Anda di halaman 1dari 5

Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan menjadi tempat berkumpulnya orang sakit maupun

orang sehat. Hal ini memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi
semua orang dalam rumah sakit, baik tenaga medis hingga pengunjung. Salah satu infeksi yang dapat
terjadi di lingkungan kesehatan terutama rumah sakit, adalah infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial adalah salah satu penyakit menular yang didapatkan dari fasilitas pelayanan
kesehatan atau ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial tidak dapat langsung
disadari ketika masuk, melainkan memerlukan waktu setidaknya 48 jam untuk berkembang dan
memunculkan gejala.

Beberapa bentuk penyakit akibat infeksi nosokomial diantaranya adalah:

1. infeksi aliran darah


2. pneumonia
3. infeksi saluran kemih (ISK)
4. infeksi luka operasi (ILO)

Infeksi nosokomial juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit serius seperti sepsis bahkan
kematian. Infeksi nosokomial merupakan tantangan serius bagi para tenaga medis di seluruh dunia
dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Gejala Infeksi Nosokomial

Gejala yang dirasakan penderita infeksi nosokomial dapat bervariasi karena menyesuaikan dengan
penyakit infeksi yang terjadi.

Berikut beberapa jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi disertai gejala:

1. infeksi aliran darah, dengan gejala:


- demam
- menggigil
- tekanan darah menurun
- infeksi akibat pemasangan infus menyebabkan nyeri atau mengalami pembengkakan di
sekitar tempat pemasangan
2. pneumonia, dengan gejala:
- demam
- sesak napas
- batuk berdahak
3. infeksi luka operasi, dengan gejala:
- demam
- kemerahan pada luka
- luka terasa nyeri
- luka mengeluarkan nanah
4. infeksi saluran kemih, dengan gejala
- demam
- sakit saat buang air kecil
- sulit buang air kecil
- perut bagian bawah atau punggung terasa sakit
- muncul darah pada urine
Di samping itu, terdapat beberapa gejala umum yang dirasakan penderita infeksi nosokomial, yakni:

 demam
 muncul ruam di kulit
 sesak napas
 denyut nadi cepat
 lemas
 sakit kepala
 mual atau muntah

Penyebab dan Hal yang Tingkatkan Risiko Infeksi Nosokomial

Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

Namun, studi pada 2015 di Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine , mengungkapkan
bahwa sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri. Studi tersebut juga menemukan bahwa
banyak orang telah mengalami pelemahan sistem kekebalan tubuh, selama menjalani rawat
inap di rumah sakit. Hal inilah yang membuat mereka lebih rentan untuk tertular infeksi.

Merangkum dari Healthline, beberapa bakteri berikut ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial:

1. Staphylococcus aureus (S. aureus), menyebabkan infeksi pada aliran darah


2. Escherichia coli (E.coli), menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK)
3. Enterococcus, infeksi dapat terjadi di darah, ISK, dan luka
4. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) , infeksi dapat terjadi di ginjal, ISK, dan pernapasan

Infeksi nosokomial akibat bakteri dapat terjadi pada pasien yang sedang menjalani perawatan di
rumah sakit atau pasien dengan imunitas tubuh yang lemah. Penularan infeksi nosokomial dapat
terjadi melalui udara, air, atau kontak langsung dengan pasien rumah sakit.

Bakteri, jamur, virus, dan parasit dapat menyebar melalui sentuhan tangan dan peralatan medis yang
menyentuh bagian tubuh. Termasuk tangan yang tidak bersih, dari peralatan medis
seperti kateter, mesin pernapasan, dan peralatan rumah sakit lainnya.

Kasus infeksi nosokomial juga bisa meningkat ketika ada penggunaan antibiotik yang
berlebihan dan tidak tepat. Hal ini dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten atau kebal
terhadap beberapa antibiotik.

Lantas, siapa yang lebih berisiko terkena infeksi nosokomial? Sebenarnya, siapa pun yang
dirawat di fasilitas kesehatan berisiko tertular infeksi ini.

Namun, untuk beberapa jenis bakteri, risiko mungkin juga bergantung pada:
 Teman sekamar di rumah sakit
 Usia, terutama jika berusia lebih dari 70 tahun
 Sudah berapa lama menggunakan antibiotik
 Pemasangan kateter urine
 Perawatan ICU yang lama
 Mengalami koma
 Pernah mengalami syok
 Sistem kekebalan tubuh terganggu

Risiko untuk tertular infeksi nosokomial di ICU anak adalah 6,1-29,6%. Hal ini diungkapkan
dalam studi pada 2012 yang diterbitkan di Ethiopian Journal of Health Science. Studi
tersebut juga menemukan bahwa hampir 11% dari sekitar 300 orang yang menjalani operasi,
mengalami infeksi nosokomial. Area yang terkontaminasi dapat meningkatkan risiko infeksi
ini hingga hampir 10%.

Bagaimana Penanganan untuk Infeksi Nosokomial?

Infeksi nosokomial biasanya didiagnosis dengan pemeriksaan fisik, yaitu melihat gejala yang
dialami. Peradangan dan/atau ruam kulit juga bisa menjadi indikasi. Infeksi yang dialami
sebelum menjalani perawatan di rumah sakit biasanya tidak dihitung sebagai infeksi
nosokomial. Namun, kita sebaiknya tetap memberi tahu dokter jika ada gejala baru yang
muncul selama pengobatan di rumah sakit. Kemudian, untuk memastikan diagnosis atau jenis
infeksi yang dialami, dokter biasanya akan melakukan tes darah dan tes urine.

Setelah diketahui jenis infeksi yang dialami, barulah pengobatan akan dilakukan. Pengobatan
untuk infeksi nosokomial biasanya tergantung pada jenis infeksi yang dialami. Dokter
kemungkinan akan merekomendasikan antibiotik dan tirah baring atau  bed rest. Perangkat
asing seperti kateter yang terpasang di tubuh juga akan dilepas segera setelah terjadi infeksi.
Selain dengan pengobatan medis, dokter juga biasanya menganjurkan diet sehat dan minum
air putih yang cukup. Hal ini untuk membantu percepatan pemulihan infeksi.

Deteksi dini dan pengobatan sangat penting untuk infeksi nosokomial. Banyak orang dapat
sembuh total dengan pengobatan. Namun, biasanya infeksi ini dapat membuat seseorang
menghabiskan waktu 2,5 kali lebih lama di rumah sakit. Pada beberapa kasus, infeksi
nosokomial juga bisa menjadi serius dan mengancam jiwa. Namun, risiko tersebut bisa
diminimalisir dengan deteksi dini dan pengobatan.

Jadi, saat menjalani pengobatan di rumah sakit, segera bilang pada dokter jika mengalami
gejala baru yang belum ada sebelumnya, ya.
Cara Mencegah Infeksi Nosokomial

Sebenarnya, tanggung jawab pencegahan infeksi nosokomial ada pada fasilitas kesehatan.
Rumah sakit dan petugas medis harus mengikuti pedoman yang direkomendasikan untuk
sterilisasi dan disinfeksi. Namun, karena memang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang
sakit, tidak mungkin untuk menghilangkan sepenuhnya risiko infeksi nosokomial.

Bagi pihak rumah sakit, juga orang yang mendampingi pasien, beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk menimimalisir risiko infeksi nosokomial adalah:

 Melakukan pengecekan ICU untuk melihat apakah orang dengan infeksi ini perlu
diisolasi
 Mengidentifikasi jenis isolasi yang diperlukan yang dapat membantu melindungi
orang lain atau mengurangi kemungkinan infeksi lebih lanjut
 Memerhatikan kebersihan tangan, dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh orang di rumah sakit
 Mengenakan perlengkapan yang sesuai, termasuk sarung tangan, gaun pelindung, dan
pelindung wajah
 Membersihkan permukaan benda dan peralatan dengan benar
 Memastikan ruangan berventilasi baik

Untuk mengurangi risiko infeksi saluran kemih, kita dan penyedia layanan kesehatan dapat
melakukan upaya seperti:

 Melakukan upaya untuk meminimalkan kontaminasi kuman penyebab penyakit


 Memasukkan kateter hanya bila diperlukan, dan lepaskan bila tidak diperlukan lagi
 Mengganti kateter hanya jika ada indikasi medis
 Pastikan kateter urine terpasang di atas paha dan tergantung di bawah kandung kemih
agar aliran urine tidak terhalang

Adanya gejala peradangan baru, keputihan, atau diare bisa menjadi tanda infeksi nosokomial.
Semakin cepat infeksi ini dideteksi dan ditangani maka semakin baik. Untuk mencegah
infeksi ini, penting untuk bekerja sama dengan dokter dalam prosedur pengobatan selama di
rumah sakit.
Ikuti protokol kesehatan dan saran kebersihan yang dianjurkan, serta jangan ragu bertanya
tentang risiko masalah apapun dari prosedur perawatan yang dijalani, ya

Anda mungkin juga menyukai