Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACUAN PEMBELAJARAN

HINDARI-COVID 19, DI RUMAH AJA YUK!

DISUSUN OLEH:

ERLITA GHINA KHALISA (2018-16-039)


ERSHALITA FEBIANI (2018-16-040)
ESTRY ADE NENG TYAS (2018-16-041)
FAUZI SAEFUL ROHMAN (2018-16-042)
FELICIA FERREN HASHTIONO (2018-16-043)
FELICIA HANDALI (2018-16-044)

PEMBIMBING:

drg. IRMA BINARTI, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020

1

SAP IKGM
(SATUAN ACUAN PEMBELAJARAN ILMU KESEHATAN GIGI
MASYARAKAT)

HINDARI COVID-19, DI RUMAH AJA YUK!

I. SASARAN
Masyarakat umum.

II. TUJUAN
1. Kognitif: Agar masyarakat memperoleh pengetahuan mengenai cara
pencegahan dan pengendalian COVID-19.
2. Afektif: Agar masyarakat mengetahui pentingnya cara mencegah
COVID-19 dan mau melakukan pencegahan serta pengendalian
terhadap COVID-19.
3. Psikomotorik: Agar masyarakat mampu melakukan tindakan
pencegahan dan pengendalian sehingga terhindar dari COVID-19.

III. POKOK BAHASAN


1. Pengertian COVID-19.
2. Gejala COVID-19.
3. Cara penyebaran COVID-19.
4. Cara mencegah COVID-19.
5. Hubungan COVID-19 dengan rongga mulut.
6. Keadaan-keadaan emergensi diperbolehkannya melakukan perawatan
dokter gigi.

2

IV. MATERI

1. Pengertian COVID-19
Coronavirus merupakan salah satu jenis patogen yang memiliki target utama
yang menyerang sistem respirasi manusia.1 Pada tahun ini terjadi wabah mendunia
yang disebabkan oleh virus yang merupakan tipe baru dari coronavirus, yaitu
COVID-19.2 Akhir bulan Desember 2019 terdapat beberapa pasien yang masuk ke
rumah sakit dengan diagnosis awal pneumonia dengan etiologi yang tidak
diketahui. Kemudian pasien-pasien tersebut ternyata memiliki hubungan secara
epidemiologi dengan pasar yang menjual seafood dan wet animal yang berlokasi di
Wuhan, provinsi Hubei, Cina.1
Agen kausatif di identifikasi melalui sampel swab tenggorokan yang
dilakukan oleh Chinese Center for Disease Control and Prevention (CDCC), dan
hasil swab tersebut dinyatakan sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini kemudian dinamakan oleh World
Health Organization (WHO) sebagai COVID-19.3 Penyebaran virus sudah
mencapai ke 140 negara lain termasuk Jepang, Korea, dan Italia. WHO sudah
mendeklarasikan COVID-19 menjadi global health concern, karena virus ini
menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada manusia.2
COVID-19 merupakan penyakit dengan gejala ringan seperti batuk kering,
sakit tenggorokan, dan demam. Sebagian besar dari kasus ini dapat disembuhkan.
Akan tetapi, beberapa dari kasus ini dapat berkembang menjadi komplikasi fatal
yang meliputi gagal organ, syok septik, edema pulmonari, pneumonia berat, dan
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).3

2. Gejala COVID-19
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari
tanpa gejala (asimptomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,
sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8%
mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis.

3

Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. Viremia dan viral load
yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan.4
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas
atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau
tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit
kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus
pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. 26 Pasien COVID-19 dengan
pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)
frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi
oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-
gejala yang atipikal.5
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-
gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.6
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan
fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit
tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah, kongesti
nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40%
demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara
34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C.7
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14
hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit
menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus
menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi
ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya
ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal.
Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit
menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi.
Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai
sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya.7,8

4

3. Cara Penyebaran COVID-19
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber
transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-
2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau
bersin.6 Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol
(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam.9 WHO memperkirakan
reproductive number (R0) COVID-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain
memperkirakan R0 sebesar 3,28.10
Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier
asimptomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus terkait
transmisi dari karier asimptomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan
pasien COVID-19.6,11 Beberapa peneliti melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada
neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari ibu hamil kepada janin belum
terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat terjadi, data menunjukkan peluang
transmisi vertikal tergolong kecil.6,12 Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali
pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan negatif.12
SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil
biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di feses,
bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses
walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini
menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral.13
Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh dibandingkan
SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Doremalen, dkk.9 menunjukkan
SARS- CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steel (>72 jam)
dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di Singapura
menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar dan toilet pasien
COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan
toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada
sampel udara.14

5

4. Cara Mencegah COVID-19

5 hal penting dalam mencegah COVID-19 :


- Sering cuci tangan pakai sabun dan air bersih mengalir selama 20 detik atau
gunakan hand sanitizier berkadar alkohol paling tidak 60%.
- Bekerja, belajar, beribadah di rumah.
- Jaga jarak dan hindari kerumunan.
- Tidak berjabat tangan.
- Pakai masker bila sakit atau harus berada di tempat umum.15,16

● Upaya Kebersihan Personal dan Rumah


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah
COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan rumah dengan cara :
- Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik atau
menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer), serta
mandi atau mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya di rumah atau
di tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin
dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
- Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
- Jangan berjabat tangan.
- Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit.
- Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau
dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci
tangan.
- Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian.
- Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda yang
sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan
lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.17

6

● Higiene, Cuci Tangan, dan Disinfeksi
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol
atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk
atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki
keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah
satu meter. Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19 juga harus diberi
jarak minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan
etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan.18
Perilaku cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh petugas kesehatan pada
lima waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur,
setelah terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh
lingkungan pasien. Air sering disebut sebagai pelarut universal, namun mencuci
tangan dengan air saja tidak cukup untuk menghilangkan coronavirus karena virus
tersebut merupakan virus RNA dengan selubung lipid bilayer. 19
Sabun mampu mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik seperti lemak
atau minyak.19 Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71% dapat
mengurangi infektivitas virus. Oleh karena itu, membersihkan tangan dapat
dilakukan dengan hand rub berbasis alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol
lebih dipilih ketika secara kasat mata tangan tidak kotor sedangkan sabun dipilih
ketika tangan tampak kotor. Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah,
hidung atau mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi
dengan virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Terakhir,
pastikanmenggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk
menghindari penyebaran droplet.

● Meningkatkan Imunitas / Kekebalan Tubuh


Sistem imun (immune system) atau sistem kekebalan tubuh adalah kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya
yang bersifat antigenik dan imunogenik.20 Kekebalan tubuh dapat dilakukan dengan
cara :

7

- Konsumsi gizi seimbang.
- Tidak merokok.
- Suplemen dan vitamin.
- Aktivitas fisik/senam ringan.
- Istirahat cukup.
- Mengendalikan penyakit penyerta (diabetes, hipertensi, kanker).15,17

● Menerapkan Etika Batuk dan Bersin


- Gunakan masker dan diganti setidaknya sehari sekali
- Tutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian dalam
- Gunakan tisu dan buang di tempat sampah yang tertutup
- hindari menyentuh wajah, mata, dan hidung dengan tangan yang belum
dicuci.
- Segera cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.15,16,17,21

● Pembatasan Interaksi Fisik dan Pembatasan Sosial (Physical


Contact/Physical Distancing dan Social Distancing)
- Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak minimal
1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.
- Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot)
yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.
- Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
- Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
- Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat
wisata.
- Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung/
bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka
dengan telepon, internet, dan media sosial.
- Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau
fasilitas lainnya.

8

- Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan
mereka.
- Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.
- Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.15,17,21

● Isolasi Mandiri
Jika anda ODP harus mengisolasi mandiri dan tetap tinggal dirumah. Orang
Dalam Pemantauan (ODP), yang memiliki demam atau gejala pernapasan dengan
riwayat dari daerah terjangkit, dan atau orang yang tidak menunjukan gejala, tetapi
pernah memiliki kontak erat dengan orang positif COVID-19.
- Jika merasa kurang sehat, tetap dirumah selama 14 hari
- Gunakan masker selama masa isolasi diri
- Tetap dirumah dan jangan pergi bekerja, kesekolah, atau ketempat umum
- Hindari pemakaian bersama peralatan makan dan peralatan mandi
- Harus mengisolasi diri dan memantau suhu tubuh dan gejala lainnya
- Melapor ke puskesmas terdekat tentang kondisi anda
- Gunakan kamar mandi terpisah
- Bersihkan rumah dengan cairan desinfektan, terutama daerah yang sering
disentuh
- Meningkatkan aliran udara dan ventilasi dengan membuka jendela dan
pintu.15

● Isolasi mandiri pada PDP


- mengisolasi diri jika isolasi di fasilitas pelayanan kesehatan tidak
dianjurkan atau tidak memungkinkan
- sering membersihkan tangan, menggunakan cairan antiseptik berbahan
dasar alkohol jika tangan tidak tampak kotor atau sabun dan air bersih
mengalir saat tangan terlihat kotor
- menjaga jarak sekurang-kurangnya 1 m dengan orang lain

9

- mengenakan masker medis sesering mungkin; masker harus diganti
sekurang-kurangnya satu kali setiap hari. Orang yang tidak dapat
mengenakan masker medis harus menerapkan etika batuk dan bersin seketat
mungkin (menutup hidung dan mulut dengan tisu sekali pakai saat batuk
atau bersin dan segera membuang tisu tersebut setelah digunakan atau
menggunakan lengan yang terlipat kemudian membersihkan tangan)
- menghindari mengontaminasi permukaan benda dengan air liur, dahak, atau
sekresi saluran pernapasan
- meningkatkan aliran udara dan ventilasi di ruangannya dengan cara
membuka jendela dan pintu sebanyak mungkin.21

● OTG menjalani masa karantina dengan tata cara dan perlengkapan


berikut :
Orang-orang ditempatkan di ruang dengan ventilasi cukup serta
kamar single yang luas yang dilengkapi dengan toilet. jika kamar single
tidak tersedia pertahankan jarak minimal 1 meter dari penghuni rumah lain.
Meminimalkan penggunaan ruang bersama dan penggunaan peralatan
makan bersama, serta memastikan bahwa ruang bersama (dapur, kamar
mandi) memiliki ventilasi yang baik.
a pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti ventilasi udara yang
memadai, sistem penyaringan dan pengelolaan limbah
b pembatasan jarak sosial (lebih dari 1 meter) terhadap orang-orang yang di
karantina.
c akomodasi dengan tingkat kenyamanan yang sesuai termasuk:
- penyediaan makanan, air dan kebersihan.
- perlindungan barang bawaan.
- perawatan medis.
- komunikasi dalam bahasa yang mudah dipahami mengenai: hak-hak
mereka; ketentuan yang akan disediakan; berapa lama mereka harus
tinggal; apa yang akan terjadi jika mereka sakit; informasi kontak
kedutaan

10

d bantuan bagi para pelaku perjalanan
e bantuan komunikasi dengan anggota keluarga;
f jika memungkinkan, akses internet, berita dan hiburan.
g dukungan psikososial; dan
h pertimbangan khusus untuk individu yang lebih tua dan individu dengan
kondisi komorbid, karena berisiko terhadap risiko keparahan penyakit
COVID-19.17

● Hindari Stres dan Tetap Optimis


Dengan melakukan aktivitas sehari-hari dan tetap jaga jarak. Pembatasan sosial
dapat saja membuat bosan, murung, kurang bersemangat, cemas, dan rindu keluar
rumah bertemu orang lain. Beberapa langkah mudah yang dapat dilakukan:
- Lakukan aktifitas fisik seperti membersihkan rumah, seperti menyapu,
mengepel, dan mencuci.
- Berjalan-jalan di taman rumah dan tetap jaga jarak 1-2 meter dari yang lain.
- Lakukan hobi di dalam rumah misalnya membaca, masak, mendengarkan
radio/menonton TV.
- Makan makanan bergizi seimbang, minum air cukup, dan menghindari
rokok.
- Buka jendela rumah, usahakan dapat sinar matahari.
- Berkomunikasi dengan keluarga melalui telepon atau lewat media sosial.15

● Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin guna
membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang berlangsung 2 uji
klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari National Institute of Health
(NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan dosis 25, 100, dan 250 µg.124 Studi
kedua berasal dari Cina menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis
ringan, sedang dan tinggi.22

11

● Deteksi Dini
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspect atau pernah berkontak dengan
pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat ke fasilitas kesehatan. WHO
juga sudah membuat instrumen penilaian risiko bagi petugas kesehatan yang
menangani pasien COVID-19 sebagai panduan rekomendasi tindakan lanjutan.
Bagi kelompok risiko tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas
yang berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi SARS-CoV-
2 dan isolasi. Pada kelompok risiko rendah, dihimbau melaksanakan pemantuan
mandiri setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari dan
mencari bantuan jika keluhan memberat. Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi
meliputi pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social
distancing) dan pembatasan interaksi fisik yaitu menjaga jarak aman minimal 1
meter dengan orang lain (physical distancing).15,22

● Alat Pelindung Diri


SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri (APD)
merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan selama penggunannya
rasional. Komponen APD terdiri atas:
- Sarung tangan.
- Masker medis: masker N95/ surgical mask.
- Kacamata pelindung atau face shield.
- Masker non-medis untuk masyarakat umum: masker dari bahan lain (missal,
kain katun).21,22

● Mereka yang tinggal dengan orang suspect COVID-19:


- Membersihkan tangan sesering mungkin, gunakan alkohol jika tangan tidak
kotor atau gunakan sabun dengan air mengalir jika tangan kotor.
- Jaga jarak 1 meter dari orang suspek COVID-19.
- Gunakan masker saat berada di ruangan yang sama dengan orang suspek
COVID-19.

12

- Buang tisu yang telah terkontaminasi cairan sekresi pernapasan lalu bersihkan
tangan.
- Tingkatkan aliran udara dan ventilasi di ruang tamu dengan membuka jendela.21

● Penggunaan masker yang benar


Untuk semua jenis masker, penggunaan dan pembuangan yang tepat adalah
penting untuk memastikan tidak adanya peningkatan penyebaran penyakit.
- Pastikan untuk menutupi mulut dan hidung, ikat dengan aman untuk
meminimalkan celah pada masker.
- Hindari menyentuh masker saat memakainya.
- Jangan menyentuh masker bagian depan saat melepasnya, tetapi lepaslah dari
belakang.
- Setelah melepas masker atau tidak sengaja menyentuhnya, maka cucilah tangan
dengan sabun atau hand sanitizer.
- Gantilah masker yang telah lembab dengan yang bersih dan kering.
- Jangan gunakan kembali maskersekali pakai.
- Buang masker setelah tiap kali digunakan.21

● Di masyarakat
Penelitian tentang influenza, penyakit serupa influenza (influenza-like illness),
dan coronavirus pada manusia memberi bukti bahwa penggunaan masker medis
dapat mencegah penyebaran percikan yang dapat menyebabkan infeksi dari orang
yang terinfeksi ke orang lain dan kemungkinan kontaminasi lingkungan akibat
percikan ini.23 Bukti bahwa penggunaan masker medis oleh orang sehat di dalam
rumah atau oleh orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien, atau oleh
orang-orang di tengah perkumpulan besar yang berfungsi sebagai pencegahan
masih terbatas.24 Namun, saat ini belum ada bukti bahwa mengenakan masker (baik
masker medis atau jenis lainnya) oleh orang sehat di tengah masyarakat secara
umum, termasuk penggunaan masker secara bersama-sama pada masyarakat luas,
dapat mencegah masyarakat dari infeksi virus saluran pernapasan, termasuk
COVID-19.

13

● Masker medis harus disediakan untuk tenaga kesehatan.
Penggunaan masker medis oleh masyarakat dapat menciptakan rasa aman yang
semu sehingga langkah-langkah kesehatan lain seperti menjaga kebersihan tangan
dan menjaga jarak fisik tidak dihiraukan, dan tetap menyentuh bagian wajah di balik
masker dan di bawah mata. Hal ini menyebabkan kerugian yang dapat dihindari,
serta mengakibatkan masker tidak dapat digunakan oleh orang-orang yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan, yang paling membutuhkan masker, terutama saat
ketersediaan masker terbatas.24

● Orang yang menunjukkan gejala harus:


- Mengenakan masker medis, mengisolasi diri, dan segera mencari pertolongan
medis saat mulai merasa tidak sehat. Gejala dapat berupa demam, rasa letih,
batuk, sakit tenggorokan, dan sesak napas. Penting diingat bahwa gejala-gejala
awal bagi orang-orang yang terinfeksi COVID-19 dapat terasa sangat ringan.
- Mengikuti instruksi cara memakai, melepaskan, dan membuang masker medis.
- Melakukan semua langkah pencegahan, terutama menjaga kebersihan tangan
dan menjaga jarak fisik dengan orang lain.
- Menghindari perkumpulan orang dan ruang tertutup yang ramai.
- Menjaga jarak fisik sekurang-kurangnya 1 m dari orang lain, terutama orang
yang menunjukkan gejala saluran pernapasan (misalnya., batuk, bersin).
- Sering membersihkan tangan, menggunakan cairan antiseptik berbahan dasar
alkohol jika tangan tidak tampak kotor atau sabun dan air bersih mengalir saat
tangan terlihat kotor.24
- Menutup hidung dan mulut dengan lengan yang terlipat atau tisu saat batuk atau
bersin, segera membuang tisu tersebut setelah dipakai, dan membersihkan
tangan.
- Menghindari menyentuh mulut, hidung, dan mata. Di beberapa negara, masker
dipakai sesuai dengan kebiasaan setempat atau sesuai anjuran otoritas nasional
dalam konteks COVID-19. Dalam situasi demikian, praktik terbaik cara

14

menggunakan, melepas, dan membuang masker serta membersihkan tangan
setelah melepas masker harus diikuti.24

● Jenis Masker
WHO menekankan bahwa masker medis dan respirator harus diprioritaskan bagi
tenaga kesehatan. Penggunaan masker nonmedis, yaitu masker yang terbuat dari
bahan lain (misal, kain katun), di tengah masyarakat belum cukup dievaluasi. Saat
ini belum ada bukti yang dapat dijadikan dasar yang mendukung atau menghalangi
diberikannya anjuran penggunaan masker nonmedis di tengah masyarakat.24
WHO berkolaborasi dengan mitra-mitra penelitian dan pengembangan untuk
lebih memahami efektivitas dan efisiensi masker nonmedis. WHO juga sangat
mendorong negara-negara yang menganjurkan penggunaan masker oleh orang-
orang sehat di tengah masyarakat untuk melakukan penelitian tentang topik yang
penting ini. WHO akan memperbarui panduannya saat tersedia bukti lebih lanjut.24
Saat ini, para pengambil keputusan dapat terus menganjurkan penggunaan
masker nonmedis. Di tempat-tempat seperti itu, beberapa hal berikut terkait masker
medis yang harus dipertimbangkan:
- Jumlah lapisan kain/tisu.
- Kemudahan bernapas yang diberikan bagi pengguna dari bahan masker.
- Sifat kedap air/hidrofobik.
- Bentuk masker
- Kesesuaian ukuran masker.24

15

5. Hubungan COVID-19 dengan Rongga Mulut
Wabah COVID-19 saat ini merupakan darurat kesehatan masyarakat yang
menjadi perhatian global. COVID-19 dapat ditularkan dari manusia ke manusia.25
Seperti yang telah diketahui bahwa transmisi COVID-19 dapat melalui penularan
langsung dengan bersin, batuk, atau inhalasi droplet, dan penularan kontak seperti
kontak mata atau melalui selaput lendir mata dan hidung dan saliva.26
Asal usul droplet dapat berasal dari nasofaring atau orofaring yang
berhubungan dengan saliva. Tetesan yang lebih besar dapat berkontribusi pada
penularan virus ke subjek di sekitarnya, dan di sisi lain, penularan jarak jauh dengan
tetesan kecil yang terinfeksi partikel virus ini dapat tertahan oleh udara.25
Rongga mulut tetap basah oleh aliran saliva, dan aktivitas fisiologis normal
dari rongga mulut dipertahankan melalui mekanisme self cleansing oleh saliva.26
Ada minimal tiga jalur yang berbeda sehingga COVID-19 dapat hadir dalam saliva;
pertama, COVID-19 di saluran pernapasan bawah dan atas yang memasuki rongga
mulut bersama dengan tetesan cairan yang sering dipertukarkan oleh organ-organ
ini. Kedua, COVID-19 yang ada dalam darah dapat mengakses ke rongga mulut
melalui cairan crevicular, eksudat khusus rongga mulut yang mengandung protein
lokal yang berasal dari matriks ekstraseluler dan protein yang diturunkan dari
serum. Ketiga, cara lain untuk COVID-19 terjadi di rongga mulut adalah dengan
infeksi kelenjar saliva mayor dan minor, dengan pelepasan partikel dalam saliva
melalui saluran saliva.25
Saliva meiliki peran penting dalam penularan COVID-19 dari manusia ke
manusa.21 Mengenai hal tersebut petugas pelayanan seperti dokter gigi dan perawat
gigi memiliki kontak yang erat dengan saliva pasien. Penularan COVID-19 dapat
melalui kontak dengan droplet dan aerosol yang dihasilakan selama prosedur klinis
gigi. Menghirup partikel udara dan aerosol yang dihasilkan selama prosedur gigi
pada pasien COVID-19 dapat menjadi prosedur beresiko tinggi dimana dokter gigi
secara langsung dan erat terpapar dengan virus ini.25
Sangat penting bagi dokter gigi untuk melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi COVID-19. Dan masyarakat dianjurkan untuk menunda
perawatan gigi untuk menghindari terjadinya infeksi silang yang dapat ditularkan

16

melalui saliva. Hanya Perawatan gigi yang urgent yang dapat dipertimbangkan
selama wabah COVID-19.27

6. Keadaan-Keadaan Emergensi Diperbolehkannya Melakukan Perawatan


Dokter Gigi
Perawatan Kasus emergensi. Emergensi gigi dapat terjadi dan dapat
memperburuk dalam waktu singkat karena itu perlu perawatan segera. Rubber dams
dan high-volume saliva ejector bisa membantu meminimalkan aerosol atau
percikan air dalam prosedur perawatan gigi. Selanjutnya pelindung wajah dan
kacamata sangat penting dengan penggunaan high atau low speed pengeboran
dengan semprotan air kecepatan rendah. jika gigi didiagnosis karies dengan gejala
pulpitis ireversibel, exposure pulpa bisa dibuat dengan kemomekanis removal
karies di bawah isolasi dengan rubber dams dan high-volume saliva ejector setelah
anestesi lokal kemudian, devitalisasi pulpa dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
sakit. Bahan pengisi bisa diganti gently tanpa devitalizing sesuai rekomendasi
pabrikan. Setelah prosedur perawatan, sterilisasi lingkungan dan desinfeksi
dilakukan. Atau, pasien dapat dirawat di ruangan yang terisolasi dan berventilasi
baik atau kamar bertekanan negatif jika tersedia untuk kasus yang diduga COVID-
19.28
Perencanaan perawatan fraktur gigi, luksasi, atau avulsi tergantung pada usia,
keparahan traumatis jaringan gigi, perkembangan apeks, dan durasi gigi avulsi. Jika
gigi perlu diekstraksi, absorbable suture lebih diutamakan. Untuk pasien facial soft
tissue contusion, debridemen, dan penjahitan harus dilakukan. Disarankan untuk
membilas luka secara perlahan dan menggunakan saliva ejector untuk menghindari
penyemprotan. Kasus yang mengancam jiwa dengan oral dan maksilofasial
compound injuries harus dirawat di rumah sakit segera, dan CT dada harus
dilakukan jika tersedia untuk mengecualikan dugaan infeksi karena tes RT-PCR,
selain memakan waktu, membutuhkan laboratorium dengan pan-coronavirus atau
kapasitas deteksi SARS-CoV-2 tertentu.28

17

Keadaan-keadaan emergensi yang diperbolehkan seperti:29
● Nyeri yang tidak tertahan
● Gusi bengkak akibat infeksi
● Perdaraah yang tidak terkontrol
● Trauma pada gigi dan tulang wajah akibat kecelakaaan

Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh dokter gigi:29,30


● Skrining setiap pasien asimptomatik dengan cermat.
● Mempertimbangkan setiap pasien sebagai pembawa COVID-19 asimptomatik
yang potensial.
● Mempertimbangkan pasien yang baru sembuh sebagai pembawa virus
potensial untuk setidaknya 30 hari setelah terkonfirmasi sembuh dengan uji
laboratorium
● Mengidentifikasi urgensi pasien dan berfokus untuk menanganinya dengan
prosedur invasif minimal.
● Mengkategorikan perawatan gigi sesuai dengan urgensi dari perawatan yang
diperlukan, risiko dan manfaat yang terkait dengan setiap perawatan.
● Mengidentifikasi perawatan gigi yang diperlukan untuk setiap pasien, risiko
dan manfaat yang terkait dengan perawatan itu.
● Menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat berkontak dengan pasien
● Menggunakan Rubber dams dan high-volume saliva ejektor untuk membantu
meminimalkan aerosol atau percikan air dalam prosedur perawatan gigi.

Pelindung wajah dan kacamata sangat penting dengan penggunaan high atau
low speed pengeboran dengan semprotan air kecepatan rendah.30

18

● Fasilitas pelayanan kesehatan
WHO memberikan panduan untuk penggunaan APD, termasuk masker, bagi
tenaga kesehatan dalam dokumen panduan: Penggunaan rasional APD dalam
konteks COVID-19.31 Berikut ini anjuran untuk para pengunjung fasilitas
pelayanan kesehatan:

Orang bergejala yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan harus:


- Mengenakan masker medis saat menunggu di ruang triase atau area-area lain dan
selama beraktivitas di dalam fasilitas.
- Tidak mengenakan masker medis saat diisolasi di kamar sendiri, tetapi menutup
mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu sekali pakai. Tisu harus
dibuang dengan benar, kemudian tangan harus segera dibersihkan.31

Tenaga kesehatan harus:


- Mengenakan masker medis saat memasuki ruangan perawatan pasien suspek
atau konfirmasi COVID-19.
- Menggunakan respirator partikulat dengan perlindungan setidaknya setara
dengan N95 yang tersertifikasi US National Institute for Occupational Safety
and Health, FFP2 standar Uni Eropa, atau yang setara, saat melaksanakan atau
bekerja di tempat pelaksanaan prosedur-prosedur yang menghasilkan aerosol,
seperti intubasi trakea, ventilasi noninvasif, trakeotomi, resusitasi jantung paru,
ventilasi manual sebelum intubasi, dan bronkoskopi.31

19

V. METODE
Ceramah dan tanya jawab
Metode ceramah adalah penuturan bahan ajar secara lisan. Metode tanya jawab
dapat diartikan sebagai metode edukasi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara mahasiswa dan masyarakat umum. Mahasiwa bertanya sedangkan
masyarakat umum menjawab atau masyarakat umum bertanya mahasiswa
menjawab.

VI. ALAT PERAGA


Video interaktif.

VII. WAKTU
± 3 menit.

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


Upload melalui social media.

IX. EVALUASI
A. Evaluasi sarana pendidikan
1. Untuk menilai keberhasilan dalam penyuluhan, dilakukan evaluasi
dengan tanya-jawab antar penyuluh dan peserta penyuluhan.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum mengenai
pengertian COVID-19, gejala dan cara penyebaran COVID-19,
bagaimana cara mencegah COVID-19, hubungan COVID-19 dengan
rongga mulut, dan keadaan-keadaan emergensi diperbolehkannya
melakukan perawatan dokter gigi.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Rothan HA, Byrareddy SN. The Epidemiology and Pathogenesis of Coronavirus


Outbreak. Journal of Autoimmunity. 2020; 3(2): 23-29
2. Zhai P, Ding Y, Wu X, Long J, Zhong Y, Li Y. The Epidemiology, Diagnosis,
and Treatment of COVID-19. International Journal of Antimicrobial Agents.
2020; 9(27): 1-13.
3. Sohrabi C, Alsafi Z, O’neill N, Khan M, Kerwan A, Al-Jabir A, Iosifidis C, Agha
R. World Health Organization Declares Global Emergency: A Review of the 2019
Novel Coronavirus (COVID-19). International Journal of Surgery. 2020; 76(1):
71-76.
4. Kam KQ, Yung CF, Cui L, Lin Tzer Pin R, Mak TM, Maiwald M, et al. A Well
Infant with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) with High Viral Load. Clin
Infect Dis. 2020; published online February 28. DOI: 10.1093/cid/ciaa201.
5. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World
Health Organization; 2020.
6. Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus
infection disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol. 2020;
published online March 6. DOI: 10.1002/ jmv.25749
7. Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, Liang WH, Ou CQ, He JX, et al. Clinical Characteristics
of Coronavirus Disease 2019 in China. New Engl J Med. 2020; published online
February 28. DOI: 10.1056/ NEJMoa2002032.
8. Feldman C, Anderson R. Cigarette smoking and mechanisms of susceptibility to
infections of the respiratory tract and other organ systems. J Infect.
2013;67(3):169-84
9. van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,
Williamson BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as
Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020; published online March 17.
DOI: 10.1056/NEJMc2004973

21

10. Liu Y, Gayle AA, Wilder-Smith A, Rocklöv J. The reproductive number of
COVID-19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med. 2020;27(2).
11. Bai Y, Yao L, Wei T, Tian F, Jin D-Y, Chen L, et al. Presumed Asymptomatic
Carrier Transmission of COVID-19. JAMA. 2020; published online February 21.
DOI: 10.1001/jama.2020.2565
12. Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics
and intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine
pregnant women: a retrospective review of medical records. Lancet.
2020;395(10226):809-15.
13. Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for gastrointestinal
infection of SARS-CoV-2. Gastroenterology. 2020; published online March 3.
DOI: 10.1053/j.gastro.2020.02.055
14. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air, Surface
Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic
Patient. JAMA. 2020; published online March 4. DOI: 10.1001/jama.2020.3227
15. Kementerian Kesehatan RI. Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat Untuk Cegah
Penularan Covid-19. 2020.
16. UNICEF. Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
di Sekolah. 2020.
17. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19). 2020.
18. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World
Health Organization; 2020
19. Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, &Adelberg’s Medical
Microbiology. 28th ed. New York: McGrawHill Education/Medical; 2019. p.617-
22.
20. Siswanto, Budisetyawati, Ernawati F. Peran Beberapa Zat Gizi dalam Sistem
Imun. Gizi Indon. 2013; 36(1): 57-64.
21. WHO. Advice on the Use of Mask in the Context of COVID-19. 2020.

22

22. Susilo A,dkk. Coronavirus Disease 2019 : Review of Current Literatures. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia. 2020; 7(1).
23. Infection prevention and control of epidemic and pandemic-prone acute
respiratory diseases in health care. Jenewa: World Health Organization; 2014
(https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10 665/11
2656/9789241507134_eng.pdf, diakses 17 Januari 2020).
24. Aiello AE, Coulborn RM, Perez V, et al. A randomized intervention trial of mask
use and hand hygiene to reduce seasonal influenza-like illness and influenza
infections among young adults in a university setting. International Journal of
Infectious Diseases 2010;14:E320-E20. doi: 10.1016/j.ijid.2010.02.2201
25. Silva RS, et al. Coronavirus Covid-19 Impact to dentistry and potential salivary
diagnosis. Clin Oral Invest. 2020; 24: 1619-162.
26. Khurshid Z, et al. Human Saliva: Non-Invasive Fluid For Detecting Novel
Coronavirus (2019-nCoV). Int J. Environ. Res Public Health. 2020; 17: 1-4.
27. Spagnuolo G, et al. Covid-19 Outbreak: An Overview on Dentistry. Int J. Environ.
Res Public Health. 2020; 17: 1-3.
28. Meng L, Hua F, Bian Z. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Emerging and
Future Challenges for Dental and Oral Medicine. Journal of Dental
Research.2020; 14(1):1-7.
29. Meng L, Hua F, Bian Z. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Emerging and
Future Challenges for Dental and Oral Medicine. Journal of Dental Research.
2020; 14(1):1-7
30. Alharbi A, Alharbi S, Alqaidi S. Guidelines for dental care provision during the
COVID-19 pandemic. The Saudi Dental Journal. 2020; 1(2): 10-16
31. Rational use of personal protective equipment for coronavirus disease (COVID-
19) https://www.who.int/emergencies/diseases/n ovel-coronavirus-
2019/technicalguidance/infection-prevention-and-control

23

Anda mungkin juga menyukai