Anda di halaman 1dari 17

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Lamp. Kep. Ka RSAU dr. M.

Munir
SATKES SESKOAL Nomor Kep / 329 / X / 2015
Tanggal 30Oktober2015

PANDUAN PENCEGAHAN INFEKSI KLINIK (BUNDLEs HAIs)


KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
KLINIK SATKES SESKOAL

BAB I

DEFINISI

Healthcare-Assosiated Infections” (HAIs) adalah Infeksi yang terjadi selama


proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas keshatan lainnya dimana pasien
tidak ada infeksi atau tidak dalam berisiko Ventilator Assosiated Pnemonia inkubasi,
termasuk infeksi didapat di rumahsakit tapi muncul setelah pasien pulang juga
infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi karena pekerjaan di pelayanan
kesehatan. (CDC, WHO th 2007).

Pasien yang di rawat di rumah sakit dan dilakukan pemasangan alat atau
tindakan operasi berisiko terpapar HAIs. Pasien yang terpasang ventilator berisiko
terpapar Ventilaor Assosiated Pnemonia (VAP), Pasien yang dipasang alat Intra
vaskuler berisiko terpapar trejadi Plebitis dan Infeksi Aliran Darah Primer (Plebitis,
IADP), Pasien yang terpasang urin menetap > 48 jam berisikio Infeksi Saluran
Kemih (ISK), dan Pasien yang di Operasi berisiko terjadi Infeksi Daerah Operasi
(IDO).

1. HAP (Hospital Aquared Pnemonia) dan (Ventilator Assosiated Pnemonia)


HAP adalah Infeksisaluran napas bawah yang mengenai parenkim paru
pasien saat dirawat di rumah sakit setelah 48 jam di lakukan Intubasi dan
sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran nafas bawah . HAP dapat
diakibatkan karena tirah baring yang lama (Koma, Tidak sadar, Tracheastomy,
Refluk gaster).
VAP (Ventilator Assosiated Pnemonia) adalah Infeksi saluran napas bawah
yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48jam
dan sebelumnya tidak ditemukan tanda - tanda infeksi saluran napas.

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


Kriteria Pnemonia
1. Bunyi pernapasan yang menurun/ Pekak, ronchi basah pada daerah
paru.
2. Produk sputum banyak dan Purulent
3. Hasil X - ray adanya densitas paru (Infiltrat)
4. Demam > 38º C dan batuk
5. Pada pemeriksaan sediaan sputum ditemukan peningkatan leukosit (>
25/ LPK)
Pada orang dewasa dan anak > 12 bulan didapatkan:
1. Bunyi napas menurun pekak, ronchi basahpada daerah paru.
 Sputum purulent baru
 Biakan kuman dan biakan darah (+)
 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trachea
2. Hasil X- Ray ada infiltrasi paru, Konsolidasi, Cavitasi, Eufusi pleura
baru bertambah secara progresif di tambah salah satu dibawah ini:
 Sputum purulent dan perubahan sputum
 Isolasi kuman dari biakan (+).
 Isolasi kuman patogen aspirasi trachea dan sikatan bronchus atau
biopsi (+)
 Titer IgM atau IGG spesifik meningkat
 Isolasi antigen virus (+) pada sekresi saluran pernapasan
Pada umur < 12 Th:
Didapatkan 2/ = Apneu, takipneu, bradikardi, whezzing ronchi basah, batuk
ditambah satu diantaranya sbb:
1. Produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulent
2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+)
3. Isolasi kuman aspirasi trachea / bronchus /Biopsi (+)
4. Isolasi / Antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan
Titer IgM dan IgG Spesifik meningkat 4x
5. Tanda Pnemonia pada pemeriksaan Histopatologi

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


Kriteria Diagnosa VAP Menggunakan Clinical Pulmonari Infection Score (CPIS):
CLINICAL PULMONARY INFECTION SCORE (CPIS) CALCULATION
POINTS

Temperatur º C

≥ 36,1 dan ≤ 38,4 0

≥ 38,5 dan ≤ 38,9 2

> 39,0 dan < 36,0 1

Leukosit darah mm3

≥ 4.000 dan ≤ 11.000 0

< 4.000 dan >11.000 1

Sekresi Trachea ( Sputum)

Tidak ada sputum 0

Sputum tidak Purulent 1

Sputum Purulent 2

Oxygenisasi : PaO2/FiO2 mmHg

> 240 atau ARDS PaO2/FiO2 ≤ 200 0


PCWP ≤ 18 dan acut bilateral infiltrat

≤ 240 dan tidak ARDS 2

Rontgen Paru

Tidak ada Infiltrat 0

Infiltrat Diffusi ( Patchy ) 1

Infiltrat terlokalisir 2

ilInftrat Paru Progresif

No radiographic Progression 0

Radiographic Progression 1
( Afther CHF dan ARDS Excluded )

Kultur Aspirasi Trachea

Tidak tumbuh bakteri 0

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


Kultur (+) 1

* Pasien di Katagorikan VAP bila score > 6 poin*

2. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)


adalah terjadinya peradangan atau infeksi pada daerah atau sepanjang
pemasangan kateter vena Central (CVL/ CVP) > 48 jam.
Kriteria IADP:
a. Kriteria 1: Terdapat patogen dari satu atau lebih cultur darah dan Patogen
tersebut tidak berhubungan dengan Infeksi di tempat lain
b. Kriteria 2: Terdapat setidaknya saut tanda dan gejala sebagai berikut
demam (> 38ºC) menggigil Hipotensi dan, Setidaknya satu (1) dari:
 Kontaminan kulit umum (misal: Diptheroids, Baccillus spp,
Probionibacterium spp, Coogulase negatif Staphilcoccus aereus or
Microccoci) dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada waktu
yang berbeda.
 Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya satu kultur darah pasien
dengan line intravena dan dokter memberikan therapy antibiotik yang
sesuai. Tes Antigen darah positif (misal: Hemophillus Influenza,
Streptococcos Pnemonia, Nisseira meningitidis, atau grup B
Strepcocccus.).
Tanda dan gejala dengan hasil positif laboratorium tidak berkaitan
dengan infeksi di tempat lain
c. Kriteria 3: Pasien umur < 1th dengan setidaknya satu tanda dan gejala
sebagai berikut: Demam suhu > 38ºC, Hipotermi suhu < 37ºC, Apneu, atau
Bradikardi dan setidaknya satu dari tanda berikut :
 Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya satu kultur darah yang
diambil pada waktu yang berbeda.
 Kontaminan kulit umum terkultur setidaknya dari satu kultur darah paien
dengan kateter intravena dan dokter memberikan therapy antibiotik yang
sesuai.

3. Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


Infeksi saluran kemih adalah Infeksi yang terjadi akibat dari pemasangan
kateter menetap > 48 jam , dengan kriteria sebagai berikut :
 Pyouria > 10 leukosit /LBP sedimen urine atau > 10 leukosit / ml atau >3
leukosit/ LBP dari urine tanpa dilakukan Sentrifus
 Nitrit dan/ Atau leukosit esterase positip dengan carik celup (Dipstik)
 Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur >105
cfu/ ml.
 Dokter yang merawat mwnyatakan adanya ISK dan diberi pengobatan
antimikroba

4. Pencegahan IDO atau disebut SurgicalSiteInfection (SSI)


a. IDO Supervicial (SupervicialIncisional SSI).Infeksi yang terjadi dalam kurun
waktu 30 hari setelah tindakan operasi, mengenai hanya pada kulit dan
jaringan bawah kulit pada tempat incise
b. IDO Profunda. Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah
tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam kurun waktu 1
tahun bila operasi dengan pemasangan implant. Mengenai jaringan lunak
yang lebih dalam (Fascia dan lapisan otot) pada tempat incisi dan diduga
ada kaitannya dengan prosedur operasi.
c. Infeksi daerah operasi adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang
dilakukan tindakan operasi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 (Satu) tahun bila
operasi dengan pemasangan implant.
d. Kriteria IDO: Terdapat paling sedikit satu keadaan berikkut: Pus keluar dari
perlukaan operasi atau drainage yang dipasang diatas fascia, biakan positif
dan cairan yang keluar dari luka atau jarngan yang diambil secara aseptic,
sengaja dibuat oleh dokter karena ada tanda peradangan , kecuali hasi
biakan negatif (Paling sedikit terdapat satu dari tanda - tanda infeksi :
adanya Nyeri, Bengak lokal, Kemerahan dan hangat lokal) dan dokter yang
menagani menyatakan infeksi.
e. IDO Organ/rongga tubuh. Infeksi mengenai semua bagian dari tubuh
1. Karakteristik:
a) Infeksi yang terjadiselama proses perawatan di rumahsakitatau di
fasilitaskesehatan lain
b) Saat masuk pasien tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


c) Infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang
d) Juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi karena pekerjaan
2. Sumber Infeksi:
a) Pasien sendiri
b) Dari luar pasien sendiri
i. Keluarga
ii. Pasien lain
iii. Petugas Kesehatan
iv. Pengunjung
v. Peralatan (mebeler, bed rails, korden, dan peralatan disekitar
pasien)
c) Alat kesehatan/Instrumen
d) Lingkungan
i. Udara
ii. Air
iii. Tanah

5. Pencegahan Plebitis
Plebitis adalah Peradangan pada lokal tusukan Vena perifer yang ditandai
dengan adanya keluhan nyeri, Nyeri tekan , Bengkak, Pengerasan ,Eritema,
dan hangat pada vena oleh karena peradangan , Infeksi, dan/ Trombosis.

6. Cara terjadinya penularan


Gambar 1
Cara terjadinya penularan infeksi

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


BAB II

RUANG LINGKUP

7. Ada 5 jenis spesifik infeksi yang didapat di Klinik yaitu:


a. Pencegahan Infeksi Darah Primer (IADP)
b. Pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO)
c. Pencegahan Plebitis.

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


BAB III

TATA LAKSANA

A. Ada strategi upaya pencegahan dan pengendalian Infeksi yang didapat di


rumah sakit. Pendekatan itu dikenal dengan istilah Bundles. Bundles
merupakan sekumpulan cara yang terstruktur untuk meningkatkan perawatan
terhadap pasien yang bertujuan untuk memudahkan petugas Kesehatan dalam
memberikan pelayanan keperawatan padapasien yang berisiko terjadi
infeksidan harus dilakukan oleh semua orang yang memberikan pelayanan
perawatan terhadap pasien dan dilakukan secara Bersama-sama pada setiap
pasien.
1. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
a. Lakukan Hand Hygiene dengan menerapkan five moment
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptic
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


b. Preparasi kulit sebelum insersi
1) Preparasi kulit daerah insersi dengan antiseptic chlorhexidine 2% atau
70%Isoprphyl alcohol. Bila dipakai povidon iodine untuk membersihkan
kulit maka harus dilakukan preparasi dengan alkohol dulu kemudian
diikuti povidon iodine, Tidak dibenarkan menggunakan salep antibiotik
pada daerah insersi.
2) Biarkan antiseptic mengering sebelum diinsersi lebih kurang 2 emnit
3) Tidak dianjurkan melakukan palpasi pada lokasi setelh kulit
dibersihakan dengan anti septic.
c. Gunakan APD maksimal
1) Gunakan sarung tangan bersih pada pada pemasangan kateter vena
perifer
2) Pemasangan Vena sentral (CVL/CVP) dokter operator dan asisten
 Gunakan topi (non steril) untuk menutup seluruh rambut
 Gunakan masker non steril untuk menutup seluruh mulut dan hidung
 Gunakan Gaun steril
 Gunakan sarung tangan steril
 Tutup seluruh badan dan kepala pasien dari atas sampai bawah
dengan steril drape
3) Penggunaan cairan parenteral
 Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol cairan
parenteral yang mengandung lemak.
 Bila hanya emulsi lemak yang diberikan selesaikan infus dalam 12
setelah botol emulsi digunakan
4) Pemberian injeksi melalui port intravena
 Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70%
 Campurkan seluruh cairan parenteral didepo farmasi dalam luminar
- flow hood teknik steril
2. Pencegahan infeksi daerah operasi (IDO)
Infeksi daerah operasi (IDO) bundles. Rangkaian upaya yang bisa dilakukan
untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi (IDO) adalah:
 Hindari pencukuran rambut, pencukuran rambut dilakukan jika
mengganggu jalannya operasi,jika diperlukan pencukuran rambut
lakukan di kamar bedah dan jika harus melakukan pencukuran hindari

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


menggunakan razor, tapi gunakan clipperelectric (National Institut For
Clinical Excecellent (2010), Pencukuran dengan Clippers dapat
mengurangi perlukaan pada kulit, Perlukaan pada kulit dapat
menyebabkan IDO).
a. Persiapan pasien pra bedah
 Rawat pasien pada hari yang sama sebelum tindakan operasi.
 Identifikasi dan terapi faktor resiko
 Terapi terlebih dahulu infeksi yang terjadi pada bagian tubuh lain
sebelum Tindakan operasi.
 Mandi dengan sabun antiseptic chlorhexidin 2% sore dan pagi sebelum
operasi
 Hindari pencukuran kecuali diperlukan dan dilakukan dikamar operasi
segera sebelum operasi dan menngunakan clipper
b. Pemberian antibiotik Profilaksis
 Bertujuan untuk memperlambat tumbuhnya mikroorganisme
kontaminan sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi luka operasi
 Diberikan untuk prosedur operasi bersih terkontaminasi
 Pastikan antibiotik profilksis diberikan sesuai antibiotika lokal,sesuai
rasi sfesifik.
 Pastikan temperatur tubuh pasien normal

Pencegahan selama operasi di ruang bedah


a. Persiapan daerah operasi
 daerah opersai dibersihkan bertujuan membersihkan / menghilangak
bakteri superfisial dan debris organik.
 Lanjutkan dengan pemberian antimikroba untuk menurunkan flora
reiden kulit
 Cairan antimicroba yang dianjurkan adalahKombinasi alkohol dengan
klorhexidin 0,5% atau iodipors atau povidon iodine 7,5%
 Cairan antimikroba diaplikasikan dngan memutar konsetrat kearah
luardaerah operasi
 Pasien ditutup dengan kain penutup steril kecuali pada daerah operasi
tujuannya untuk melindungi terhadap kontaminasi kontak tidak
langsung.

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


b. Cuci tangan bedah bagi tim yang akan melakukan tindakan pembedahan.
 Cuci tangan bedah bertujuan untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme pada tangan dokter bedah dan petugas bedah lainnya.
 Seluruh petugas kamar operasi diharuskan berkuku bpendek, tidak
direkomendasikan mengenakan cat kuku
 Tidak memakai perhiasan tangan
 Surgical hands crub dilakukan 3 -5 mnt sesuai prosedur
c. Alat pelindung diri (APD)
1. Baju operasi
i. Baju operasi harus steril dan harus dpat melindungi tubuh petugas
kamar operasidari kontaminasi darah dan cairan tubuh
ii. Baju panjang dan kedap air, berpori dn nyaman dipakai.
iii. Baju segera di ganti bila terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
2. Masker Bedah
i. Masker bedah yang terbuat dari bahan sintesis yang sangat efektif
menyaring bakteri.
ii. Harus diikat kuatmenutupi hidung,mulut dan janggut
iii. Masker diganti untuk setiap operasi.
3. Topi Operasi / Tutup kepala
Terbuat dari materialsintesis, haru menutupi seluruh rambut ecara
sempurna
4. Sarung Tangan
i. Sarung tangan yang dipakai steril sekali pakai
ii. Sarung tangan steril dipakai setelah cuci tangan dan sesudah
memakai baju steri
5. Proteksi mata atau wajah
Proteksi mata aatau wajah bertujuan mencegah kontraminasi darah
atau cairan tubuh pada membran mukosa hidung, mulut dan mata.
6. Sepatu
i. Sepatu harus tertutup
ii. Tidak dibenarkan memakai sepatu terbuka.
iii. Kalau risiko tinggi terkena kotraminasi darah atau ciran tubuh,
dianjurkan memakai sepatu antistatic waterproof.
d. Draping

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


i. Bertujuan mencegah transfer mikroorganieke luka operasi
melindungisterilitas instrument, peralatan dan sarung tangan
petugas.
ii. Draping harus kedap cairan tubuh atau darah cairan irigasi.
e. Lama Operasi
i. Lakukan operasi secepat mungkin ssemakin lama operasi risiko
infeksi. Daerah operasi semakin besar.
ii. Keterampilan dan pengalaman operator mempengaruhi IDO.
Pencegahan sesudah Operasi
a. Dressing luka dilakukan oleh petugas yang terlatih
b. Dilakukan setelah 30 menit setelah operasi kecuali dicurigai terdapat
infeksi
c. Lama perawatan :
i. Hindari perawatan lama setelah operasi pulangkan pasien segera
mungkin.
ii. Hindari terlalu banyak pengunjung
iii. Kalau perlu, letakkan pasien pada lingkungan bersih untuk menghindari
kolonisasi bakteri dari pasien terinfeksi
Pembersihan Lingkungan
a. Pembersihan dilakukan segera setelah operasi selesai
b. Penggunaan disinfektan secara rutun tidak perlu dilakukan, kecuali untuk
mendisinfeksi darah dan cairan tubuh.
c. Dinding dan langit - langit dibersihkan
d. Tumpahan cairan tubuh dilantai harus dibersihkan dengan segera
Pencegahan Infeksi Pasien Setelah Pulang
a. Beri penyuluhan pasien untuk menjaga kebersihan diri kususnya, daerah
luka operasi
b. Beri penyuluhan tentang perawatan luka
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi
d. Anjurkan pasien untuk control sesuai waktu yang diajukan.

3. Pencegahan Plebitis
Infeksi Aliran Darah Perifer (Phlebitis). Merupakan infeksi yang timbul dari
pemasangan kateter vena periferyang ditandai dengan adanya tanda-tanda
peradangan pada daerah lokal tertusuk infus. Strategi untuk

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


pencegahan/penanganan infeksi pada tindakan pemasangan kateter vena
perifer, adalah:
a. Menerapkan CDC Standar Precaution Guideline
i. Kewaspadaan standar
 Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, insersi, penggantian alat
dan setiap mengganti IV-dressing.
 Penggunaan APD yang sesuai : Petugas cukup memakai sarung
tangan non steril digunakan pada pemasangan infus perifer untuk
menghindarkan paparan darah saat penusukan.
ii. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
 Airbone Precautions
 Droplet Precautions
 Contact Precautions
b. Persiapan
i. Area kerja bersih, berikan pengalas di bawah bagian tubuh pasien yang
akan di pasang jarum infus.
ii. Lakukan hand hygiene sebelum dan sesudah melakukan prosedur
pemasangan infus vena perifer
iii. Persiapan kulit, Pencukuran dengan clipper bila terdapat rambut lebat di
sekitar lokasi IV yang akan dipasang.
iv. Penjelasan prosedur pemasangan pada pasien.
v. Persiapan pemasangan venous (pemilihan kateter intravena harus lebih
kecil dari lumen pembuluh darah).
vi. Pemasangan kanula pada vena dianjurkan pada ekstremitas atas dan
pada daerah lengan bawah, dikarenakan pemasangan jarum infus
pada daerah metacarpal lebih beresiko untuk terjadi phlebitis
Lakukan Observasi Bila sudah terpasang infus :
i. Cek infus vena perifer ditempat semula masih diperlukan bila tidak
diperlukan segera lepas
ii. Pindahkan infus vena perifer dimnan ada ekstra facation atau inflamasi
iii. Cek balutan infus vena perifertertutup dengan baik
Penggantian infus vena ditempat semula tidak lebih dari 72jam
c. Preparasi
Antisepsi kulit yang tepat. Menurut standards of practice and CDC (2002)
dan The Infusion Society (2000) jenis antisepsi kulit yang bisa dipakai

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


adalah
i. 10% povidone-iodine
ii. 70% isopropyl alcohol
iii. 2% aques clorhexidine gluconate
iv. Proses dilakukan 2 tahap dengan cara memutar keluar dan biarkan
mengering.
d. Penggunaan peralatan yang tepat
Akses intra vaskuler
i. Monitor dan periksa saluran cateter secara teratur
ii. Observasi area tusukan untuk melihat tanda inflasi dan infeksi
Untuk akses intra vaskuler yang lain
i. Ganti selang IV dan alat tambahan lain secara teraturtidak lebih dari
72jam.
ii. Bersihkan port untuk ijjeksi dengan alkohol 70% atau iodophor
sebelum digunakan.
Penggantian derah insersi
i. Vena perifer 72 -96 jam pada dewasa / Tanda pertama plebitis
ii. Pada anak tidak disarankan terlalu sering mengganti kateter vena
perifer keculi ada indikasi klinis
e. Dokumentasi
i. Dokumentasikan setiap pemasangan setiap hari
ii. Memantau kateter setiap hari dan segera lepskan bila ditemukan
tanda infeksi. (hangat, merah, nyeri, bengkak, pengerasan vena)
iii. Kateter intravena segera dilepas apabila sudah tidak ada indikasi
pemasangan.
iv. Dokumentasikan setiap perubahan pada catatan perawatan
v. Pendokumentasian setiap hari menunjukkan assesment terhadap
pemasangan IV telah dilakukan
f. Pemberian obat
1) Ketika pemberian terapi tambahan dan cairan, selalu lihat :
i. Keutuhan kemasan
ii. Tanggal kadaluarsa obat
iii. Bahan partikel
iv. Keretakan pada botol infus kaca

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


v. Memastikan cairan yang akan digunakan dalam kondisi yang
terjamin kesterilannya dan tidak ada partikel dalam cairan.
2) Ketika pemberian injeksi lewat Bolus/flushes
i. Bersihkan port injeksi secara menyeluruh
ii. Jika memungkinkan gunakan jarum tanpa konektor
iii. Pemberian cairan antiboitika dalam sekali penggunaan
g. Edukasi
1) Segera memberitahu perawat bila terasa nyeri pada tempat
pemasangan infuse
2) Tidak dianjurkan meraba/memegang tempat pemasangan infuse.
h. Memantau pelaksanaan Bundles phlebitis
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan kateter infus.
2) Gunakan alat pelindung diri (APD) pada pemasangan dan perawatan
kateter infus.
3) Bersihkan kulit daerah insersi menggunakan antiseptik yang sesuai
sebelum pemasangan kateter infus.
4) Ganti perban bila basah dan hindari sentuhan yang mengkontaminasi
daerah insersi saat mengganti dressing.
5) Optimalisasi pemilihan lokasi kateter infus dengan menghindari
menggunakan vena femoralis untuk akses vena sentral pada pasien
dewasa.
6) Pantau daerah insersi setiap hari.
7) Segera lepas kateter infus jika sudah tidak ada indikasi.

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


BAB IV

DOKUMENTASI
Pemantauan dan pelaporan kepatuhan penerapan Bundles HAIs dilakukan oleh
komite PPI dengan menggunakan formulir pemantauan bundles dan dilaporkan
setiap 6 bulan kepada Kasatkes Seskoal. Pengisian formulir Bundles HAIs dilakukan
oleh petugas.
Tambahkan formulir masing - masing bundle IADP, IDO dan PLEBITIS.

Komite PPI Klinik Satkes Seskoal


Komite PPI Klinik Satkes Seskoal

Anda mungkin juga menyukai