Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem pengontrolan


pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan probabilitas aplikasi
pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan;
mencakup penilaian beberapa aspek penting pengendalian infeksi.
Dalam pemberian terapi intravena tidak bisa lepas dari adanya komplikasi.
Komplikasi yang bisa didapatkan dari pemberian terapi intravena adalah komplikasi
sistemik dan komplikasi lokal. Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi tetapi
seringkali lebih serius dibanding komplikasi lokal seperti kelebihan sirkulat, emboli
udara dan infeksi. Komplikasi lokal dari terapi intravena antara lain infiltrasi,
phlebitis, trombophlebitis, hematoma, dan ekstravasasi.
Beberapa obat mempunyai tingkat komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan obat lain dikarenakan sifat fisika kimia dari obat tersebut.
ICRA adalah suatu proses berkesinambungan yang memiliki fungsi preventif dalam
peningkatan mutu pelayanan. ICRA merupakan kelengkapan penting dalam menyusun
perencanaan, pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan upaya membuat pertimbangan
dari berbagai tahap dan tingkatan risiko infeksi seperti dalam pemberian terapi intravena
dimana hal tersebut tidak bisa terlepas dari adanya komplikasi. Komplikasi yang bisa di
dapatkan dari pemberian terapi intarvena adalah komplikasi sistemik dan komplikasi lokas.
Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi tetapi seringkali lebih serius dibandingkan
komplikasi lokas seperti kelebihan sirkulat , embolisme udara dan infeksi. Komplikasi
lokasl dari terafi intravena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma dan
ektravasasi.
Beberapa obat VAP (Ventilator Associated Pneumonia), IADP (Infeksi Aliran Darah
Primer), Catheter Urinary Tract Infection (CAUTI), dan ILO (Infeksi Luka Operasi) , Infeksi
jarum infus, di RSUD Cengkareng. Melalui ICRA, tahap pengendalian infeksi akan

Panduan Manajemen Resiko PPI 1


berjalan dinamik dan mencapai optimasi terbaik terutama untuk mutu dan keselamatan
pasien.

DEFINISI

ICRA ( INFEKSTION CONTROL RISK ASSESMENT )


Menurut definisi APIC (Association for Professionals In Infection Control and
Epidemiology), ICRA merupakan suatu perencanaan proses dan bernilai penting dalam
menetapkan program dan pengembangan kontrol infeksi.
ICRA didefinisikan sebagai suatu proses yang terdokumentasi dalam pelaksanaan
identifikasi dan pencegahan serta penanggulangan kejadian infeksi di rumah sakit sebagai
upaya untuk mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi diantara pasien staf
profesional kesehatan maupun pengunjung (Lardo et al., 2016).
ICRA merupakan bagian proses perencanaan pencegahan dan kontrol infeksi, sarana
untuk mengembangkan perencanaan, pola bersama menyusun perencanaan, menjaga
fokus surveilans dan aktivitas program lainnya.
ICRA mempunyai tujuan untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada
pasien , petugas dan pengunjung di rumah sakit dengan cara :
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap
a) Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
b) Penularan melalui tindakan / prosedur invasif yang dilakukan baik melalui
peralatan, teknik pemasangan ataupun perawatan terhadap resiko infeksi
(HAIs).
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.

DEFINISI RISIKO
Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian dimasa datang.

MANAJEMEN RISIKO

Panduan Manajemen Resiko PPI 2


Adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko,
dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.

RISK ASSESMENT
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan beraturan, baik
kejadian yang aktual maupun potensial berisiko ataupun kegagalan dan suatu yg rentan
melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan diperbaiki
berdasrakan dampak yang akn di timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu
proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan.
“ Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yang dihadapi,
kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko. “

BAB II

Panduan Manajemen Resiko PPI 3


RUANG LINGKUP

ICRA HAIs bertujuna untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya infeksi nosokomial
di ruamh sakit. Panguan ini memberikan petunjuk pelaksanaan bagi petugas di rumah
sakit umum daerah Cengkareng dalam mengidentifikasi resiko infeksi yang di dapat
pasien saat di rawat di rumah sakit yaitu Infeksi Luka Operasi / Infeksi Daerah Operasi,
Infeksi Aliran Darah Primer / IADP , infeksi jarum infus / Phlebitis , Infeksi Saluran Kencing
/ ISK , VAP (Ventilator Associated Pneumonia).

A) ILO atau INFEKSI LUKA OPERASI


1. Klasifikasi :
a. Operasi Bersih
 Pra bedah tanpa peradangan
 Tidak membuka :
Traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, traktus
orofaring, traktus urinarius, traktus bilier
 Berencana / elektif
b. Operasi Bersih Terkontaminasi
 Membuka : traktus digestivus, traktus bilier, traktus urinarius, traktus
respiratorius s/d orofaring, traktus reproduksi, kevuali ovarium.
 Tanpa perencanaan nyata

2. Batasan ILO
Bila terdapat 2-3 dari keadaan luka tersebut di bawah ini :
1. Suhu lebih dari 38 o C
2. Kemerahan
3. Bengkak
4. Pus
5. Perforasi
6. Abses
7. Biakan kuman positif
8. Fistula

Panduan Manajemen Resiko PPI 4


9. Drainase

B) INFEKSI SALURAN KENCING


Infeksi Saluran Kencing adalah infeksi yang terjadi setelah pemasangan urine
kateter ≥ 2 x 24 jam (48jam)
Seorang penderita dikatakan mendapatkan infeksi saluran kemih bila didapatkan
tanda tanda sebagai berikut :
1. Adanya pemasangan cateter urine
2. Demam lebih dari 38 o C
3. Anyangan -anyangan
4. Nyeri supra pubik
5. Nyeri saat berkemih / BAK
6. Urine Keruh
7. Biakan urine ≥ 10 5 kuman / ml dengan jenis kuman tidak lebih dari 2
8. Leukosit esteraze positif ( ≥ 10 leukosit /ml , ≥ 3 leukosit / LPB )
9. Pewarnaan gram positif
10. Didiagnosa ISK oleh dokter
11. Sebelumnya tidak ISK

C) IADP DAN PLEBITIS


a. Definisi :
Plebitis adalah Infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau
jaringan lain yang di curigai sebagai sumber infeksi.
IADP adalah infeksi aliran darah primer adalah infeksi yang disebabkan
karena ditemukan organisme dari hasil kultur darah semi / kuantitatif
dengan tanda klinis yang jelas serta tidak disertai infeksi yang lain ( tanpa
ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi ) dan /
atau dokter yang merawat menyatakan infeksi.

b. Batasan
Plebitis :
Terdapat 2-3 tanda sebagai berikut ( adanya pemasangan infus, nyeri, merah,
bengkak, pus, suhu ≥ 39 o C , menggigil.

Panduan Manajemen Resiko PPI 5


IADP :
Terdapat kuman patogen 1 x atau lebih pd biakan darah dg salah satu gejala klinis
seperti :
Pada dewasa dan anak > 12 thn
* demam > 38’C
* menggigil
* hipotensi
* oliguri, jumlah urin < 0,5 cc / kg BB / jam

Pada pasien berumur < 1 tahun sedikitnya 1 dari gejala :


* demam > 38’C
* hipotermia < 37’C
* apneu
* bradikardia

D) VAP (VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA)


a. Definisi :
VAP di definisikan sebagai pneumonia nosokomial yang terjadi setelah 48
jam pasien terpasang ventilasi mekanik baik melalui pipa endotrakeal
atau trakeostomi
b. Batasan :
 Demam Suhu > 38 0 C atau < 36 o C
 Sputum purulen Batuk
 dyspnoe atau tachypnoe Suara nafas : ronki
 bronkial X ray : Infiltrat baru, persisten atau progresif
 Laboratorium : Leukosit > 12000/uL atau < 4000/ uL
 Kultur aspirasi trakheal ≥ 10 5 cfu / ml
 Perubahan hasil analisa gas darah (↓ sats, PaO2:FO2 ratio < 240 mmHg,
↑ O2 req
BAB III
KEBIJAKAN

Panduan Manajemen Resiko PPI 6


Seusia dengan SK Direktur no…….( terlampir)

BAB IV
TATA LAKSANA

Panduan Manajemen Resiko PPI 7


Langka dalam menyusun ICRA HAIs di RSUD Cengkareng adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Risiko
Proses manajemen risiko bermula dari identifikasi risiko dan melibatkan:
a. Penghitungan beratnya dampak potensial dan kemungkinan frekuensi
munculnya risiko.
b. Identifikasi aktivitas-aktivitas dan pekerjaan yang menempatkan pasien, tenaga
kesehatan dan pengunjung pada risiko.
c. Identifikasi agen infeksius yang terlibat, dan
d. Identifikasi cara transmisi.
2. Analisa Risiko
Mengapa hal ini terjadi ?
a. Berapa sering hal ini terjadi ?
b. Siapa saja yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut ?
c. Dimana kejadian tersebut terjadi ?
d. Apa dampak yang paling mungkin terjadi jika tindakan yang sesuai tidak
dilakukan ?
e. Berapa besar biaya untuk mencegah kejadian tersebut ?
3. Kontrol Risiko
a. Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan mengeliminasi atau
mengurangi risiko atau mengurangi kemungkinan risiko yang ada menjadi masalah.
b. Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah disetujui pada masalah.
4. Monitoring Resiko
a. Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan.
b. Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan memberikan
umpan balik kepada staf dan manajer terkait.

Dibawah ini ada tabel yang menerangkan cara membuat perkiraan risiko, derajat
keparahan dan frekuensi terjadinya masalah:
Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko dengan

Panduan Manajemen Resiko PPI 8


kategori merah, kuning dan hijau. Pemeringkatan (grading) dalam bentuk table sebagai
berikut:

Tabel Penilaian Probability Frekuensi

TINGKAT RISK DESKRIPSI Frekuensi Kejadian

0 Never Tidak Pernah

1 Rare Jarang (Frekuensi 1 – 2 x / tahun)

2 Maybe Kadang (Frekuensi 3 – 4 x / tahun)

3 likely Agak sering ( Frekuensi 4 – 6 x / tahun)

4 Expect it Sering ( Frekuensi > 6 – 12 x / tahun )

PENILAIAN DAMPAK RESIKO

TK RISK DESKRIPSI DAMPAK


1 Minimal Clinical Tidak ada cedera

2 Moderate Clinical  Cedera ringan, misal luka lecet


 Dapat diatasi dengan P3K

3 Prolonge Length of stay  Cedera sedang, mis : luka robek


 Berkurangnya fungsi motorik /
sensorik/ psikologis atau intelektual
(reversibel) tidak berhubungan
dengan penyakit.
 Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan

4 Temporer loss of Function  Cedera luas / berat, mis : cacat,


lumpuh

Panduan Manajemen Resiko PPI 9


 Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (irreversibel), tidak
berhubungan dengan penyakit

5 Katatropik  Kematian yang tidak berhubungan


dengan perjalanan penyakit.

SISTEM YANG ADA


TK RISK Deskripsi Kegiatan

1 SOLID Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 GOOD Peraturan ada , fasilitas ada , tidak selalu dilaksanakan .

3 FAIR Peraturan ada , fasilitas ada , tidak dilaksanakan

4 POOR Peraturan ada , fasilitas tidak ada, tidak dilaksanakan

5 NONE Tidak ada peraturan

SKOR : Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang


ada

Kajian Risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Panduan Manajemen Resiko PPI 10


BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi dilakukan oleh sekertaris komite PPI, IPCN dan Tim yang direkruitment,
antara lain berupa :

Panduan Manajemen Resiko PPI 11


1. Undangan pertemuan ICRA HAIs
2. Hasil Rapat Tim
3. Hasil data Survailance
4. Hasil Pengkajian Resiko
5. Hasil grading resiko HAIs
6. Rencana tindak lanjut dari grading ICRA HAIs
7. laporan ke Direktur Utama
8. Laporan ke unit terkait

Panduan Manajemen Resiko PPI 12

Anda mungkin juga menyukai