Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Geriatri

Istilah geriatri (geros = geriatri, iatreia = merawat/merumat), pertama kali

digunakan oleh Ignas Leo Vascher, seorang dokter Amerika pada tahun 1909. 8

Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari

Kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.14

Geriatri adalah ilmu tentang merawat orang yang berusia lanjut terhadap

penyakitnya. Geriatri dapat pula diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang

mempelajari tentang penyakit pada lansia. Menurut Black dan Jacob (1997), geriatri

adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia.

Usia lanjut atau disebut juga lansia dikatakan sebagai tahap akhir

perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),

(3), (4) No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.15

2.2 Klasifikasi Lansia

Berikut merupakan lima klasifikasi pada lansia, yaitu:14

1. Pralansia (prasenelis) adalah seseorang yang berusia antara 45−59 tahun.

2. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.


3. Lansia Resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

4. dan memiliki masalah kesehatan seperti menderita rematik, demensia,

mengalami kelemahan dan lain-lain.

5. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

6. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.3 Karakteristik Geriatri: 16

1. Multipatologi,yaitu adanya lebih dari satu penyakit kronis degeneratif.

2. Karakteristik kedua adalah daya cadangan faal menurun karena menurunnya

fungsi organ akibat proses menua.

3. Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda penyakit yang tidak khas.

Tampilan gejala yang tidak khas sering kali mengaburkan penyakit yang

diderita pasien.

4. Karakteristik berikutnya adalah penurunan status fungsional yang merupakan

kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penurunan

status fungsional menyebabkan pasien geriatri berada pada kondisi imobilisasi

yang berakibat ketergantungan pada orang lain.

5. Karakteristik khusus pasien geriatri yang sering dijumpai di Indonesia ialah

malnutrisi. Setiati dkk, melaporkan malnutrisi merupakan sindrom geriatri

terbanyak pada pasien usia lanjut yang dirawat (42,6%) di rumah sakit.
2.4 Etiologi Sindrom Geriatri

1. Imobilisasi

Berbagai faktor fisik, psikologis,dan lingkungan dapat menyebabkan

imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa

nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, masalah psikologis, depresi

atau demensia.17,18 Beberapa informasi penting meliputi lamanya menderita

disabilitas yang menyebabkan imobilisasi, penyakit yang mempengaruhi

kemampuan mobilisasi, dan pemakaian obat-obatan untuk mengeliminasi

masalah iatrogenesis yang menyebabkan imobilisasi.17

2. Instabilitas

Instabilitas dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada

pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan).

Faktor intrinsik contohnya adalah kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan

pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit

misalnya hipertensi (yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri kepala),

diabetes mellitus, penyakit jantung, dll. Faktor risiko ekstrinsik contohnya

adalah alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang,

benda-benda dilantai yang membuat terpeleset, dll.17,18 Akibat yang

ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai

patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.18


3. Inkontinensia

Inkontinesia urin dibedakan atas; tipe urgensi yaitu keinginan

berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor

karena hilangnya kontrol neurologis; tipe stres karena kegagalan mekanisme

sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan

intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa; tipe overflow yaitu

menggelembungnya kandung kemih melebihi volume normal, post void

residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi

urin.18

4. Insomnia

Insomnia dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang

menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit

juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan

kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam

tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya. Berbagai keluhan

gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk

kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika

terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun

di pagi hari.18

5. Depresi
Penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah kehilangan seseorang

yang disayangi, baik itu pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.

Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan

dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan

karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan

menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat

depresi yang berkepajangan.18

6. Infeksi

Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya

daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi pada

lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi

secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan

meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia

lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.18

7. Defisiensi Imun

Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai

penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,

penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.18

8. Gangguan pendengaran dan penglihatan

Pada dasarnya, etiologi gangguan pendengaran sama untuk semua

umur, kecuali ditambah presbikusis untuk kelompok geriatri. Otosklerosis

biasanya ditemui pada usia dewasa muda, ditandai dengan terjadinya


remodeling tulang di kapsul otik menyebabkan gangguan pendengaran

konduktif, dan jika penyakit menyebar ke telinga bagian dalam, juga dapat

menimbulkan gangguan sensorineural. Penyakit Ménière adalah penyakit

telinga bagian dalam yang menyebabkan gangguan pendengaran berfluktuasi,

tinnitus dan pusing. Gangguan pendengaran karena bising yang disebabkan

oleh energi akustik yang berlebihan yang menyebabkan trauma permanen

pada sel-sel rambut. Presbikusis sensorik yang sering sekali ditemukan pada

geriatri disebabkan oleh degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan

pendengaran dengan frekuensi tinggi. Pada pasien juga ditemui

adanyagangguan pendengaran sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.

9. Gangguan intelektual

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat

yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan

gangguan tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah pada memori.

Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,

menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola

sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.17

10. Impaction (sulit buang air besar)

Faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya gerak fisik, makanan

yang kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan

lain-lain. Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang

berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.18

11. Impecunity (tidak punya penghasilan)

Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan

mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan

ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan

sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Usia pensiun dimana sebagian

dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Selain

masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti

interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami

depresi.18

12. Impotensi (Gangguan Seksual)

Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut

terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf,

dan pembuluh darah dan juga depresi.18

2.5 Penatalaksanaan Sindrom Geriatri

1. Imobilisasi

Penatalaksanaan untuk imobilisasi adalah dengan latihan fisik, perubahan

posisi secara teratur, menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan

cairan dan makanan yang berserat.18

2. Instabilitas
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan

riwayat jatuh adalah dengan mengobati berbagai kondisi yang mendasari

instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan

cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta

mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup,

pegangan, lantai yang tidak licin.18

3. Inkotinensia

Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila

penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksi saluran kemih, gangguan

kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala. Pada inkontinensia

urin, untuk menghindari sering mengompol, pasien sering mengurangi

minum. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi.18

4. Insomnia

Penatalaksanaan agar bisa tidur adalah dengan menghindari olahraga

3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu tidur, , hindari minum

minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan

malam, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat

tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca.18

5. Depresi

Depresi sangat penting dideteksi pada pasien lansia dan ditangani,

karena gejalanya akan memperparah penyakit fisiknya, menambah penarikan


diri, tidak patuh pengobatan dan keputusasaan serta kematian dini.

Penanganan depresi pada lansia meliputi biologis dengan memberikan

antidepresan; psikologis dengan melakukan psikoterapi; lingkungan sosial,

dan spiritual. Secara spiritual, perlu mendapat perhatian pada individu lansia

yang depresi. Ini berhubungan dengan dengan makna kehidupan dan akhir

pengabdian dari kehidupannya.19

6. Infeksi & Defisiensi Imun

Penyakit infeksi yang banyak diderita oleh lansia dapat dicegah atau

diturunkan tingkat keparahannya melalui upaya-upaya perbaikan nutrisi

karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Jika fungsi imun lansia dapat

diperbaiki, maka kualitas hidup individu dapat meningkat.20

7. Gamgguan pendengaran dan penglihatan

Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah

dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah

berupa implantasi koklea. Penatalaksanaan untuk gangguan penglihatan

adalah dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada

katarak.18

8. Gangguan Intelektual

Dibutuhkan peran keluarga sebagai support system dalam menjaga dan

memenuhi kebutuhan dasar pada lansia dengan demensia. Bagi keluarga


sebaikya membantu serta memberikan dukungan kepada lansia agar masing-

masing kebutuhan dapat terpenuhi.21

9. Impaction (sulit buang air besar)

Penelitian yang dilakukan Chu dkk (2014) menjelaskan bahwa ada

beberapa faktor penyebab sulit buang air besar, salah satunya adalah aktivitas

fisik yang rendah. Aktivitas fisik dapat mempengaruhi kinerja tonus otot

abdomen, pelvis, dan diafragma. Maka dari itu, penting bagi lansia untuk

membiasakan diri melakukan aktivitas fisik karena ketika otot sudah

mengalami penurunan fungsi, maka fungsi otot akan sulit dikembalikan

seperti semula.22

10. Impecunity (Tidak punya penghasilan)

Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan

konseling karena lansia yang mengalami impecunity cenderung akan mudah

stres dan depresi. Selain itu, mengadakan pelatihan atau terapi okupasi dapat

dilakukan. Terapi okupasi dapat meningkatkan persepsi kebermaknaan hidup,

mengurangi stres, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan

produktivitas lansia.23

2.6 Masalah Kesehatan mulut pada Geriatri

Sistem mastikasi terdiri atas gigi geligi, mukosa mulut, kelenjar ludah, sistem

neuromaskular, tulang alveolar dan temporomandibular. Proses penuaan akan

merubah struktur dan keadaan rongga mulut baik bersifat fisiologis maupun
patologis yang umumnya sulit dibedakan. Proses penuaan fisiologis pada seluruh

sistem tubuh bersama-sama dengan faktor lokal, dapat mempengaruhi struktur

dan fungsi rongga mulut. Perubahan pada sistem mastikasi pada lansia juga

dipengaruhi oleh kebiasaan, kebersihan rongga mulut dan lingkungan. Proses

penuaan menyebabkan perubahan struktur dan tampilan gigi geligi. Beberapa

keadaan yang umumnya terjadi pada gigi seiring pertambahan usia, misalnya

perubahan warna menjadi gelap atau kekuningan. Menipisnya lapisan enamel

dapat disebabkan atrisi, erosi atau abrasi.16 Hal ini akan berlanjut dengan

tereksposnya dentin yang menyebabkan terbentuknya dentin sekunder yang dalam

waktu jangka lama menyebabkan gigi kurang sensitif akan tetapi lebih rapuh,

sehingga lebih beresiko terhadap terjadinya karies dan fraktur.24

Penurunan fungsi kelenjar ludah merupakan keadaan normal pada proses

penuaan. Pada lansia yang sehat penurunan aliran saliva yang terjadi seiring

bertambahnya usia, tidak bermakna secara klinis. Penurunan aliran saliva yang

menuju pada kekeringan mulut (xerostomia) seringkali berkaitan dengan penyakit

kronis atau pemakaian obat-obatan tertentu. 24

Dampak dari buruknya kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kehidupan

sehari-hari lansia. Lebih lanjut akan mempengaruhi kemampuan mengunyah,

berkurangnya indera perasa, bicara, estetik, dan seringkali mengakibatkan

terbatasnya kehidupan sosial. Secara umum status kesehatan gigi yang buruk pada

lansia dapat terlihat dengan tingginya kehilangan gigi, adanya karies gigi,

tingginya pravelensi penyakit periodontal, xerostomia, prakanker/kanker rongga


mulut. Kehilangan gigi merupakan kondisi yang sering ditemui pada lansia.

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan, pravalensi kehilangan gigi

pada lansia masih tinggi.24 25

1.Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi disebabkan masalah yang kompleks, meliputi faktor-faktor

predisposisi, status hormonal, penyakit-penyakit yang diderita, kebiasaan dalam

pemeliharaan rongga mulut, sosio budaya dan terdapatnya sarana perawatan gigi dan

mulut yang terjangkau. Pada lansia yang sering ditemui penurunan daya penglihatan,

berkurangnya 10 indera penciuman dan indera perasa serta kemampuan motorik,

yang menyebabkan kesulitan dalam pemeliharaan kebersihan mulut. Berkurangnya

aliran saliva yang dikaitkan dengan penggunaan obatobatan pada penyakit kronis

sering menyebabkan retensi plak yang akan menyebabkan karies, dan lebih lanjut

menyebabkan kehilangan gigi. Kemungkinan adanya keterbatasan fisik dan penyakit

yang diderita dapat mengurangi perhatian dan atau kemampuanya untuk mengurus

diri sendiri, yang berdampak terhadap status kesehatan gigi dan mulutnya. Beberapa

penelitian melaporkan hubungan keadaan tidak bergigi dengan tingkat sosio ekonomi,

ternyata pada masyarakat berpenghasilan dan berpendidikan rendah mempunyai

resiko lebih tinggi kehilangan seluruh giginya. Penelitian lain menghubungkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan kehilangan gigi dengan umur, jenis kelamin,

merokok, daerah tempat tinggal, kunjungan ke dokter gigi, dan asuransi kesehatan.25

Kehilangan gigi berdampak pada hilangnya struktur orofacial, seperti jaringan

tulang, sistem persarafan, reseptor dan otot-otot. Akibatnya fungsi orofacial akan
hilang sejalan dengan kehilangan gigi. Setelah gigi tanggal, akan terjadi resorbsi pada

tulang alveolar yang lebih lanjut akan mengakibatkan penurunan dimensi vertikal

wajah. Besarnya resorbsi tulang alveolar berhubungan dengan lamanya seseorang

tidak bergigi. Kehilangan gigi memberi dampak negatif pada mastikasi, estetik dan

oral health related quality of life (OHRQoL).25

2.Karies

Karies Pada Lansia, umumnya lesi karies yang ditemukan diakar gigi dibandingkan

dipermukaan mahkota. Lesi karies dapat muncul disemua permukaan akar yang

terbuka, tetapi paling banyak ditemukan pada bagian aproksimal dan bukal. Beberapa

faktor dapat memengaruhi terjadinya karies akar, yaitu: diet, Vipeholm Dental Karies

Study menunjukan bahwa meningkatnya insidensi karies pada email dan sementum

berkaitan dengan meningkatnya asupan gula sehari-hari, terutama bila dikonsumsi di

antara waktu makan, jadi, analisa diet dapat membantu dalam mendiagnosa resiko

karies. Kedua flora mulut, telah ditunjukan jika Streptococcus mutans dan

laktobacillus berhubungan dengan karies akar, pemeriksaan hitung mikroorganisme

ini dalam saliva (air ludah) bermanfaat untuk memperkirakan resiko terjadinya karies.

Ketiga xerostomia atau mulut kering adalah faktor penting dari karies akar. Umumya,

mulut kering atau menurunnya fungsi saliva disebabkan oleh bertambahnya usia.

Meskipun demikian, penelitian belakangan ini menunjukan bahwa berkurangnya

keluaran saliva bukanlah fenomena usia tua, tetapi disebabkan oleh obat-obatan, atau

kelainan seperti sindrom sjogren yang termanifestasi dengan bertambahnya usia.

Keempat usia, penelitian epidemiologi menunjukan karies akar terjadi dengan


bertambahnya usia. Hal ini tidaklah mengejutkan karena lansia mengalami resesi

gingiva dan menerima salah satu pengobatan yang mungkin memberikan efek

xerostomia. Pasien dengan xerostomia akibat sering minum obat, menghisap permen,

atau mengunyah permen karet yang mengandung gula dan perubahan diet ini sering

menimbulkan karies. Bahkan tanpa adanya xerostomia, perubahan diet yang merusak

sering terjadi akibat penurunan kemampuan karena usia.25

3. Penyakit Periodontal

Kondisi oral hygiene pada lansia semakin buruk karena lansia pada

umumnya tidak memiliki gigi (edentulous), dan gigi yang masih tersisa

umumnya memiliki penyakit atau telah busuk, dan membran periodontal yang

melemah membuatnya rentan infeksi, dan penyakit kronis seperti diabetes

meningkatkan resiko lansia terhadap penyakit periodontal.25 26


Masalah

kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada lansia adalah periodontitis

yang diawali dengan gingivitis. Keparahan penyakit gingiva akan meningkat

seiring bertambahnya usia terutama pada lansia. Penyebab utama terjadinya

gingivitis adalah plak. Plak gigi merupakan deposit yang melekat erat pada

permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam

matriks interseluler. Kebersihan gigi dan mulut yang rendah meningkatkan

perkembangan bakteri. Perawatan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut

perlu dilakukan, apabila tidak dirawat dengan baik akan terjadi gingivitis. 27
Gingivitis dapat disebabkan oleh penumpukan plak pada daerah yang

tidak digunakan mengunyah. Peningkatan jumlah bakteri serta penurunan

sekresi saliva dalam rongga mulut menyebabkan self-cleansing tidak bekerja

pada sisi yang tidak digunakan mengunyah. Kondisi tersebut ditunjang

dengan adanya kondisi gingivitis yang berat menyebabkan makanan yang

dikonsumsi tidak dapat dicerna secara sempurna sehingga asupan zat gizi

pada tubuh menurun. Selain itu, kondisi tersebut dapat menyebabkan

terjadinya pembatasan diet tertentu serta berkurangnya asupan nutrient yang

sangat dibutuhkan oleh tubuh dan menyebabkan penurunan status gizi yang

dinilai menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).27

Anda mungkin juga menyukai