDS dari satu orang ke orang lain secara benar.
DASAR DASAR HUKUM

1 2 3 4 5

1. Undang - Undang No. 2. Peraturan Presiden 3. Surat Keputusan 4. Surat Keputusan 5. Fatwa MUI Nomor 14
24 Tahun 2007 tentang Nomor 17 Tahun 2018 Kepala BNPB Nomor Kepala BNPB Nomor Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Bencana Penyelenggaraan 9.A. Tahun 2020 tentang 13.A Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan ibadah
penanggulangan bencana Penetapan Status Keadaan Perpanjangan Status dalam situasi terjadi
dalam keadaan tertentu Tertentu Darurat Bencana Keadaan Tertentu Darurat wabah Covid 19.
Wabah Penyakit akibat Bencana Wabah Penyakit
Virus Corona di Indonesia akibat Virus Corona di
Indonesia
TUJUAN

1.Penanganan jenazah yang meninggal 2. Mencegah terjadinya transmisi/penularan 3. Mencegah terjadinya penularan penyakit
dengan penyakit menular di luar fasilitas penyakit dari jenazah ke petugas dari jenazah ke individu, keluarga,
pelayanan kesehatan. pemulasaran. lingkungan dan masyarakat.

4. Tujuan dari diterbitkannya buku


pedoman Penyelenggaraan jenazah pada
ODHA ini adalah untuk menjadi panduan
bagi petugas kesehatan dan masyarakat 5. Meningkatkan pengetahuan dan 6. Memotivasi masyarakat agar peduli
dalam mencegah terjadinya penularan keterampilan petugas dalam kepada siapapun yang meninggal karena
penyakit infeksi pada saat Penyelenggaraan Penyelenggaraan jenazah. sebab apapun
jenazah ODHA dan infeksi lainnya tanpa
mengabaikan tradisi budaya dan agama
yang dianut keluarganya.
• Pelaksanaan Penyelenggaraan jenazah penderita penyakit menular
harus selalu memperhatikan kewaspadaan standar tanpa mengabaikan
tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas
kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah

PENYAKIT dan mengambil tindakan yang sesuai agar penyelenggaraan jenazah


tidak menambah risiko penularan penyakit .Tradisi yang berkaitan

PENULAR dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan


memperhatikan hal kewaspadaan standar, seperti misalnya mencium

AN PADA
jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Dalam tubuh
manusia banyak mengandung mikroorganisme, baik yang dapat
menimbulkan penyakit (patogen) ataupun yang tidak.
JENAZAH • Mikroorganisme penyebab infeksi menular ini hampir selalu terdapat
dalam cairan tubuh seperti : darah, tinja, cairan hidung, air seni,
dahak, ludah, cairan kelamin, air susu, dan nanah. Penyelenggara
penyelenggaraan jenazah serta sanak famili akan tertular apabila
kontak dengan cairan tubuh jenazah
• 1.Petugas adalah petugas yang melaksanakan pengurusan jenazah.

• 2. Syahid akhirat adalah muslim yang meninggal dunia karena


kondisi tertentu (antara lain karena wabah (tha’un), tenggelam,
terbakar, dan melahirkan), yang secara syar’i dihukumi dan mendapat
pahala syahid (dosanya diampuni dan dimasukkan ke surga tanpa
hisab), tetapi secara duniawi hak-hak jenazahnya tetap wajib dipenuhi.

• 3. APD (alat pelindung diri) adalah alat pelindung diri yang digunakan
KETENTUAN oleh petugas yang melaksanakan pengurusan jenazah.

• 4. Jenazah adalah Pasien dengan diagnosis COVID-19 atau Pasien


dalam Pengawasan (PDP)/probabel yang meninggal namun belum ada
hasil pemeriksaan COVID-19
• 5. jenazah lain yang dicurigai sebagai suspect COVID-19
atau jenazah terkonfirmasi sebagai COVID-19. Petugas
Puskesmas adalah satu (1) orang tenaga medis yang ditunjuk
oleh Kepala Puskesmas setempat untuk supervisi
pelaksanaan dan otopsi verbal (format terlampir)

• 6. Pelaksanaan Pemulasaran Jenazah adalah tim yang


KETENTU ditunjuk oleh Posko Gugus Tugas COVID-19 tingkat

AN
Desa/Kecamatan/Tingkat Kota/Kabupaten untuk
melaksanakan pemulasaran sebanyak 4 (empat) orang atau
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.

• 7. Petugas Mobil Jenazah adalah petugas yang ditunjuk oleh


Dinas terkait dan atau yayasan yang terdiri dari 1 (satu) supir
dan minimal 2 (dua) orang petugas pengangkut jenazah
• A. Keluarga/anggota masyarakat melaporkan kejadian kematian yang
diduga sebagai ODP, PDP kepada Ketua RT/RW

• B. Ketua RT/RW segera mungkin mengklarifikasi kejadian kematian


dengan memastikan bahwa jenazah tersebut terduga ODP atau PDP. PROSEDUR
• C. Ketua RT/RW menjelaskan kepada keluarga dan masyarakat agar PELAPORAN
tidak menangani jenazah terlebih dahulu sampai mendapat
konfirmasi dari petugas medis/Puskesmas atau gugus tugas Tingkat
KEMATIAN
Desa / Kelurahan / Tingkat Kecamatan (bila ada) /Kabupaten/Kota DAN
• D. Ketua RT/RW melaporkan kejadian kematian ke Desa/Kelurahan
PENANGANAN
dan atau Puskesmas dan Camat wilayah dimana jenazah berdomisili. JENAZAH
• E. Bila konfirmasi kepada pihak yang berwenang tidak diperolah
maka gugus tugas dapat memutuskan penanganan jenazah sesuai
prosedur jenazah Covid-19.
PROSEDUR KONFIRMASI DAN PERSIAPAN
PETUGAS PUSKESMAS/GUGUS TUGAS
A. Petugas Puskesmas/gugus tugas melakukan wawancara melalui telepon untuk mengetahui riwayat penyakit kepada
keluarga dan atau ketua RT. Apabila hasil wawancara mengarah ke COVID-19 petugas dapat mempersiapkan kelengkapan
sebelum menuju lokasi untuk memastikan penyebab kematian (otopsi verbal).

B. Petugas minimal 2 orang, menuju lokasi dengan membawa kelengkapan berupa masing-masing 1 (satu) set APD,
formulir otopsi verbal, kantong plastik infeksius minimal 3 (buah) dan disinfeksi.

C. Apabila jenazah dipastikan meninggal karena COVID - 19, petugas menghubungi Posko Gugus Tugas Tingkat Desa
/Kelurahan / Kecamatan / Kabupaten / Kota atau Provinsi.

D. Melakukan otopsi verbal, untuk memastikan penyebab kematian (Pasien dengan diagnosis COVID-19 atau Orang
dalam Pengawasan (ODP) serta Pasien dalam Pengawasan (PDP)), formulir otopsi verbal terlampir.

E. Memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan
penyakit menular (Penjelasan tersebut terkait sensitivitas agama, adat istiadat, dan budaya, serta stigma masyarakat).
A. Tim Pemulasaran Jenazah G memakai APD lengkap (gaun lengan panjang sekali pakai dan kedap air,
sarung tangan nonsteril (satu lapis) dan sarung tangan yang menutupi manset gaun, pelindung wajah atau
kacamata/ goggle (untuk antisipasi adanya percikan cairan tubuh), masker bedah, dan sepatu tertutup
dengan shoes cover.

B. Selain tim pemulasaran jenazah, tidak diperkenankan untuk memasuki ruangan.


PROSEDUR
PENANGANAN C. Tidak dilakukan suntik pengawet dan tidak dibalsem
JENAZAH
D. Lakukan disinfeksi pada jenazah menggunakan cairan desinfektan

E. Tutup semua lubang tubuh, dan bekas luka akibat tindakan medis atau lainnya dengan plester kedap air.
PROSEDUR PENANGANAN JENAZAH
G. Pastikan tidak ada kebocoran H. Pastikan kantong jenazah
F. Pemulasaran jenazah sesuai
cairan tubuh yang dapat disegel dengan menggunakan
dengan agama dan kepercayaan
mencemari bagian luar kantong lem silikon dan tidak boleh
yang dianutnya
jenazah dibuka lagi.

J. Jenazah dimasukkan ke dalam


I. Lakukan disimfeksi bagian peti kayu yang telah disiapkan,
luar kantong jenazah dan (posisi miring ke kanan / telinga
K. Peti jenazah dibungkus
ruangan (permukaan datar kanan menempel dasar peti /
dengan plastik lalu didisimfeksi
tempat pemulasaran jenazah) menghadap kiblat) tutup peti
sebelum masuk mobil jenazah.
menggunakan cairan dengan rapat menggunakan lem
desinfektan. silikon, kemudian
dipaku/diskrup

L. Jika tidak tersedia peti


jenazah, cukup hanya
M. Jenazah sebaiknya
menggunakan kantong jenazah
disemayamkan tidak lebih dari 4
kemudian tutup kembali
(empat) jam sejak dinyatakan
menggunakan bahan plastik lalu
meninggal
didesinfeksi sebelum masuk
mobil jenazah.
GAMBAR
LETAK
JENAZAH
COVID DAN HIV
PROSEDUR MENUJU TEMPAT PEMAKAMAN

Petugas pemakaman jenazah terdiri dari


Sopir keranda/kereta/mobil jenazah dan
sopir keranda/kereta/mobil jenazah 1 Persiapan Petugas (sopir dan petugas
petugas pemakaman wajib memakai APD
(satu) orang atau lebih, dan petugas pemakaman) Dinas terkait menerima peti
(sarung tangan, masker, pelindung mata,
pengangkut/ pemakaman sekurang - jenazah
dan pakaian lengan panjang).
kurangnya 2 (dua) orang

Sebelum jenazah diberangkatkan, pastikan


bahwa Pak Camat wilayah setempat atau
Tokoh masyarakat didampingi petugas
Jenazah diantar dengan keranda/kereta
Puskesmas, telah lebih dahulu memberi
jenazah/mobil jenazah khusus dari Dinas
penjelasan secara bijak kepada masyarakat
terkait atau yang lainnya yang telah
setempat tentang tempat penguburan
disiapkan ke tempat pemakaman.
(bahwa jenazah yang telah dikuburkan
karena covid19 tidak lagi menularkan
penyakitnya).
Pastikan penguburan tanpa membuka peti jenazah atau kantong jenazah.

Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum yang sudah ditentukan dan pihak
keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut dengan tetap menjaga kewaspadaan,

PROSEDUR dengan menerapkan physical distancing; yaitu dengan menjaga jarak masing-masing minimal 2
meter

MENUJU Apabila proses pemulasaran jenazah selesai setelah jam 20.00 maka jenazah dititipkan sementara

TEMPAT
ke RSUD terdekat untuk dimakamkan esok harinya

PEMAKAMAN Petugas kamar jenazah RSUD menerima jenazah dan melakukan pencatatan.

Dinas terkait memastikan mengambil jenazah yang dititipkan di RSUD pada pagi harinya untuk
dimakamkan di tempat yang telah ditentukan.
• 1. SELALU MENERAPKAN KEWASPADAAN STANDAR YAKNI
MEMPERLAKUKAN SEMUA JENIS CAIRAN DAN JARINGAN TUBUH
JENAZAH SEBAGAI BAHAN YANG INFEKSIUS DENGAN CARA
MENGHINDARI KONTAK LANGSUNG.

PRINSIP • 2. PASTIKAN JENAZAH SUDAH DIDIAMKAN SELAMA LEBIH DARI DUA


JAM SEBELUM DILAKUKAN PERAWATAN JENAZAH.

KETENTUA • 3. TIDAK MENGABAIKAN ETIKA, BUDAYA, DAN AGAMA YANG


DIANUT JENAZAH.
N UMUM • 4. SEMUA LUBANG-LUBANG TUBUH DITUTUP DENGAN KASA

HIV •
ABSORBEN DAN DIPLESTER KEDAP AIR.
5. BADAN JENAZAH HARUS BERSIH DAN KERING.
• 6. SEBAIKNYA JENAZAH YANG SUDAH DIBUNGKUS / DIKAFANI /
DIPAKAIKAN BAJU TIDAK DIBUKA LAGI.
• 7. JENAZAH YANG DIBALSEM ATAU DISUNTIK UNTUK PENGAWETAN
ATAU AUTOPSI DILAKUKAN OLEH PETUGAS KHUSUS YANG
TERLATIH.
• 8. AUTOPSI HANYA DAPAT DILAKUKAN SETELAH MENDAPAT
PERSETUJUAN DARI PIHAK BERWENANG.

Anda mungkin juga menyukai