Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

DEFINISI SURVEILANS

1.1 Latar Belakang

Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan
sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi data dan diseminasi
informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan. Hasil ini penting untuk
perencanaan, penerapan, evaluasi, praktek-praktek pengendalian infeksi.
Secara singkat surveilans adalah memantau dengan berhatihati dan memberikan
tanggapan yang relevan. Kegiatan surveilans dilaksanakan untuk mencapai tujuan utama
dari program pengendalian infeksi nosokomial yaitu mengurangi risiko terjadinya
endemic dan epidemic dari infeksi nosokomial pada pasien.
Kegiatan surveilans merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, selain
kegiatan pencegahan infeksi, penanggulangan infeksi nosokomial, maupun pendidikan
dan latihan.
Surveilans adalah suatu pengamatan yang sistematis, efektif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan
atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya
penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda tanda tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setelah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda
infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda
dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.


1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada
pada waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,
sifPhlebitiss) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

1
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :
1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit, selaput lendir, luka terbuka )
yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Inflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non
infeksi seperti zat kimia.

Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit, sehingga jumlah
dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasif mulai dari yang paling
sederhana seperti pemasangan infus sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika, akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien, petugas ke lingkungan
yang dapat menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :


1. Petugas rumah sakit.
2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
5. Lingkungan.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi petugas medis Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang untuk
melaksanakan surveilans.
b. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan data dasar endemik
2. Menurunkan Angka Infeksi Di Rumah Sakit
3. Mengidentifikasi KLB
4. Meyakinkan petugas medis
2
5. Mengevaluasi system pengendalian
6. Memenuhi persyaratan administratif
7. Membandingkan angka infeksi antar rumah sakit
8. Untuk mengantisipasi tuntutan malpraktek

3
BAB II
RUANG LINGKUP SURVEILANS

2.1 Pneumonia
a) HAP (Hospital Aquared Pneumonia)
HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah. HAP dapat
diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma, tidak sadar tracheostomi, refluk
gaster).
b) VAP (Ventilator Associated Pneumonia).

Kriteria pneumonia :
1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak, ronchi basah pada daerah paru.
2. Produksi sputum banyak dan purulen.
3. Hasil X Ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38 C dan batuk.
5. Pemeriksaan sedaan sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)

Pada orang dewasa dan anak > 12 bulan didapatkan :


1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.
Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
Biakan kuman dan biakan darah ()
Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2. Hasil X Ray ada infiltrasi paru, konsolidasi, cavitasi, efusi pleura baru secara
progrsif ditambah salah satu ini:
- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.
- Isolasi kuman dan biakan darah (+).
- Isolasi kuman patogen aspirasi trachea, sikatrik brokus atau biopsi(+).
- Titer Ig M atau Ig G spesifik meningkat
- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

4
Pada umur kurang dari 12 tahun :
Didapatkan 2 atau = apneu, takipneu bradikardia, wheezing, ronchi basah, batuk, ditambah
satu diantaranya sbb:
1. Produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen
2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+)
3. Isolasi kuman aspirasi trachea /brokus/biopsi (+)
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan
5. Titer IgM dan Ig G spesifik meningkat 4x
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi

Faktor penyebab
1. Lingkungan
- Legionella, Klebsiella, P. aerogenesa, Amuba baumi
- Makanan dan muntahan

2. Peralatan
- NGT
- ET
- Suction kateter
- Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan

3. Manusia
- Haemofilus influenza
- Stapilococus aereus
- Stapilococcus pnemonia
- MDR stains

Faktor-faktor resiko
1. Kondisi pasien sendiri
- Usia > 70 tahun
- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)
- Penyakit kronis
- Penyakit jantung kongestif
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Perokok

5
- Koma
- CVD

2. Faktor pengobatan
- Sedasi
- Anestesi umum
- Intubasi tracea
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama
- Penggunaan antibiotika
- Penggunaan imunosupresif dan citostatika.

Prinsip dasar pencegahan :


Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi
Tinggikan posisi kepala 30- 45
Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter
Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shift
Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi
Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan
lendir
MobPhlebitissasi dini setelah operasi

2. Peralatan ventilator
Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral
Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor
Breathing sirkuit, humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor
Termovent hepafilter diganti setiap hari

Populasi beresiko HAP


1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.
2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :


1. Terfokus spesifik diruang ICU, NICU, PICU
2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik

6
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan

CLINICAL PULMONARY INFECTION SCORE ( CPIS)


No. Indikator Score
0 1 2
1 Sekresi trakea Sedikit Sedang Banyak +
Purulen
2 Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir
0
3 Suhu ( C) 36.5-38.4 38.5 dan 38,9 <36 dan >39
4 Lekosit /mm3 4000 dan <4000 atau <4000 atau
11.000 > 11.000 > 11.000 +
band form 500
5 Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan
ARDS
6 Mikrobiologi Negatif Negatif Positif

2.2 Phlebitis
Phlebitis harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :
a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan
bukti hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan
penyebab lainnya :
Demam (>38 C), nyeri, eritema, atau panas pada vaskular yang terlihat.
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni
mikriba.
Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien 1 tahun, minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa
ditemukan penyebab lain :
Demam (>38C rektal), hipotermia (<37 C), apneu, bradikardia, letargia, atau
nyeri pada vaskular yang terlibat

7
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni
mikroba
Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif

Petunjuk pelaporan phlebitis :


1) Phlebitis purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan
sebagai phlebitis bukan sebagai IADP.
- Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak
ditemukan infeksi lain dari bagian tubuh.
- Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai
IADP.
- Penggantian IV line untuk dewasa dilakukan setiap 2x24 jam, sedangkan
IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
2) Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
3) Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
4) Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
5) Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah, setiap 3
bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.

Populasi beresiko phlebitis


1) Semua pasien yang menggunakan IV line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter, lama hari rawat, pasien dengan
immunocompromise, malnutrisi, luka bakar atau luka operasi tertentu.

Pencegahan phlebitis
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab
atau kotor ).
4) Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika
tidak diperlukan lagi.

8
2.3 ISK (Infeksi Saluran kemih)
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk
rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau
sesudah dirawat.

Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :


a. Endogen : perubahan flora normal
b. Eksogen : prosedur yang tidak bersih / steril tangan yang tidak dicuci sebelum
prosedur

Jenis ISK
1) Infeksi Saluran Kemih Simtomatik
Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis
mikroorganisme
Dua dari gejala :
- Demam 380C\
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
Dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Piuria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentrifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah >
100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000
kuman/ml dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.

9
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2) Infeksi Saluran Kemih Asimtomatik


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
Memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada
gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari
dua jenis kuman.
Tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin
dengan dua kali hasil biakan >100.000/ml dengan mikroorganisme yang
sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

3) Infeksi Saluran Kemih Lain


Dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperitoneal atau rongga
perinefrik ) dengan salah satu kriteria dibawah ini :
Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara
hispatologis.
Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
Dan salah satu dari tanda :
- Drainase purulen dari daerah yang dicurigai

10
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
Dan salah satu dari tanda :
- Drainase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai

4) Infeksi Saluran Kemih Pada Neonatus


- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh
(gejala sama dengan sepsis).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi
suprapubik. Biakan urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml
urin.

5) Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang
kadang diare atau kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering
kencing dan ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas
seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.

11
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli
buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa
berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
o Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik
dikatakan positif apabila jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin.
Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung
kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
o Pemeriksaan lainnya : sedimen urin terdapat piuria.

2.4 Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )

Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada
organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.
Kriteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan
laboratoris dengan gejala / tanda berikut :
Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian
antipiretik
- Hipotensi, sistolik < 90 mmHg.
- Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
- Tidak ada tanda tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa
penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih

12
diantara enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C)
hipertermi ( 380C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi
perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan
hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan
kuman.
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
- Laboratorium
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak
ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang
sesuai dengan sepsis.
Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :
- Demam > 380C
13
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak
ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang
sesuai dengan infeksi
Catatan :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infus.

2.5 IDO ( Infeksi Daerah Operasi )


Jenis Infeksi Daerah Operasi
1. IDO Superfisial apabila didapat :
Infeksi terjadi dalam 30 hari pasca bedah dan terjadinya pada kulit dan subkutan
disertai salah satu tersebut dibawah ini :
a) Keluar nanah dari luka operasi.
b) Terisolasi kuman pada ultur yang diambil dari cairan atau jaringan.
c) Salah satu dari tanda dibbawah ini nyeri, pembengkakan, merah, lebih
panas dan ahli bedah sengaja membuka luka kecuali apabila kultur tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan kuman.
d) Rekomendasi dokter.
2. IDO Dalam (Profunda) apabila didapat :
Infeksi terjadi 30 hari pasca bedah bila tanpa IMPLANT atau 1 ( satu )
tahun pasca bedah bila ada IMPLANT dan infeksi ini meliputi jaringan lebih
dalam dari fisia.
Disertai salah satu tersebut dibawah ini :
a) Keluar nanah dari luka operasi.
b) Terjadi dehisensi luka secara spontan atau luka sengaja dibuka oleh dokter
apabila disertai dengan salah satu dari gejala panas ( 380C ) atau nyeri
local kecuali bila kultur tidak menunjukkan adanya kuman.
14
c) Adanya abses atau dibuktikan adanya abses dbawah fascia pada operasi
ulang atau pemeriksaan PA atau radiology menunjukkan gambaran infeksi.
d) Rekomendasi dokter.

Definisi Dan Klasifikasi Daerah Operasi


1. Luka Operasi Bersih
a) Operasi dilakukan pada daerah / kulit yang pada kondisi pra bedah tanpa
peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastro
intestinal, orofaring,, traktus urinarius.
b) Operasi berencana dengan penutupan kulit primer dengan atau tanpa
pemakaian drain tertutup.
2. Luka Operasi Bersih Terkontaminasi
a) Operasi membuka traktus digestive, traktus urinarius, traktus
respiratorius sampai dengan orofaring, traktus reproduksi kecuali
ovarium.
b) Operasi tanpa pencemaran nyata ( Gross spilage ) contoh : apendiks,
vagina atau orofaring.
3. Luka Operasi Kotor / Dengan Infeksi
a) Pada perforasi traktus digestive, traktus urogenitalis atau traktus
respiratorius yang terinfeksi.
b) Melewati daerah purulen ( inflamasi bacterial ).
c) Pada luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian atau terdapat
jaringan non vital yang luas atau yang nyata kotor.
d) Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi /
terinfeksi.

Faktor Resiko Infeksi Daerah Operasi


1. Tingkat kontaminasi luka.
2. Faktor pejamu :
- Usia estrim ( sangat muda / tua )
- Obesitas
- Adanya infeksi perioperatif
- Pengguna kortikosteroid
- Diabetes Mellitus
- Malnutrisi Berat
15
3. Faktor lokasi luka :
- Pencukuran daerah operasi ( cara dan waktu pencukuran ).
- Devitalisasi jaringan.
- Benda asing.
- Suplai darah yang buruk ke daerah operasi.
- Lokasi luka yang mudah tercemar ( dekat perineum )
4. Lama perawatan sebelum operasi.
5. Lama operasi.

Petunjuk Pengembangan Surveilans Infeksi Daerah Operasi


a) Semua faktor resiko harus dicatat dengan lengkap pada catatan pasien oleh
dokter, perawat atau tim kesehatan lain yang menangani pasien ( kategori I ).
b) Klasifikasi operasi harus dicatat pada laporan operasi atau pada catatan pasien
oleh ahli bedah segera setelah pasien di operasi ( kategori II ).
Petunjuk surveilans yang dimaksud adalah variable spesifik untuk masing
masing lokasi infeksi. Variabel lain seperti : umur, jenis kelamin, unit / bagian
dll, sama untuk semua lokasi infeksi.
c) Pelaksanaan surveilans harus menghitung rate menurut klasifikasi luka operasi
spesifik minimal setiap 6 bulan sekali, melaporkannya pada Pokja Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit ( kategori I ).
d) Pelaksana surveilans menghitung rate menurut prosedur spesifik setiap 6 bulan
sekali dan melaporkannya pada Pokja pengendalian Infeksi serta para ahli bedah
( kategori II ).

Pencegahan Infeksi Daerah Operasi


Tindakan pencegahan dikelompokkan dalam :
1. Kala sebelum masuk rumah sakit
a) Semua pemeriksaan dan pengobatan untuk persiapan operasi sebisanya
dilakukan sebelum rawat inap agar waktu pra bedah menjadi pendek (
kurang 1 hari ) ( kategori II ).
b) Perbaikan keadaan yang memperbesar kemungkinan terjadinya ILO
antara lain :
- Diabetes Melitus
- Obesitas
- Pemakaian kortikosteroid
16
- Malnutrisi
- Infeksi
2. Kala Pra Operasi
a) Perawatan pra operasi I hari untuk operasi berencana. Aapbila keadaan
yang memperbesar terjadinya ILO tidak dapat dilakukan di luar Rumah
Sakit misalnya malnutrisi berat yang memerlukan oral atau parenteral
hiperalimentasi, maka pasien dapat dirawat lebih awal ( kategori I )
b) Pasien dari ruangan ganti baju khusus untuk operasi di ruang ganti baju
IBS ( Instalasi Bedah Sentral ).
c) mandi dengan antiseptic dilakukan sebelum operasi ( kategori III )
d) Pencukuran rambut daerah operasi dilakukan hanya bilamana perlu
misalnya daerah operasi dengan rambut yang lebat.
Cara pencukuran rambut adalah :
- Bila menggunakan pisau cukur biasa maksimal dilakukan 6 jam
sebelum operasi.
- Bila menggunakan pisau cukur listrik dapat dilakukan lebih lama
sebelum operasi dari pada pisau cukur biasa.
- Setelah dicukur diolesi antiseptic ( kategori III ).
e) Daerah operasi harus dicuci dengan pemakaian antiseptic kulit dengan
tehnik dari sentral kearah luar. Antiseptik kulit yang dipakai dianjurkan
klorheksidin, larutan yodium atau lodofor ( kategori I ).
f) Dikamar operasi pasien ditutup dengan doek steril sehingga hanya daerah
operasi yang terbuka ( kategori I ).
g) Antibiotika profilaksis diberikan secara :
1. Sistemik harus memenuhi syarat
- Tepat dosis
- Tepat indikasi ( hanya untuk operasi bersih terkontaminasi,
pemakaian implant dan protesis atau operasi dengan resiko
tinggi seperti bedah vaskuler atau bedah jantung ).
- Tepat cara pemberian ( harus diberikan secara IV 2 jam
sebelum incise dilakukan dan dilanjutkan tidak boleh lebih
dari 48 jam ).
- Tepat jenis ( sesuai dengan mikroorganisme yang sering
menjadi penyebab IDO ) ( kategori I )

17
2. Oral hanya digunakan untuk operasi kolorektal dan diberikan tidak
lebih dari 24 jam.
Catatan :
Antimikroba yang diberikan pada luka operasi kotor dimasukkan
dalam kelompok terapeutik.
Persiapan Tim Pembedahan
1. Setiap orang yang masuk kamar operasi harus :
2. Memakai masker yang efisien, menutupi hidung dan mulut.
- Memakai tutup kepala yang menutupi semua rambut.
- Memakai sandal khusus kamar operasi atau memakai pembungkus sepatu
( kategori I ).
3. Anggota tim bedah sebelum setiap operasi harus mencuci tangan.
4. Antiseptik yang dianjurkan untuk cuci tangan khlorheksidin, lodofor atau
heksaklorofen ( kategori II ).
5. Setelah cuci tangan, keringkan dengan handuk steril ( kategori II )
6. Setiap anggota tim harus memakai jubah steril ( kategori I )
7. Setiap anggota tim harus memakai sarung tangan steril apabila sarung tersebut
kotor, harus diganti yang baru. Pemakaian sarung tangan memakai metode
tertutup ( kategori I ).
8. Untuk operasi tulang atau pemasangan implant memakai 2 lapis sarung tangan
steril ( kategori II ).

Intra Operasi
1. Tehnik operasi : harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari kerusakan
jaringan lunak yang berlebihan, menghilangkan rongga, mengurangi perdarahan
dan menghindarkan tertinggalnya benda asing yang tidak diperlukan ( kategori I ).
2. Lama operasi : operasi dilakukan secepat cepatnya dalam batas yang aman (
kategori I )
3. Pemakai drain : pemakaian drain harus dengan system tertutup, baik dengan cara
penghisapan atau dengan cara memakai gaya tarik bumi ( gravitasi ) dan drain
harus melalui luka tusukan di luar luka operasi ( kategori I ).

18
Perawatan Pasca Operasi
1. Untuk luka kotor atau infeksi, kulit tidak ditutup primer ( kategori I ).
2. Petugas harus mencuci tangan dengan standar cuci tangan yang baku sebelum
dan sesudah merawat luka. Petugas tidak boleh menyentuh luka secara
langsung dengan tangan kecuali setelah memakai sarung tangan steril (
kategori I )
3. Kasa penutup luka diganti apabila basah dan atau menunjukkan tanda tanda
infeksi.
4. Jika cairan keluar dari luka, lakukan pewarnaan gram dan biakan ( kategori I )

Pengendalian Lingkungan
1. Semua pintu kamar operasi harus tertutup dan jumlah personil yang keluar masuk
kamar operasi harus dibatasi ( kategori I ).
2. Alat alat operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi harus
disterilkan dengan autoklaf.
3. Kamar operasi harus dibersihkan :
- Antara 2 operasi.
- Tiap hari walaupun kamar operasi tidak dipakai.
- Tiap minggu ( 1 hari untuk pembersihan menyeluruh ) ( kategori I )
4. Pemakaian keset dengan antiseptic pada pintu masuk kamar operasi tidak
dianjurkan ( kategori I )
5. Biakan udara dan biakan yang diambil dari personil kamar operasi secara rutin,
tidak diperlukan ( kategori I )
6. Operasi bersih dilakukan sebelum operasi kotr, jika akan dipakai untuk operasi
berikutnya harus dibersihkan secara sempurna ( kategori I ).
7. Barang barang terkontaminasi seperti pus, harus dikumpulkan terpisah dan di
beri tanda kontaminasi ( kategori I ).
8. Untuk operasi pasien infeksi misalnya hepatitis, usahakan memakai alat sekali
pakai dikumpulkan secara khusus dan diberi tanda infeksi ( kategori I ).

19
BAB III
TATALAKSANA SURVEILANS
3.1 Tatlaksana Surveilans
1. Memberikan informasi kepada klinisi dan perawat bahwa Tim pengendalian infeksi
akan melakukan surveilans dengan agenda :
a) Identitas masalah infeksi nosokomial
b) Rencana pengumpulan data
2. Melakukan sosialisasi tentang surveilans yang akan dilakukan dan pengenalan
instrument yang akan dipakai pada pelaksana dilapangan.
3. Melakukan koleksi data yaitu pada pasien yang menggunakan alat kesehatan (IV
kateter,urin kateter,ventilator ) dan kasus operasi yang telah ditentukan dalam suatu
periode ( bulan ) sebagai nominator
4. Melakukan kunjungan pada pasien post operasi di hari ke 3
5. Melakukan koordinasi dengan perawat di rawatjalan untuk follow up pasien post
operasi yang akan/sudah kontrol
6. Melakukan pemantauan pelaksanaan surveilans dilapangan, termasuk kelengkapan
pengisian formulir data.
7. Mengumpulkan, menghitung ( tabulasi ), mengolah dan menyajikan data untuk
memberi informasi yang berguna bagi strategi pengendalian infeksi nosokomial
selanjutnya
8. Melakukan analisis dan interpretasi data untuk mendapatkan informasi apakah ada
masalah infeksi nosokomial yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih
lanjut.
9. Membuat laporan penyajian data secara tertulis dan menyebarkan informasi hasil
surveilans agar pihak terkait dapat memanfaatkan untuk menetapkan strategi
pengendalian infeksi nosokomial.
10. Menyampaikan hasil data yang telah diolah beserta Rekomendasi secara berkala
dalam pertemuan yang diadakan Rumah sakit.

20
3.2 Rumus-rumus Yang Digunkan Dalam Surveilans
1) Pneumonia
a) HAP

Infeksi rate HAP :


Numerator x 1000 =.....%
Denominator

kasus HAP perbulan x 1000 =.......%


Hari rawat tirah baring perbulan.

b) VAP

Infeksi rate VAP :


Numerator x 1000 = .....%
Denominator

kasus VAP perbulan x 1000 =........%


Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

2) Phlebitis
Cara menghitung Phlebitis :
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus Phlebitis x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

3) ISK

Cara penghitungan :
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %


Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

21
4) IDO

Cara menghitung IDO :


Numerator x 100 = ..........%
Denominator

Jumlah infeksi daerah operasi bersih/bulan x 100 = ........ %


Jumlah total operasi bersih pada bula tersebut

22
BAB IV
DOKUMENTASI
a. Lembar formulir pengumpulan data

b. Hasil tabulasi data surveilans

23
DAFTAR PUSTAKA

Bennet J.V. and Brachaman J.V. 1992, Hospital Infection 3rd edition, BostonToronto-
London, Little Brown Co.
Dalima Ari Wahono Astrawinatan, Epidemiologi Klinik dan Sistem Surveilans Infeksi
di Rumah Sakit, 2003, Kursus Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
Demak L Tobing, Struktur Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit, 2003, Kursus
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
Djoyosugito A, Roeshadi Dj. Pusponegoro A, Supardi Imam, 2001, Buku Manula
Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
Kurikulum dan Modul Pelatihan Kewaspadaan Universal, 1999, Departemen
Kesehatan, Direktorat Jendral Pelayanan PPM & PLP , ; 173 180.
Masud Yunesian, Nosocomial Infection Surveilans Methods,
http://www/pit.edu/~super1/lecture/lec.2004/001/htm.
Yogesh Harde dkk,, 2011. Detection of ventilator associated pneumonia, using clinical
pulmonary infection score (CPIS) in critically ill neurological patients. Dalam Journal of
Anesthesiology & Clinical Science ISSN 2049-9752

24

Anda mungkin juga menyukai