Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN PENYAKIT DALAM REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2021


HUBEI UNIVERSITY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

COVID-19 VACCINE

OLEH:
HISKIA BUYANG
20160181024

PEMBIMBING
dr.Muhammadong Sp.PD

BAGIAN INTERNAL
FAKULTAS KEDOKTERAN (PROGRAM MBBS)
HUBEI UNIVERSITY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Hiskia Buyang

Stambuk : 20160181024

Judul : Vaccine covid 19

Telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran
Hubei University of Science and Technology.

Makassar, Desember 2021

Dokter Pembimbing

dr.Muhammadong Sp.PD

1
BAB I

PENDAHULUAN

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ditemukan pada akhir tahun 2019 tepatnya
bulan Desember di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China dan kemudian menyebar ke hampir
seluruh dunia. Covid-19 disebabkan oleh betacoronavirus jenis baru yang cenderung mirip
SARS-CoV dan MERS-CoV. Tujuan penulisan ini untuk memberikan telaah mengenai
patofisiologi, manifestasi klinis, dan perkembangan penelitian tatalaksana Covid-19. Jenis
review yang digunakan dalam artikel ini berbentuk literature review terhadap 41 artikel
Covid-19 dengan menggunakan database PubMed dan Google Scholar. Covid-19 termasuk
dalam genus betacoronavirus, hasil anasilis menunjukkan adanya kemiripan dengan SARS.
Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan atau myalgia, batuk kering. Serta
beberapa organ yang terlibat seperti pernapasan, gastrointestinal, dan neurologis. Sampai saat
ini, WHO dan beberapa Negara sedang melaksanakan uji klinis untuk menemukan obat yang
tepat untuk Covid19, studi ini bernama SOLIDARITY. Terdapat 4 kelompok dalam studi ini,
yaitu kelompok LPV/r dan Interferon-beta, Remdesivir, Klorokuin dan Hidroksiklorokuin.
Faktor virus dengan respon imun menentukan keparahan dari infeksi Covid-19. Gejala umum
di awal penyakit adalah demam (83-98%), kelelahan atau myalgia, batuk kering (76-82%)
dan sesak napas (31-55%). Dari telaah terhadap studi yang ada didapatkan bahwa sampai saat
ini Remdesivir adalah obat yang paling berpotensi efektif terhadap Covid-19, walaupun
begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan melakukan uji klinis yang lebih luas.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2)


adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
Covid 19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi
paru- paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome corona virus 2
(SARS- CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari corona
virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak,
orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui(Handayani, 2020). Corona virus
adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan

2.3 ETIOLOGI

Coronavirus adalah jenis virus RNA tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua
subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus
yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus. Nama
virus COVID-19 adalah SARS-COV-2. Asal nama SARS-COV-2 diambil dari 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV), dan dikenal sebagai Human CoronaVirus 2019 (h-CoV19 atau H-
CoV19). Secara taksonomi, SARS-CoV2 adalah jenis virus yang berasal dari severe acute
respiratory syndrome- related coronavirus (SARSr-CoV). 2,7,9 Semua virus corona yang
memiliki gen spesifik yang mengkode protein untuk replikasi virus, pembentukan
nukleokapsid dan duri pada permukaan virus. Glikoprotein yang terkandung di dalam duri
(spike protein) merupakan lapisan paling luar dari virus corona yang berfungsi sebagai
tempat menempel dan masuknya virus ke dalam sel pejamu. (gambar 2). Domain yang
berikatan dengan reseptor melekat dengan lemah diantara virus, sehingga virus menjadi lebih
mudah untuk menginfeksi manusia. Virus corona lainnya sebagian besar mengenali
aminopeptidase atau karbohidrat sebagai kunci reseptor untuk masuk kedalam sel manusia,
sementara exopeptidase dikenal oleh SARS-CoV dan MERS-CoV.

3
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C selama 30 menit, eter,
alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus

2.4 Patofisiologi

Mekanisme masuknya virus corona bergantung dari protease sel yang termasuk
human airway trypsin-like protease (HAT), cathepsins dan transmembrane protease serine 2
(TMPRSS2) yang memisahkan spike protein dan menetapkan penetrasi berikutnya yang
berubah. MERS-coronavirus mengaplikasikan dipeptidyl peptidase 4 (DPP4), sementara
HCoV-NL63 dan SARScoronavirus membutuhkan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2)
sebagai kunci reseptor. 12 Virus corona ini menginfeksi hewan dan manusia. Awalnya, virus
ini menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan dan menyebabkan sejumlah penyakit besar
pada hewan dan kemampuannya bisa menyebabkan penyakit berat pada hewan. Karena itu,
virus corona ini disebut sebagai virus zoonotik karena bisa ditransmisikan dari hewan ke
manusia.Ada tujuh tipe virus corona yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua

Alphacorona virus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1,
Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute
respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus
tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus
2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan
HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit
akut laringotrakeitis (croup). Ada 3 tahap virus corona ini bisa menginfeksi manusia.

4
1. Keadaan asimptomatik (1-2 hari)

Virus SARS-CoV-2 yang menempel dengan sel epitel di cavum nasal dan mulai
bereplikasi. ACE2 adalah reseptor utamanya untuk SARS-CoV-2 dan SARS-CoV

2. Saluran napas atas dan konduksi respon saluran pernapasan (beberapa hari berikutnya)

Virus tersebut kemudian berpropagasi, dan bermigrasi menelusuri saluran pernapasan


bawah di sepanjang konduksi jalur pernapasan, dan muncul respon imun innate. 80% pasien
akan dipantau di rumah masing-masing dan penyakit ini ringan sedang dan biasanya terbatas
ke jalur pernapasan.

3. Hipoksia, munculnya ground glass, dan meningkat sampai ARDS

Sekitar 20% pasien yang tidak ditangani/pasien terinfeksi bisa berlanjut ke ARDS
tingkat 3 dan bisa memunculkan infiltrat pada paru-paru dan sebagian lagi bisa memunculkan
penyakit yang sangat parah.

2.6 Diagnosis

Diagnosis dari penyakit COVID-19 bisa ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyakit COVID-19 bisa juga ditegakkan diagnosisnya
dari swab test, dan rapid test.

Dari anamnesis bisa didapatkan 3 gejala utama berupa demam, batuk kering (sebagian
kecil berdahak), dan sulit bernapas atau sesak. Gejala tambahan lainnya berupa nyeri kepala,
nyeri otot, lemas, diare, dan batuk darah. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan tergantung
ringan dan beratnya gejala manifestasi klinis seperti

• Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran

• Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat, tekanan darah normal
atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi oksigen dapat normal atau turun. Dapat
disertai retraksi otot pernapasan.

5
• Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan dinamis, fremitus
raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan
ronki kasar.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk mendiagnosa COVID-19 bisa


dilakukan melalui pemeriksaan radiologi (Foto toraks, CT-Scan toraks, USG toraks), Swab
tenggorok pada saluran napas atas dan saluran napas bawah, bronkoskopi, pungsi pleura
sesuai kondisi, pemeriksaan kimia darah [darah perifer lengkap, analisis gas darah, fungsi
hepar, fungsi ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit, faal hemostasis pada kasus berat,
prokalsitonin, dan laktat], biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
dan darah, dan pemeriksaan feses dan urin.

Diagnosis banding yang bisa ditemukan berupa pneumonia bakterial, SARS/MERS,


pneumonia jamur, dan edema paru kardiogenik. 16

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan derajat morbiditas. Pada pneumonia
dilakukan foto toraks, bisa dilanjutkan dengan computed tomography scan (CT scan) toraks
dengan kontras. Gambaran foto toraks pneumonia yang disebabkan oleh infeksi COVID-19
mulai dari normal hingga ground glass opacity, konsolidasi. CT scan toraks dapat dilakukan
untuk melihat lebih detail kelainan, seperti gambaran ground glass opacity, konsolidasi, efusi
pleura dan gambaran pneumonia lainnya.

X-ray

6
CT-scan

2.8 Tatalaksana
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Jika ada pasien yang terdeteksi positif COVID-19
berdasarkan dari hasil uji swab tenggorok dan tes serologi SARS-COV-2 yang positif, maka
dapat diberikan penatalaksanaan sebagai berikut:

7
a. Terapi dan monitoring

1.Isolasi mandiri

• Isolasi mandiri ini diwajibkan untuk semua orang tanpa gejala (OTG) selama 14 hari
di rumah masing-masing, wajib mengukur suhu tubuh dua kali.

2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

 Untuk mencegah infeksi, jika ingin keluar, semua orang tanpa gejala (OTG) wajib
menggunakan masker, jika sudah keluar beraktivitas dan kembali ke rumah, wajib
untuk menyemprotkan pembersih alkohol untuk mensterilkan barang bawaan atau
belanjaan jika sudah beraktivitas.
 Semua orang tanpa gejala (OTG) wajib membersihkan diri jika sudah beraktivitas di
luar rumah.
 Selain itu wajib melakukan physical distancing, social distancing, hand hygiene, dan
protocol kesehatan lain yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kebersihan
lingkungan wajib dijaga.

3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit

4. Supplementasi oksigen

• Supplementasi oksigen hanya diberikan kepada pasien yang Severe Acute Respiratory
Infection (SARI), distress napas, hipoksemia atau syok.

5. Kegagalan napas karena hipoksemia berat

• Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen termasuk
gagal napas hipoksemia berat.
• Gagal napas hipoksemia pada ARDS biasanya gagalnya pada ventilasi-perfusi
intrapulmonar dan biasanya harus mendapatkan ventilasi mekanik
• Intubasi endotrakeal bisa dilakukan pada kasus gagal napas berat

8
6. Terapi cairan

• Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok


• Pasien dengan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) harus diperhatikan dalam
terapi cairannya, karena jika diberikan terlalu agresif dapat memperberat kondisi
distress napas atau oksigenasi.

7. Pemberian antibiotik empiris

Pemberian antibiotik bisa dilakukan dengan dua cara yaitu

• Pemberian antibiotik pasien rawat jalan terapi awal dengan community acquired
pneumonia (CAP).

BAB III

VACCINE COVID-19
3.1 Jenis-Jenis vaccine
• BioTech, Pfizer vaccine
• canSino vaccine
• coronaVac vaccine
• Johnson & Johnson vaccine
• Moderna vaccine
• Novavax vaccine
• AstraZeneca vaccine
• RBD-Dimer vaccine
• Sinopharm vaccine
• Sputnik V vaccine
• Merah Putih vaccine

9
1. BioTech, Pfizer vaccine
Semua bahan vaksin COVID-19 aman. Hampir semua bahan dalam vaksin COVID-
19 adalah bahan yang ditemukan di banyak makanan – lemak, gula, dan garam. Vaksin
Pfizer-BioNTech COVID-19 juga mengandung RNA pembawa pesan (mRNA) yang tidak
berbahaya. mRNA COVID-19 mengajarkan sel-sel dalam tubuh cara membuat respons
imun terhadap virus penyebab COVID-19. Tanggapan ini membantu melindungi Anda dari
penyakit COVID-19 di masa mendatang. Setelah tubuh menghasilkan respons kekebalan, ia
membuang semua bahan vaksin, sama seperti ia akan membuang zat apa pun yang tidak lagi
dibutuhkan sel. Proses ini merupakan bagian dari fungsi normal tubuh.
Semua vaksin COVID-19 diproduksi dengan bahan sesedikit mungkin dan dengan
jumlah bahan yang sangat sedikit. Setiap bahan dalam vaksin memiliki tujuan tertentu
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

KOMPOSISI
MRNA termodifikasi nukleosida yang mengkode glikoprotein lonjakan virus (S)
dari SARS-CoV-2 Memberikan instruksi yang digunakan tubuh untuk membuat protein
yang tidak berbahaya dari virus penyebab COVID-19. Protein ini menyebabkan respons
imun yang membantu melindungi tubuh agar tidak sakit akibat COVID-19 di kemudian
hari.

Lipid (lemak)
2[(polyethylene glycol (PEG))-2000]-N,N-ditetradecylacetamide
1,2-distearoyl-sn-glisero-3-fosfokolin
Kolesterol (berasal dari tumbuhan)
((4-hidroksibutil)azanediil)bis(heksana-6,1-diil)bis(2-hexyldecanoate)
Bekerja sama untuk membantu mRNA memasuki sel.

Seberapa Baik Vaksin Pfizer Bekerja?


Berdasarkan bukti uji klinis pada orang berusia 16 tahun ke atas, vaksin Pfizer-
BioNTech (COMIRNATY) 95% efektif mencegah infeksi yang dikonfirmasi laboratorium
dengan virus penyebab COVID-19 pada orang yang menerima dua dosis dan tidak memiliki
bukti karena sebelumnya terinfeksi. Dalam uji klinis, vaksin Pfizer-BioNTech memiliki

10
kemanjuran >90% dalam mencegah infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi laboratorium
pada anak usia 5–15 tahun, dan respons imun pada anak usia 5–15 tahun setidaknya sekuat
kekebalan respon pada orang usia 16-25 tahun.
Dalam uji klinis, vaksin ini juga memiliki kemanjuran >90% dalam mencegah
COVID-19 di antara orang-orang dari berbagai kategori usia, jenis kelamin, ras, dan etnis
dan di antara orang-orang dengan kondisi medis yang mendasarinya.
Bukti menunjukkan vaksin mRNA COVID-19 menawarkan perlindungan serupa
dalam kondisi dunia nyata seperti yang mereka miliki dalam pengaturan uji
klinis―mengurangi risiko COVID-19, termasuk penyakit parah, hingga 90% atau lebih di
antara orang yang divaksinasi lengkap.

Possible Side Effects

1. Nyeri

2. Kemerahan

3. Pembengkakan di seluruh tubuh

4. Kelelahan

5. Sakit kepala

6. Nyeri otot

7. Panas dingin

8. Demam

9. Mual

Uji klinis untuk vaksin Pfizer-BioNTech (COMIRNATY) pada orang berusia 16 tahun ke atas
mencakup orang-orang dari kategori ras dan etnis, usia, dan jenis kelamin berikut:

82% Putih

10% Afrika Amerika

4% Asia

11
3% ras lain, multiras, atau ras tidak dilaporkan

<1% Penduduk Asli Hawaii atau Penduduk Kepulauan Pasifik Lainnya

<1% Indian Amerika atau Asli Alaska

etnis

73% bukan Hispanik atau Latin

26% Hispanik atau Latin

<1% tidak dilaporkan

Seks

51% laki-laki

49% perempuan

Usia

58% 16 hingga 55 tahun

42% 55 tahun ke atas

21% 65 tahun ke atas

4% 75 tahun ke atas

Kondisi medis mendasar yang paling sering di antara peserta uji klinis adalah obesitas (35%), diabetes
(8%), dan penyakit paru (8%).

2. Moderna vaccine
Semua bahan vaksin COVID-19 aman. Hampir semua bahan dalam vaksin COVID-
19 adalah bahan yang ditemukan di banyak makanan—lemak, gula, dan garam. Vaksin
Moderna COVID-19 juga mengandung bagian yang tidak berbahaya dari messenger RNA
(mRNA). mRNA COVID-19 mengajarkan sel-sel dalam tubuh cara membuat respons imun
yang efektif terhadap virus penyebab COVID-19. Tanggapan ini membantu melindungi
Anda dari penyakit COVID-19 di masa mendatang. Setelah tubuh menghasilkan respons

12
kekebalan, ia membuang semua bahan vaksin, sama seperti ia akan membuang zat apa pun
yang tidak lagi dibutuhkan sel. Proses ini merupakan bagian dari fungsi normal tubuh.
Semua vaksin COVID-19 diproduksi dengan bahan sesedikit mungkin dan dengan
jumlah bahan yang sangat sedikit. Setiap bahan dalam vaksin memiliki tujuan tertentu
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

KOMPOSISI
MRNA termodifikasi nukleosida yang mengkode glikoprotein lonjakan virus (S) dari
SARS-CoV-2, Memberikan instruksi yang digunakan tubuh untuk membuat protein yang
tidak berbahaya dari virus penyebab COVID-19. Protein ini menyebabkan respons imun yang
membantu melindungi tubuh agar tidak sakit akibat COVID-19 di kemudian hari.

Lipid (lemak)

PEG2000-DMG: 1,2-dimyristoyl-rac-gliserol, metoksipolietilen glikol


1,2-distearoyl-sn-glisero-3-fosfokolin
BotaniChol® (kolesterol asal non-hewani)
SM-102: heptadecane-9-yl 8-((2-hydroxyethyl) (6-oxo-6-(undecyloxy) hexyl) amino)
octanoate
Bekerja sama untuk membantu mRNA memasuki sel.

Garam, gula, penstabil asam, dan asam Natrium asetat


Sukrosa (gula dasar meja) Tromethamine Tromethamine hidroklorida Asam asetat (bahan
utama dalam cuka rumah tangga putih) Bekerja sama untuk membantu menjaga kestabilan
molekul vaksin saat vaksin diproduksi, dibekukan, dikirim, dan disimpan hingga siap
diberikan kepada penerima vaksin.

Seberapa Baik Vaksin Bekerja


Berdasarkan bukti uji klinis, pada orang berusia 18 tahun ke atas, vaksin Moderna
COVID-19 efektif 94,1% dalam mencegah infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi
laboratorium pada orang yang menerima dua dosis dan tidak memiliki bukti terinfeksi
sebelumnya.
Vaksin ini juga efektif dalam uji klinis untuk mencegah COVID-19 di antara orang-
orang dari berbagai kategori usia, jenis kelamin, ras, dan etnis dan di antara orang-orang
dengan kondisi medis yang mendasarinya.

13
Bukti menunjukkan vaksin mRNA COVID-19 menawarkan perlindungan serupa
dalam kondisi dunia nyata seperti yang mereka miliki dalam pengaturan uji
klinis―mengurangi risiko COVID-19, termasuk penyakit parah, hingga 90% atau lebih di
antara orang yang divaksinasi lengkap.
CDC akan terus memberikan pembaruan saat kami mempelajari lebih lanjut.

Possible Side Effects

1. Nyeri

2. Kemerahan

3. Pembengkakan di seluruh tubuh

4. Kelelahan

5. Sakit kepala

6. Nyeri otot

7. Panas dingin

8. Demam

9. Mual

Informasi Demografi Uji Klinis

Uji klinis untuk vaksin Moderna termasuk orang-orang dari kategori ras, etnis, usia, dan jenis
kelamin berikut:

79% Putih
10% Afrika Amerika
5% Asia
<3% ras/etnis lain
<1% Indian Amerika atau Asli Alaska
<1% Penduduk Asli Hawaii atau Penduduk Kepulauan Pasifik Lainnya etnis
79% bukan Hispanik atau Latin

14
20% Hispanik atau Latin
1% tidak diketahui

Seks
53% laki-laki
47% perempuan

Usia
75% 18 hingga 64 tahun
25% 65 tahun ke atas

Dua puluh dua persen (22%) orang yang berpartisipasi dalam uji klinis memiliki setidaknya
satu kondisi yang menempatkan mereka pada risiko penyakit parah akibat COVID-19.
Kondisi medis mendasar yang paling sering di antara peserta adalah penyakit paru-paru,
penyakit jantung, obesitas, diabetes, penyakit hati, atau infeksi HIV. Empat persen (4%)
peserta memiliki dua atau lebih kondisi berisiko tinggi.

Kebanyakan orang yang berpartisipasi dalam uji coba (82%) dianggap memiliki risiko
pajanan di tempat kerja, dengan 25% di antaranya adalah petugas kesehatan.

3. Johnson & Johnson vaccine


Hampir semua bahan dalam vaksin COVID-19 adalah bahan yang ditemukan di
banyak makanan – lemak, gula, dan garam. Vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 juga
mengandung RNA pembawa pesan (mRNA) yang tidak berbahaya. mRNA COVID-19
mengajarkan sel-sel dalam tubuh cara membuat respons imun terhadap virus penyebab
COVID-19. Tanggapan ini membantu melindungi Anda dari penyakit COVID-19 di masa
mendatang. Setelah tubuh menghasilkan respons kekebalan, ia membuang semua bahan
vaksin, sama seperti ia akan membuang zat apa pun yang tidak lagi dibutuhkan sel. Proses
ini merupakan bagian dari fungsi normal tubuh.
Semua vaksin COVID-19 diproduksi dengan bahan sesedikit mungkin dan dengan
jumlah bahan yang sangat sedikit. Setiap bahan dalam vaksin memiliki tujuan tertentu
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

KOMPOSISI
15
Versi virus yang tidak berbahaya yang tidak terkait dengan virus COVID-19. Vektor
Ad26 rekombinan, tidak kompeten replikasi, mengkodekan varian stabil dari protein Spike,
SARS-CoV-2 Memberikan instruksi yang digunakan tubuh untuk membuat protein yang
tidak berbahaya dari virus penyebab COVID-19. Protein ini menyebabkan respons imun yang
membantu melindungi tubuh agar tidak sakit akibat COVID-19 di kemudian hari.

Gula, garam, asam, dan penstabil asam

Polisorbat-80

2-hidroksipropil-β-siklodekstrin

Trisodium sitrat dihidrat

Natrium klorida (garam meja dasar)

Asam sitrat monohidrat (berkaitan erat dengan jus lemon)

Etanol (sejenis alkohol)

Seberapa Baik Vaksin Bekerja?

Vaksin J&J/Janssen COVID-19 adalah 66,3% efektif dalam uji klinis (kemanjuran)
dalam mencegah infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi laboratorium pada orang yang
menerima vaksin dan tidak memiliki bukti terinfeksi sebelumnya. Orang-orang memiliki
perlindungan paling banyak 2 minggu setelah divaksinasi.

Dalam uji klinis, vaksin memiliki kemanjuran tinggi dalam mencegah rawat inap dan
kematian pada orang yang memang sakit. Tidak ada orang yang terkena COVID-19
setidaknya 4 minggu setelah menerima Vaksin J&J/Janssen COVID-19 harus dirawat di
rumah sakit.

CDC akan terus memberikan pembaruan saat kami mempelajari lebih lanjut tentang
seberapa baik Vaksin J&J/Janssen COVID-19 bekerja dalam kondisi dunia nyata.

Informasi Demografi Uji Klinis


Uji klinis untuk Vaksin J&J/Janssen COVID-19 mencakup orang-orang dari kategori ras,
etnis, usia, dan jenis kelamin berikut:
62% Putih
17% Hitam atau Afrika Amerika
16
8% Indian Amerika atau Asli Alaska
5% beberapa balapan
4% Asia
0,3% Penduduk Asli Hawaii atau Penduduk Kepulauan Pasifik Lainnya
Etnis:
45% Hispanik atau Latin
52% bukan Hispanik atau Latin
3% tidak diketahui
Seks:
56% laki-laki
45% perempuan
<0,1% jenis kelamin yang tidak dibedakan atau tidak diketahui
Rincian usia:
67% 18–59 tahun
34% 60 tahun ke atas
20% 65 tahun ke atas
4% 75 tahun ke atas
Empat puluh (40,8%) orang yang berpartisipasi dalam uji klinis memiliki setidaknya satu
kondisi yang menempatkan mereka pada risiko penyakit parah akibat COVID-19. Kondisi
medis mendasar yang paling sering di antara peserta adalah obesitas (28,7%), tekanan darah
tinggi (10,2%), diabetes tipe 2 (7,3%), dan infeksi HIV (2,7%).

4.Sinopharm vaccine
Vaksin SARS-CoV-2 (VeroCell) adalah vaksin yang tidak aktif terhadap virus
coronapenyakit 2019 (COVID-19) yang merangsang sistem kekebalan tubuh tanpa risiko dari
menyebabkan penyakit. Setelah virus yang tidak aktif disajikan ke kekebalan tubuh sistem,
mereka merangsang produksi antibodi dan membuat tubuh siapuntuk menanggapi infeksi
dengan SARS-CoV-2 hidup. Vaksin ini bersifat adjuvant (dengan aluminium hidroksida),
untuk meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh.

Karakteristik produk
Presentasi Sepenuhnya cair, tidak aktif, adjuvanted, suspensi bebas pengawet dalam

17
botol dan Jarum suntik AD yang sudah diisi sebelumnya Jumlah dosis Dosis tunggal (satu
dosis 0,5 mL)

Jenis jarum suntik vaksin dan ukuran jarum


Dua presentasi yang tersedia:
1. Jarum suntik AD yang sudah di isi sebelumnya
2. Botol, yang diperlukan sebagai berikut:
• Jarum suntik mati otomatis (AD): 0,5 mL
• Jarum untuk injeksi intramuskular 23G × 1” (0,60 × 25 mm)

Uji klinis

Sebuah uji coba fase 3 multi-negara besar telah menunjukkan bahwa dua dosis yang
diberikan pada interval 21 hari memiliki kemanjuran 79% terhadap infeksi SARS-CoV-2
yang bergejala 14 hari atau lebih setelah dosis kedua. Uji coba tidak dirancang dan didukung
untuk demonstrasi kemanjuran terhadap penyakit parah. Kemanjuran vaksin terhadap rawat
inap adalah 79%. Durasi rata-rata tindak lanjut yang tersedia pada saat peninjauan adalah 112
hari. Dua uji kemanjuran sedang berlangsung. Data yang ditinjau saat ini mendukung
kesimpulan bahwa manfaat yang diketahui dan potensial dari Sinopharm vaksin melebihi
risiko yang diketahui dan potensial.

Administration and Dosage

Dua dosis dengan interval 21-28 hari untuk imunisasi primer, dan satu dosis manusia
dosis 0,5 ml. Injeksi intramuskular direkomendasikan, dan tempat injeksi terbaik adalah otot
deltoid dari lengan atas. Kocok dengan baik sebelum injeksi. Kebutuhan imunisasi booster
belum ditentukan.

Recommend schedule

2 dosis (masing-masing 0,5 mL) pada interval yang direkomendasikan 3 hingga 4


minggu: Dosis 1: pada tanggal mulai Dosis 2: 21 hingga 28 hari setelah dosis pertama. Jika
dosis kedua secara tidak sengaja diberikan lebih awal dari 3 minggu setelah pertama, dosis
tidak perlu diulang. Jika dosis kedua secara tidak sengaja tertunda lebih dari 4 minggu, itu
harus diberikan pada kesempatan sedini mungkin. Direkomendasikan bahwa semua individu
yang divaksinasi menerima dua dosis. Menurut untuk rekomendasi saat ini, produk yang
sama harus digunakan untuk kedua dosis.

18
Possible side effect

Rasa pegal di sekitar area suntik


Demam ringan
Rasa Lelah
Sakit kepala
Pegal pada otot atau sendi
Menggigil
Diare

5.Cansino vaccine
Vaksin CanSino termasuk ke dalam jenis vaksin viral vector yang berasal dari adenovirus tipe
5. Vaksin ini bekerja dengan membuat spike protein Sars-Cov-2 yang akan merangsang tubuh
mengenal dan membentuk antibodi yang kemudian bisa memberikan efek perlindungan saat tubuh
terpapar virus Corona penyebab COVID-19.

2. Efikasi

Pada hal efikasi vaksin, berdasarkan data interim studi klinik fase 3 pada 28 hari setelah
vaksinasi bahwa vaksin CanSino dapat memberikan perlindungan pada semua gejala Covid-19 adalah
sebesar 65,3 persen dan untuk perlindungan terhadap kasus Covid-19 berat adalah 90,1 persen. 3. 18
tahun ke atas Vaksin CanSino baru bisa diberikan untuk usia 18 tahun ke atas dengan pemberian
sekali sunyikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mililiter secara intramuscular. Dengan hanya satu
dosis, diharapkan akan mempercepat pelaksanaan vaksin Covid-19 di Indonesia.

Dari hasil uji klinis fase III.

untuk mencegah COVID-19 yang bergejala, vaksin CanSino memiliki nilai efikasi sebesar
65,28% setelah 28 hari penyuntikan dan 68,83% setelah 14 hari penyuntikan. Sedangkan untuk
mencegah terjadinya COVID-19 dengan gejala berat, vaksin ini diklaim memiliki nilai efikasi sebesar
90,07% setelah 28 hari penyuntikan dan 95,47% setelah 14 hari penyuntikan.

Possible side effect

19
Beberapa efek samping yang mungkin muncul setelah vaksinasi adalah:

Kemerahan, bengkak, atau nyeri pada area yang disuntik


Demam
Lemas
Mual
Nyeri otot
Sakit kepala

6.Vaksin Sputnik-V vaccine


Vaksin Sputnik-V digunakan dengan indikasi pencegahan COVID-19 yang
disebabkan oleh SARS-CoV-2 untuk orang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin diberikan
secara  injeksi  intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 mL untuk 2 (dua) kali penyuntikan
dalam rentang waktu 3 (tiga) minggu. Vaksin ini termasuk dalam kelompok vaksin yang
memerlukan penyimpanan pada kondisi suhu khusus, yaitu pada suhu -20oC ± 2oC.

Bahan dasar

Vaksin Sputnik menggunakan bahan dasar adenovirus 26 dan adenovirus 5, yang


termasuk dalam grup virus penyebab infeksi pernapasan, sebagai vektor protein virus Corona.
Vektor sendiri adalah virus yang dimodifikasi supaya bisa masuk ke dalam sel tubuh manusia
tetapi tidak bisa berkembang biak. Vektor adenovirus 26 dan adenovirus 5 digunakan untuk
mengangkut potongan materi genetik virus Corona ke tubuh penerima vaksin.

Cara kerja
Setelah vaksin Sputnik disuntikkan, vektor yang mengandung potongan gen virus
Corona akan masuk ke dalam sel tubuh. Setelah itu, sel tubuh dapat membaca potongan gen
tersebut dan memproduksi protein virus Corona. Namun, protein ini tidak akan menyebabkan
infeksi. Dengan adanya protein ini, tubuh justru akan menyadari bahwa ada benda asing dan
mulai memproduksi antibodi untuk melawannya. Dengan demikian, bila di kemudian hari
tubuh terinfeksi virus Corona yang hidup, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki antibodi
yang mampu mengenali dan melawannya, sehingga penyakit COVID-19 bisa dicegah.

Uji klinis
Vaksin Sputnik telah melewati uji klinis fase III yang melibatkan 40.000 orang di
Rusia. Peserta uji klinis vaksin Sputnik terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan rentang
usia 18 tahun hingga 60 tahun ke atas.
Selain itu, sekitar 24% dari penerima vaksin adalah orang yang memiliki penyakit penyerta,
antara lain diabetes, hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung iskemik.

20
Peserta uji klinis vaksin Sputnik ini merupakan orang-orang yang belum pernah terinfeksi
virus Corona, tidak ada kontak erat dengan pasien COVID-19, tidak memiliki alergi terhadap
kandungan vaksin ini, dan tidak sedang mengalami penyakit infeksi pernapasan.
Vaksin Sputnik diberikan dalam dua dosis, masing-masing dosis mengandung 0,5 ml. Dosis
pertama diberikan menggunakan vektor adenovirus 26 (Ad26), kemudian dalam rentang
waktu 21 hari, vaksin Sputnik dosis kedua diberikan menggunakan adenovirus 5 (Ad5).

Hasil uji klinis


Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, vaksin Sputnik menunjukkan efek perlindungan
yang kuat pada semua kelompok usia.
Hasil uji klinis juga menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh sudah akan memproduksi
antibodi terhadap virus penyebab COVID-19 setelah 18 hari sejak dosis pertama diberikan.
Namun, karena jenis vektor pada setiap dosis yang disuntikkan berbeda, respon imun dari
pemberian vaksin Sputnik akan lebih kuat dan tahan lama setelah penyuntikan vaksin yang
kedua.
Efikasi atau tingkat efektivitas vaksin Sputnik untuk mencegah COVID-19 mencapai 91,6%.
Meskipun masih ada sekitar 8,4% peserta uji klinis yang terinfeksi SARS-CoV-2,  tidak ada
yang mengalami gejala dengan derajat sedang atau berat dan perlu dirawat di rumah sakit.
Efek samping
Selama uji klinis, efek samping yang umum dirasakan oleh penerima vaksin Sputnik adalah
nyeri di tempat suntikan, flu, demam, sakit kepala, dan letih.
Meski ada beberapa laporan terjadinya efek samping yang fatal, hal itu terjadi pada orang
yang memang menderita penyakit penyerta yang sudah parah, sehingga efek samping tersebut
tidak bisa dikaitkan langsung dengan vaksin Sputnik.

7.Atrazeneca vaccine
Vaksin COVID-19 AstraZeneca adalah vaksin yang dapat mencegah orang sakit
akibat COVID-19. Vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak mengandung virus SARS-CoV-2
hidup, dan tidak dapat menularkan COVID-19. Vaksin ini berisi kode genetik untuk bagian
penting dari virus SARS-CoV-2 yang disebut protein lonjakan (spike protein). Protein
lonjakan telah dimasukkan ke dalam virus 'pembawa' flu biasa yang tidak berbahaya
(adenovirus). Pembawa adenovirus membawa protein lonjakan ke dalam sel Anda sehingga
sel-sel dapat membacanya dan membuat salinan protein lonjakan. Sistem kekebalan tubuh
Anda kemudian akan belajar mengenali dan melawan virus SARS-CoV-2. Adenovirus telah
dimodifikasi sehingga tidak dapat mereplikasi setelah berada di dalam sel-sel. Ini berarti
tidak dapat menyebar ke sel lain dan menyebabkan infeksi.

Komposisi

21
vaksin AstraZeneca sebenarnya mengandung vektor adenovirus dari simpanse
(rekombinan ChAdOx1-S) yang disisipi glikoprotein spike dari virus SARS-Cov-2, serta
organisme hasil rekayasa genetika (GMO). Vaksin AstraZeneca juga mengandung kurang
dari 23 miligram per dosis (0,5 mililiter). Artinya, pada dasarnya vaksin ini bebas natrium.
Selain itu, vaksin AstraZeneca mengandung alkohol dalam jumlah yang sangat sedikit, yakni
sebanyak 2 miligram alkohol (etanol) per dosis (0,5 mililiter).
Efektivitas

vaksin Perbedaan vaksin AstraZeneca dan vaksin Sinovac selanjutnya terletak pada
nilai efikasi atau efektivitasnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efektivitas vaksin
AstraZeneca dalam mencegah COVID-19 adalah 76%, sedangkan vaksin Sinovac sebesar
56–65%. Meskipun ada perbedaan dari segi efektivitasnya, baik vaksin AstraZeneca maupun
Sinovac terbukti dapat menurunkan risiko munculnya gejala.

Efek samping

vaksin Efek samping vaksin AstraZeneca dan Sinovac secara umum sama, yaitu nyeri
di lokasi suntikan. Selain itu, ada beberapa efek samping yang juga dapat muncul, yaitu:
Rasa Lelah
Diare
Nyeri otot
Demam
Sakit kepala

Efek samping ini bersifat ringan dan dapat hilang dalam 1–2 hari. Untuk
mengatasinya, Anda dapat mengonsumsi paracetamol, ibuprofen, aspirin, atau antihistamin,
sesuai efek samping yang dirasakan. Namun, jangan mengonsumsi obat-obatan tersebut
sebelum vaksinasi dengan tujuan untuk mencegah efek samping. Meskipun jarang, bisa juga
muncul beberapa efek samping vaksin yang tergolong berat, di antaranya:
Peradangan di sekitar sumsum tulang belakang
Anemia hemolitik
Demam tinggi

8.CoronaVac vaccine
CoronaVac adalah sebuah vaksin inaktivasi terhadap COVID-19 yang menstimulasi
sistem kekebalan tubuh tanpa risiko menyebabkan penyakit. Setelah vaksin inaktivasi ini

22
bersentuhan dengan sistem kekebalan tubuh, produksi antibodi terstimulasi, sehingga tubuh
siap memberikan respons terhadap infeksi dengan SARS-CoV-2 hidup. Vaksin ini
mengandung ajuvan (aluminium hidroksida), untuk memperkuat respons sistem kekebalan.

KOMPOSISI

1. Virus yang sudah dimatikan (inactivated).


2. aluminium hydroxide
3. Larutan fosfat sebagai stabilizer
4.  larutan garam atau natrium chlorida (NaCl) memberikan kenyamanan dalam
penyuntikan

Efektivitas

Dalam uji klinis di Bandung, vaksin Sinovac memiliki efikasi mencapai 65,3 persen.
Di negara lain, efikasi vaksin serupa lebih besar, yaitu di Turki mencapai 91,25 persen dan
Brasil mencapai 78 persen. Sementara itu, imunogenisitas atau kemampuan membentuk
antobodi untuk membunuh dan menetralkan virus dari vaksin Coronavac ini didapatkan data
antibodi sampai 3 bulan setelah penyuntikan. Hasilnya imunogenesitas sebesar 99,23 persen.

Anak-anak dan Remaja

Uji coba fase I dan II tentang penggunaan CoronaVac pada anak-anak dan remaja
berusia 3 hingga 17 tahun menunjukkan bahwa CoronaVac bersifat imunogenik, aman, dan
dapat ditoleransi dengan baik. Selain itu, uji coba fase III yang sedang berlangsung juga
menunjukkan bahwa CoronaVac dapat ditoleransi dengan baik pada kelompok usia ini.
Informasi yang tersedia dari kampanye vaksinasi massal di Tiongkok daratan di antara anak-
anak dan remaja berusia 3 hingga 17 tahun (dengan lebih dari 100 juta dosis CoronaVac
diberikan) belum menunjukkan masalah keamanan utama.

Side Effect

pembengkakan lokasi suntikan, gatal, eritema, indurasi


mialgia
mual
diare
artralgia
batuk
demam

23
gatal
kehilangan nafsu makan
hidung berair
sakit tenggorokan
hidung tersumbat
sakit perut

9.Novavax vaccine
Vaksin Novavax adalah vaksin untuk COVID-19 yang diproduksi oleh Novavax, Inc
sebuah perusahaan bioteknologi pengembangan vaksin. Perusahaan ini berbasis di Maryland,
Amerika Serikat dan bergerak di bidang kesehatan melalui penelitian, pengembangan,
produksi, dan pemasaran vaksin. 

Komposisi

Novavax mengandung protein subunit yang dibuat khusus untuk menyerupai protein
alami pada virus Corona.  vaksin ini juga mengandung matrix-M yang ditambahkan untuk
meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh dan kadar antibody.

Uji klinias

Vaksin Novavax memiliki kode NVX-CoV 2372 merupakan vaksin COVID-19 yang
saat ini sedang menjalani uji klinis tahap 3. Pada Januari 2021, uji klinis fase 3 vaksin
Novavax menunjukkan tingkat efikasi terhadap infeksi COVID-19 sebesar 89%. Sedangkan,
data pada Juni 2021, Novavax menyebutkan bahwa vaksin ini memiliki efikasi sebesar 90,4%
dalam uji klinis fase 3 yang diadakan di Amerika Serikat dan Meksiko. 

Cara Kerja

Vaksin ini merupakan jenis vaksin yang berbasis protein. Pembuatan vaksin ini menggunakan
fragmen atau potongan protein yang tidak berbahaya yang memiliki sifat dapat meniru virus
COVID-19.  Ketika vaksin disuntikkan ke dalam tubuh, fragmen atau potongan protein ini
akan dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sehingga akan menimbulkan respons imun.
Respons imun ini akan menghasilkan antibodi terhadap virus SARS-CoV-2.  

24
Efek samping
Vaksin Novavax juga memiliki resiko munculnya efek samping. Efek samping ini dapat
berbeda-beda tergantung dari kondisi orang yang menerima vaksin. Setelah menerima vaksin,
efek samping yang mungkin muncul dapat berupa efek samping lokal pada lokasi suntikan
maupun efek samping sistemik (muncul pada seluruh tubuh). 
Beberapa efek samping lokal yang dapat muncul, misalnya: 
Nyeri pada lokasi suntikan 
Kemerahan 
Bengkak 
Tangan terasa pegal 
Sedangkan, efek samping sistemik yang dapat muncul, misalnya: 
Demam 
Meriang 
Nyeri otot 
Mual 
Nyeri kepala 

10.RBD-Dimer vaccine/Zifivax

Vaksin Zififax adalah vaksin protein subunit adjuvanted SARS-CoV-2. vaksin


menargetkan domain pengikat reseptor (RBD) untuk SARS-CoV-2 yang terletak di domain
terminal-C subunit S1 dalam protein S. Protein direkayasa sebagai RBD dimer berulang
tandem untuk meningkatkan imunogenisitas. RBD-dimer diproduksi dalam sistem sel
ovarium hamster China (CHO), diformulasikan dengan aluminium hidroksida sebagai bahan
pembantu.

Mendapatkan EUA di China dan Uzbekistan

Vaksin Zifivax telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari China dan Uzbekistan


pada Maret 2021 lalu. Vaksin ini pun menjadi vaksin Covid-19 kelima yang disetujui oleh
Pemerintah China, dan vaksin keempat yang disetujui pemerintah Uzbekistan.

Efikasi Vaksin

Vaksin Zifivax memiliki tingkat efikasi mencapai 81,51 persen untuk penerima


dengan rentan usia 18 sampai 59 tahun.Sedangkan tingkat efikasi untuk penerima vaksinasi

25
dengan rentan usia di atas 60 tahun atau lansia mencapai 87,58 persen. Sementara untuk
varian virus Corona, vaksin Zifivax memiliki efikasi sebesar 92,93 persen untuk varian Alfa.

Uji Klinis Fase 3

Vaksin Zifivax telah melewati uji klinis fase 3 di China, Uzbekistan, Pakistan,


Ekuador, dan Indonesia, dengan total relawan mencapai 28.500 peserta. Berdasarkan hasil uji
klinis tersebut, rata-rata efikasi 81,71 persen terbentuk mulai 7 hari setelah vaksinasi lengkap.

Efek Samping

Berdasarkan penuturan pihak BPOM, vaksin Zifivax memiliki efek samping seperti


nyeri pada tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, demam, batuk, mual, dan diare
dengan tingkat keparahan grade 1-2.

11.Merah Putih vaccine


Vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan oleh
peneliti Indonesia guna memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 di Tanah Air. Pada
prosesnya, pengembangan vaksin merah putih turut melibatkan berbagai institusi
Pengembangan uji praklinis
Vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan oleh peneliti Indonesia
guna memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 di Tanah Air. Pada prosesnya, pengembangan
vaksin merah putih turut melibatkan berbagai institusi. Universitas Airlangga menjadi salah
satu anggota konsorsium yang mengembangkan Vaksin Merah Putih dengan platform
inactivated virus. Sama seperti vaksin COVID-19 lainnya. Sebelum digunakan, bibit Vaksin
Merah Putih telah melalui uji praklinis tahap 1,2 dan 3 kepada hewan dengan hasil yang
aman dan baik. Selanjutnya, bibit vaksin akan mulai dilakukan uji klinis tahap 1 kepada 100
orang, diteruskan dengan uji klinis tahap 2 pada Januari 2022 kepada 400 orang dan uji klinis
terakhir atau yang ketiga pada Februari 2022 kepada sekitar 1000 orang.

Vaksin merah putih di kembang di 4 uviversitas

1.Vaksin Merah Putih buatan Unair


Bermitra industri dengan Biotis Pharmaceutical. Platform yang digunakan Inactived virus O
EUA. Target EUA pada semester 1 2022.

2.Universitas Indonesia
Etana Biotechnologies masih dalam proses menjadi mitra industri dari UI. Platform yang
digunakan DNA, RNA, & virus like particles. Target EUA pada Juli 2022.

26
3. Universitas Padjajaran
Bio Farma menjadi mitra industri dari pengembangan vaksin Merah Putih di Unpad. Protein
rekombinan modifikasi RBD menjadi platform yang digunakan dengan target uji klinik
manusia pada September 2022.

4. Institut Teknologi Bandung


Platform yang digunakan adalah Adenovirus & protein rekombinan dengan target uji
imunogenesitas

Vaksin merah putih untuk anak

Untuk saat ini vaksin merah putih di kembangkan untuk usia 18 ke atas. vaksin Merah Putih
ini nantinya bisa dikembangkan dalam untuk memberikan vaksin booster dan vaksin bagi
anak-anak usia 5-12 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hume, H. K. C., & Lua, L. H. (2017). Platform technologies for modern vaccine
manufacturing. Vaccine, 35(35), 4480-4485.

2. Chagla, Z., 2021. The BNT162b2 (BioNTech/Pfizer) vaccine had 95% efficacy against
COVID-19≥ 7 days after the 2nd dose. Annals of Internal Medicine, 174(2), p.JC15.

3. Ahamed, F., Ganesan, S., James, A., & Zaher, W. A. (2021). Understanding perception and
acceptance of Sinopharm vaccine and vaccination against COVID–19 in the UAE. BMC
public health, 21(1), 1-11.

4. Holt, Stephen Geoffrey, et al. "An analysis of antibody responses and clinical sequalae of the
Sinopharm HB02 COVID19 vaccine in dialysis patients in the United Arab
Emirates." Nephrology (2021).

5. Johnson, David A., et al. "Synthesis and biological evaluation of a new class of vaccine
adjuvants: aminoalkyl glucosaminide 4-phosphates (AGPs)." Bioorganic & medicinal
chemistry letters 9.15 (1999): 2273-2278.

6. Morrison, V. A., Johnson, G. R., Schmader, K. E., Levin, M. J., Zhang, J. H., Looney, D. J., ...
& Toney, J. F. (2015). Long-term persistence of zoster vaccine efficacy. Clinical infectious
diseases, 60(6), 900-909.

27
7. Sanchez, Sarah, et al. "Fractionating a COVID-19 Ad5-vectored vaccine improves virus-
specific immunity." Science Immunology 6.66 (2021): eabi8635.

8. Sharma, Omna, et al. "A Review of the Progress and Challenges of Developing a Vaccine for
COVID-19." Frontiers in immunology 11 (2020): 2413.

9. Mahase, Elisabeth. "Covid-19: Novavax vaccine efficacy is 86% against UK variant and 60%
against South African variant." (2021).

10. Sacks, Henry S. "The Novavax vaccine had 90% efficacy against COVID-19≥ 7 d
after the second dose." Annals of Internal Medicine 174.11 (2021): JC124.

11. Claro, Franklin, et al. "Immunoglobulin G antibody response to the Sputnik V vaccine:
previous SARS-CoV-2 seropositive individuals may need just one vaccine
dose." International Journal of Infectious Diseases 111 (2021): 261-266.

12. Ikegame, Satoshi, et al. "Qualitatively distinct modes of Sputnik V vaccine-


neutralization escape by SARS-CoV-2 Spike variants." medRxiv (2021).

13. Wahono, Cesarius Singgih, et al. "Should Patient with Autoimmune Inflammatory
Rheumatic Diseases (AIIRD) be vaccinated with COVID-19 Vaccines?." Indonesian Journal
of Rheumatology 13.1 (2021): 492-503.

14. WARDHANI, PUSPA. Analisis sekuens nukleotida whole genome virus Dengue


DEN-1 dan asosiasinya dengan manifestasi klinis infeksi virus dengue di Surabaya tahun
2012. Diss. Universitas Airlangga, 2013.

15. Jamkhande, A., Khairnar, M.R., Gavali, N., Patil, Y., Kapare, S.S. and Bhosale, K.P.,
2021. A review of approved COVID-19 vaccines. Roczniki Panstwowego Zakladu
Higieny, 72(3), pp.245-252.

28

Anda mungkin juga menyukai