Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

PENGENDALIAN INFEKSI SILANG


“CONTOH KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL”
Dosen Pengajar:
Rasuna Ulfah, S.ST, M.Kes
NIP. 19820821 200312 2002

Program Diploma IV Semester II


Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
ANO AULIA SARI P07125219007
DEA RENANDA PUTRI P07125219008
IRMA APRILIA P07125219017
KHOIRUN NISA P07125219018
LAILATUL MUBAROKAH P07125219019
MUHAMMAD FADHIL AKBAR P07125219022
MUHAMMAD SENDI MORPHIO P07125219023
RAHMAYANI INDAH PRAMESWARI P07125219034
RAUDAH P07125219035
YUNITA MAULIDA P07125219040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019/2020
PENGANTAR

Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi


yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam
berada di tempat tersebut. Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi
menyebabkan infeksi lokal atau sistemik. Contoh penyebab terjadinya infeksi
nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang
menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian
mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya,
apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada
kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya. Ada
beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
nosokomial, yaitu:

1. Pencegahan infeksi dari kateter untuk saluran urin.


2. Kontrol infeksi pada pekerja rumah sakit.
3. Pencegahan infeksi intravaskuler.
4. Isolasi pencegahan di rumah sakit.
5. Pencegahan pneumonia dari rumah sakit.
6. Pencegahan infeksi dari peralatan operasi.

1
ISI
“CONTOH KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL”

Contoh dari infeksi nosokomial adalah pasien tertular infeksi dari staf rumah
sakit atau saat berkunjung ke rumah sakit. Berdasarkan data dari organisasi
kesehatan dunia WHO yang diterbitkan 2016, tercatat ada tujuh kasus dari 100
orang yang masuk rumah sakit, dan 10 kasus dari 100 orang, yang mengalami
infeksi nosokomial.
"Misalnya, seorang pasien stroke dirawat di rumah sakit, maka beberapa hari
kemudian dia terkena infeksi saluran kemih, dia bisa saja terkena infeksi
nosokomial," ujar dokter imunologi dari Universitas Airlangga, Agung Dwi
Wahyu Widodo, kepada Antara, saat mengumumkan hasil penelitian tim
Imunologi Pasca-Sarjana Universitas Airlangga yang melakukan uji zat
aktif dalethyne terhadap mikroba penyebab infeksi nosokomial, di Jakarta pada 9
Agustus 2016.

Infeksi nosokomial di rumah sakit pada umumnya dapat terbagi dalam infeksi
saluran kemih, infeksi luka operasi, infeksi saluran nafas, dan infeksi aliran darah.

1. Infeksi Saluran Kemih


Sebagian besar infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemakaian
kateter indwelling, apalagi bila dipakai untuk waktu lama. Kadang infeksi
saluran kemih dapat menimbulkan bakteremia dan kematian. Bakteri berasal
dari flora usus, baik flora normal (E.coli) atau didapat dari rumah sakit
(Klebsiela multiresisten). Infeksi Saluran Kemih simptomatik memenuhi hal-
hal berikut ini:
 Demam (> 38 º C).
 Polakisuria.
 Disuria.
 Nyeri suprapubik.

2
 Biakan urin porsi tengah (midstream) > 10 5 kuman per ml urin dengan
jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies.
 Leukosituria.

a. Infeksi Saluran Kemih Asimptomatik


Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari
sebelum biakan urin. Ditemukan biakan urine > 10 5 kuman per ml urin
dengan jenis kuman maksimal 2 spesies, tanpa leukosituria. Tanpa gejala-
gejala/keluhan:
 Demam, suhu > 38º C.
 Polakisuria.
 Disuria.
 Nyeri suprapubik.

Pada pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam 7 hari


sebelum dibiakkan pertama dari biakan urine 2x berturut-turut. Ditemukan
tidak lebih 2 jenis kuman yang sama dalam jumlah > 10 5 per ml tanpa
lekosituria. Tanpa gejala/keluhan:

 Demam.
 Polakisuria.
 Disuria.
 Nyeri suprapubik.

Tindakan pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih:


 Batasi lama kateter.
 Teknik aseptik waktu insersi.
 Pemeliharaan drainase tertutup.

2. Infeksi Luka Operasi

3
Insiden infeksi luka operasi bervariasi bergantung kepada tipe operasi dan
penyakit yang mendasarinya. Infeksi nosokomial biasanya didapat selama
operasi itu sendiri, baik eksogenous (misal: dari udara, alat medis, staf
operator dan lain-lain) atau endogenous dari flora pada kulit atau tempat tubuh
dilakukannya operasi, meski jarang dapat pula dari darah yang diberikan
selama operasi. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi nosokomial
bervariasi, bergantung kepada tipe dan luka operasi, serta antimikrobial yang
diterima pasien. Infeksi luka operasi terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
a. Luka operasi superfacial.
b. Luka operasi profunda.

Tindakan pencegahan infeksi nosokomial infeksi luka operasi:


 Lingkungan operasi bersih.
 Pakaian staf.
 Membatasi lama perawatan preoperatif di rumah sakit.
 Profilaksi antibiotik optimal.
 Praktik aseptik di kamar operasi.
 Surveilans luka operasi.

3. Infeksi Saluran Napas


Nosokomial pneumonia paling sering terjadi pada pasien dengan ventilator
di PICU (angka infeksi pneumonia 3%/hari). Case Fatality Rate-nya tinggi,
lebih dari 50% untuk beberapa mikroorganisme. Diagnosis nosokomial
pneumonia itu sukar dan kebanyakan mengandalkan pada gejala klinis seperti
panas, batuk dan timbulnya sputum purulen, dikombinasikan dengan:
 Bukti radiologis adanya infiltrat paru baru atau progresif.
 Biakan sputum.
 Aspirat trakea.
 Cairan pleura.
 Darah

4
Pneumonia harus memenuhi kriteria:
 Pada pemeriksaan fisik terdapat sesak nafas, ronki basah halus.
 Pemeriksaan rontgen foto dada didapatkan infiltrat, konsolidasi.
 Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea.
 Cuci bronkus atau biopsi.

Tindakan pencegahan infeksi nosokomial saluran nafas berhubungan


degan ventilator:
 Intubasi dan penghisapan aseptik.
 Batasi lama pemakaian.
 Ventilasi non invasif
Lain-lain:
 Kebijakan isolasi.
 Air steril untuk O2 dan terapi aerosol.

4. Infeksi Aliran Darah


Infeksi nosokomial adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada
organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Nosokomial
aliran darah dibagi menjadi:
a. Infeksi Aliran Darah Primer
Terjadi tanpa fokus yang dapat dikenal dengan organisme yang
sama pada tempat anatomis lain pada saat hasil kultur darah positif.
b. Infeksi Aliran Darah Sekunder
Timbul sesudah diketahui infeksi dengan mikroorganisme di
tempat lain di tubuh.

Tindakan pencegahan infeksi nosokomial aliran darah:


 Semua kateter:
o Sistem tertutup.
o Batasi lama pemakaian.

5
o Preparasi kulit lokal.
o Teknik aseptik waktu insersi.

 Central lines:
o Surgical asepsis untuk insersi.
o Batasi frekuensi pertukaran pembalut.
o Kateter dilapisi antibiotik untuk jangka pendek.

6
SUMBER

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_nosokomial
2. http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/TI03_Infeksi-
Noso-Q.pdf
3. https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/waspadai-infeksi-nosokomial-yang-
terjangkit-di-rumah-sakit

7
8

Anda mungkin juga menyukai