Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. COVID - 19

a. Pengertian Covid-19

Pada akhir 2019 menjelang tahun 2020 dunia digemparkan

dengan penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut pertama kali

menyerang Kota Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei Cina. Virus tersebut

dikenal dengan sebutan 2019 novel coronavirus atau 2019-nCoV. Infeksi

virus corona umumnya dikaitkan dengan penyakit yang menyerang

saluran pernafasan. (Abudi et al., 2020)

Menurut WHO (2020) Covid-19 merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus yang bernama SARS-CoV-2 dimana WHO

pertama kali mengetahui virus ini pada tanggal 31 Desember 2019 yaitu

di Wuhan Cina. Covid-19 saat ini adalah krisis kesehatan global yang

membuat krisis informasi dan social-ekonomi menjadi merosot di seluruh

dunia. (WHO, 2020)

Adanya krisis kesehatan secara global yang membuat masyarakat

seluruh dunia merasa terancam. Virus Corona berasal dari kelelawar yang

ditularkan ke tubuh manusia melalui hewan sebagai perantara yang belum

diketahui di Wuhan, provinsi Hubei, China pada bulan Desember 2019.

8
9

Virus ini dapat ditularkan dengan menghirup dan kontak dengan

tetesan droplet yang terinfeksi virus tersebut dan masa inkubasi dari virus

ini yaitu selama 14 hari atau 2 minggu. Bagi beberapa orang yang

memiliki penyakit penyerta terutama orang tua virus tersebut dapat

berkembang menjadi pneumonia, Acute Respiratory Distress Syndrome

(ARDS) dan disfungsi multi organ. (Singhal, 2020)

Pada awal tahun 2020 virus corona mulai menjadi masalah

kesehatan secara global dan telah menyebar ke berbagai Negara di luar

RRC (Republik Rakyat China). Penyebaran epidemi ini telah menyebar

luas hingga pada akhirnya ditemukan penyebab dari penyakit tersebut

adalah Novel Coronavirus. Sehingga pada tanggal 12 Februari 2020,

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa penyakit tersebut

diberi nama Coronavirus Disease (COVID-19). (Tim Kerja Kementerian

Dalam Negeri, 2020).

b. Etiologi

Menurut Zhu et al., (2020) dalam penelitiannya, penyebab dari Covid-

19 yaitu 2019-nCov, genus beta-coronavirus dari family coronaviridae.

Penelitian tersebut melaporkan CoV baru (2019-nCoV) yang

teridentifikasi pada pasien rawat inap di Wuhan, China, pada Desember

2019 dan Januari 2020. Bukti keberadaan virus ini termasuk identifikasi

cairan bronchoalveolar-lavage pada tiga pasien secara keseluruhan-

sekuensing genom, PCR langsung, dan kultur. Bukti tambahan untuk

mengkonfirmasi signifikansi etiologi 2019-nCoV dalam wabah Wuhan


10

termasuk identifikasi 2019-nCoV antigen di jaringan paru-paru pasien

dengan analisis imunohistokimia, deteksi antibodi antiviral IgM dan IgG

dalam sampel serum dari pasien pada dua titik waktu untuk

mendemonstrasikan seroconversion, dan percobaan hewan (monyet)

untuk memberikan bukti patogenisitas.

Grace, (2020) dalam penelitiannya mengatakan bahwa SARS-

CoV-2 atau nCov-19 termasuk ke dalam kategori betaCoVs yang

memiliki bentuk yang bulat atau elips dan juga sering pleomorfic, virus

ini memiliki diameter sekitar 60-140 Nm. Virus ini sangat sensitive

terhadap sinar ultraviolet dan panas.

Gambar 2.1. Struktur Virus Corona. (sumber: Shereen et al., 2020)


c. Tanda Dan Gejala

Pasien yang terinfeksi Covid-19 akan timbul gejala ringan, sedang

dan berat. Gejala yang sering ditemukan yaitu adanya demam yang

dialami cukup lama, batuk dan merasa sesak nafas. Tidak sedikit pasien

dengan Covid-19 mengalami mialgia, masalah pada gastrointestinal

seperti diare, dan gejala pada saluran pernafasan yang lainnya. Pada kasus

Covid-19 yang sering ditemui keadaan yang cepat memburuk dikarenakan

pasien memiliki masalah kesehatan yang berbahaya sebelumnya seperti

penyakit pernafasan contohnya ARDS, pasien dengan syok septik dan juga

pasien yang mengalami asidosis metabolik. Keadaan seperti itu dapat

memperburuk kondisi pasien Covid-19. (Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia (PDPI), 2020).

Berdasarkan sisi immunologi, virus Covid-19 yang sudah masuk ke

dalam tubuh akan direspon oleh system kekebalan tubuh non spesifik yang

dapat memberikan reaksi seperti berikut :

a) Hari 1-2 : akan mengalami flu dan akan keluar secret dari hidung

b) Hari 3-7 : timbul demam dan mengalami batuk

c) Hari 8-14: tubuh seseorang akan menjadi lemas dan lesu

d) Hari 15 : sembuh

Setiap tubuh manusia memiliki system kekebalan tubuh dan sel

memori yang berperan sebagai mekanisme dalam pertahanan hidup

terhadap virus atau bakteri. System imun spesifik akan merekam data

virus ke sel memori yang nantinya akan membentuk suatu antibody


spesifik COVID-19 yang diproduksi pada hari ke-7. Pada hari ke 8

sampai hari ke-14 tubuh dipenuhi dengan antibody spesifik COVID-

19 sehingga pada hari ke 15 tubuh manusia menjadi kebal akan virus

tersebut. Apabila tubuh terinfeksi lagi virus Covid-19 maka tubuh

sudah siap untuk melawan dengan antibody yang telah diproduksi

dalam waktu 24 jam. (Chalimah, 2020).

d. Penularan

Masa inkubasi dari virus Covid-19 rata-rata 5-6 hari dengan

range antara 1 dan 14 hari, namun dari kebanyakan kasus dapat

mencapai 14 hari. Resiko yang paling tinggi biasa terjadi pada hari

pertama seseorang terinfeksi karena virus memiliki konsentrasi yang

tinggi pada secret. Penderita yang telah terinfeksi virus ini dapat

menularkan langsung virus tersebut sampai dengan 48 jam yaitu

sebelum onset gejala (presimptomatik) dan bias menularkan sampai

dengan 14 hari setelah onset gejala. Periode presimptomatik

merupakan dimana virus memungkinkan dapat menyebar melalui

droplet penderita dan kontak dengan benda yang telah

terkontaminasi. Dari beberapa kasus Covid-19 juga ada yang tidak

menimbulkan gejala (asimptomatik), ini merupakan hal yang

berbahaya karena masyarakat harus mengantisipasi agar tidak

tertular.

Berdarkan dari studi Epidemiologi dan Virologi

membuktikan bahwa virus Covid-19 dapat ditularkan dari seseorang


yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berjarak dekat

dengan penderita melalui dropet yang sudah terinfeksi. Penularan

virus tersebut melalui droplet terjadi apabila seseorang berada dalam

jarak yang berdekatan (dalam 1 meter) dengan penderita yang

memiliki gejala seperti batuk atau flu sehingga droplet dari penderita

bias mengenai mukosa (mulut dan hidung) dan juga konjungtiva.

Selain melalui droplet langsung dari penderita ke orang lain, virus

Covid-19 dapat tertular melalui benda perantara yang sudah terkena

droplet dari penderita Covid-19. (Kementerian Kesehatan RI, 2020)

e. Patogenesis

Virus Corona akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui

mukosa, virus paling mudah masuk melalui mukosa hidung dan

mulut yang nantinya akan masuk ke dalam paru-paru manusia

melalui traktus respiratorius. Setelah virus tersebut masuk,

kemudian virus akan langsung mencari organ target. Pada SARS-

CoV-2 memiliki protein S yang akan memfasilitasi virus masuk ke

dalam sel target. Virus dapat masuk tergantung dari kemampuan

virus tersebut untuk berkaitan dengan ACE2, seperti reseptor

membrane ekstraselular dan juga pada priming protein S ke protease

seluler.
Gambar 2.2 : Ikatan Virus SARS-CoV dengan reseptor ACE2

(sumber : Prastyowati, 2020)

Masa inkubasi dari virus Covid-19 ini diantara 3-14 hari yang

dilihat dari kadar leukosit dan limfosit apakah ada masalah atau tidak

dan dengan memantau keadaan pasien apakah ada gejala atau tidak.

Apabila virus sudah masuk ke dalam aliran darah maka virus akan

menginfeksi organ yang memiliki ACE2 sehingga pasien merasakan

adanya gejala ringan yang timbul. Di hari ke 3 sampai ke 7 pasien

akan mengalami gejala yang yang spesifik seperti batuk,

menurunnya limfosit dan juga sesak nafas. Apabila pada fase ini

tidak segera diatasi, maka akan terjadi Acute Respiratory Distress


Syndrome (ARDS), sepsis dan komplikasi lainnya. Tingkat

keparahan dari penyakit ini berhubungan dengan usia (di atas 70

tahun), penyakit diabetes, PPOK, obesitas dan juga hipertensi.

Infeksi dari virus dapat memproduksi reaksi imun yang

berlebihan pada inangnya. Beberapa kasus telah menemukan adanya

reaksi secara keseluruhan yang disebut sebagai “badai sitokin”. Ini

merupakan suatu peristiwa dimana adanya reaksi inflamasi yang

berlebihan pada saat produksi sitokin dalam jumlah besar dan sangat

cepat sebagai respon dari suatu infeksi yang masuk. Pada kasus

Covid-19 ditemukan adanya penundaan pada sekresi sitokin dan

kemokin oleh sel imun innate yang dikarenakan blokade oleh protein

non-struktural virus. Dalam hal ini maka akan adanya lonjakan pada

sitokin proinflamasi dan kemokin (IL-6, TNFα, IL-8, MCP-1, IL-1 β,

CCL2, CCL5, dan interferon) melalui aktivasi makrofag dan

limfosit. Pelepasan sitokin itu akan memicu aktivasi sel imun adaptif

seperti sel T, neutrofil, dan juga sel NK yang bersamaan dengan

terproduksinya sitokin proinflamasi yang secara terus menenurus.

Dengan adanya lonjakan pada sitokin proinflasi yang begitu cepat

memicu terjadinya infiltrasi inflamasi pada jaringan paru yang

menyebabkan adanya kerusakan pada paru-paru dibagian epitel dan

endotel. Kerusakan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu

singkat pada saat terjadinya ARDS dan pada kegagalan multi organ.
Transmisi utama dari SARS-CoV-2 yaitu melalui droplet dari

penderita.

Penelitian Xiao et al., (2020) memberikan bukti infeksi

saluran cerna SARS-CoV-2 dan kemungkinan jalur penularan fecal-

oral. Karena virus menyebar dari sel yang terinfeksi ke sel yang tidak

terinfeksi, organ target adalah penentu jalur penularan virus.

Masuknya virus yang dimediasi ulang ke dalam sel inang adalah

langkah pertama infeksi virus. Data imunofluoresen menunjukkan

bahwa protein ACE2, yang telah terbukti menjadi reseptor sel untuk

SARS-CoV-2, banyak diekspresikan dalam sel kelenjar lambung,

duodenum, dan epitel rektal, mendukung masuknya SARS-CoV-2 ke

dalam sel inang. Pewarnaan ACE2 jarang terlihat pada mukosa

esofagus, mungkin karena epitel esofagus sebagian besar terdiri dari

sel epitel skuamosa, yang mengekspresikan ACE2 lebih sedikit

daripada sel epitel kelenjar.

f. Pencegahan Covid-19

Meningkatnya angka pasien positif Covid-19 di Indonesia

membuat pemerintah kawatir akan penyebaran yang semakin meluas.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan protokol kesehatan untuk

seluruh masyarakat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Protokol kesehatan yang dimaksud yaitu dengan cara tetap selalu

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan


handsanitaizer, physical distancing, social distancing, dan tetap

selalu menggunakan masker dimanapun dan kapanpun.

Social Distancing dianjurkan oleh pemerintah karena

diketahui bahwa penularan Covid-19 melalui droplet atau percikan

lender yang keluar dari dinding saluran pernafasan seseorang yang

sakit pada saat batuk ataupun bersin. Pemerintah juga menganjurkan

agar setiap orang yang sakit tetap selalu menggunakan masker yang

tujuannya untuk membatasi percikan tersebut agar tidak menularkan

ke orang lain. Selain melakukan Physical Distancing pemerintah

menyarankan agar tidak melakukan kegiatan dalam pertemuan-

pertemuan dalam jumlah yang besar dan tetap tidak berada dalam

kerumunan. Masyarakat dianjurkan untuk tetap mencuci tangan

menggunakan sabun dan air mengalir dan tetap melakukan pola

hidup bersih dan sehat. Tindakan tersebut diharapkan bias menjadi

upaya yang efektif dalam mencegah penularan virus Covid-19.

(Yunus & Rezki, 2020)

Dalam penelitian Usman et al., (2020) yang dilakukan pada

mahasiswa di Indonesia telah menunjukan perilaku yang baik selama

pandemi Covid-19 ini yaitu selain sesuai dengan protokol kesehatan,

dilakukan juga etika batuk dan bersin untuk mengantisipasi

penularan virus.
2. Tingkat Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut Donsu dalam (Afnis, 2017) pengetahuan merupakan

suatu hasil dari rasa keingintahuan seseorang melalui proses sensori.

Pengetahuan merupakan pedoman awal sebuah perilaku yang terbuka

atau open behavior dan berwawasan luas. Pengetahuan adalah hasil

pengamatan dari suatu obyek oleh pengindraan seseorang dimana hasil

tersebut dapat menambah wawasan seseorang terhadap obyek tersebut.

Menurut Notoatmojo dalam (Arini Putri, 2018) pengetahuan

merupakan hasil dari pemahaman dan terjadi pada orang setelah

melakukan pengamatan pada suatu obyek tertentu. Dalam pengamatan

akan suatu hal, manusia membutuhkan alat indra yang dapat

membantunya. Alat indra yang digunakan seseorang untuk mengamati

suatu obyek yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa

dan juga peraba. Akan tetapi manusia dapat memahami suatu hal

sebagian besar dengan menggunakan mata dan telinganya.

Adapun tingkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk

membentuk kepribadian yang lebih baik. Dalam domain kognitif

Notoatmojo (Arini Putri, 2018) menyatakan ada enam tingkat

pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu pemahaman seseorang akan

suatu hal yang telah dipelajarinya. Pengetahuan tingkat ini

diartikan sebagai mengingat kembali (recall) dari sesuatu yang

spesifik dan dari seluruh bahan yang telah dipelajari seseorang atau

hasil yang telah diterimanya. Dalam tingkatan pengetahuan, tahu

(know) merupakan tingkat yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Dalam hal ini memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

seseorang dalam menjelaskan secara detail hasil dari yang telah

dipejarinya atau yang telah diketahui dan dapat disimpulkan secara

jelas dan benar. Apabila seseorang yang sudah paham akan apa

yang dipelajari selama ini maka seseorang tersebut akan mampu

dalam menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan dan sebagainya

dari apa yang telah dipelajari dari suatu obyek.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

menggunakan materi yang dipelajari dalam kehidupan nyata.

Aplikasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu hukum, metode,

prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan dalam menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam sebuah komponen, akan tetapi masih

memiliki kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu bentuk kemampuan dalam

menyusun sebuah inovasi yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan penilain seseorang akan

suatuobyek yang diplajari. Penilaian – penilaian ini dilakukan

berdasarkan kriteria dari masing-masing orang yang telah

ditentukannya.

b. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Fitriani dalam (Yuliana, 2017) mengatakan bahwa faktor

yang dapat mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut :

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membantu dalam

mengembangkan kepribadian dan kemampuan. Proses belajar

sangat dipengaruhi oleh oleh pendidikan. Semakin tingginya

pendidikan yang didapat makan akan semakin tinggi tingkat

pemahamanan seseorang akan suatu informasi yang didapat.

Peningkatan pengetahuan tidak hanya dapat dilakukan secara

formal, akan tetapi dapat juga dilakukan secara non formal.


Pengetahuan tentang suatu hal akan mengandung dua aspek yaitu

dalam aspek negative dan aspek positif. Kedua aspek tersebut

yang nantinya akan mempengaruhi sikap seseorang akan

suatuobyek tertentu. Apabila terdapat banyak aspek positif dari

obyek tersebut maka sikap seseorang akan positif terhadap obyek

tersebut.

2) Media Massa/Informasi

Pendidikan formal dan non formal akan memberikan informasi

yang dapat memberikan pengetahuan dalam jangka pendek

(immediate impact) yang akan menghasilkan perubahan

pengetahuan. Adanya kemajuan teknologi saat ini dapat

mempermudah seseorang dalam meng-upgrade pengetahuan.

Semakin banyaknya media massa maka semakin banyak informasi

yang di dapat. Media masa yang dijadikan sebagai saranan

komunikasi yang dapat informasi ke banyak orang yaitu televisi,

radio, koran, majalah dan lain sebagainya yang dapat

mempengaruhi pendapat seseorang akan informasi tersebut.

3) Sosial Budaya dan Ekonomi

Status sosial ekonomi seseoraang berpengaruh terhadap

ketersediaan media yang diperlukan dalam mendapatkan informasi

yang penting. Apabila seseorang memiliki status sosial ekonomi

yang rendah maka akan sangat sulit dalam mengdapatkan

informasi dan sulit dalam meningkatkan pengetahuan.


4) Lingkungan

Lingkungan adalah keadaan yang berada di sekeliling individu

dalam bentuk biologis, lingkungan, fisik ataupun keadaan sosial.

Setiap harinya individu akan melakukan interaksi terhadap

sekelilingnya dan mendapatkan timbal balik (feedback).

Lingkungan dapat mempengaruhi proses penyampaian dan

penerimaan suatu informasi.

5) Pengalaman

Seseorang yang memiliki banyak pengalaman akan memiliki

pengetahuan yang lebih dari orang yang memiliki sedikit

pengetahuan. Itu disebabkan karena dari pengalaman tersebut

seseorang akan banyak belajar untuk menentukan sendiri suatu

kebenaran.

6) Usia

Usia dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin

bertambahnya usia seseorang maka daya tangkap dan pola pikir

seseorang akan semakin meningkat.

3. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Kholid dalam (Lamin, 2019) Perilaku adalah suatu

tindakan atau aktivitas dari seseorang yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.


Menurut (Utaminingsih, 2014, p. 4) perilaku manusia

adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu tersebut dengan

lingkungan sekitarnya.

Dasar-Dasar Perilaku

Perilaku individu biasa dibentuk dari kepribadian dan dari

pengalaman. Ada empat variable karakteristik dasar perilaku

individu yaitu :

1. Karakteristik Biografis

Karakteristik biografis merupakan karakteristik individu

secara pribadi yang berada dalam diri seperti usia, jenis

kelamin, statsu perkawinan dan juga masa kerja.

a. Usia

Usia mempengaruhi produktifitas dari diri seseorang.

Tetapi pernyataan ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan

pada usia tua individu ada yang masih enerjik dan

produktifitasnya tinggi.

b. Jenis Kelamin

Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa pria dan

wanita memiliki kinerja yang berbeda. Tetapi ada juga yang

berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara laki-laki dan wanita dikarenakan semua orang

memiliki cara tersendiri dalam melakukan suatu hal yang

dianggapnya baik dan tidak.


c. Status Perkawinan

Status perkawinan biasanya akan membuat seseorang

menumbuhkan rasa tanggung jawab pada dirinya dalam

melakukan suatu pekerjaan.

d. Masa Kerja

Hal ini berhubungan dengan pengalaman yang dimiliki

seseorang. Dari pengalaman tersebut seseorang bisa

memperbaiki perilaku yang menurutnya buruk untuk

mendapatkan reward.

2. Kemampuan

Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda

dalam melakukan segala hal. Seluruh kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang mencakup kemampuan fisik dan

kemampuan non fisik.

a. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik memiliki kontribusi yang besar pada

suatu tindakan yang akan dilakukan seseorang. Ada

sembilandasar dari kemampuan fisik yaitu kekuatan

dinamis, kekuatan dari tubuh, kekuatan statis, kekuatan dan

keluwesan exent, keluwesan dinamis,koordinasi tubuh,

keseimbangan dan juga stamina yang dimiliki seseorang.

b. Kemampuuan Non Fisik


Kamampuan non fisik yang dimaksud dalam hal ini

beerupa kemampuan intelejensia atau IQ seseorang,

kemampuan emosional dan kemampuan spiritual seseorang.

3. Kepribadian

Kepribadian merupakan sesuatu yang dapat menentukan

bagaimana sikap atau karakteristik seseorang, dan kepribadian

ini yang menjadi perbedaan dari perilaku seseorang.

4. Pembelajaran

Pembelajaran (learning) adalah setiap perubahan yang

relatif permanen dari perilaku seseorang. Dari pembelajaran

maka seseorang akaan melakukan perubahan perilaku dari yang

sebelumnya. Komponen dari pembelajaran meliputi : adanya

perubahan dari keadaan sebelumnya, relatif permanen, dan

perilaku yang berbeda yang mengarah ke yang lebih baik.

2. Bentuk Prilaku

Menurut Notoatmojo (2014) dalam (Arini Putri, 2018) perilaku

dapat dibagi menjadi dua sesuai respon terhadap stimulus, yaitu :

1) Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus secara tertutup. Pada

respon ini stimulus yang didapat masih sebatas perhatian,

persepsi pengetahuan dan sikap seseorang dalammenerima

stimulus tersebut dan belum dilihat secara nyata dan jelas oleh

orang lain.
2) Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respons seseorang yang secara nyata atau terbuka. Pada

perilaku terbuka ini seseorang telah memberikan

responsterhadap stimulus dalam bentuk nyata dengan tindakan

atau praktik.

3. Pembentukan Perilaku

Priyoto dalam (Lamin, 2019) mengatakan ada beberapa cara

terbentuknya perilaku seseorang, yaitu :

1. Kebiasaan

Perilaku seseorang dapat terbentuk dari kebiasaan yang

dilakukan sehari-hari. Kebiasaan baik maupun buruk

berpengaruh dari perilaku yang dimiliki seseorang.

2. Pengertian (insight)

Dari adanya pengertian dari dalam diri seseorang maka

terbentuklah perilaku yang sesuai dari seseorang.

3. Penggunaan Model

Dalam hal ini model yang dimaksud yaitu pemimpin atau

panutan yang dapat dijadikan panutan dalam membentuk

perilaku yang baik.


4. Masker

WHO telah merangkum laporan-laporan mengenai transmisi dari

Covid-19 dan memberikan gambaran bukti mengenai penularan dari virus

tersebut seperti orang dengan gejala (simtomatik), orang yang belum

memiliki gejala (prasimtomatik) dan yang tidak memiliki gejala

(asimtomatik). Penularan dari prasimtomatik terjadi melalui percikan dan

sentuhan dengan dipermukaan yang telah terkontaminasi. Menurut (World

Health Organization, 2020) penggunaan masker medis merupakan salah

satu langkah dalam pencegahan penyebaran penyakit saluran pernafasan

yang diakibatkan oleh virus dan termasuk virus Covid-19.

Gambar 2.3. Risiko Penularan dan Masker Yang Dapat Digunakan.

Sumber : (World Health Organization, 2020)


Manfaat dari penggunaan masker bagi orang yang sehat di tengah

wabah Covid-19 dapat mengrangi kemungkinan terpapar virus dari

penderita yang sedang masa prasimtomatik dan stigmatisasi orang yang

menggunakan masker sebagai cara pengendalian sumber infeksi. Adapun

cara yang dilakukan masyarakat jika menggunakan masker yang baik dan

benar, karena bagaimana cara masyarakat menggunakan masker juga

berpengaruh dari transmisi virus Covid-19.

Gambar 2.4. Cara Menggunakan Masker dan Cara Membuang Masker

Sumber : (World Health Organization, 2020)


Penularan Covid-19 dapat melalui saluran pernafasan, apabila

menghirup percikan dari orang yang telah terinfeksi maka terjadilah

penularan dari penderita ke orang lain. Maka dari itu, dihimbau untuk

seluruh masyarakat untuk menggunakan masker setiap saat di masa

pandemi Covid-19 agar dapat terhindar dari penyakit berbayahaya

tersebut. Masker dapat menjadi penghalang paling pertama apabila ada

droplet dari diri sendiri maupun dari orang lain. (Pratiwi, 2020).

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menjelaskan bahwa

masker kain juga bias digunakan sebagai pengganti masker medis untuk

mengurangi resiko tertularnya virus Covid-19. Pada awal wabah Covid-19

banyak masyarakat yang mengeluh bahwa sangat sulit mendapatkan

masker medis maka dari itu masker kain dapat dianjurkan untuk digunakan

masyarakat selama pandemi dalam mencegah penularan virus tersebut.

(Syapitri et al., 2020)

5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Masker

Virus Covid-19 ini merupakan virus yang baru masuk ke Indonesia yang

dimana masyarakat masih sangat sedikit mengetahui mengenai penyakit

tersebut. Dengan hal itu diperlukan adanya bantuan seperti penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat akan penyakit tersebut. Semakin

rendah pengetahuan masyarakat maka akan semakin rendah perilaku

masyarakat dalam menghadapi pandemi covid-19. Kasus Covid-19 di dunia

bahkan di Indonesia semakin meningkat. Penyebaran virus yang sangat pesat

membuat keresahan di kalangan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah


melakukan berbagai cara untuk menekan transmisi virus Covid-19. Untuk

menjamin tindakan pencegahan berjalan dengan baik, maka hal tersebut

sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan

yang cukup mengenai Covid-19 di kalangan masyarakat maka masyarakat

akan memiliki pemahaman tentang bagaimana pencegahan, pengobatan dan

komplikasi dari penyakit tersebut.

Dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Covid-19, masyarakat

memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang baik untuk mengetahui

bagaimana cara dalam pencegahan tersebut. Hasil penelitian dari (Purnamasari

& Raharyani, 2020) menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat di

Kabupaten Wonosobo mengenai Covid-19 termasuk ke dalam kategori baik

(90%) dan hanya10% yang masuk ke dalam kategori cukup. Untuk hasil

perilaku masyarakat Kabupaten Wonosobo sebanyak 95,8% memiliki perilaku

yang baik dan 4,2% memiliki perilaku cukup baik. Dapat disimpulkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dari

masyarakat Kabupaten Wonosobo di masa pandemi Covid-19 dengan p-value

0,047 (< 0,05). Perilaku baik yang dimaksud dalam penelitian tersebut yaitu

perilaku dalam mencegah penyebaran virus Covid-19 seperti mencuci tangan

dengan bersih, menjaga jarak dan juga menggunakan masker setiap saat

terutama ketika beraktivitas di luar rumah.

Hasil penelitian dari (Prihati et al., 2020) menunjukan bahwa terdapat

100% responden (50 orang) memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan

sekitar 46% responden memiliki perilaku yang baik dalam pencegahan virus
Covid-19. Dalam penelitian tersebut menyatakan hasil dari uji statistic

diperoleh hasil p-value = 0.04 yang berate < α . Hasil tersebut telah

membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku seseorang. Semakin baik tingkat pengetahuan

seseorang maka akan semakin baik pula tindakan yang dilakukan dalam

menghadapi pandemi Covid-19.

(Sitohang et al., 2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebagian

besar masyarakat Indonesia Bagian Barat memiliki tingkat pengetahuan yang

baik selama pandemi Covid-19, yaitu sejumlah 581 orang (71,1%), dan

sebagian besar masyarakat memiliki perilaku atau tindakan yang positif yaitu

sejumlah 607 orang (74,3%).


B. Kerangka Teori

Tingkat Faktor yang mempengaruhi :


Pengetahuan
1. Pendidikan
2. Media
massa/Informasi
Dasar-Dasar Perilaku: 3. Sosial Budaya dan
Ekonomi
1. Karakteristik
4. Lingkungan
Biografi
5. Pengalaman
2. Kemampuan
6. Usia
3. Kepribadia
4. Pembelajaran

Pembentukan Perilaku:

Perilaku 1. Kebiasaan
2. Pengertian (insight)
3. Penggunaan Model

Penggunaan Masker Pada Masa Covid-19

Skema 2.1 Kerangka Teori Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku


Penggunaan Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 di Perumahan
Wisma Nusa Permai, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

Anda mungkin juga menyukai