Disusun oleh :
Riezchita 201816136
Pembimbing:
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
(SARSCoV-2).1 Penularan virus ini dapat melalui penularan langsung (batuk, bersin, dan droplet
inhalasi), transmisi kontak (kontak dengan mukosa mulut, hidung dan membran mata) dan
fomites (benda mati yang terkontaminasi dengan atau terkena patogen infeksius).2 Tanda dan
gejala umum adanya infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas.3 Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut bahkan gagal ginjal.3 Pada Januari tahun 2020, World
Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa wabah ini merupakan masalah kesehatan
internasional yang darurat.4 Pada bulan Maret tahun 2020 WHO menyatakan COVID-19
merupakan sebagai wabah pandemik, sampai dengan April 2020 telah menginfeksi 2.725.920
orang dan menyebabkan 191.061 kematian.4 Pada 27 Desember 2020 telah dilaporkan kasus
Pasien yang menderita COVID-19, dapat menyebar virus melalui udara dengan
menyebarkan droplet saat berbicara, batuk atau bersin dan berpotensi menularkan individu dalam
kontak dekat.2 Ciri khas inilah yang diyakini sebagai rute utama penularan COVID-19. 2 Sumber
droplet berasal dari nasofaring atau orofaring, umumnya berhubungan dengan saliva.2 Droplet
dari orang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan objek dan virus sehingga dapat bertahan
dalam beberapa hari.5 Kontak dengan aerosol yang dihasilkan selama prosedur klinis juga
ditetapkan sebagai rute penularan COVID-19.2 Aerosol merupakan partikel yang cukup kecil
untuk bertahan
di udara sebelum menetap atau memasuki saluran pernapasan.2 Pengurangan risiko untuk kontrol
dibandingkan dengan masker kain.6 Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand
sanitizer harus dilakukan setelah menyentuh fasilitas umum, serta sebelum menyentuh mata,
hidung dan mulut.6 Physical/social distancing juga merupakan upaya penting dalam kontrol
infeksi COVID-19.6
Kedokteran gigi adalah bidang kedokteran yang melibatkan jarak sangat dekat dari dokter
gigi dengan rongga mulut pasien.2 Dokter gigi bersentuhan dengan droplet pasien dan juga
menghirup aerosol yang dihasilkan selama prosedur perawatan gigi, sehingga dokter gigi
berisiko lebih besar terkena COVID-19.7 Prosedur dental yang melibatkan penggunaan
ultrasonic, handpiece, three way air/water spray dapat menghasilkan aerosol dan dapat bertahan
di udara dalam waktu yang lama.5 Infeksi yang terjadi pada pasien, perawat dan dokter dalam
lingkungan Rumah Sakit merupakan infeksi nosokomial, dimana dokter dan ahli kesehatan
memiliki tanggung jawab serius dalam mencegah infeksi tersebut, karena itu harus mematuhi
aturan dan protokol yang ketat untuk tujuan tersebut.2 Dokter gigi, perawat dan pegawai perlu
mengetahui kontrol infeksi dan mengikuti protokol yang direkomendasikan dalam praktik dokter
gigi oleh otoritas terkait untuk melindungi diri dan pasien dari infeksi.8 Teledentistry dapat
dilakukan dalam kontrol infeksi untuk mengetahui tanda dan gejala pasien dan menentukan
apakah pasien perlu dilakukan perawatan.8 Membatasi prosedur dalam praktik dokter gigi,
dengan cara melihat kebutuhan perawatan dan mengurangi jumlah janji perawatan juga dapat
dilakukan.9 Menjaga jarak fisik, membatasi kontak interpersonal, mengurangi antrian pasien
dalam ruang tunggu dan teknik mencuci tangan sesuai dengan WHO harus dilakukan dalam
praktik dokter gigi.9 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) level 3 direkomendasikan untuk
disposable tahan air, goggles, dan face shields dapat mengurangi/menghilangkan penyebaran
Berdasarkan paragraf diatas maka tujuan literatur ini untuk mengetahui kontrol infeksi
COVID-19 dalam praktik dokter gigi sehingga dokter gigi, perawat dan pegawai dapat
menerapkan langkah kontrol infeksi dengan benar dan memastikan tidak ada penularan ke
petugas kesehatan, pasien maupun orang-orang lain yang beradadalam praktik dokter gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
COVID-19 adalah penyakit menular yang diakibatkan infeksi virus coronavirus jenis
baru. Penyakit ini diketahui muncul pertama kali di Wuhan, China pada Desember 2019. 11
COVID-19 merupakan penyakit pernapasan akut yang menjadi pandemik global dan disebabkan
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus.12
Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen.12 Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang). 12 Coronavirus
bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat di inaktifkan oleh desinfektan
mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C selama 30 menit, eter, alkohol, asam
2.1.2 Etiologi
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang di transmisikan dari hewan ke
manusia.12 Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu.12 Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang
biasa ditemukan untuk Coronavirus.12 Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama
untuk kejadian Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory
Syndrome (MERS).12
2.1.3 Gejala
Masa inkubasi virus ini hingga 6 hari, periode dari timbulnya gejala hingga kematian
berkisar antara 6 hingga 41 hari, tergantung pada usia pasien dan status sistem kekebalan
pasien.13 Pasien berusia di atas 70 tahun berisiko lebih tinggi dibandingkan pasien di bawah 70
tahun.13
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. 12 Gejala klinis
utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala
saluran napas lain.12 Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. 12 Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem
koagulasi dalam beberapa hari.12 Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak
disertai dengan demam.12 Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil
Tidak Berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan dan gejala yang muncul berupa gejala yang
tidak spesifik.12 Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri
tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.12 Perlu diperhatikan bahwa
pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromise gejala menjadi tidak khas atau
atipikal.12 Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala
relatif ringan.12 Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
Pneumonia Ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.12 Namun tidak ada tanda
pneumonia berat.12 Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernapas.12
Pneumonia Berat
Pada pasien dewasa, gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas.12 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit), distress
2.1.4 Diagnosis
2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai berat dan salah
- Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan kasus terkonfirmasi atau
- Memiliki riwayat perjalanan ke luar kota atau luar negeri dan mengalami demam atau
riwayat demam.
memiliki riwayat perjalanan ke wilayah/negara yang terjangkit dan tidak memiliki satu atau
- Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi
- Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah teridentifikasi).
c. Kasus Probable12
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi inkonklusif atau
tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif coronavirus.
d. Kasus Terkonfirmasi12
2.1.5 Perawatan
Saat ini belum tersedia rekomendasi perawatan khusus pasien COVID-19, termasuk
antivirus atau vaksin.14 Perawatan yang dapat dilakukan adalah terapi simptomatik dan oksigen.
a. Terapi Etiologi/Definitif
Biarpun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji klinis, China telah
membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19 dan pemberian tidak lebih dari 10
hari.14 National Health Commission (NHC) China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi
(LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ /CQ), remdesvir dan umifenovir (arbidol).14
Selain itu, juga terdapat beberapa obat antivirus lainnya yang sedang dalam uji coba di tempat
lain.14
Pastikan patensi jalan napas sebelum memberikan oksigen. Indikasi oksigen adalah
distress pernapasan atau syok dengan desaturase, target kadar saturasi oksigen >94%. Oksigen
dimulai dari 5 liter per menit dan dapat ditingkatkan secara perlahan sampai mencapai target.
2. Antibiotik14
Pemberian antibiotik hanya dibenarkan pada pasien yang dicurigai infeksi bakteri dan
bersifat sedini mungkin. Pada kondisi sepsis, antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam.
Antibiotik yang dipilih adalah antibiotik empirik berdasarkan dengan profil mikroba lokal.
3. Kortikosteroid14
Kortikosteroid menurunkan mortalitas dan waktu perawatan pada SARS kritis. Dosis yang
4. Vitamin C14
Vitamin C diketahui memiliki fungsi fisiologis pleiotropik yang luas. Kadar vitamin C
suboptimal umum ditemukan pada pasien kritis yang berkorelasi dengan gagal organ dan
luaran buruk. Penurunan kadar vitamin C disebabkan oleh sitokin inflamasi yang mendeplesi
absorbsi vitamin C. Kondisi ini diperburuk dengan peningkatan konsumsi vitamin C pada sel
somatik. Oleh karena itu, dipikirkan pemberian dosis tinggi vitamin C untuk mengatasi
tiazolidindion dapat meningkatkan ekspresi ACE2 sehingga dikhawatirkan akan terjadi infeksi
yang lebih berat. Pernyataan ini dibuat tanpa sitasi bukti yang sahih sehingga saat ini tidak ada
subkutan dua kali sehari lebih dipilih dibandingkan heparin. Bila ada kontraindikasi, WHO
7. Plasma Konvalesen14
Plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 diduga memiliki efek terapeutik
karena memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Plasma konvalesen telah disetujui FDA
untuk terapi COVID-19 yang kritis. Pendonor plasma harus sudah bebas gejala selama 14 hari,
negatif pada tes deteksi SARS-CoV-2 dan tidak ada kontraindikasi donor darah.
8. Imunoterapi14
Wang C, dkk melakukan identifikasi antibodi yang berpotensial sebagai vaksin dan
antibodi monoklonal. Mereka menggunakan ELISA untuk menemukan antibodi yang sesuai,
sampel berasal dari tikus percobaan. Hasil akhir menemukan bahwa antibodi 47D11 memiliki
Median waktu onset gejala sampai masuk intensive care unit (ICU) adalah 9 – 10 hari
dengan penyebab utama ARDS.13 Faktor risiko meliputi usia di atas 60 tahun, memiliki
komorbid, umumnya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes melitus, dan neonatus.13
Umumnya anak memiliki spektrum penyakit ringan.13 Tatalaksana pasien kritis COVID-19
memiliki prinsip penanganan yang sama dengan ARDS pada umumnya. 13 Pedoman penangan
meliputi :14
- Norepinefrin sebagai lini pertama agen vasoaktif pada COVID-19 dengan syok.
- Antibiotik spektrum luas sedini mungkin pada dugaan koinfeksi bakteri sampai
Pada kondisi pelayanan tidak memadai untuk ventilasi invasif, dapat dipertimbangkan
pemberian oksigen nasal dengan aliran tinggi atau ventilasi noninvasif dengan tetap
mengutamakan kewaspadaan karena risiko dispersi dari aerosol virus lebih tinggi.14
d. Perawatan di Rumah
Pasien dengan infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah sakit, tetapi pasien harus
diajarkan langkah pencegahan transmisi virus.14 Isolasi di rumah dapat dikerjakan sampai
pasien mendapatkan hasil tes virologi negatif dua kali berturut-turut dengan interval
pengambilan sampel minimal 24 jam.14 Bila tidak memungkinkan, maka pasien diisolasi
Beberapa pertimbangan indikasi rawat di rumah antara lain: pasien dapat dimonitor atau
ada keluarga yang dapat merawat; tidak ada komorbid seperti jantung, paru, ginjal, atau
gangguan sistem imun; tidak ada faktor yang meningkatkan risiko mengalami komplikasi; atau
Selama di rumah, pasien harus ditempatkan di ruangan yang memiliki jendela yang dapat
dibuka dan terpisah dengan ruangan lainnya.14 Anggota keluarga disarankan tinggal di ruangan
yang berbeda.13 Bila tidak memungkinkan, jaga jarak setidaknya satu meter. 14 Penjaga rawat
(caregiver) sebaiknya satu orang saja dan harus dalam keadaan sehat. Pasien tidak boleh
batuk, melakukan cuci tangan dengan langkah yang benar, dan menggunakan tisu sekali pakai
saat batuk/bersin.14 Penjaga rawat menggunakan masker bedah bila berada dalam satu ruangan
dengan pasien dan menggunakan sarung tangan medis bila harus berkontak dengan sekret,
urin, dan feses pasien.14 Pasien harus disediakan alat makan tersendiri yang setiap pakai dicuci
dengan sabun dan air mengalir.14 Lingkungan pasien seperti kamar dan kamar mandi dapat
dibersihkan dengan sabun dan detergen biasa, kemudian dilakukan desinfeksi dengan sodium
hipoklorit 0,1%.14
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi
utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.14 Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien
simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin.14 Selain itu, telah
diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama
setidaknya 3 jam.14
Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier asimtomatis, namun
mekanisme pastinya belum diketahui.14 Kasus-kasus terkait transmisi dari karier asimtomatis
umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19. 14 Beberapa peneliti
melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada neonatus.14 Namun, transmisi secara vertikal dari ibu
hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi. 14 Bila memang dapat terjadi, data
amnion, darah tali pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan
negatif.14
SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil biopsi pada sel
epitel gaster, duodenum, dan rektum.14 Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada 23% pasien
yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses walaupun sudah tak terdeteksi pada
sampel saluran napas.14 Kedua fakta ini menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara
fekal-oral.14
Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh dibandingkan SARS-CoV. 14
Eksperimen yang dilakukan van Doremalen, dkk menunjukkan SARS- CoV-2 lebih stabil pada
bahan plastik dan stainless steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24
jam).14 Studi lain di Singapura menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar
dan toilet pasien COVID-19 dengan gejala ringan.14 Virus dapat dideteksi di gagang pintu,
dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada
sampel udara.14
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu pengetahuan terkait
Vaksin14
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin guna membuat
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah berkontak dengan pasien
yang positif COVID-19 harus segera berobat ke fasilitas kesehatan. WHO juga sudah membuat
instrumen penilaian risiko bagi petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 sebagai
pemberhentian seluruh aktivitas yang berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan
infeksi SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada kelompok risiko rendah, dihimbau melaksanakan
pemantuan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari dan
mencari bantuan jika keluhan memberat. 126 Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi meliputi
pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social distancing).
dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga
jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau
bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak
yang harus dijaga adalah satu meter. Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19 juga
harus diberi jarak minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan
Perilaku cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh petugas kesehatan pada lima waktu,
yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah terpajan cairan tubuh,
setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut
sebagai pelarut universal, namun mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk
menghilangkan coronavirus karena virus tersebut merupakan virus RNA dengan selubung
lipid bilayer. Sabun mampu mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik seperti lemak atau
minyak. Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71% dapat mengurangi infektivitas
virus. Oleh karena itu, membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis
alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol lebih dipilih ketika secara kasat mata tangan tidak
Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung atau mulut dengan permukaan
tangan. Ketika tangan terkontaminasi dengan virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal
masuk. Terakhir, pastikan menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk
salah satu metode efektif pencegahan penularan selama penggunannya rasional. Komponen
APD terdiri atas sarung tangan, masker, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun
nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan kontrol
Penggunaan APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko pajanan dan dinamika
transmisi dari patogen. Pada kondisi berinteraksi dengan pasien tanpa gejala pernapasan, tidak
diperlukan APD. Jika pasien memiliki gejala pernapasan, jaga jarak minimal satu meter dan
pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan menggunakan APD lengkap. Alat seperti
pasien. Bila akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi dengan alcohol 70%.
Pengaturan perawatan kesehatan gigi dapat menjadi rute penting untuk penularan penyakit
menular yang ditularkan melalui udara atau penyakit menular, baik untuk tim gigi dan pasien. 15
Setiap kali penyakit menular baru muncul, protokol pengendalian infeksi dalam perawatan
Perlindungan terhadap penyakit menular terkait pekerjaan dapat diterapkan pada tingkat
hierarki yang berbeda.15 Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Amerika
Serikat melakukan penelitian dan membuat rekomendasi untuk mencegah penyakit terkait
pekerjaan.15 Tindakan yang mengintervensi pada tingkat yang lebih dekat dengan sumber virus
umumnya lebih efektif dan memberikan perlindungan lebih daripada tindakan yang lebih dekat
dengan petugas layanan kesehatan.15 Titik awal dari tindakan yang diperlukan ini adalah
bahwa kemungkinan semua pasien mungkin positif SARS-CoV-2, meskipun belum bergejala,
dan SARS-CoV-2 ditularkan saat memberikan perawatan kesehatan gigi, terutama melalui
aerosol.15
Penularan SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak tidak langsung dan
melalui udara (droplet/aerosol).15 Ini dapat terjadi dari pasien ke Dental Health Care Worker
(DHCW) dan sebaliknya, dan timbal balik antara pasien atau DHCW. 15 Skema ini berlaku
untuk individu yang bergejala, dan tanpa gejala.15 Mengontrol paparan risiko pekerjaan
ditujukan saat melindungi DHCW.15 Hierarki yang ditunjukkan digunakan untuk menentukan
pada level mana solusi yang layak dan efektif dapat diterapkan di klinik gigi.15
Eliminasi Reservoir15
Reservoir infeksius dapat dihilangkan dengan mencegah kontak dengan pasien yang
terinfeksi. Pasien yang terinfeksi diasumsikan terlalu sakit untuk mengunjungi klinik gigi atau,
kesehatan gigi terbatas pada penyediaan perawatan darurat di sebagian besar negara.
Udara di ruang perawatan setelah prosedur yang menghasilkan aerosol harus dianggap
terkontaminasi. Penyebaran virus ke seluruh klinik gigi harus dihindari, meskipun saat ini
belum diketahui apakah jumlah partikel virus di udara setelah prosedur penghasil aerosol
dalam perawatan kesehatan gigi dapat melebihi dosis infeksi. Oleh karena itu, bekerja di
bawah tekanan udara negatif akan lebih disukai. Udara bersih akan dialirkan dari area yang
kurang terkontaminasi ke ruang perawatan. Aliran pembuangan aktif dari ruang perawatan
Rute di dalam klinik gigi harus diatur sedemikian rupa sehingga DHCW dan pasien dapat
menjaga jarak satu sama lain saat DHCW tidak mengenakan APD. Jarak sosial antar DHCW
juga harus dijaga saat tidak merawat pasien, misalnya saat berganti pakaian atau saat istirahat.
dilindungi. Oleh karena itu, rekomendasinya adalah memakai pelindung pernapasan selama
prosedur yang menimbulkan aerol pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 (WHO, 2020).
Membran mukosa mata juga merupakan pintu masuk virus corona. Oleh karena itu,
kacamata atau pelindung wajah harus digunakan selama perawatan. Keunggulan pelindung
Penularan melalui permukaan seperti pakaian dapat dicegah dengan hati-hati (tanpa
sentuhan) atau dengan mengenakan gown lengan panjang anti cipratan di atas pakaian
pelindung standar. Gown ini harus dianggap terkontaminasi setelah perawatan yang
menghasilkan aerosol dan tidak boleh disentuh selama perawatan dan harus segera dibuang
setelah meninggalkan ruang perawatan. Semua kulit dan bagian tubuh lain yang tidak tertutup
saat mengenakan APD harus ditutup dengan hati-hati (memakai topi tahan air) atau
dibersihkan dan / atau didesinfeksi setelahnya (sepatu, rambut). Kulit yang utuh berfungsi
sebagai pelindung yang tepat terhadap virus SARS-CoV-2, tetapi juga dapat berfungsi sebagai
vektor penularan. Oleh karena itu, para DHCW selain tangan juga harus higienis.
ruang dalam fasilitas pelayanan kesehatan bidang kedokteran gigi sangat diperlukan pada era new
normal. Pembagian zonasi kuning dan merah. Selain zonasi perlu diperhatikan arah alur
pergerakan pasien dan pergerakan tenaga medis harus teridentifikasi jelas, diatur dengan sign/tanda
khusus yang dapat dipahami dengan baik. Alur pergerakan pasien dari mulai masuk fasilitas
pelayanan kesehatan harus di atur agar selalu menjaga jarak dan kepadatan. Alur pergerakan tenaga
medis baik dokter gigi, dan asisten yang beraktifitas di dalam ruang praktik harus dibuat khusus
dan terdapat jalur ke ruang ganti atau dekontaminasi yang dibuat tidak bertemu dengan petugas
Peralatan yang ada di dalam ruang praktik dokter gigi harus disimpan tertutup tidak boleh
dibiarkan terbuka, usahakan semua tersimpan dalam laci atau lemari. Peralatan dan bahan medis
yang akan dipergunakan dalam tindakan praktik yang dapat dikeluarkan dan dalam keadaan
tertutup, hal ini untuk meminimalisir adanya kontaminasi silang yang mungkin terjadi. Kurangi
kepadatan orang didalam ruang praktik dokter gigi, dengan menggunakan skema four handed maka
maksimal yang berada di dalam ruang praktik dokter gigi adalah 3 orang (dokter gigi, asisten dan
pasien). Ventilasi udara dan manajemen kualitas udara di klinik gigi dapat menjadi pedoman
1) Pembagian zonasi kuning yaitu ruang receptionist/front office, ruang tunggu pasien, dan ruang
staf. Zona merah adalah ruang yang dipergunakan untuk praktik (menghasilkan aerosol), dan
2) Arah alur pergerakan pasien dan pergerakan tenaga medis harus teridentifikasi jelas, diatur
dengan sign/tanda khusus yang dapat dipahami dengan baik. Alur pergerakan pasien dari mulai
masuk fasilitas pelayanan kesehatan harus di atur agar selalu menjaga jarak dan kepadatan. Alur
pergerakan tenaga medis baik dokter gigi, dan asisten yang beraktifitas di dalam ruang praktik
harus dibuat khusus dan terdapat jalur ke ruang ganti atau dekontaminasi yang dibuat tidak bertemu
dengan petugas atau ruang tunggu pasien secara langsung. Pertahankan sirkulasi udara dengan
menggunakan udara alami melalui jendela yang sering dibuka dan gunakan exhaust blower
independen untuk mengekstraksi udara ruangan keluar ruang bertemu udara terbuka sehingga
terjadi dilusi.
3) Hindari penggunaan kipas angin atau AC yang diletakkan di langit-langit atau depan dental
unit/kursi gigi yang arah anginnya mengarah dari pasien ke operator saat melakukan prosedur.
4) Sistem ventilasi yang memberikan pergerakan udara dari arah aliran yang bersih (area kerja atau
area tim tenaga kesehatan gigi) ke yang terkontaminasi (area perawatan pasien klinis) harus
5) Pertimbangkan penggunaan iradiasi ultraviolet (UV) pada ruang praktik sebagai tambahan untuk
Triase adalah pemilihan dan klasifikasi pasien untuk menentukan kebutuhan prioritas
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Parah (SARI) Severe Acute Respiratory Infection dan dilakukan
dengan memperhatikan prinsip Infeksi yang tepat Pencegahan dan Pengendalian (IPC) Infection
Prevention and Control dan menentukan tempat perawatan yang tepat. Selama pandemi COVID-
19 penilaian dan klasifikasi pasien ditentukan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan dan tingkat
Pada masa pandemik COVID-19, perlu dilakukan manajemen pasien dan melakukan tindakan-
tindakan yang dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Pasien yang datang ke klinik perlu
dibatasi untuk menghindari penyebaran virus antar pasien (Lai et al., 2020). Pembatasan jumlah
pasien yang datang ke klinik dapat dilakukan dengan cara telescreening dan triage.
Screening pasien melalui telepon atau media komunikasi lainnya perlu dilakukan agar pasien dapat
dikelompokkan. Screening pada pasien ini disarankan oleh beberapa artikel jurnal di antaranya oleh
Ather, Biraj Patel, et al., (2020); Ge et al., (2020); Lai et al., (2020), juga oleh American Dental
Association (2020). Screening jarak jauh atau telescreening dapat berupa kuesioner berisi
pertanyaan yang diajukan kepada pasien, diantaranya pertanyaan mengenai pernah tidaknya
berkontak dengan orang lain yang merupakan suspek COVID-19, pernah melakukan perjalanan ke
daerah dengan angka insiden COVID-19 yang tinggi, atau ada atau tidaknya gejala demam dan
batuk. 17
Tindakan perawatan kedokteran gigi di masa pandemi COVID-19 dapat dikategorikan dalam lima
kategori berdasarkan kondisi kegawatdaruratan yaitu (1) tindakan emergency/darurat yang dapat
mengancam nyawa, (2) tindakan urgent/ membutuhkan perawatan segera yang dapat dilakukan
dengan tindakan invasif minimal dan tanpa tindakan aerosol, (3) tindakan urgent/ membutuhkan
perawatan segera yang membutuhkan tindakan invasif dengan tindakan aerosol, (4) tindakan non
urgent/ tidak membutuhkan perawatan segera dan (5) tindakan elektif. Tindakan emergency
meliputi kasus kasus pada rongga mulut yang dapat menghambat jalan nafas seperti fraktur
maksilofasial, pembengkakan jaringan lunak rongga mulut dan perdarahan rongga mulut yang
tidak terkontrol. 18
Kasus-kasus emergency lainnya antara lain kasus infeksi akut, avulsi atau lepasnya gigi permanen,
dan rasa sakit yang tidak terkontrol. Kasus urgent dengan minimal invasif tanpa aerosol antara lain
infeksi pulpa yang membutuhkan tindakan ekstraksi, menghilangkan rasa sakit akibat gigi fraktur,
dry socket yang dapat di rawat tanpa aerosol, pericoronitis akut, abses periodontal atau gigi, dan
laserasi gingiva akibat alat ortodontik yang dapat ditangani tanpa tindakan aerosol. Kondisi urgent
yang membutuhkan tindakan aerosol meliputi rasa sakit akibat infeksi pulpa gigi, fraktur gigi,
avulsi gigi, serta penyakit gusi dan periodontal akut yang membutuhkan tindakan pengeburan yang
menimbulkan aerosol. Kasus lainnya antara lain tindakan penyesuaian alat prostodontik/ gigi palsu
Kategori tindakan non-urgent meliputi kondisi-kondisi asimtomatik atau bergejala ringan tanpa
menimbulkan rasa sakit seperti kasus-kasus penyesuaian gigi tiruan lepasan, fraktur gigi tanpa
gejala klinis dan penyakit periodontal kronis. Sedangkan kasus elektif meliputi kontrol periodik,
tindakan estetik kedokteran gigi, penambalan maupun pencabutan gigi tanpa gejala/ asimtomatik,
tindakan pembersihan karang gigi, tindakan pencegahan, maupun tindakan pembuatan gigi tiruan
dengan melakukan screening pasien di awal dan mengevaluasi kondisi yang berhubungan dengan
Covid-19. Komunikasi pada pasien saat pandemik Covid-19 ini disarankan dengan melakukan
komunikasi telebih dahulu via telepon mengenai keluhan gigi dan mulutnya yang dikenal dengan
teledentistry.19
screening pasien di awal perlu dilakukan, screening merupakan proses penapisan pasien
dimana seorang individu dievaluasi dan disaring menggunakan kriteria gejala dan riwayat
epidemiologis. Pemeriksaan awal di tempat praktik dengan Termal gun atau kamera pemindai
termal (thermal scanner camera) dapat mendukung dalam mendeteksi awal Covid-19 pada pasien
yang memiliki gejala demam. Pasien juga mengisi penilaian cepat (quick assessment covid-19)
yang berisi pertanyaan sederhana mengenai gejala klinis serta riwayat epidemiologis.20
Tempat praktik dokter gigi sebaiknya diberikan signage (tanda khusus) yang dapat dipahami
dengan baik untuk menjaga jarak antar pasien. Signage yang diperlukan adalah23
1. Signage agar pasien menggunakan masker dan mencuci tangan menggunakan air sabun
yang tersedia di wastafel atau hand sanitizer yang telah disediakan sebelum pasien duduk di
ruang tunggu.
3. Signage untuk melakukan social distancing pada tempat duduk agar pasien dapat menjaga
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir merupakan cara yang paling benar
untuk melindungi dari penyakit menular termasuk Covid-19. Mencuci tangan menggunakan
sabun selama minimal 40-60 detik dengan mengikuti semua langkah yang dianjurkan
Mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan dapat dilakukan dalam situasi
tertentu dimana sabun dan air bersih tidak tersedia. Cairan pembersih tangan juga dapat
mengurangi jumlah kuman tertentu di kulit yang hendaknya mengandung berbasis alkohol
- Gosokkan cairan ke seluruh telapak tangan, punggung tangan, dan jari sampai cairan
pada tangan anda mongering. Lakukan tahap ini selama sekitar 20 detik.21
keselamatan pasien menyatakan salah satu sasaran keselamatan pasien adalah mengurangi
risiko infeksi akibat perawatan kesehatan22 Salah satu kewaspadaan standar yang harus
Tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi diri dari kuman
harus memastikan tangannya bersih, bila tidak terlihat kotor untuk semetara wktu dapat
kedokteran gigi. Kurangnya jumlah kepadatan di dalam ruang praktik dokter gigi dengan
menggunakan skema four handed maka maksimal yang berada dalam ruang praktik dokter gigi
adalah 3 orang (dokter gigi, asisten dan pasien). 23 Perubahan di tempat praktik untuk meminimalisir
adanya kontaminasi silang yang mungkin terjadi, maka dokter gigi harus memperhatikan sebagai
berikut:
1. Hindari penggunaan kipas angin atau AC yang diletakkan di langit-langit atau depan dental
unit/kursi gigi yang arah anginnya mengarah dari pasien ke operator saat melakukan
prosedur.23
2. Pengaturan aliran udara di ruang praktik dokter gigi perlu diperhatikan. Idealnya alur
pelayanan satu arah dari bersih ke kotor. Terdapat 3 metode yang dapat digunakan untuk
HEPA (High Efficiency Particulate Air), HVE (High volume evacuator) dan sinar UV
4. Pemasangan penghalang kaca, plastik atau fiber pada meja bagian penerima tamu
(receptionist/front office). Pastikan ketersediaan masker dan hand sanitizer yang cukup, tisu
Gambar no . Separator Wall (dinding penghalang) yang terpasang di meja praktik dokter gigi
2.5.2.4 Ruang Tunggu
Penerapan jaga jarak (physical distancing) pada ruang tunggu, pengunjung diatur sesuai dengan
1. pengaturan tata letak dan jarak kursi tungu di klinik minimal 1 meter atau memberikan
2. pasien datang ke klinik setelah mendapatkan nomor antrian sesuai jadwal perjanjian
3. pasien yang mandiri masuk ke klinik sendiri dan pengantar menunggu diluar.
2.5.2.4 Desinfeksi
Sterilisasi menggambarkan suatu proses menghancurkan atau meng hilangkan semua
bentuk kehidupan mikroorganisme yang dilakukan pada fasilitas kesehatan. Sterilisasi dapat
dilakukan secara fisik atau kimiawi, steam under pressure (penguapan di bawah tekanan), panas
kering, gas EtO (etilen dioksida), gas hidrogen peroksida, dan bahan kimia cair yang merupakan
agen sterilisasi utama yang sering digunakan. Disinfeksi menggambarkan suatu proses yang
menghilangkan banyak atau semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda
mati. Dalam pengaturan layanan kesehatan, objek biasanya didisinfeksi dengan cairan kimia atau
pasteurisasi basah. Bahan yang digunakan sebagai bahan disinfeksi disebut disinfektan. 25
Disinfektan tingkat rendah dapat membunuh sebagian besar bakteri vegetatif, beberapa jamur, dan
beberapa virus dalam periode waktu yang singkat (kurang dari 10 menit). Disinfektan tingkat
menengah dapat membunuh mikroorganisme, bakteri vegetatif, sebagian besar virus, dan sebagian
besar jamur, tetapi tidak membunuh spora bakteri. Disinfektan tingkat tinggi adalah disinfektan
yang pada konsentrasi yang sama tetapi dengan periode paparan yang lebih pendek (contoh, 20
menit untuk 2% glutaraldehyde), akan membunuh semua mikroorganisme kecuali sejumlah besar
spora bakteri. Jika ingin membunuh spora, maka diperlukan paparan waktu yang lebih lama 3-12
jam. 25
Germisida adalah agen yang dapat membunuh mikroorganisme, terutama mikroorganisme patogen.
Istilah germisida meliputi antiseptik dan disinfektan. Antiseptik adalah germisida yang dapat
dipakai ke jaringan hidup atau kulit. Secara umum, antiseptik hanya digunakan pada kulit dan
bukan untuk disinfeksi permukaan. Disinfektan adalah antimikroba yang diterapkan hanya pada
benda mati dan disinfektan tidak digunakan untuk antisepsis kulit karena dapat melukai kulit dan
jaringan lain. Berdasarkan The CDC Guideline for Handwashing and Hospital Environmental
Control; Guidelines for the Prevention of Transmission of Human Immunodeficiency Virus (HIV)
and Hepatitis B Virus (HBV) to Health-Care and Public-Safety Workers; Guideline for
Environmental Infection Control in Health- Care Facilities dikenal beberapa terminologi untuk
menunjukkan klasifikasi disinfeksi berdasarkan barang yang akan di sterilkan, sebagai Critical
item, Semicritical item dan Non critical item.24
Berdasarkan The CDC Guideline for Handwashing and Hospital Environmental Control;
Guidelines for the Prevention of Transmission of Human Immunodeficiency Virus (HIV) and
Hepatitis B Virus (HBV) to Health-Care and Public-Safety Workers; Guideline for Environmental
Infection Control in Health- Care Facilities dikenal beberapa terminologi untuk menunjukkan
klasifikasi disinfeksi berdasarkan barang yang akan di sterilkan, sebagai Critical item, Semicritical
item dan Non critical item.24
Disinfeksi alat kedokteran gigi: 17
1. Kategori critical item: instrumen bedah, implan, dan probe ultrasonik (skeler, handpiece, bur,
probe, alat diagnostik dental): uap panas, alkohol, glutaraldehyde 2,4, glutaraldehyde 0,95%
dengan fenol/phenate 1,64%, stabilized hidrogen peroksida (H2O2) 7,5%, hidrogen peroksida
(H2O2) 7,35% dengan asam perasetat 0,23%, dan asam perasetat 0,08% dengan hidrogen
peroksida (H2O2) 1,0%.
2. Kategori semi critical item: alat anestesi : glutaraldehyde, hidrogen peroksida, dan asam
perasetat.
3. Kategori non critical item: manset pengukur tekanan darah, kruk dan komputer: detergen dengan
air atau alcohol
Metode disinfeksi 21
1. Alat kedokteran gigi yang sudah dipakai: air dan detergen atau sodium hipoklorit 5% dengan
perbandingan 1:100 (konsentrasi final sebesar 0.05%) selama 1 menit. Untuk barang dengan
permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan etanol 70% atau detergen dan air selama
10 menit.
2. Handpiece tahan panas: autoklaf, uap kimia, panas kering. Handpiece tidak tahan panas: alkohol
70% atau hidrogen peroksida 1%.
3. Cetakan gigi atau rahang: sodium hipoklorit 2,5%. Protesa yang sedang progress atau reparasi
GT: povidon iodin 1%, atau hidrogen peroksida 1%, atau klorin dioksida 2,5%.
4. Baju: jika dipakai ulang: air dan detergen (direndam 30 menit).
5. Masker N95 : UV-C 1 menit, uap panas 70C 10 menit, dipapar sinar matahari 30 menit.
6. Kacamata/face shield: kain lap yang dibasahi alkohol 70%.
7. Sepatu boot: kain lap yang dibasahi alkohol 70%.
8. Dental unit, sofa, pintu, handle pintu, meja dan lainnya: kain lap dengan alkohol 70%.
9. Lantai ruang praktik dan lainnya: benzalkonium klorida 2% (karbol).
10. Ruangan: UV-C, ozon mist (ozone nanobubble water).
2.5.3 Persiapan Perawatan Gigi (belum)
2.5.3.1 Persiapan Pasien26
Skrining dilakukan sebelum pasien masuk kedalam klinik atau ruang praktik dokter gigi perlu
dilakukan. Termal gun atau kamera pemindai termal (thermal scanner camera) dapat pendukung
dalam mendeteksi awal Covid-19 pada pasien yang memiliki gejala demam. Tempat praktik dokter
gigi sebaiknya diberikan signage (tanda khusus) yang dapat dipahami dengan baik untuk menjaga
1. Signage agar pasien menggunakan masker dan mencuci tangan menggunakan air sabun
yang tersedia di wastafel atau hand sanitizer yang telah disediakan sebelum pasien duduk di
ruang tunggu.
2. Signage agar pasien mendaftar terlebih dahulu dan diukur suhu tubuhnya.
3. Signage tempat duduk agar pasien dapat menjaga jarak minimal 1 m antar pasien.
merupakan alat yang digunakan oleh tenaga kesehatan setiap hari untuk melindungi diri mereka sendiri,
pasien dan orang lain saat melakukan tindakan medis. APD ini dapat melindungi tenaga kesehatan dari
segala potensi mikroorganisme atau bahan toksik yang digunakan dalam bidang kedokteran maupun
kedokteran gigi.24
Jenis APD tergantung dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing tenaga kesehatan
yang terlibat dalam praktik dokter gigi. Berdasarkan CDC, tidak ditentukan level APD tersebut, tetapi
level ini dibuat untuk memudahkan tenaga kesehatan mengkategorikan APD apa yang akan dipakai
Tabel 4. Level APD berdasarkan tupoksi dalam ruang praktik dokter gigi.
APD, dapat meminimalkan atau bahkan mencegah penularan semua jenis mikroorganisme.
Sebaiknya dokter gigi memasang poster teknik pemasangan ini di ruang APD untuk memudahkan
pemasangan yang akurat. Doffing APD adalah teknik melepaskan APD. Tahapan teknik
melepaskan APD sangat penting dipahami oleh tenaga kesehatan karena saat melepaskan APD,
2) Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%.
3) Head cover
Pasangkan head cover disposible hingga menutupi seluruh rambut sisi depan dan belakang. Bagi
yang berambut panjang, ikat rambut sehingga dapat tertutup dalam head cover.
a. Masker N95/setara
Gunakan cup masker terlebih dahulu dan sangkutkan tali masker ke kepala.
Posisikan masker agar menutupi bagian atas hidung, mulut dan bawah dagu.
b. Surgical mask
Posisikan tepi tengah atas masker di notch hidung (tulang hidung diatara kedua mata).
Pasang sarung tangan pertama di bagian dalam. Tepi sarung tangan dalam wajib tertutup oleh
6) Baju gaun sekali pakai atau baju hazmat, kacamata atau face shield
Pasangkan baju hazmat yang menutupi dari leher ke lutut, tangan sampai pundak dan ikat di
belakang.
Jika tersedia dalam set baju hazmat, maka gunakan leg cover.
Pasang kacamata atau face shield yang disesuaikan dengan ukuran wajah dan kepala.
7) Sarung tangan luar (sarung tangan kedua)
Pasang sarung tangan kedua di bagian luar. Tepi sarung tangan luar wajib menutupi tepi luar dari
lengan baju.
8) Baju
Jika baju hazmat menyatu dengan penutup kepala (hood), pasangkan hood menutupi kepala.
Kencangkan dan kancingkan atau rekatkan velcrow baju hazmat sehingga rapat tertutup.
Sepatu tertutup, ditutupi dengan shoe cover atau leg cover atau menggunakan sepatu boot yang
terbentuk oleh partikel padat atau cair,tersebar dan dapat bertahan di udara. Virus yang terdapat
pada partikel aerosol ini dapat bertransmisi melalui batuk, bersin, berbicara bernafas cepat atau saat
perawatan gigi. Praktik dokter gigi termasuk dalam kategori yang berisiko terhadap transmisi virus
Covid-19. Tindakan dalam praktik dokter gigi yang berpotensi menghasilkan aerosol seperti
penggunaan handpiece berkecepatan tinggi atau rendah, ultrasonic scaller, three-ways syringe dan
pemolesan.16
Penggunaan plastic wrap untuk membungkus meja operasi dental unit, gagang lampu,
sandaran kepala,Led curing light dan lain-lain.Menurut Ather, Biraj, Peng et al,. tahun 2020.16
Berkumur dengan menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptic. Penggunaan Hydrogen
peroxide 1% atau povidone 0,2% direkomendasikan untuk mengurangi mikroba yang terdapat
dalam saliva termasuk SARS-CoV-2. Dokter gigi akan meminta pasien untuk berkumur sebelum
terhadap saliva dan darah. Penggunaan rubber dam dapat mengurangi partikel airbone sampai
dengan 98,8% namun, tidak semua tindakan dapat menggunakan rubber dam.18
menggunakan high speed handpiece, air syringe dan ultrasonic scaller dapat dilakukan dengan
menggunakan high volume evacuator (HVE). HVE adalah suction yang dapat menghisap udara
sampai dengan 2,83 m3 per menit sehingga aerosol dapat terhisap dan berkurang sampai 90%. 19
urutan selanjutnya, wajib didahului dengan cuci tangan sesuai WHO menggunakan disinfektan)
sebagai berikut: 25
Jika tangan atau kulit (tidak sengaja) berkontak dengan barang paling terkontaminasi,
segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%.
Gunakan jari tangan lain untuk melepaskan sarung tangan luar tanpa berkontak dengan
sarung tangan dalam. Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
PERHATIKAN: shoe cover dan sepatu boot merupakan barang yang juga paling sering
terkontaminasi. Jika tangan atau kulit (tidak sengaja) berkontak dengan barang paling
terkontaminasi, segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol
70%.
Shoe cover dibuka dan dimasukkan ke dalam container (wadah) khusus barang
kontaminasi.
Lepaskan sepatu boot, hati-hati agar tidak terjatuh saat melepas sepatu tersebut.
Selanjutnya sepatu boot didisinfeksi. Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer
Jika tangan atau kulit (tidak sengaja) berkontak dengan barang paling ter-kontaminasi,
segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%.
dari kepala, arah leher, pundak dengan hanya menyentuh bagian dalam baju.
Jika baju akan digunakan kembali, letakkan dalam wadah khusus barang kontaminasi
(berisi air dan detergen) yang digunakan ulang dan kemudian dilakukan disinfeksi.
Jika baju sekali pakai, masukkan dalam kantong plastik limbah (berwarna kuning).
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%.
PERHATIKAN: kacamata atau face shield juga merupakan barang yang paling
terkontaminasi.
Jika tangan atau kulit (tidak sengaja) berkontak dengan barang paling terkon-taminasi,
segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%.
Lepaskan kacamata atau face shield dengan cara memegang tali pengikat di kepala.
Jika operator menggunakan kacamata baca, setelah melepaskan kacamata baca, jangan lupa
Jika kacamata atau face shield akan digunakan kembali, letakkan dalam wadah khusus
barang kontaminasi yang digunakan ulang dan kemudian dilakukan disinfeksi. Jika
kacamata atau face shield hanya dimiliki dalam jumlah terbatas, maka lakukan disinfeksi
sebelum melepaskan baju dan sarung tangan dalam (sarung tangan pertama). Lakukan cuci
5) Masker 25
Masker dilepaskan dengan cara memegang tali pengikat dikepala, tanpa menyentuh kulit.
Jika masker akan digunakan kembali, letakkan dalam wadah khusus barang kontaminasi
yang digunakan ulang dan kemudian dilakukan disinfeksi. Jika masker sekali pakai,
masukkan dalam kantong plastik limbah. Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer
Lepaskan head cover tanpa menyentuh rambut dan buang ke kantong plastik limbah.
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%.
(doffing) dan sarung tangan di lakukan ruang dental unit. Sedangkan untuk melepas pelindung
wajah/goggle/face shield dan masker dilakukan di luar ruang tindakan pasien. Apabila semua APD
ketat. Pembersihan dan disinfeksi harus dilakukan dengan mengikuti protokol pembersihan dan
disinfeksi yang ada. Instrumen yang dapat dipakai ulang harus dibersihkan, disinfeksi, sterilisasi
dan disimpan sesuai dengan protokol. Semua permukaan peralatan, misalnya kursi, gagang pintu,
komputer, dan permukaan benda lainnya harus didisinfeksi. Untuk permukaan yang tidak mudah
berkarat dapat dilap menggunakan larutan klorin 500mg/L-1000 mg/L. Sedangkan permukaan
benda yang mudah berkarat dapat menggunakan ethanol 75%. Permukaan benda yang frekuensi
seperti wastafel, keran, dan gagang pintu harus didisinfeksi minimal 2 jam sekali. Di Italy,untuk
disinfeksi permukaan benda disarankan menggunakan 0.1% sodium hypochlorite dan 70%
isopropyl alcohol. Lebih lengkap lagi, Peditto dkk., (2020) menyarankan penggunaan 70% ethyl
alcohol, Potassium peroxymonosulphate solution (1/100 dilution), 2.5% sodium hypochlorite, dan
55% hydroalcoholic solution dengan quaternary ammonium propionate, dengan cara diaplikasikan
pada permukaan benda dengan kertas tisu sekali pakai selama 5 menit.26
Bekerja dalam ruangan bertekanan negatif dapat menjadi pilihan. Namun tidak semua klinik dapat
menggunakan ruangan bertekanan negatif, sehingga cukup dengan ventilasi yang memadai (Meng,
Hua and Bian, 2020) atau membuka jendela untuk ventilasi udara selama melakukan tindakan
perawatan gigi. Setelah selesai shift pagi dan shift malam ruangan dapat dilakukan disinfeksi
dengan lampu ultraviolet selama 30-60 menit, kemudian jendela dibuka untuk ventilasi selama
minimal 30 menit. 26 27
Lantai klinik harus sering dibersihkan, dikeringkan, dan didisinfeksi setiap 2 jam. Cairan yang
dianjurkan untuk digunakan adalah larutan klorin 500 mg/L-1000 mg/L. Semua alas lantai seperti
karpet atau keset harus dilepaskan. Setelah selesai shift lantai dipel dengan larutan klorin 1000
1. Santos MBFD, Pires ALC, Sarporiti JM, Kinalski MDA, Marchini L. Impact of COVID-
19 pandemic on oral health procedures provided by the Brazilian public health system:
2. Amante LFLS, Afonso JTM, Skrupskelyte G. Dentistry and the COVID-19 outbreak.
170-174.
Clinical Dental Care. Part I: Epidemiology, Public Health Implications, and Risk
7. Lee YL, dkk. Dental Care and Infection Control Procedures During the COVID-19
Pandemic: The Experience in Taipei City Hospital, Taiwan. Journal of Dental Sciences.
8. Bhanushali P, dkk. COVID-19: Changing Trends and Its Impact on Future of Dentistry.
Irmalia WR, Nor NAM. During and post COVID-19 pandemic: prevention of cross
2020;53(2);81- 86.
10. Bizzoca ME, Campisi G, Muzio LL. COVID-19 Pandemic: What Changes for Dentist and
11. Sari MK. Sosialisasi tentang Pencegahan Covid-19 di Kalangan Siswa Sekolah Dasar di
SD Minggiran 2 Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Jurnal Karya Abadi. 2020; 4(1):
80-83.
12. Yuliana. Corona virus diseases (Covid-19); Sebuah tinjauan literatur. Wellness and
13. Pawinru AS. The Ideal Treatment in Dentistry during Covid-19 Pandemic. Sys Rev
14. Susilo A. Coronavirus Disease 2019: Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit
15. Volgenant CMC, Ilon F, Persoon, Rolf AG. Infection control in dental health care during
and after the SARS-CoV-2 outbreak. Oral Diseases. 2020; 00: 1-10.
17. Meng, L., Hua, F. and Bian, Z. Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 ): Emerging and
Future Challenges for Dental and Oral Medicine’. Journal of Dental Research. 2020.
99(5). 481–487.
18. Chang, D. et al. Protecting health-care workers from subclinical coronavirus infection.
The Lancet Respiratory Medicine. Lancet Publishing Group. 2020.27:(13). Wijaya AR,
Widanti A, Hartanto. Pelaksanan keselamatan pasien melalui lima momem cuci tangan
19. Hervina, N Haris. Perubahan Managemen Pasien dan Pemilihan Tindakan Kedokteran
20. Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
22. Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Panduan Dokter Gigi dalam Era New
Normal. 2020. 13–57
23. Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia. Pedoman manajemen
tatalaksana praktik Rumah Sakit Gigi dan Mulut di masa dan pasca COVID-19. 2020. 1–
93.
24. CDC. Guidance for Dental Settings, Interim Infection Prevention and Control Guidance
for Dental Settings During the COVID-19 Response, 2020.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019- ncov/hcp/ dental-settings.html
25. Petunjuk teknis pelayanan kesehatan di klinik pada masa adaptasi kebiasaan baru.
26. Liasari I, Lesmana H. Studi literatur: pencegahan penyebaran sars cov2 pada praktik
kedokteran gigi.