Anda di halaman 1dari 56

TUGAS INDIVIDUAL

ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

DOSEN PENGAMPU:

Supadi, Skep., Ns., Mkep. Sp. MB

DISUSUN OLEH:

Faradila Zahro Ananto

( P1337420620035)

KELAS : 2A3 REGULER

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


TAHUN 2021

ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernapasan Akut / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini
terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk
dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan
stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol
selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020
tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya
diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). COVID-19
termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik, dan
berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetic sangat berbeda dari virus SARS-
CoV dan MERS-CoV. Homologi antara COVID- 19 dan memiliki karakteristik
DNA coronavirus pada kelelawar-SARS yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%.
Ketika dikultur pada vitro, COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel
pernapasan manusia setelah 96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan
mengkultur vero E6 dan Huh- 7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-
paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena virus
mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar
tipe II paru- paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang
disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang (Letko et al,
2020).
Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, d an
δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah diketahui
menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERSr CoV), severe acute respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr
CoV) dan novel coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia
ringan dan bahkan , serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan (secara
efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh karena itu,
cairan pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan
untuk digunakan dalam wabah ini (Safrizal dkk, 2020).

2. Etiologi

Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona 2019
(yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19 didasarkan pada
pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari
penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus
tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian
definisi baru ditambahkan dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b,
dengan envelope, bentuk bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter
60-140 nm.
Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr- CoV.
Homologi antara nCoV2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%. Ketika dikultur
in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah
96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6 hari untuk mengisolasi dan
membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“, serta ”corona virus sensitif
terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk, 2020). CoV adalah virus RNA positif
dengan penampilan seperti mahkota di bawah mikroskop elektron (corona adalah
istilah latin untuk mahkota) karena adanya lonjakan glikoprotein pada amplop.
Subfamili Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales)
digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),
Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan
Gammacoronavirus (deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV membelah menjadi
lima sub- genera atau garis keturunan10.
Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan
tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung
tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs. Anggota keluarga
besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, enterik, hati, dan
neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi, kucing, dan
kelelawar (Safrizal dkk, 2020). Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang
mampu menginfeksi manusia telah diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi
pada pertengahan 1960-an, sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium
baru.
Dalam istilah genetik, Chan et al. telah membuktikan bahwa genom HCoV
baru, yang diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal. Setelah
mengunjungi Wuhan diketahui memiliki 89% identitas nukleotida dengan
kelelawar SARS seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia SARS- CoV11.
Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2. Genom RNA untai
tunggal-nya mengandung 29891 nukleotida, yang mengkode 9860 asam amino.
Meskipun asalnya tidak sepenuhnya dipahami, analisis genom ini menunjukkan
bahwa SARS-CoV-2 mungkin berevolusi dari strain yang ditemukan pada
kelelawar.
Namun, potensi mamalia yang memperkuat, perantara antara kelelawar dan
manusia, belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli bisa secara langsung
memicu virulensi terhadap manusia, maka tidak dipastikan bahwa perantara ini
ada (Safrizal dkk, 2020).

3. Karakteristik Epidemiologi
Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemiologi meliputi
a. Orang dalam pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memiliki riwayat
demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang memiliki
riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam pemantauan.
b. Pasien dalam pengawasan
1) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yang
terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19
dan seseorang yang mengalami gejala- gejala, antara lain: demam
(>38°C); batuk, pilek, dan radang tenggorokan, pneumonia ringan hingga
berdasarkan gejala klinis dan/atau gambaran radiologis; serta pasien
dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena
gejala dan tanda menjadi tidak jelas.
2) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau ISPA
ringan sampai dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memiliki
salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
COVID-19, bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19, memiliki riwayat
perjalanan ke wilayah endemik, memiliki sejarah kontak dengan orang
yang memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke wilayah
endemik.

4. Mekanisme Penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan
melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi
sehingga penularan akan semakin mudah (Safrizal dkk, 2020).

5. Manifestasi Klinis
Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat
ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya
akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap
sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek,
pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang terjadi pada kasus yang parah,
dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset
penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom
gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi
dan disfungsi perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll.
Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam
sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya
hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi
pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar pasien memiliki
prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan penyakit kronis yang
mendasari biasanya memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan gejala
yang relatif ringan sering terjadi pada anak-anak. Beberapa gejala yang mungkin
terjadi, antara lain :
a. Penyakit Sederhana (ringan)
Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran
pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau malaise.
Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea, tidak ada.
Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-pernapasan
seperti diare sulit ditemukan.
b. Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada anak-
anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia .
c. Pneumonia Parah
Demam berhubungan dengan dispnea , gangguan pernapasan, takipnea (> 30
napas / menit), dan hipoksia (SpO2<90%) pada udara kamar). Namun, gejala
demam harus ditafsirkan dengan hatihati karena bahkan dalam bentuk penyakit
yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak ada. Sianosis dapat terjadi pada
anak-anak. Dalam definisi ini, diagnosis adalah klinis, dan pencitraan
radiologis digunakan untuk mengecualikan komplikasi.
d. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)
Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini menunjukkan
kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau memburuknya gambaran
pernapasan yang sudah diidentifikasi. Berbagai bentuk ARDS dibedakan
berdasarkan derajat hipoksia.

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Anamnesis
a. Gejala klinis
b. Riwayat perjalanan
c. Riwayat kontak dengan penderita COVID-19
d. Riwayat bekerja / berkunjung di area terjangkit COVID-19
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
a. Foto toraks (gambaran pneumonia)
b. CT scan toraks (gambaran opasitas ground-glass)
c. RT-PCR (swab tenggorok / sputum / aspirat saluran napas bawah)
d. Darah perifer lengkap (leukopenia / normal / limfopenia)
e. Kimia darah (fungsi hepar, fungsi ginjal, prokalsitonin, asam laktat, dll.)
7. Tatalaksanaan
1) Tanpa Gejala
Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki gejala
harus melakukan karantina mandiri di rumah selama maksimal 14 hari sejak
kontak terakhir dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19
a. Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
b. Vitamin C dengan pilihan ;
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari),
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
c. Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
d. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
e. Khusus petugas Kesehatan yang kontak erat, segera dilakukan
pemeriksaan RT-PCR sejak kasus dinyatakan sebagai kasus probable
atau konfirmasi sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Revisi ke-5, Kementerian
Kesehatan RI Hal 86.

2) Derajat Sedang, Berat , Kritis

a. Isolasi dan Pemantauan


- Rawat di Rumah Sakit /Rumah Sakit Rujukan sampai memenuhi kriteria
untuk dipulangkan dari Rumah Sakit
- Dilakukan isolasi di Rumah Sakit sejak seseorang dinyatakan sebagai
kasus suspek. Isolasi dapat dihentikan apabila telah memenuhi kriteria
sembuh.
- Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring hari 1 dan 2 dengan
selang waktu > 24 jam sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Hal 86.
- Pikirkan kemungkinan diagnosis lain.

b. Non Farmakologis
-Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen
-Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan
8. Pencegahan
Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan penularan
COVID-19 meliputi :
a. Sering-Sering Mencuci Tangan
Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Mencuci
tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir efektif
membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona. Pentingnya
menjaga kebersihan tangan membuat memiliki risiko rendah terjangkit
berbagai penyakit.
b. Hindari Menyentuh Area Wajah
Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah, seperti
mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh oleh tangan,
sadar atau tanpa disadari. Sangat penting menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan
orang lain.
c. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan
Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah
penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah cara
terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus Corona.
d. Jangan Berbagi Barang
Pribadi Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari.
Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone, dan sisir.
Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah terinfeksi virus
Corona.
e. Etika ketika Bersin dan Batuk
Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika bersin
dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di sekitar tidak
terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu ketika menutup
mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih
menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang
tertinggal di tangan.
f. Bersihkan Perabotan di Rumah
Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan tempat
tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih perabotan yang
ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan rumah yang rentan
tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun,
secara teratur. Bisa membuat cairan disinfektan buatan sendiri di rumah
menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan perabotan rumah cukup
dua kali sehari.
g. Jaga Jarak Sosial
Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif adalah
jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak fisik
atau physical distancing. Dengan menerapkan physical distancing ketika
beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu
langkah mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan orang lain
sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di tempat umum, di
rumah pun juga bisa diterapkan.
h. Hindari Berkumpul dalam Jumlah banyak
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia
telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas keramaian selama
pandemik virus Corona. Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan,
gedung olah raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak
tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah penyebaran virus
Corona. Virus Corona dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga
udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah
agar pandemik virus Corona cepat berlalu.
i. Mencuci Bahan Makanan
Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting dilakukan.
Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan sayursayuran
menggunakan larutan hidrogen peroksida atau cuka putih yang aman untuk
makanan. Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan makanan tetap segar
ketika ingin dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan yang
digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang mampu
mengatasi bakteri yang ada dibahan makanan.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Biodata Pasien

1) Identitas Klien

Nama : Tn.R
Jenis kelamin : Laki- Laki
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta

53
Alamat : Jl. Mangkurawang Tanggal masuk RS
: 08 Februari 2021 Tanggal Pengkajian
: 11 Februari 2021 No Register :
08.11.90.XX
Diagnosa Medis : Pneumonia et causa post covid-19

2) Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak napas

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sesak napas dan lemas. Pasien mulai

merasa tidak enak badan sejak seminggu yang lalu sebelum

masuk RS. Pasien merasa dadanya terasa sesak, kepala pusing,

dan tidak bisa mencium aroma.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat positive covid-19.

Pada bulan desember 2021.

5) Riwayat keperwatan berdasarkan pola kesehatan fungsional

(a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Pasien mengatakan biasanya sakit batuk pilek, dan

sembuh setelah minum obat.

(b) Pola metabolik nutrisi

Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Kadang merasa

mual. Makan 3x setengah porsi dan minum 1 botol air (600

cc) dalam sehari . Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.


(c) Pola eliminasi

Pasien mengatakan BAK spontan 5-6 x/hari. Berwarna

kuning. Bau khas amonia. BAB 1x/hari. Konsistensi lunak.

(d) Pola tidur-istirahat

Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak nafas dan

pusing. Tidur dalam sehari 8 jam. Dan sering terbangun.

(e) Pola aktivitas-latihan

Pasien mengatakan badannya lemas. Mudah lelah saat

beraktivitas dan nafasnya terasa sesak.

(f) Pola kognitif-persepsi

Pasien tidak ada masalah pada ingatannya.

(g) Pola persepsi diri-konsep diri

Pasien kooperatif. Kadang tampak murung.

(h) Pola peran hubungan

Pasien mengatakan ingin betemu dan kembali berkumpul

dengan anak dan istrinya. Pasien sangat menyayangi

keluarganya.

(i) Pola toleransi stress-koping

Pasien mengatakan menghadapi rasa stress dengan

berdoa.

(j) Pola nilai-kepercayaan

Pasien mengatakan penyakitnya terjadi karena cobaan

dari Allah SWT. Pasien sering beribadah selama dirawat di


rumah sakit.

4) Pemeriksaan Fisik

e) Inspeksi

Keadaan pasien composmentis. GCS (E4V6M5). Wajah

terlihat pucat, gelisah, lemas, sesak nafas. Pernafasan cuping

hidung, bentuk dada simetri, irama nafas terarur, pola nafas

dipsnea, terdapat otot bantu pernafasan. Terpasang IVFD dan

oksigen NRM (10 lt/menit)

f) Palpasi

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/110 mmHg, RR

: 40 x/menit, N : 115 x/menit, T : 37.8◦C, SPO2 : 86 %. Denyut

nadi teraba kuat dan cepat, turgor kulit baik.

g) Perkusi

Tidak ada pembesaran hepar, lien, dan ginjal. Batas Jantung

: Batas atas : ICS ke 3 linea parasternal kanan sampai ICS ke 3

linea parasternal kiri, bawah : ICS ke 5 linea parasternal kanan

sampai ICS ke 5 lineaaxilaris anterior kiri, kanan : ICS 3 sampai

5, kiri : ICS Ke 3 sampai ICS Ke 5 anterior kiri

h) Auslkutasi

Suara nafas ronchi basah. BJ1 dan BJ2 normal (lup dup).
5) Pemeriksaan Penunjang

(a) Pemeriksaan laboratorium

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

HASIL PEMERIKSAAN
JENIS
TGL . TGL TGL TGL .. TGL
N PEMERIKSA … … … NILAI
O AN .. NORMAL
08/01/
21

1 Leukosit 16.8 5.0-10.3


0 10^3 dl

2 Eritrosit 4.93 4.5-5.6 g/dl

3 Hemoglobin 13.6 14-16.9 g/dl

4 Hemotokrit 40.2 45-55%

5 Trombosit 490 150-450


10^3 µl

6 PC0 43,5 35-45 mmol


2

7 P02 125 80-100


mmol

8 pH 7.4 7.37-7.45

(b) Pemeriksaan Foto Thorax Hasil : Tgl. 08/01/21

Kesan : Pneumonia sinistra lobussuperior segment apical

posterior.
2. Analisa
Data

Masalah
Data Fokus Etiologi
Keperawata
n
Data Subjektif : Virus Covid-19
Tn. R mengatakan sesak Bersihan Jalan
nafas Terpapar Nafas Tidak Efektif
orang/benda yang
Data objektif : positif Covid-19 (D.0001)
- Pasien tampak gelisah
- Pernafasan cepat dangkal Masuk melalui
- Suara nafas ronchi basah udara ke saluran
- Batuk tidak efektif nafas
- RR : 24 x/menit
Masuk ke dalam
paru- paru

Bronkus/bronkeolud
dan alveolus

Menggangu kerja
makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi
sekret meningkat

Akumulasi sekret

Obstruksi saluran
nafas

Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif
Data Subjektif : Virus Covid-19 Gangguan
Tn. R mengatakan sesak Pertukaran Gas
nafas dan pusing Terpapar
Data objektif : orang/benda yang
(D.0003)
- Pasien tampak gelisah positif Covid-19
- Suara nafas Ronchi basah
Masuk melalui
udara ke saluran
nafas
- Pernafasan cuping hidung
- Irama nafas cepat dangkal Masuk ke dalam
- Nadi : 96 x/menit, paru- paru
- RR : 24 x/menit,
- PC02 : 43,5 mg/dl Bronkus/bronkeolud
- P02 : 125 m/dl dan alveolus
- SPO2 : 87%
Menggangu kerja
makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi
sekret
meningkat

Difusi gas O2 dan


CO2 terganggu

Kapasitas
tranportasi
O2 menurun

Gangguan
Pertukaran Gas

Data Subjektif : Virus Covid-19 Intoleransi


Tn. R mengatakan mudah
lelah, badan terasa lemas Terpapar Aktivitas
dan apabila beraktivitas orang/benda yang
nafasnya positif Covid-19 (D.0056)
terasa sesak
Masuk melalui
udara ke saluran
Data objektif :
nafas
- TD meningkat
saat beraktivitas Masuk ke dalam
- TD : 130/80 mmHg
paru- paru
(sebelum) 140/90 mmHg
(sesudah) Bronkus/bronkeolud
- Nadi : 96 x/menit, dan alveolus
(sebelum) 100 x/menit,
(sesudah)
- RR : 24 x/menit, Menggangu kerja
(sebelum) 26 x/menit makrofag
(sesudah)
Peradangan
Peningkatan
prostagladin

Peningkatan
penggunaan
energi

Keletihan/kelelahan

Intoleransi
Aktivitas

3. Diagnosa Diagnosa Keperawatan


Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
(D.0001)
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
2.
Intoleransi aktivitas (D.0056)
3.
4. Intervensi Keperawatan

Rencana
No Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Tujuan: Manajemen Jalan Nafas
(I.01011)
Di buktikan dengan : Setelah dilakukan
Observasi
intervensi  Monitor pola nafas
Gejala dan Tanda keperawatan selama  Monitor bunyi nafas
.......................  Monitor sputum
Mayor Subjektif:
bersihan
Mengeluh sesak nafas jalan nafas Terapeutik
meningkat dengan  Pertahankan kepatenan jalan
Objektif: kriteria hasil : nafas dengan headtill chin lift
 Posisikan semifowler atau
1. Produksi fowler
- Batuk tidak efektifatau sputum menurun  Berikan minum hangat
mampu batuk 2. Mengi menurun  Lakukan fisioterapi dada
- Sputum berlebih/obstruksi 3. Whezing menurun  Lakukan penghisapan lendir
jalan nafas 4. Dipsnea menurun kurang dari 15 detik
- Mengi, Wheezing, atau 5. Saturasi  Berikan oksigen, jika perlu
ronchi kering Oksigen membaik
6. Pola nafas membaik Edukasi
 Anjurkan asupan 2000 ml/hari
Gejala dan Tanda  Ajarkan batuk efektif

Minor Subjektif: Kolaborasi


 Kolaborasi
Tidak tersedia pemberian bronkodilator

Objektif:

- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Saturasi Oksigen berubah
- Pola nafas berubah
Rencana
No Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan
Intervensi
Kriteria
IdentifikasiHas
il
2. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Pemantauan respirasi (I.1014)
(D.0003)
Observasi:
Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan  Monitor frekuensi, irama,
intervensi  kedalamam, dan upaya nafas
Gejala dan Tanda keperawatan selama  Monitor kemampuan
............................. baruk Efektif
Mayor Subjektif:  Monitor pola nafas
maka
 Monitor adanya sputum
Dipsnea gangguan pertukaran
 Monitor adanya sumbatan
gas meningkat dengan
jalan nafas
Objektif : kriteria hasil :  Auskultasi suara nafas
- Pco2 meningkat/menurun 1. Dipsnea menurun  Monitor saturasi oksigen
- Po2 menurun 2. Bunyi nafas
 Monitor AGD
- Takikardi tambahan menurun
3. Pusing menurun
- bunyi nafas Terapeutik:
4. Pengelihatan
tambahan Gejala dan kabur menurun
 Atur interval
pemantauan dan
Tanda Minor prosedur pemantauan
 Dokumentasi hasil pemantauan
Subjektif:
Edukasi
- Pusing  Jelaskan tujuan dan
- Pengelihatan kabur prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
Objektif :
- sianosis
- gelisah
- nafas cuping hidung
- pola nafas abnormal
- kesadaran menurun
Rencana
No Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Interven
Hasil si
3 Intoleransi aktivitas (D.0056) Tujuan: Manajemen Energi

Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan (I.05178) Observasi:


intervensi
Gejala dan Tanda keperawatan selama  Identifikasi gangguan fungsi
............................. tubuh yang mengakibatkan
Mayor Subjektif: kelelahan
maka
 Monitor pola dan jam tidur
Mengeluh lelah toleransi
 Monitor kelelahan
fisik dan emosional
Objektif : aktivitas meningkat
- Frekunsi jantung dengan kriteria hasil :
1. Kemudahan Edukasi
meningkat Gejala dan dalam melakukan
aktivitas sehari-  Anjurkan tirah baring
Tanda Minor Subjektif: hari Meningkat  Anjurkan melakukan
2. Kekuatan tubuh aktivitas secara bertahap
- Dipsnea saat aktivitas bagian atas dan
- Merasa lemas bawahMeningka Terapeutik:
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas menurun
Objektif : - Sediakan lingkungan
- Tekanan darah berubah nyaman dan rendah
stimulus
(>20%) darikondisi
- Lakukan latihan rentang
istirahat
gerak pasif dan/atau aktif
- Gambaran EKG
- Berikan aktivitas distraksi
- Sianosis
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Terapi Relaksasi
(I.09326) Observasi
 Identifikasi perubahan
tingkat energi
 Periksa nadi, TD, dan
Suhu sebelum dan sesudah
latihan
 Monitor respon terhadap
relaksasi

Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
 Gunakan nada suara yang
lembut dengan irama lambat
dan berirama

Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat,
dan jenis relaksasi yg
tersedia (nafas dalam dan
humming)
 Jelaskan secara rinci
intervensi yg dipilih
 Anjurkan mengambil posisi
yg nyaman
 Anjurkan rileks
 Anjurkan sering mengulangi
teknik
 Demontrasikan dan latih
teknik relaksasi
5. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. 11-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau nafasnya masih sesak
keperawatan fowler O:
(D.0001)
selama 5 x 15 menit - SPO2 : 87%
diharapkan - RR: 40 x/mnt
bersihan jalan nafas - Irama nafas cepat
dangkal
meningkat dengan
- Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil :
A : Masalah bersihan jalan
1. Produksi sputum
nafas belum teratasi
menurun
P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun
- Atur posisi pasien
3. Whezing
semifowler atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun
5. Saturasi
Oksigen
membaik
6. Pola
nafas membaik
2. Gangguan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih
Pertukaran Setelah  Melakukan monitoring frekuensi, agak pusing
Gas irama, kedalamam, dan upaya nafas O:
dilakukan  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 87%
(D.0003)  Melakukan monitoring AGD - RR: 40 x/mnt
intervensi
keperawatan - PCO2 : 43,5 mg/dl
selama - PO2 : 125 m/dl
5 x 15 menit - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan A : Masalah Gangguan Pertukaran

gangguan Gas belum teratasi

pertukaran P : Lanjutkan intervensi


- Melakukan monitoring

gas meningkat frekuensi, irama,

dengan kriteria kedalamam, dan upaya

hasil : nafas

1. Dipsnea
menuru
n
2. Bunyi
nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan - Melakukan
kabur monitoring saturasi
3. Intoleransi menurun Manajemen Energi oksigen
aktivitas (I.05178) Terapi Relaksasi
(D.0056) Setelah S:
(I.09326)
- Pasien mengatakan sudah
- Memberikan aktivitas distraksi yang
dilakukan paham terapi kombinasi
menenangkan (kombinasi deep breathing
intervensi deep breathing dan
dan humming)
keperawatan humming.
- Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh
selama - Pasien mengatakan
yang mengakibatkan kelelahan
5 x 15 tubuhnya mudah lelah saat
- Monitoring kelelahan fisik dan emosional
menit beraktivitas dan mudah
- Menganjurkan tirah baring
diharapkan sesak nafas
- Menganjurkan melakukan aktivitas
Intoleransi O:
secara bertahap
aktivitas - Pasien tampak lemas
- Menjelaskan tujuan, manfaat,
meningkat - Irama nafas cepat dangkal
terapi kombinasi deep breathing dan
dengan kriteria A : Masalah Intoleransi aktivitas
humming
hasil : belum teratasi
- Menjelaskan langkah-langkah
1. Kemudahan P : Lanjutkan intervensi
terapi kombinasi deep breathing dan
dalam - Monitoring kelelahan
humming
melakukan fisik dan emosional
- Menganjurkan pasien mengambil posisi
aktivitas sehari- - Menganjurkan tirah baring
yg nyaman
hari Meningkat
- Menganjurkan klien rileks
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningk
at
3. Keluhan
lelah
menurun
4. Dispnea saat - Menganjurkan klien sering - Menganjurkan
aktivitas mengulangi teknik melakukan aktivitas
menurun - Mendemontrasikan dan latih teknik secara bertahap
relaksasi
- Menganjurkan klien rileks
- Menganjurkan klien sering
mengulangi teknik

1. 12-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya
Nafas Tidak intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau masih sesak
Efektif keperawatan fowler O:
selama 5 x 15 - SPO2 : 91%
(D.0001) - RR: 37 x/mnt
menit diharapkan
bersihan jalan - Irama nafas cepat dangkal
nafas meningkat - Suara nafas ronchi basah
dengan kriteria A : Masalah bersihan jalan nafas
hasil : belum teratasi
1. Produksi P : Lanjutkan intervensi

sputum menurun - Atur posisi pasien

2. Mengi menurun semifowler atau fowler

3. Whezin
g
menuru
n
4. Dipsnea
menurun
5. Saturasi
Oksigen
membaik
6. Pola
nafas membaik
2. Gangguan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih
Pertukaran Setelah  Melakukan monitoring frekuensi, agak pusing
Gas irama, kedalamam, dan upaya nafas O:
dilakukan  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 91%
(D.0003)  Melakukan monitoring AGD - RR: 37 x/mnt
intervensi
keperawatan - Irama nafas cepat dangkal
selama A : Masalah Gangguan Pertukaran
5 x 15 menit Gas belum teratasi
diharapkan P : Lanjutkan intervensi
gangguan - Melakukan
pertukaran monitoring
frekuensi, irama,

gas meningkat - kedalamam, dan upaya nafas

dengan kriteria - Melakukan

hasil : monitoring saturasi

1. Dipsnea oksigen

menuru
n
2. Bunyi
nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur
menurun
3. Intoleransi Manajemen Energi S: Pasien mengatakan tubuhnya
aktivitas (I.05178) Terapi Relaksasi mudah lelah saat beraktivitas
(D.0056) Setelah (I.09326) O:
- Monitoring kelelahan fisik dan emosional - Pasien tampak lemas

dilakukan - Menganjurkan melakukan aktivitas - Irama nafas cepat dangkal

intervensi secara bertahap A : Masalah Intoleransi aktivitas

keperawatan - Menganjurkan tirah baring belum teratasi

selama - Menganjurkan klien rileks P : Lanjutkan intervensi

5 x 15 - Menganjurkan klien sering - Monitoring kelelahan fisik

menit mengulangi teknik dan emosional

diharapkan - Menganjurkan tirah baring

Intoleransi - Menganjurkan
melakukan aktivitas
aktivitas
secara bertahap
meningkat
- Menganjurkan klien rileks
dengan kriteria
- Menganjurkan klien
hasil :
sering mengulangi teknik
1. Kemudahan
dalam
melakukan
aktivitas sehari-
hari Meningkat
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningk
at
3. Keluhan
lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas
menurun

1. 15-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas
Efektif keperawatan fowler O:
selama 5 x 15 - SPO2 : 93%
(D.0001) - RR: 32 x/mnt
menit diharapkan
bersihan jalan - Irama nafas cepat dangkal
nafas meningkat - Suara nafas ronchi basah
dengan kriteria A : Masalah bersihan jalan nafas
hasil : belum teratasi
1. Produksi P : Lanjutkan intervensi
sputum menurun - Atur posisi pasien
2. Mengi menurun semifowler atau fowler
3. Whezin
g
menuru
n
4. Dipsnea
menurun
5. Saturasi
Oksigen
2. Gangguan membaik Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan
Pertukaran 6. Pola  Melakukan monitoring frekuensi, pusingnya berkurang
Gas nafas membaik irama, kedalamam, dan upaya nafas O:
 Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 93%
(D.0003)  Melakukan monitoring AGD - RR: 32 x/mnt
Setelah - Irama nafas cepat dangkal
A : Masalah Gangguan Pertukaran
dilakukan Gas belum teratasi
intervensi P : Lanjutkan intervensi
keperawatan - Melakukan
selama monitoring
5 x 15 menit frekuensi, irama,
diharapkan - kedalamam, dan upaya nafas
gangguan - Melakukan

pertukaran monitoring saturasi


oksigen

gas meningkat
dengan kriteria
hasil :
1. Dipsnea
menuru
n
2. Bunyi
nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur
3. Intoleransi menurun Manajemen Energi S: Pasien mengatakan tubuhnya
aktivitas (I.05178) Terapi Relaksasi mudah lelah saat beraktivitas
(D.0056) Setelah O:
(I.09326)
- Monitoring kelelahan fisik dan emosional - Pasien tampak lemas
dilakukan - Irama nafas cepat dangkal
- Menganjurkan melakukan aktivitas
intervensi A : Masalah Intoleransi aktivitas
secara bertahap
keperawatan belum teratasi
- Menganjurkan tirah baring
selama P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien rileks
5 x 15 - Monitoring kelelahan
- Menganjurkan klien sering
menit fisik dan emosional
mengulangi teknik
diharapkan - Menganjurkan
Intoleransi melakukan aktivitas
aktivitas secara bertahap
meningkat - Menganjurkan tirah baring
dengan kriteria - Menganjurkan klien rileks
hasil : - Menganjurkan klien sering
1. Kemudahan mengulangi teknik
dalam
melakukan
aktivitas sehari-
hari Meningkat
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningk
at
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas
menurun
1. 16-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas
Efektif keperawatan fowler O:
selama 5 x 15 - SPO2 : 95%
(D.0001) - RR: 29 x/mnt
menit diharapkan
bersihan jalan - PCO2 : 43,5 mg/dl
nafas meningkat - PO2 : 125 m/dl
dengan kriteria - Irama nafas cepat dangkal
hasil : - Suara nafas ronchi basah

1. Produksi A : Masalah bersihan jalan nafas

sputum menurun belum teratasi

2. Mengi menurun P : Lanjutkan intervensi

3. Whezin - Atur posisi pasien

g semifowler atau fowler

menuru
n
4. Dipsnea
menurun
5. Saturasi
Oksigen
membaik
6. Pola
nafas membaik
2. Gangguan Setelah Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan
Pertukaran  Melakukan monitoring frekuensi, pusingnya berkurang
Gas dilakukan irama, kedalamam, dan upaya nafas O:
intervensi  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 95%
(D.0003)  Melakukan monitoring AGD - RR: 29 x/mnt
keperawatan
selama - Irama nafas cepat dangkal
5 x 15 menit A : Masalah Gangguan Pertukaran
diharapkan Gas belum teratasi
gangguan P : Lanjutkan intervensi
pertukaran - Melakukan
monitoring
gas meningkat frekuensi, irama,
dengan kriteria - kedalamam, dan upaya nafas
hasil : - Melakukan

1. Dipsnea monitoring saturasi

menuru oksigen

n
2. Bunyi
nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur
menurun
3. Intoleransi Setelah Manajemen Energi S: Pasien mengatakan tubuhnya
aktivitas sudah mulai membaik, perasaan
(I.05178) Terapi Relaksasi
(D.0056) dilakukan mudah lelah berkurang
(I.09326)
intervensi O:
- Monitoring kelelahan fisik dan emosional
keperawatan - Pasien dapat beraktivitas
- Menganjurkan melakukan aktivitas
selama - Irama nafas cepat
secara bertahap
5 x 15 dangkal berkurang
- Menganjurkan tirah baring
menit A : Masalah Intoleransi aktivitas
- Menganjurkan klien rileks
diharapkan belum teratasi
- Menganjurkan klien sering
Intoleransi P : Lanjutkan intervensi
mengulangi teknik
aktivitas - Monitoring kelelahan
meningkat fisik dan emosional
dengan kriteria - Menganjurkan
hasil : melakukan aktivitas
1. Kemudahan secara bertahap
dalam - Menganjurkan tirah baring
melakukan - Menganjurkan klien rileks

aktivitas sehari- - Menganjurkan klien sering

hari Meningkat mengulangi teknik

2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningk
at
3. Keluhan
lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas
menurun
1. 17-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas
Efektif keperawatan fowler O:
selama 5 x 15 - SPO2 : 96%
(D.0001) - RR: 28 x/mnt
menit diharapkan
bersihan jalan - PCO2 : 43,5 mg/dl
nafas meningkat - PO2 : 125 m/dl
dengan kriteria - Irama nafas cepat
hasil : dangkal berkurang
1. Produksi - Suara nafas ronchi
sputum menurun basah berkurang
2. Mengi menurun A : Masalah bersihan jalan nafas
3. Whezin teratasi sebagian
g P : Pertahankan intervensi
menuru - Atur posisi pasien
n semifowler atau fowler
4. Dipsnea
menurun
5. Saturasi
Oksigen
membaik
6. Pola
nafas membaik
2. Gangguan Setelah Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya
Pertukaran  Melakukan monitoring frekuensi, sudah berkurang
Gas dilakukan irama, kedalamam, dan upaya nafas O:
intervensi  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 96%
(D.0003)  Melakukan monitoring AGD - RR: 28 x/mnt
keperawatan
selama - Irama nafas cepat
5 x 15 menit dangkal berkurang
diharapkan A : Masalah Gangguan Pertukaran
gangguan Gas teratasi sebagian
pertukaran P : Pertahankan intervensi
- Melakukan
gas meningkat monitoring
dengan kriteria frekuensi, irama,
hasil : - kedalamam, dan upaya nafas
1. Dipsnea - Melakukan
menuru monitoring saturasi
n oksigen

2. Bunyi
nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
4. Pengelihatan
kabur
menurun
3. Intoleransi Setelah Manajemen Energi S: Pasien mengatakan perasaan
aktivitas mudah lelah berkurang
(I.05178) Terapi Relaksasi
(D.0056) dilakukan O:
(I.09326)
intervensi - Pasien dapat beraktivitas
- Monitoring kelelahan fisik dan emosional
keperawatan - Irama nafas cepat
- Menganjurkan melakukan aktivitas
selama dangkal berkurang
secara bertahap
5 x 15 A : Masalah Intoleransi aktivitas
- Menganjurkan tirah baring
menit teratasi sebagian
- Menganjurkan klien rileks
diharapkan P : Pertahankan intervensi
- Menganjurkan klien sering
Intoleransi - Monitoring kelelahan fisik
mengulangi teknik
aktivitas dan emosional
meningkat - Menganjurkan
dengan kriteria melakukan aktivitas
hasil : secara bertahap
1. Kemudahan - Menganjurkan tirah baring
dalam - Menganjurkan klien rileks
melakukan - Menganjurkan klien
aktivitas sehari- sering mengulangi teknik
hari Meningkat
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningk
at
3. Keluhan
lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas
menurun
6. Discharge Planning

Setelah dilakukan Implementasi selama 5 hari pada Tn. R diperoleh data

bahwa klien seluruhya berjenis kelamin laki laki. Hasil ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Penelitian sebelumnya mengatakan laki-laki

lebih banyak mengalami penyaki paru-paru dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantara nya dari paparannya apakah pernah kontak dengan tetangga atau teman

kerja yang terpapar COVID-19 atau pernah ke zona merah atau daerah yang wilayah

COVID-19. Selain itu dapat dipengaruhi oleh pekerjaan dari lingkungan berdebu dan

kondisi suhu yang berubah – ubah di area kerja. (Tika, 2020).

Sebelum peneliti menerapkan intervensi, peneliti mengukur pernafasan pasien

dengan saturasi oksigen. Adapun hasil pengukuran penurunan sesak nafas pada pasien

sebagai berikut:

Tabel 4.6
Evaluasi Saturasi Oksigen Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi

Deep Breathing dan Humming

Pasien Saturasi Oksigen Saturasi Oksigen


Pre Test Post Test
( Hari ke-1 ) ( Hari ke-5 )
Tn. R 87% 96%

Berdasarkan tabel 4.4. Hasil yang didapat saturasi oksigen pasien dibawah

normal yaitu 87% dan pasien mengeluh sesak. Setelah diberikan terapi kombinasi

Deep Breathing dan humming selama5 hari saturasi oksigen pasien mengalami

peningkatan menjadi 96% dan pasien mengatakan sesak


nafasnya berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi kombinasi Deep

Breathing dan humming dapat mengurangi sesak nafas pada pasien pneumonia et

causa post COVID-19.

Dibuktikan dengan hasil penelitian Mertha et al., (2018) menunjukkan bahwa

nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan intervensi deep breathing rata- rata sebesar

89,80% dan setelah dilakukan intervensi deep breathing rata-rata sebesar 92.20%

dengan selisih setela intervensi rata-rata sebesar 0,5%.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Anita (2019) dengan judul

Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dengan hasil penelitian

terdapat Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dan Saturasi

Oksigen dengan nilai P value 0,001 (Argi V, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian Syela, (2018) dengan judul Pengaruh Deep

Breathing Akut Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Pernapasan dengan hasil

penelitian Deep breathing akut berpengaruh terhadap saturasi oksigen namun tidak

berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan.

Berdasarkan penelitian M.K. Taneja (2020) dengan judul Modified Bhramari

Pranayama in Covid 19 Infection dengan hasil penelitian pelaksanaan terapi humming

atau disebut Bhramari Pranayama, dapat meningkatkan nitric oxide, dan pH dalam

tubuh. Selain itu dapat menurunkan hormon kortisol yang hasilnya akan

meningkatkan imun dalam tubuh. Terapi Humming dapat membuat tubuh menjadi

nyaman dan membantu mengatasi masalah pernafasan.


Berdasarkan penelitian Chalwadi (2020) Bhramari Pranayama (Bee Breath

atau humming) adalah latihan pernapasan, itu juga dikenal sebagai suara lebah

bersenandung. Bhramari Pranayama adalah salah satu jenis terapi yang bermanfaat

bagi kesehatan fisik dan mental. Latihan yang dilakukan secara teratur Pranayama

(teknik pernapasan) akan menghasilkan ketenangan tubuh dan pikiran, dengan

membuat mereka bebas stres dan bahagia. Selain itu dapat mengurangi kegelisahan,

sesak nafas, kecemasan, dan amarah.

Latihan pernafasan akan menyebabkan peningkatan peredaran darah ke otot-

otot pernafasan. Lancarnya aliran darah akan membawa nutrisi (termasuk kalsium dan

kalium) dan oksigen yang lebih banyak ke otot-otot pernafasan. Kekuatan otot

pernafasan yang terlatih ini akan meningkatkan compliance paru dan mencegah

alveoli menjadi kolaps (ateletaksis) (Guyton, 2007). Pernafasan diafragma yang

dilakukan berulang kali secara teratur dan rutin dapat membantu seseorang

menggunakan diafragmanya secara benar maka ketika dia bernafas akan terjadi

peningkatan volume tidal, penurunan kapasitas residu fungsional, dan peningkatan

pengambilan oksigen yang optimal (Smith, 2004).

Keberhasilan dalam penelitian ini tidak terlepas dari pelaksanaannya yang

selalu dikawal oleh peneliti sesuai SOP, pelaksanaanya dilakukan sendiri oleh peneliti

tanpa enumerator, perhitungan waktu yang tepat dalam pelaksanaannya dan

pengukurannya serta tidak terlepas dari sikap kooperatif dari pasien sehingga

memberikan hasil yang optimal.Adapun kekurangannya adalah jumah pasien yang

terdapat terkait kondisi Pandemi Covid 19 sehingga hasil penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan secara maksimal.


Menurut asumsi peneliti, intervensi kombinasi Deep Breathing dan

Humming sangat baik di berikan pada pasien yang mengalami sesak nafas hal ini

disebabkan Deep Breathing dan Humming dapat mengurangi sesak nafas, serta

penggunaan Humming dapat meningkatkan produksi nitric oxide, dan pH dalam

tubuh. Selain itu dapat menurunkan hormon kortisol yang dapat membuat tubuh

menjadi rileks.

7. Evidance Based Practice

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan dapat diatasi bila

terjadi kolaborasi yang baik antara klien dan pemberi layanan kesehatan. Klien

memiliki peran penting untuk melakukan perawatan mandiri (self care) dalam

perbaikan kesehatan dan mencegah rawat ulang di Rumah Sakit (Barnason,

Zimmerman & Young, 2011). Perilaku yang diharapkan dari self care adalah

kepatuhan dalam medikasi maupun instruksi dokter sehingga penyembuhan cepat

terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Erlina. 2020. Tatalaksana Klinis Covid-19.


https://www.pdspatklin.or.id/assets/files/pdspatklin_2020_04_30_09_43_30.pdf. (Diakses
pada 21 Agustus 2021).
PDPI. 2020. Pedoman Tatalaksana Covid-19. https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku
%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf.
(Diakses pada 21 Agustus 2021).

Ranggo, Andriyati, Dkk. 2020. Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Et
Causa Post Covid-19 Dengan Intervensi Kombinasi Deep Breathing Dan Humming Untuk
Mengurangi Sesak Nafas Di Ruang Icu Rsud Am. Parikesit Tenggarong.

Anda mungkin juga menyukai