Anda di halaman 1dari 35

PENANGANAN JENASAH

COVID 19
menurut Peraturan dan Pedoman
Pencegahan Penularan Penyakit
BUDI SAMPURNA
FAKULTAS KEDOKTERAN UI
RS CIPTO MANGUNKUSUMO
Prof Budi Sampurna,
dr, SH, DFM, SpF(K), SpKP

• Bandung, 23 Juli 1954


• Pendidikan: FKUI, FHUI, NSPH
• Fellow: University of Bonn W-Germany (1981-1982), Kobe
University Japan (1984), Tarrant County Medical Examiner
Office USA (2000)
• Pengalaman pekerjaan:
– Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI/
RSCM
– KNKT, Kementerian Perhubungan
– Biro Hukor dan SAM Medikolegal, Kementerian Kesehatan
– Kelompok Ahli BNN
– Dewas BPJS Kesehatan
– DGB UI
UU No 4 / 1984 ttg Wabah P.M.
*Penjelasan:Pasal
• Bab V: Upaya Penanggulangan, … kematiannya
5:
disebabkan oleh penyakit
(1) Upaya penanggulangan wabah
yang meliputi: wabah
menimbulkan
• penyelidikan epidemiologis;
atau jenazah tersebut
• pemeriksaan, pengobatan, merupakan
perawatan,sumber penyakit
dan isolasi
yangkarantina;
penderita, termasuk tindakan dapat menimbulkan
wabah harus dilakukan
• pencegahan dan pengebalan;
secara khusus menurut jenis
• pemusnahan penyebab penyakit;
penyakitnya tanpa
• penanganan jenazah akibat wabah *; norma agama
meninggalkan
• penyuluhan kepada masyarakat;
serta harkatnya sebagai
manusia.
• upaya penanggulangan lainnya.

(PP 40/1991 pelaksanaan UU Wabah P.M. tidak mengatur penanganan jenasah)


UU No 4 / 1984 ttg Wabah P.M.
• Pasal 7
– Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung
penyebab penyakit dan dapat menimbulkan
wabah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
• Pasal 13
– Barang siapa mengelola bahan-bahan yang
mengandung penyebab penyakit dan dapat
menimbulkan wabah, wajib mematuhi ketentuan-
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ps 7.
• Pasal 14 dan Pasal 15
– Ketentuan Pidana
UU No 4 / 1984 ttg Wabah P.M.
Pasal 14
1. Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan
penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya
1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah).
2. Bila lalai: 6 bulan penjara dan/atau denda Rp 500.000.-
Pasal 15
1. Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak
benar bahan-bahan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam
dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000.000,-.
2. Bila lalai: 1 tahun penjara dan/atau denda Rp 10 juta
UU No 6/2018
Kekarantinaan Kesehatan
Pasal 3:
Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan
bertujuan untuk:
a. melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau
Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat;
b. mencegah dan menangkal penyakit dan/atau
Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat;
UU No 6/2018
Kekarantinaan Kesehatan
Pasal 35
1. Setiap Kendaraan Darat yang:
a. datang dari wilayah yang Terjangkit;
b. terdapat orang hidup atau mati yang
diduga terjangkit; dan/atau
c. terdapat orang atau Barang diduga Terpapar
di dalam Kendaraan Darat,
berada dalam Status Karantina.
UU No 6/2018
Kekarantinaan Kesehatan
Pasal 93
• Setiap orang yang tidak mematuhi
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
dan/atau menghalang-halangi penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Kementerian Agama RI
Pedoman Pengurusan Jenazah (Tajhiz al-Ja a ) Muslim yang Terinfeksi COVID-19 | 1

FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: 18 Tahun 2020
Tentang
8 Mei 2020
PEDOMAN PENGURUSAN JENAZAH (TAJHIZ AL-JANA IZ) MUSLIM YANG
Pedoman Pemulasaran
TERINFEKSI COVID-19
Dan Penguburan Jenazah
Akibat Covid-19 Di Masyarakat
7 Mei 2020

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia


Pencegahan Penularan Covid-19 dan Perlindungan Masyarakat
Penanganan Jenazah COVID-19 atau Jenasah PDP yang menunggu hasil Lab RT-PCR
Pengertian
Definition of COVID-19 death (WHO, May
2020)
• COVID-19 death is defined for surveillance
purposes as a death resulting from a clinically
compatible illness in a probable or confirmed
COVID-19 case, unless there is a clear
alternative cause of death that cannot be
related to COVID disease (e.g. trauma). There
should be no period of complete recovery
between the illness and death.
Dasar Pertimbangan
• Bahwa penularan Covid-19 adalah
melalui droplet (dan aerosol), fomites,
kontak erat, dan kemungkinan faeces.
• Tetapi karena perkembangan Covid-
19 belum seluruhnya diketahui
(penularan melalui udara meski belum
terbukti, penularan melalui aerosol,
dan di sisi lain ditemukan virus
SARS-CoV-2 di benda mati hingga 9
hari, dan di mayat hingga hari ke-5),
maka kewaspadaan kesehatan
masyarakat tetap harus diterapkan.
Dasar Pertimbangan
• Bahwa selain pada penyakit
tertentu seperti Ebola,
Marburg, dan Cholera, pada
umumnya jenasah tidak
infeksius.
• Jenasah Covid-19 dapat
infeksius apabila memperoleh
perlakuan tertentu, terutama
keluarnya cairan/aerosol dari
saluran nafas dan paru atau
percikan lain.
Dasar Pertimbangan
• Bahwa keselamatan dan kesehatan
setiap orang di dekat jenasah adalah
prioritas.
• Mereka harus memperhatikan
kebersihan tangan, jarak dengan
jenasah dan jarak antar individu, dan
alat perlindungan diri (APD).
• Bahwa martabat, budaya dan agama
jenasah dan keluarganya harus
dihormati dan dilindungi.
Dasar Pertimbangan
• Bahwa jenasah tidak direkomen-
dasikan untuk diawetkan oleh
WHO, maka pemakaman
sebaiknya dilakukan dalam 24 jam
pertama.
• Namun demikian diketahui juga
bahwa formaldehyde merupakan
bahan yang lazim digunakan
untuk menginaktivasi virus serta
lazim digunakan untuk
mendesinfeksi jenazah dengan
penyakit menular.
Dasar Pertimbangan
• Bahwa kematian pasien Covid-
19 dapat terjadi di dalam
maupun di luar rumah sakit.
• Petugas agar mengelola
situasi, menjaga keseimbangan
antara hak keluarga, kebutuhan
untuk menyelidiki penyebab
kematian, dan risiko penularan.
Penyiapan Jenasah
• Pada kematian di rumah sakit,
penyiapan jenasah dapat
dilakukan di ruang perawatan
pasien atau di ruang
pemulasaraan jenasah sesuai
dengan kebijakan rumah sakit.
Pastikan bahwa pemindahan dari
ruang perawatan pasien ke ruang
pemulasaraan jenasah
menerapkan kewaspadaan
standar guna mencegah
penularan penyakit.
Penyiapan Jenasah
• Pada kejadian kematian di luar
rumah sakit, Petugas Pemeriksa
Jenazah (PPJ) melakukan penapisan
dugaan penyebab kematian.
• Apabila kematian dinyatakan
berhubungan dengan COVID-19,
maka jenazah ditransportasikan ke
rumah sakit setelah ditutup semua
lubang tubuhnya dan dimasukkan ke
dalam kantong jenazah yang kedap
air .
Penyiapan Jenasah
• Pastikan bahwa petugas yang kontak
dengan jenasah menerapkan
kewaspadaan standar sesuai dengan
tingkat risiko dan kontaknya.
• Bila terdapat risiko percikan cairan
atau sekret, petugas harus memakai
penutup kepala, face shield atau
google dan masker medis, dan gaun
yang tidak tembus cairan.
• Sesuai kepentingannya dapat dipakai
coverall dan masker N95
Penyiapan Jenasah
• Peralatan medis dilepaskan dari
jenasah, termasuk selang infus,
kateter, dan tube lain.
• Pastikan bahwa cairan tubuh tidak
keluar dari lubang tubuh
(menutupnya dengan kapas), dan
bekas suntikan ditutup dengan
plester kedap air.
• Cegah keluarnya aerosol, dengan
cara tidak terlalu banyak menekan
tubuh jenasah.
Penyiapan Jenasah
• Embalming (pengawetan
jenasah) tidak dianjurkan oleh
WHO.
• Bila memungkinkan dapat
dilakukan desinfeksi jenazah
yang dilakukan oleh dokter
atau petugas yang memiliki
kompetensi untuk itu.
Penyiapan Jenasah
• Terhadap jenasah beragama
Islam, lakukan memandikan
dan mengkafani sesuai dengan
Fatwa MUI no 18 tahun 2020.
• Sedangkan terhadap jenasah
beragama lain dapat dilakukan
tata cara memandikan dan
penyiapan jenasah oleh
petugas dengan mematuhi
ketentuan kewaspadaan
standar.
Penyiapan Jenasah
• Bungkus jenasah dengan
kain tidak tembus air
dan/atau plastik, dan
pastikan tidak ada cairan
yang keluar dari jenasah
yang terbungkus tersebut.
• Bagian luar bungkus
jenasah dapat didesinfeksi
sebelum ditransportasikan.
Penyiapan Jenasah
• Sebelum wajah jenasah
ditutup, keluarga inti dapat
melihat jenasah dari jarak 2
meter, tidak menyentuh
ataupun mencium jenasah, dan
mematuhi kewaspadaan
standar (kebersihan tangan
masuk dan keluar ruangan,
masker medis, dan jaga jarak
dengan pelayat lain minimum 2
meter atau 3 langkah).
Penyiapan Jenasah
• Jenasah yang telah dibungkus
tidak boleh dibuka lagi, agar
tidak terjadi keluarnya cairan
dari saluran nafas atau cairan
tubuh lain yang mungkin
membawa virus.
• Jenasah yang telah dibungkus
sebagamana di atas dapat
dimasukkan ke dalam peti
mati.
Persemayaman
• Bagi jenasah beragama Islam, tata cara
memasukkan jenasah ke dalam peti
mati dan tata cara menyalatkan jenasah
dilakukan sesuai Fatwa MUI No 18
tahun 2020.
• Pelayat dapat hadir dan turut
menyalatkan sepanjang mereka
mematuhi kewaspadaan standar
(kebersihan tangan masuk dan keluar
ruangan, masker medis, dan jaga jarak
dengan pelayat lain minimum 2 meter
atau 3 langkah).
Persemayaman
• Anak kecil dan orang dewasa
berusia 60 tahun atau lebih, dan
orang yang memiliki penyakit
berisiko tinggi tidak diperkenankan
melayat.
• Pulang melayat, cuci tangan dan
cuci muka dengan sabun sebelum
makan atau melakukan pekerjaan
lain.
Pemakaman Jenasah
• Pengurusan administrasi pemakaman
dilakukan mengikuti tata cara
pemakaman yang diatur Pemerintahan
Daerah.
• Pemerintah Daerah menetapkan lokasi
Tempat Pemakaman bagi jenazah
pasien yang meninggal akibat COVID-
19.
• Bagi jenasah beragama Islam,
pelaksanaan pemakaman dapat
mengikuti Fatwa MUI No 18 tahun 2020.
Pemakaman Jenasah
• Keluarga dan pelayat lain dapat
menghadiri dengan mematuhi
kewaspadaan standar
(kebersihan tangan, masker
medis, dan jaga jarak dengan
pelayat lain minimum 2 meter
atau 3 langkah).
• Jenasah dapat dikremasi, dan
dilakukan sesuai ketentuan
yang berlaku
Desinfeksi Lingkungan
• Virus Covid-19 dapat masih infeksius di
permukaan benda mati hingga 9 hari, oleh
karena itu kebersihan peralatan dan
lingkungan penting dikerjakan.
• Kamar jenasah harus tetap bersih dan
cukup ventilasi.
• Pencahayaan harus cukup. Peralatan dan
furnitur harus terbuat dari bahan yang
mudah dibersihkan dan didesinfeksi.
• Peralatan yang digunakan untuk
pemulasaraan harus segera dibersihkan
dan didesinfeksi
Desinfeksi Lingkungan
• Permukaan lingkungan tempat
mempersiapkan jenasah agar
segera dicuci dengan sabun atau
cairan deterjen, dan sesudahnya
didesinfeksi dengan sodium
hipoklorit 0,5%, atau etanol 70%
setidaknya 1 menit.
• Petugas harus menggunakan APD
sebagaimana di atas.
• Limbah ditatalaksana sesuai
standar
Daftar Pustaka
• UU Wabah Penyakit Menular
• UU Kekarantinaan Kesehatan
• WHO. Infection Prevention and Control
for the safe management of a dead body
in the context of COVID-19, interim
guidance, 24 March 2020.
• Fatwa MUI No 18 tahun 2020
• Stephen Cordner et al (eds).
Management of Dead Bodies after
Disasters: a fields manual for first
responders, 2nd ed, PAHO-WHO-ICRC-
IFRCRCS, Geneva, 2016
Daftar Pustaka
• Gugus Tugas dan Kementerian
Kesehatan. Pedoman Tata Laksana
COVID-19, Mei 2020
• PDFI. Penanganan Jenasah COVID-19
dan jenasah PDP yg menunggu hasil
Lab RT-PCR, Mei 2020
• WHO. Criteria for releasing COVID-19
patients from isolation. Scientific brief, 17
June 2020
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai