Latar Belakang
RSUD Kabupaten Karangasem terletak di ujung timur Provinsi Bali dan menjadi pusat rujukan
pasien Covid-19 wilayah Kabupaten Karangasem. Sebagai rumah sakit rujukan tentunya memiliki
permasalahan permasalah yang dihadapi. Kondisi pandemi banyaknya korban meninggal dan tidak
dapat ditentukan dengan pasti apakah jenazah atau kematian itu meninggal karena COVID-19.
Tenaga kesehatan sebagai penggerak pelayanan kesehatan tentunya membutuhkan langkah-
langkah tatalaksana secara spesifik untuk mencegah terjadinya penyebaran kepada tenaga medis
maupun tenaga pemulasaran jenazah, serta keluarga dan masyarakat secara umum. Oleh karena itu
penanganan pemulasaran jenazah terduga COVID-19 di rumah sakit. Mempertimbangkan bahwa
jenazah penderita COVID-19 adalah jenazah yang terinfeksi penyakit menular dan harus ditangani
secara khusus, maka ini harus memenuhi ketentuan keamanan bagi petugas secara medis dan
ketentuan syarat untuk memenuhi hak-hak jenazah.
Penanganan jenazah infeksius COVID-19 di rumah sakit mutlak diperlukan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian penyebaran infeksi COVID-19 dari jenazah kepada keluarganya
maupun pada petugas di Ruang jenazah karena petugas sangat rentan tertular.
Pada masa pandemi seperti ini. Kami dari Tim Pemulasaran Jenazah harus bekerja extra
karena jenazah yang masuk ke pemulasaran jenazah RSUD Kabupaten Karangasem pada bulan
Agustus 2021 jenazah mencapai 117 jenazah COVID-19. Jumlah ini sangat naik tajam dibandingkan
pada bulan-bulan sebelumnya, yang berjumlah 43 COVID-19 pada bulan Jli 2021. Sedangkan SDM
kami berjumlah 7 orang dan itu pun masih kurang karena jenazah datang melebihi dari sebelum masa
pandemi.
Untuk penanganan jenazah di era pandemi Covid-19 kita bagi menjadi 2 yaitu jenazah umum
dan Covid-19. Jenazah umum kita klasifikasikan lagi jenazah infeksius dan non infeksius. Untuk
perlakuan jenazah non infeksius dan infeksius tentnunya berbeda, untuk perlakuan jenazah
disesuaikan dengan standar PPI untuk mencegah terjadinya kasus inos terlebih kasus Covid-19 tentu
memerlukan perlakuan khusus sesuai pedoman. Pedoman yang kita pergunakan yaitu Pedoman
Covid-19 Revisi 5 tentang pemulasaran jenazah dan surat edaran dari Dinkes Provinsi dan keputusan
direktur RSUD Karangasem.
Selama penanganan jenazah Covid-19 banyak permasalahan yang dihadapi. Salah satu
permasalahan yang dihadapi adalah penolakan prosesi pemulasaran secara protokol Covid-19 atau
protokol kesehatan
Permasalahan
Untuk permasalahan penolakan prosesi prosesi pemulasaran jenazah dengan protokol kami memiliki
solusi yaitu :
1. Memberikan KIE kepada keluarga jenazah dengan Komunikasi Informasi dan Edukasi dengan
berpedoman resvisi 5 yaitu prosesi pemulasaran sesuai dengan adat, budaya dan tradisi tanpa
keluar dari protokol kesehatan. Kita sesuaikan dengan adat budaya disini artinya jenazah
dimandikan sesuai agama masing-masing dengan melibatkan keluarga maksimal dua orang
dengan di fasilitasi APD lengkap sesuai standar. Setelah jenazah dimandikan dan di upacarai
sesuai adat dan budaya seperti mepreteka bagi umat hindu baru jenazah kemudian dikapani
kemudian dibungkus dengan plastik erat lapis dua dipastikan tidak bocor baru dimasukan ke
dalam peti dan selanjutnya peti di tutup rapat dan permanen. Setelah jenazah dipeti kami
berkoordinasi dengan satgas kabupaten atau tim evakuasi jenazah yang di ketuai oleh BPBD
untuk mengkoordinasikan dan mengkondisikan dengan satgas Covid-19 bait satgas desa
maupun satgas kabupaten terkait prosesi pemakamannya. Bila selama prosesi terjadi
penolakan maka kami akan berkoordinasi dengan satgas RSUD Kabupaten, Desa dan tokoh
masyarakat.
2. Untuk daya tampung ruangan pemulasaran yang minim, kami memiliki solusi dengan mengatur
prosesi pemulasaran dan keberangkatan jenazah, sesuai dengan pedoman Covid-19 revisi 5.
Jenazah Covid agar disegerakan untuk dikubur, namun di Bali adat budaya penguburan
disesuaikan dengan hari baik, oleh sebab itulah yang akan menyebabkan kapasitas ruangan
tidak mampu menampung jenazah. Solusi yang kita lakukan yakni dengan cara berkoordinasi
dengan keluarga untuk masalah jadwal prosesinya agar tidak terlalu jauh maksimal di titip 3
hari. Bila dititip lebih dari 3 hari karena tidak ada hari baik maka akan dikoordinasikan dengan
PHDI ( untuk agama Hindu ) dan tokoh masyarakat setempat terkait proses penguburannya
untuk dicarikan solusi agar jenazah tidak dititip terlalu lama. Untuk jenazah Covid-19 yang
dititip dipastikan jenazah sudah di kapani dan dibungkus dengan plastik dan dipastikan tidak
bocor kemudian dipeti dan dipatenkan dengan dipaku dengan jarak 20cm.
3. Untuk permasalahan jenazah Muslim yang harus dimandikan oleh petugas yang berjenis
kelamin sama dengan jenazah yaitu bila jenazah laki-laki dimandikan oleh petugas laki-laki dan
jenazah wanita dimandikan oleh petugas wanita yang beragama muslim. Solusi dan inovasi
yang kami lakukan yaitu dengan merekrut tenaga pemulasaran jenazah perempuan. Bila suatu
saat petugas jenazah perempuan tidak sedang jaga dan saat itu ada jenazah perempuan maka
petugas kita yang perempuan dipanggil untuk melakukan pemulasaran jenazah. Hal ini
dilakukan untuk menghindari tersangkut kasus hukum dan pelecehan terhadap jenazah.
4. Untuk permasalah infeksi nosokomial atau tertular Covid-19 maka kami memiliki solusi dengan
melakukan kegiatan sesuai pedoman penanganan jenazah Covid-19 sesuai revisi 5
1. Jenazah dipindahkan dari brankar jenazah kemeja pemulasaran jenazah ke kamar jenazah
oleh petugas yang sudah menggunakan APD lengkap.
2. Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi
pandemi COVID-19.
3. Jenazah dimandikan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang di anutnya. Tindakan
memandikan jenazah dilakukan setelah jenazah didisenfeksi. Petugas pemandi jenazah
dibatasi hanya sebanyak dua orang. Keluarga hendak membantu memandikan jenasah
hendaknya dibatasi dua orang serta menggunakan APD sebagaimana petugas pemandi
jenazah. Edukasi keluarga jenazah agar tidak mencium jenazah.
4. Cairan desinfektan yang digunakan yaitu larutan klorin dengan pengenceran 1 : 9 atau 1 : 10
untuk Teknik intrakavitas dan permukaan saluran nafas.
5. Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan / diberi pakaian, jenazah dimasukan ke dalam
kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik dan diikat rapat.
6. Setelah selesai memasukan jenazah ke dalam kantong jenazah, lakukan desinfektan pada
bagian luar kantong jenazah ( klorin 0,5%). Petugas harus memakai sarung tangan saat
menyentuh dan mengangkat jenazah.
7. Jenazah dimasukan ke dalam peti jenazah dan ditutup rapat, pinggiran peti disegel dengan
sealant / silicon, dan dipaku / disekrup sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-masing 20 cm.
peti jenazah terbuat dari kayu harus kuat, rapat, dan ketebalan peti minimal 3cm.
8. Lakukan dekontaminasi ruangan pemulasaran jenazah setelah selesai penanganan jenazah.
9. Selanjutnya pelepasan APD petugas dilakukan untuk mencegah kontaminasi ke petugas.
Pelepasan APD dilakukan sesuai dengan urutan pelepasan berdasarkan petunjuk teknis APD
dalam menghadapi wabah COVID-19. APD yang sudah digunakan bila disposable dibuang
dikantong infeksius, sedangkan APD yang reus harus dibersihkan dulu dengan sabun
sebelum dimasukan dalam wadah limbah infeksius. Selanjutnya dilakukan kebersihan tangan.
Semenjak masuk virus corona di Kabupaten Karangasem pada khususnya, kami mengalami
banyak kendala mulai dari pihak keluarga yang tidak mau menerima / menggunakan prokes COVID-
19. Kebanyakan keluarga jenazah kurang mengerti / tidak memahami proses dari pemulasaran
jenazah di RSUD Kabupaten Karangasem.
Namun kami setelah KIE tentang prosesi dan penanganan jenazah COVID-19, bahwa di
RSUD Kabupaten Karangasem penganganan jenazah boleh dilakukan menurut agama, adat istiadat
dan kepercayaan masing-masing. Kami jelaskan secara detail runtutan-runtutan dan alur tatalaksana
mulai dari proses memandikan, pengkafanan, pemetian kemudian proses penguburan. Pada akhirnya
pihak keluarga mau dan menerima proses pemulasaran jenazah dengan menggunakan Prokes
COVID-19.
I Made Darmayasa
Kabupaten Karangasem
No Telp : 087762626226