Anda di halaman 1dari 19

TELAAH JURNAL

Hubungan Antara Pegetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan Penggunaan


Masker Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19 Di Ngroggah

Oleh Kelompok U’20 :


Meri Yusnita 1811316012
Nodi Gusti Randa 1811316035
Nidya Sari 1811316015
Rahmi Yudispama 1811316004
Rama Hidayat 1811316065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Dunia saat ini Covid-19 adalah kasus pandemic sejak tanggal 11 Maret

2020. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus.

Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan

penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal dengan

COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah

diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (Widiyani, 2020). Kasus virus

corona muncul dan menyerang manusia pertama kali di provinsi Wuhan, China.

Awal kemunculannya diduga merupakan penyakit pneumonia, dengan gejala

serupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut di antaranya batuk, demam, letih,

sesak napas, dan tidak nafsu makan. Namun berbeda dengan influenza, virus

corona dapat berkembang dengan cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah

dan gagal organ serta kematian. Kondisi darurat ini terutama terjadi pada pasien

dengan masalah kesehatan sebelumnya (Mona, 2020). Pengetahuan tentang

penyakit Covid-19 merupakan hal yang sangat penting agar tidak menimbulkan

peningkatan jumlah kasus penyakit Covid-19. Pengetahuan penderita dan

masyarakat tentang pencegahan Covid-19 dengan kepatuhan penggunaan masker

memiliki peranan penting dalam mengantisipasi kejadian berulang serta

peningkatan kasus penyakit covid-19.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Covid-19
1. Pengertian

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.


Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis
coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E,
alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1,
Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Riedel,2019).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus


betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus.15 Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2.

2. Pathogenesis

Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi


diduga tidak jauh berbeda dengan SARSCoV yang sudah lebih banyak
diketahui.30 Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada
saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan
reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang
terdapat pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor selular
berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan
duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan,
kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.
3. Factor Resiko

Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan


diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor
risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak
pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih
tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan
ekspresi reseptor ACE2.

Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
SARS-CoV-2.45, 46 Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif,
sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan
maturasi sel dendritik.47 Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga
mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit
COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk.48 Studi Guan,
dkk. menemukan bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki komorbid,
10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23 pasien dengan hepatitis
B.

Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu
rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit.
Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2
meter) dianggap sebagai risiko rendah.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas,


mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis, beberapa di antaranya gejala-
gejalanya adalah :

a. infeksi akut saluran pernapasan atas tanpa komplikasi


b. demam
c. fatique
d. batuk (dengan atau tanpa sputum)
e. anorexia
f. malaise
g. nyeri tenggorakan
h. sakit kepala
i. mual muntah
j. diare
5. komplikasi
a. pancreas
sekresi di pancreas tinggi dan lebih dominan di sel eksokrin dibandingkan
endokrin.
b. Miokarditis
Miokarditis fulminan telah dilaporkan sebagai komplikasi COVID-19.
Temuan terkait ini adalah peningkatan troponin jantung, myoglobin, dan
n-terminal brain natriuretic peptide. Pada pemeriksaan lain, dapat
ditemukan hipertrofi ventrikel kiri, penurunan fraksi ejeksi, dan hipertensi
pulmonal. Miokarditis diduga terkait melalui mekanisme badai sitokin
atau ekspresi ACE2 di miokardium.
c. kerusakan hati
Peningkatan transaminase dan biliriubin sering ditemukan, tetapi
kerusakan liver signifikan jarang ditemukan dan pada hasil observasi
jarang yang berkembang menjadi hal yang serius. Keadaan ini lebih sering
ditemukan pada kasus COVID-19 berat, antara lain kerusakan langsung
akibat virus SARSCoV-2, penggunaan obat hepatotoksik, ventilasi
mekanik yang menyebabkan kongesti hati akibat peningkatan tekanan
pada paru
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi. Trombositopenia
juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue.
b. Pemeriksaan diagnostic
1). Pemeriksaan antigen-antibodi
Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah mengembangkan uji
serologi untuk SARS-CoV-2, namun hingga saat ini belum banyak
artikel hasil penelitian alat uji serologi yang dipublikasi.
2).pemeriksaan virologi
Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan
pada individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis
juga boleh dikerjakan dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi,
protokol skrining setempat, dan ketersediaan alat.
Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah amplifikasi asam
nukleat dengan real-time reversetranscription polymerase chain
reaction (rRTPCR) dan dengan sequencing. Sampel dikatakan positif
(konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua
target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARSCoV-2; ATAU
rRT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing
sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.
3). Pemgambilam specimen
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi,
yaitu dari saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau
saluran napas bawah [sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau
aspirat endotrakeal].76 Sampel diambil selama 2 hari berturut turut
untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel tambahan bila ada
perburukan klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel diambil pada
hari 1 dan hari 14.
7. Tata Laksana

Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien


COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan
adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas dapat
dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC) China telah
meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi SARS-CoV-2,
antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir (LPV/r), ribavirin
(RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan umifenovir (arbidol).

8. Pencegahan
a) Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin
guna membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang
berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari
National Institute of Health (NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan
dosis 25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal dari China menggunakan
adenovirus type 5 vector dengan dosis ringan, sedang dan tinggi.
b) Deteksi Dini dan Isolasi
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah berkontak
dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat ke fasilitas
kesehatan. WHO juga sudah membuat instrumen penilaian risiko bagi
petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 sebagai panduan
rekomendasi tindakan lanjutan. Bagi kelompok risiko tinggi,
direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas yang berhubungan
dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2 dan
isolasi. Pada kelompok risiko rendah, dihimbau melaksanakan pemantuan
mandiri setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari
dan mencari bantuan jika keluhan memberat. Pada tingkat masyarakat,
usaha mitigasi meliputi pembatasan berpergian dan kumpul massa pada
acara besar (social distancing).
c) Higiene, Cuci Tangan, dan Disinfeksi
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan
alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki
gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat
ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak
yang harus dijaga adalah satu meter. Pasien rawat inap dengan kecurigaan
COVID-19 juga harus diberi jarak minimal satu meter dari pasien lainnya,
diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci
tangan.
d) Alat pelindung diri
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan selama
penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung tangan,
masker wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun nonsteril
lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan
kontrol administratif dan kontrol lingkungan.
e) Penggunaan Masker N95 dibandingkan Surgical Mask
Berdasarkan rekomendasi CDC, petugas kesehatan yang merawat pasien
yang terkonfirmasi atau diduga COVID-19 dapat menggunakan masker
N95 standar. Masker N95 juga digunakan ketika melakukan prosedur yang
dapat menghasilkan aerosol, misalnya intubasi, ventilasi, resusitasi
jantung-paru, nebulisasi, dan bronkoskopi. Masker N95 dapat menyaring
95% partikel ukuran 300 nm meskipun penyaringan ini masih lebih besar
dibandingkan ukuran SARS-CoV-2.

9. Prognosis

Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Studi Yang X, dkk.


melaporkan tingkat mortalitas pasien COVID-19 berat mencapai 38% dengan
median lama perawatan ICU hingga meninggal sebanyak 7 hari. Peningkatan
kasus yang cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan dengan beban pasien
yang tinggi. Hal ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut. Laporan
lain menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil
rendah diduga dapat menjadi prediktor kesembuhan.

B. Pengatahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indramanusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba menurut (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan tentang berbagai cara dalam mencapai pemeliharaan
kesehatan, cara menghindari penyakit, maka akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat (Priyanto,2018).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendahmutlak berpengetahuan rendah
pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka
akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO
(word health organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri

2. Factor – factor yang mempengaruhi pengetahuan


a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
2) Pekerjaaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung
3) Umur
Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya
dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Ini ditentukan dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
2) Social budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.

3. Pengetahuan tentang covid-19

Pengetahuan tentang penyakit Covid-19 merupakan hal yang sangat


penting agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus penyakit Covid-
19. Pengetahuan pasien Covid- 19 dapat diartikan sebagai hasil tahu dari
pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, cara pencegahan,
pengobatan dan komplikasinya (Mona, 2020). Pengetahuan memegang
peranan penting dalam penentuan perilaku yang utuh karena pengetahuan akan
membentuk kepercayaan yang selanjutnya dalam mempersepsikan kenyataan,
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan perilaku
terhadap objek tertentu sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku. Terbentuk suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga menimbulkan
pengetahuan baru dan akan terbentuk dalam sikap maupun tindakan.
Pengetahuan penderita tentang pencegahan Covid-19 dengan kepatuhan
penggunaan masker memiliki peranan penting dalam mengantisipasi kejadian
berulang. Penderita harus mengenal, mempelajari dan memahami segala aspek
dari penyakit Covid-19 termasuk tanda dan gejala, penyebab, pencetus dan
penatalaksanaannya. Pengetahuan memiliki kaitan yang erat dengan keputusan
yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan seseorang memiliki
landasan untuk menentukan pilihan (Prihantana dkk, 2016).

C. Kepatuhan Menggunakan Masker


Menurut Evaldiana dalam Pramesti (2017), kepatuhan merupakan suatu
perilaku yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin. Perilaku
kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini bertahan karena adanya
pengawasan. Perilaku kepatuhan secara optimal jika menganggap perilaku ini
bersifat positif. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan terdiri dari faktor intriksi
(pengetahuan, pendidikan, dan sikap) dan faktor ekstrinsik (kelengkapan APD,
kenyamanan APD, peraturan tentang APD, pengawasan penggunaan APD).
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku

masyarakat dalam menggunakan masker. Kepatuhan adalah perilaku positif yang

diperlihatkan masyarakat saat masyarakat menggunakan masker. Faktor – faktor

yang mempengaruhi kepatuhan tergantung pada banyak faktor, termasuk

pengetahuan, motivasi, persepsi, dan keyakinan terhadap upaya pengontrolan dan


pencegahan penyakit, variable lingkungan, kualitas intruksi kesehatan, dan

kemampuan mengakses sumber yang ada (Sinuraya dkk, 2018). Sedangkan,

ketidakpatuhan adalah kondisi ketika individu atau kelompok berkeinginan untuk

patuh, tetapi ada sejumlah faktor yang menghambat kepatuhan terhadap saran

tentang kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Prihantana dkk, 2016).

Ketidakpatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang dan atau pemberi asuhan

sejalan atau tidak sejalan dengan rencana promosi kesehatan atau rencana

terapeutik yang disetujui antara orang tersebut (atau pemberi asuhan) dan

professional layanan kesehatan (Wulandari, 2015).


BAB III
TELAAH JURNAL

1. Judul Jurnal
Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas, mudah dipahami dan tidak
memiliki makna ganda. Dengan membaca judul pembaca akan mudah mengetahui
isi jurnal tanpa membaca keseluruhan isi junal. Pada judul terdapat variabel
dependen dan independen sebagai berikut :
Independen : Pengetahuan masyarakat
Dependen : kepatuhan menggunakan masker

Kelebihan Jurnal

a. Syarat judul jurnal tidak boleh lebih dari 20 kata, judul pada jurnal ini
sangat sudah baik dimana judul jurnal terdiri dari 15 kata, dan ditulis
secara jelas dan mudah dipahami. Judul jurnal menjelaskan hubungan
antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan penggunaan masker
sebagai upaya pencegahan penyakit covid-19 di Ngroggah.
b. Penulisan nama penulis pada jurnal ini ditulis dengan benar, tanpa
menggunakan gelar yaitu : Devi Pramita Sari, Nabila Sholihin Atiqoh.
2. Abstrak
Abstrak pada jurnal berfungsi menjelaskan secara tentang keseluruhan isi
jurnal. Penulisan absrak terdiri dari 250 kata yang berisi tentang latar belakang,
tujuan, metode, bahan, hasil, dan kesimpulan isi jurnal, serta kata kunci yang
memudahkan dalam penelusuran literasi secara tepat dan cepat.
Kelebihan Jurnal
a. Pada jurnal ini abstrak menjelaskan secara singkat dan jelas isi jurnal, dan
terdiri dari 188 kata
b. Pada jurnal ini abstrak ditulis beurutan yang terdiri dari latar belakang
sampai hasil dan kesimpulan dan disertai kata kunci.
3. Pendahuluan
Pendahuluan jurnal terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
penelitian sejenis yang mendukung penelitian dan manfaat penelitian.
Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf, dimana dalam setiap paragraf terdiri dari 4-
5 kalimat.
Kelebihan jurnal
a. Pada jurnal ini, dibahas fenomena yang sedang menjadi pendemi di dunia
saat ini yaitu hubungan pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan
menggunakan masker sebagai upaya pencegahan penyakit covid-19 di
Ngroggah.
b. Pada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain yang sejenis yang
mendukung jurnal penelitian ini
4. Pernyataan Masalah
Dalam jurnal ini terdapat pernyataan masalah yaitu masih kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kepatuhan Penggunaan masker sebagai upaya
pencegahan covid 19.
5. Tujuan Penelitian

Dalam jurnal ini dengan jelas memaparkan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan penggunaan
masker sebagai upaya pencegahan penyakit Covid-19 Di Ngronggah.

6. Studi Literature/Tinjauan Pustakaan


Jurnal ini sudah mencantumkan tinjauan kepustakaan sebagai acuan
konsep.

7. Kerangka Konsep dan Hipotesis


Dalam jurnal ini kerangka konsep yang dipakai tidak di cantumkan begitu
juga dengan hipotesis tidak di sebutkan dalam jurnal.
8. Metodologi
Desain penelitian ini menggunakan survei deskriftif metode kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional study. Cross sectional study yaitu studi
epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit
dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara
serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu waktu. Dengan
demikian studi cross sectional tidak mengenal adanya dimensi waktu sehingga
mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan mendahului efek atau
sebaliknya.
9. Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 responden. Sampel penelitian
dalam penelitian ini menggunakan total sampel artinya semua responden diambil
untuk dijadikan sampel yang berjumlah 62 orang. Variabel penelitian disini ada 2
yaitu variabel bebas dan terikat dimana variabel bebas adalah pengetahuan
masyarakat sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan menggunakan masker.
10. Instrumen
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan pedoman observasi
(Budiarto, 2001). Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan uji hubungan
chi-square (Santoso, 2000).

11. Data Analisis

Data Analisi dari penelitian ini sudah jelas, dilengkapi dengan tabel.

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Masyarakat RT03/RW08 Ngronggah Tentang


Covid-19

No Pengetahuan Masyarakat Jumlah Prosentase


. Tentang Covid-19
1 Baik 43 69,35%
2 Tidak Baik 19 30,65%
Total 62 100%

Tabel 2. Distribusi Kepatuhan Masyarakat Menggunakan Masker Untuk


Mencegah Penyakit Covid-19

No Kepatuhan masyarakat Jumlah Prosentase


. menggunakan masker
1 Patuh 46 74,19%
2 Tidak patuh 16 25,81%
Total 62 100%

Tabel 3. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Masyarakat Untuk


Mencegah Penyakit Covid-19

Variabel bebas Kepatuhan masyarakat Total P X2 X2


meggunakan masker Value Hitung Tabel
Pengetahuan Patuh Tidak
patuh
1. Baik 36 10 46 0,004 15,331 3,841
2. Tidak baik 10 5 16

12. Hasil Penelitian

Dari tabel 1. diketahui bahwa masyarakat RT 03/RW 08 Ngronggah yang


memiliki pengetahuan tentang penyakit Covid-19 baik adalah sebanyak 43
responden (69,35%) sedangkan masyarakat RT03/RW08 Ngronggah yang
memiliki pengetahuan tidak baik tentang penyakit Covid-19 adalah sebanyak 19
orang (30,65%).

Dari tabel 2. diketahui bahwa sebagian besar masyarakat patuh


menggunakan masker yaitu sebanyak 46 responden (74,19%) dan sebagian kecil
masyarakat tidak patuh menggunakan masker yaitu sebanyak 16 responden
(25,81%). Hasil penelitian ditemukannya masih terdapat ketidakpatuhan
masyarakat terhadap penggunaan masker.

Berdasarkan tabel 3. menunjukkan distribusi pengetahuan dengan


kepatuhan masyarakat untuk menegah penyakit Covid-19. Sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang baik dan patuh yaitu sebanyak 36
responden. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak patuh sebanyak
10 responden, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tidak baik dan
patuh sebanyak 10 responden dan responden yang memiliki pengetahuan tidak
baik dan tidak patuh sebanyak 6 responden. Maka dari hasil diatas dapat diketahui
bahwa ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan
menggunakan masker. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis bivariat untuk
menguji hubungan pengetahuan dan kepatuhan masyarakat menggunakan masker
dengan uji Chi-Square menggunakan fisher exact dan didapatkan nilai p=0,004
( X2 Tabel 3,841) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan masyarakat
dengan kepatuhan menggunakan masker.

13. Simpulan/Diskusi
Kesimpulan yang disampaikan secara ringkas dan jelas serta berisi
penarikan informasi penting dari penelitian dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Temuan dari penelitian ini memberikan bukti kepada pemberi pelayanan
kesehatan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan
kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan penyakit Covid-19.

14. Implikasi Penggunaan Hasil Penelitian


Jurnal ini dapat dijadikan panduan atau acuan bagi perawat komunitas
dalam upaya mengatasi penyebaran covid-19 dengan melakukan pendidikan
kesehatan berupa pendidikan kesehatan terkait covid-19 agar terjadi peningkatan
pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui pentingnya
menggunakan masker.
15. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka pada jurnal ini menggunakan metode APA Style.
Daftar pustaka yang dijadikan referensi pada penelitian ini sebanyak 13 referensi,
dan ada beberapa referensi yang menggunkan referensi lebih dari lima tahun
terakhir, yaitu pada tahun 2000.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus.
Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS-CoV). Pengetahuan tentang penyakit Covid-19 merupakan hal yang sangat
penting agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus penyakit Covid-19.
Pengetahuan penderita tentang pencegahan Covid-19 dengan kepatuhan
penggunaan masker memiliki peranan penting dalam mengantisipasi kejadian
berulang. Penderita harus mengenal, mempelajari dan memahami segala aspek
dari penyakit Covid-19 termasuk tanda dan gejala, penyebab, pencetus dan
penatalaksanaannya. Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan
masyarakat saat masyarakat menggunakan masker. Dibuktikan dengan hasil
penelitian bahwa terdapat hubungan antara pengethuan masyarakat dengan
kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan penyakit covid-19.

B. SARAN
1. Bagi perawat, dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya menggunkan masker sehingga terjadi
peninggakatan pengetahuan masyarakat dan agar tidak terjadi
penularan covid-19 serta tidak terjadi kejadian berulang.
2. Bagi Satgas covid-19 wilayah, kepala puskesmas agar mencangkan
program pendidkian kesehatan berupa penyuluhan tentang covid-19
tentang pentingnya penggunaan masker pada masyarakat dan
menjadikan penggunaan masker merupakan suatu hal yang wajib
digunakan oleh masyarakat, agar mengurangi atau memutus mata
rantai penularan covid-19.

DAFTAR PUSTAKA
Adityo Susilo,dkk .2020. coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia - RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo

Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagius (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal
sosial Humaniora Terapan. Vol 2 No.2. Universitas Indonesia : Proram
Studi Periklanan Kreatif Program Pendidikan Vokasi

Notoatmodjo S. 2012. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pramesti, Ayu C., Elsye Maria R., Ekorini Listiowati. (2017). Evaluasi
Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat
Pelindung Diri di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Panembahan Senopati
Bantul.Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit. DOI :
10.18196/jmmr.6101.
Prihantana, dkk. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan
Pengobatan Pada Pasien Tuberkolosis Di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen. Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis. Vo. 2. No. 1. Poltekkes Bhakti
Mulia
Priyanto, Agus. 201. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pencegahan Kekambuhan Luka Diabetik. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Vol. 5 No. 3 Kediri : STIKES Ganesha Husada
Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical
Microbiology. 28th ed. New York: McGrawHill Education/Medical; 2019.
p.617-22.
Sinuraya, dkk. 2018. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia. Vol. 7. No. 2. Sumedang: Universitas Padjajaran
Suryaningnorma
Wulandari. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat di RS
Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal ARSI. Vol. 2. No.1. Jakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Widiyani, R. (2020). Latar Belakang Virus Corona, Perkembangan hingga isu
terkini. Retrived from detik News:
https://news.detik.com/berita/d4943950/latar-
belakangviruscoronaperkembangan-hingga-isu-terkini Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai