Oleh :
DEDY FIKRIANSYAH
NIM :202204005
BANYUWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
DEDY FIKRIANSYAH
NIM
Oleh
Pembimbing
Mengetahui,
Koord.Profesi Ners
A. Definisi COVID-19
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai
dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19 (WHO, 2020).
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.
Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019 (WHO, 2020).
Penyakit yang disebabkan infeksi COVID-19 pada umumnya bersifat ringan, terutama pada anak-
anak dan orang dewasa muda. Namun, infeksi ini tetap dapat menyebabkan penyakit serius: sekitar 1 dari
5 orang yang terjangkit membutuhkan perawatan di rumah sakit. Karenanya, wajar jika orang khawatir
tentang dampak wabah COVID-19 pada diri mereka dan orang-orang yang mereka kasihi (WHO, 2020).
B. Patogenesis COVID-19
Masa inkubasi adalah jangka waktu antara terjangkit virus dan munculnya gejala penyakit. Pada
umumnya masa inkubasi COVID-19 diperkirakan berkisar dari 1 hingga 14 hari, umumnya sekitar lima
hari (WHO, 2020).
Pasien yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan jumlah leukosit yang lebih tinggi, temuan
pernapasan abnormal, dan peningkatan kadar pro-inflamasi plasma sitokin. Salah satu laporan kasus
COVID-19 menunjukkan seorang pasien pada 5 hari demam disajikan dengan batuk, napas kasar suara
kedua paru-paru, dan suhu tubuh 39,0 ° C. Pasien dahak menunjukkan hasil reaksi rantai polimerase real-
time positif yang mengkonfirmasi infeksi COVID-19 (Rothan and Byrareddy, 2020).. Studi laboratorium
menunjukkan leukopenia dengan jumlah leukosit 2,91 × 109 sel / L di antaranya 70,0% adalah neutrofil.
Selain itu, nilai 16,16 mg / L darah Protein C-reaktif tercatat berada di atas kisaran normal (0–10 mg / L).
Tingkat sedimentasi eritrosit yang tinggi dan D-dimer adalah juga diamati (Rothan and Byrareddy, 2020)..
Patogenesis utama infeksi COVID-19 sebagai virus penargetan sistem pernapasan adalah pneumonia
berat, RNAaemia, dikombinasikan dengan kejadian kekeruhan tanah-kaca, dan jantung akut cedera
(Huang, n.d.). Tingkat sitokin dan kemokin dalam darah sangat tinggi tercatat pada pasien dengan infeksi
COVID-19 yang termasuk IL1-β, IL1RA, IL7, IL8, IL9, IL10, FGF2 dasar, GCSF, GMCSF, IFNγ, IP10,
MCP1, MIP1α, MIP1β, PDGFB, TNFα, dan VEGFA. Beberapa yang parah kasus yang dirawat di unit
perawatan intensif menunjukkan tingkat tinggi sitokin proinflamasi termasuk IL2, IL7, IL10, GCSF, IP10,
MCP1, MIP1α, dan TNFα yang beralasan meningkatkan keparahan penyakit (Rothan and Byrareddy,
2020).
C. Gejala COVID-19
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare,
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang
yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit
COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-
orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung
atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami
demam, batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis (WHO, 2020).
Gejala infeksi COVID-19 muncul setelah inkubasi periode sekitar 5,2 hari (Li et al., 2020). Periode
sejak awal COVID-19 gejala kematian berkisar antara 6 hingga 41 hari dengan median 14 hari (Wang et
al., 2020). Periode ini tergantung pada usia pasien dan status sistem kekebalan tubuh pasien. Itu lebih
pendek di antara pasien di atas 70 tahun dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 70 (Wang
et al., 2020). Itu gejala paling umum pada awal penyakit COVID-19 adalah demam, batuk, dan kelelahan,
sementara gejala lainnya termasuk produksi dahak, sakit kepala, hemoptisis, diare, dyspnoea, dan
limfopenia (Wang et al., 2020). Gambaran klinis yang diungkapkan oleh CT scan dada disajikan sebagai
pneumonia, Namun, ada fitur abnormal seperti RNAaemia, pernapasan akut sindrom tekanan, cedera
jantung akut, dan kejadian opacities grand-kaca yang menyebabkan kematian (Huang, n.d.). Dalam
beberapa kasus, banyak kekeruhan tanah-kaca perifer diamati di daerah subpleural dari kedua paru-paru
yang kemungkinan menginduksi kekebalan sistemik dan lokal respon yang menyebabkan peningkatan
peradangan. Sayangnya, pengobatan dari beberapa kasus dengan inhalasi interferon tidak menunjukkan
efek klinis dan sebagai gantinya tampak memperburuk kondisi dengan mengembangkan paru-paru
kekeruhan (Lei et al., n.d.).
Gambar : Gangguan sistemik dan pernapasan yang disebabkan oleh infeksi COVID-19 (Rothan and
Byrareddy, 2020)
Penting untuk dicatat bahwa ada kesamaan dalam gejalanya antara COVID-19 dan
betacoronavirus sebelumnya seperti demam, kering batuk, dispnea, dan opasitas bilateral ground-glass
pada CT scan dada (Huang, n.d.). Namun, COVID-19 menunjukkan beberapa fitur klinis unik itu termasuk
penargetan jalan napas bawah yang dibuktikan dengan pernapasan bagian atas Gejala saluran seperti
rhinorrhoea, bersin, dan sakit tenggorokan (Assiri et al., 2013). Selain itu, berdasarkan hasil dari radiografi
dada setelah masuk, beberapa kasus menunjukkan infiltrat di lobus atas paru-paru yang berhubungan
dengan peningkatan dispnea dengan hipoksemia (Phan et al., 2020). Yang penting, sedangkan pasien yang
terinfeksi COVID-19 mengalami gastrointestinal gejala seperti diare, persentase rendah MERS-CoV atau
pasien SARS-CoV mengalami tekanan GI yang serupa. Karena itu penting untuk menguji sampel feses
dan urin untuk mengecualikan alternatif potensial rute penularan, khususnya melalui perawatan kesehatan
pekerja, pasien dan lain-lain (Assiri et al., 2013). Oleh karena itu, pengembangan metode untuk
mengidentifikasi berbagai mode transmisi seperti feacal dan sampel urin sangat diperlukan untuk
mengembangkan strategi untuk menghambat dan / atau meminimalkan penularan dan untuk
mengembangkan terapi mengendalikan penyakit.
Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terjangkit virus ini. COVID-19 dapat
menyebar dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang
yang terjangkit COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas. Percikan-percikan ini kemudian jatuh ke
benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar. Orang yang menyentuh benda atau permukaan
tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau mulutnya, dapat terjangkit COVID-19. Penularan COVID-19
juga dapat terjadi jika orang menghirup percikan yang keluar dari batuk atau napas orang yang terjangkit
COVID-19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang
sakit.
Menurut penelitian sejauh ini, virus penyebab COVID-19 ini umumnya menular melalui kontak
dengan percikan dari saluran pernapasan, bukan melalui udara. Cara utama penyebaran penyakit ini adalah
melalui percikan saluran pernapasan yang dihasilkan saat batuk. Risiko penularan COVID-19 dari orang
yang tidak ada gejala sama sekali sangatlah rendah. Namun, banyak orang yang terjangkit COVID-19
hanya mengalami gejala-gejala ringan, terutama pada tahap-tahap awal. Karena itu, COVID-19 dapat
menular dari orang yang, misalnya, hanya batuk ringan tetapi merasa sehat.
Risiko penularan COVID-19 dari feses orang yang terinfeksi COVID-19 cukup kecil. Penelitian
awal memang mengindikasikan bahwa dalam kasus-kasus tertentu virus ini bisa ada di feses, tetapi dalam
konteks wabah yang sedang terjadi ini, rute penularan ini tidak menjadi kekhawatiran. WHO terus
mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-
temuan terbaru. Namun demikian, karena risiko tetap ada (walaupun kecil), hal ini memperkuat alasan
kita harus rajin mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi dan sebelum makan.
Coronavirus adalah kelompok virus yang biasanya terdapat pada binatang. Terkadang, orang
terinfeksi virus-virus ini, yang kemudian menyebar ke orang lain, seperti SARS-CoV dan MERS-CoV.
SARS-CoV dikaitkan dengan musang, sedangkan MERS-CoV ditularkan oleh unta. Hewan penular
COVID-19 belum bisa dipastikan sampai saat ini. Selain itu tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
hewan pendamping atau peliharaan seperti kucing dan anjing terinfeksi atau menyebarkan virus penyebab
COVID-19.
Selain itu, belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan
benda, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Penelitian coronavirus, dan
juga informasi awal tentang virus penyebab COVID-19, mengindikasikan bahwa coronavirus dapat
bertahan di permukaan antara beberapa jam hingga beberapa hari. Lamanya coronavirus bertahan
mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan
lingkungan).
Berdasarkan pada jumlah besar orang yang terinfeksi yang terpapar ke pasar hewan basah di Kota
Wuhan di mana hewan hidup dijual secara rutin, disarankan bahwa inilah kemungkinan asal zoonosis
COVID-19. Upaya telah dilakukan untuk mencari inang reservoir atau pembawa perantara dari mana
infeksi mungkin telah menyebar ke manusia. Laporan awal mengidentifikasi dua spesies ular yang bisa
menjadi cadangan COVID-19. Namun, sampai saat ini, belum ada bukti yang konsisten tentang reservoir
virus corona selain mamalia dan burung (Bassetti et al., 2020). Analisis sekuens genomik COVID-19
menunjukkan 88% identitas dengan dua coronavirus akut yang menyerupai kelelawar (SARS) yang
diturunkan seperti kelelawar, yang menunjukkan bahwa mamalia adalah penghubung yang paling
mungkin antara COVID-19 dan manusia. Beberapa laporan menyatakan bahwa penularan dari orang ke
orang adalah rute yang memungkinkan untuk menyebarkan infeksi COVID-19. Ini didukung oleh kasus-
kasus yang terjadi dalam keluarga dan di antara orang-orang yang tidak mengunjungi pasar hewan basah
di Wuhan (Carlos et al., 2020). Penularan dari orang ke orang terjadi terutama melalui kontak langsung
atau melalui tetesan yang disebarkan oleh batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi. Dalam sebuah
penelitian kecil yang dilakukan pada wanita di trimester ketiga yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona,
tidak ada bukti bahwa ada penularan dari ibu ke anak. Namun, semua ibu hamil menjalani operasi sesar,
sehingga masih belum jelas apakah penularan dapat terjadi selama kelahiran vagina. Ini penting karena
ibu hamil relatif lebih rentan terhadap infeksi oleh patogen pernapasan dan pneumonia berat.
Pengikatan reseptor yang diekspresikan oleh sel inang adalah langkah pertama infeksi virus diikuti
oleh fusi dengan membran sel. Alasannya bahwa sel-sel epitel paru-paru adalah target utama virus.
Dengan demikian, telah dilaporkan bahwa transmisi SARS-CoV dari manusia ke manusia terjadi melalui
pengikatan antara domain pengikat reseptor dari lonjakan virus dan reseptor seluler yang telah
diidentifikasi sebagai reseptor enzim pengonversi 2 (ACE2) pengubah angiensin (ACE2) (Jaimes et al.,
2020). Yang penting, urutan domain pengikatan reseptor paku COVID-19 serupa dengan urutan SARS-
CoV. Data ini sangat menyarankan bahwa masuk ke dalam sel inang kemungkinan besar melalui reseptor
ACE2 (Wan et al., 2020).
Cara paling efektif melindungi diri dan orang lain dari COVID-19 adalah sering mencuci tangan,
menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, dan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin.
Kita dapat menyalurkan perhatian kita dengan cara melindungi diri kita, orang-orang yang kita
kasihi dan masyarakat kita. Tindakan yang terpenting adalah rajin mencuci tangan secara menyeluruh dan
menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin. Selain itu, tetap ikuti perkembangan informasi dan
patuhi nasihat dinas kesehatan setempat termasuk pembatasan perjalanan, pergerakan dan pertemuan yang
diberlakukan.
Di banyak negara di dunia, kasus dan bahkan wabah COVID-19 telah terjadi. Pemerintah
Tiongkok dan pemerintah beberapa negara lain telah berhasil memperlambat atau menghentikan
wabah yang terjadi di wilayahnya. Namun, situasi yang ada masih sulit diprediksi. Karena itu, tetaplah
ikuti berita terbaru.
Anda dapat mengurangi risiko terinfeksi atau menyebarkan COVID-19 dengan cara
melakukan beberapa langkah pencegahan:
1. Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik
berbahan dasar alkohol. Karena mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, atau
cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus di tangan Anda.
2. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin. Ketika batuk atau
bersin, orang mengeluarkan percikan dari hidung atau mulutnya dan percikan ini dapat membawa
virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda dapat menghirup percikan ini dan juga virus COVID-19 jika
orang yang batuk itu terjangkit penyakit ini.
3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh berbagai permukaan benda dan
virus penyakit ini dapat tertempel di tangan. Tangan yang terkontaminasi dapat membawa virus
ini ke mata, hidung atau mulut, yang dapat menjadi titik masuk virus ini ke tubuh Anda sehingga
Anda menjadi sakit.
4. Pastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengikuti etika batuk dan bersin dengan cara
menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin dan segera buang
tisu bekas tersebut. Percikan dapat menyebarkan virus. Dengan mengikuti etika batuk dan bersin,
Anda melindungi orang-orang di sekitar dari virus-virus seperti batuk pilek, flu dan COVID-19.
5. Tetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika Anda demam, batuk dan kesulitan
bernapas, segeralah cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan kondisi Anda terlebih
dahulu. Ikuti arahan Dinas Kesehatan setempat Anda. Kementerian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan daerah akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di wilayah Anda. Dengan
memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan yang akan merawat Anda dapat
segera mengarahkan Anda ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. Langkah ini juga
melindungi Anda dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
6. Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot COVID-19 (kota atau daerah di mana
COVID-19 menyebar luas). Jika memungkinkan, hindari bepergian ke tempat-tempat tersebut –
terutama jika Anda sudah berusia lanjut atau mengidap diabetes, sakit jantung atau paru-paru.
Kemungkinan tertular COVID-19 lebih tinggi di tempat-tempat tersebut.
b. Perlindungan jika sedang berada di atau pernah berkunjung ke (dalam waktu 14 hari terakhir) wilayah
di mana COVID-19 menyebar
1. Ikuti panduan di atas (Perlindungan untuk semua orang)
2. Lakukan isolasi diri dengan cara tetap tinggal di rumah jika Anda mulai merasa kurang sehat,
bahkan jika gejalanya ringan seperti sakit kepala, demam berskala rendah (37.3 C atau lebih) dan
pilek ringan, sampai Ana sembuh. Jika orang lain harus membawakan Anda persediaan atau jika
Anda harus keluar, misal untuk membeli makanan, kenakanlah masker agar tidak menginfeksi
orang lain.
Jika Anda tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain dan tidak mengunjungi fasilitas
medis, diri Anda dan orang lain akan terlindung dari virus COVID-19 ataupun lainnya dan fasilitas
kesehatan akan dapat beroperasi lebih efektif.
3. Jika Anda demam, batuk dan kesulitan bernapas, segera minta nasihat dokter karena kondisi ini
bisa jadi dikarenakan infeksi saluran pernapasan atau kondisi serius lainnya. Jika Anda sudah
memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan dapat lebih cepat mengarahkan
Anda ke fasilitas kesehatan yang tepat. Hal ini juga membantu mencegah kemungkinan
penyebaran COVID-19 dan virus-virus lainnya.
Risiko tertular tergantung lokasi Anda – lebih tepatnya, apakah sedang terjadi wabah COVID-19
di sana. Di sebagian besar lokasi, risiko tertular COVID-19 masih rendah. Namun, ada tempat-tempat
(kota atau wilayah) di seluruh dunia di mana penyakit ini menyebar. Orang yang tinggal di atau
mengunjungi wilayah-wilayah ini lebih berisiko tertular COVID-19. Pemerintah-pemerintah dan otoritas
kesehatan mengambil tindakan tegas setiap kali kasus COVID-19 baru teridentifikasi. Patuhilah larangan-
larangan perjalanan, pergerakan atau pertemuan dengan jumlah peserta yang besar yang diberlakukan di
tempat Anda berada. Bekerja sama dengan upaya-upaya pengendalian penyakit akan menurunkan risiko
Anda tertular atau menyebarkan COVID-19.
Wabah dan penularan COVID-19 dapat ditahan dan dihentikan, seperti yang terjadi di Tiongkok
dan beberapa negara lain. Sayangnya, wabah-wabah baru terjadi dengan cepat. Anda perlu mengetahui
situasi di tempat Anda berada atau yang akan Anda kunjungi.
Sejauh ini lansia dan orang-orang yang sudah memiliki keadaan medis sebelumnya (seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit paru-paru, kanker atau diabetes) terindikasi mengalami
sakit yang lebih parah.
Berdasarkan CDC, berikut faktor risiko Covid-19 menginfeksi seseorang secara lebih parah:
Percikan dahak
Kuman Covid 19
Proses
peradangan peradangan
Peningkatan
hypertermia Reseptor nyeri Kekuatan kontraksi
produksi mucus
otot jantung
Pemecahan KH,
lemak, protein
Akumulasi secret
Hypotalamus Penurunan curah
pada saluran
jantung
Nutrisi kurang dari pernapasan
kebutuhan
nyeri
Bersihan jalan
Kehilangan nafas tidak efektif
otot/lemak dan
protein Respon batuk
kelemahan
Pengeluaran
droplet
Meskipun obat-obatan tradisional atau buatan sendiri dapat meringankan gejala-gejala COVID-
19, obat-obatan yang ada belum terbukti dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit ini. WHO tidak
merekomendasikan tindakan mengobati diri sendiri dengan obat apa pun, termasuk antibiotik, untuk
mencegah atau menyembuhkan COVID-19. Namun, beberapa obat-obatan barat dan tradisional sedang
diuji klinis.
Antibiotik tidak dapat melawan virus, melainkan hanya melawan infeksi bakteri. COVID-19
disebabkan oleh virus sehingga antibiotik tidak efektif. Antibiotik tidak boleh digunakan untuk mencegah
atau mengobati COVID-19. Antibiotik hanya digunakan sesuai arahan dokter untuk mengobati infeksi
bakteri.
Hingga kini, belum ada vaksin dan obat melawan virus tertentu untuk mencegah atau mengobati
COVID-19. Namun, orang-orang yang sakit perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala-
gejalanya. Orang-orang yang sakit serius harus dibawa ke rumah sakit. Sebagian besar pasien sembuh
karena perawatan untuk gejala yang dialami. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih
diteliti melalui uji klinis. WHO mengkoordinasikan upaya menyediakan vaksin dan obat yang mencegah
dan mengobati COVID-19.
Cara paling efektif melindungi diri dan orang lain dari COVID-19 adalah sering mencuci tangan,
menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, dan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernapasan
- Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
- Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesori pernapasan
- Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
- Papiledema
- Penurunan haluaran urine
II. Pemeriksaan fisik :
a. System pernafasaan :
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
Auskultasi ; suara abnormal (wheezing dan ronchi)
b. System Kardiovaskuler :
Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah trauma
Palpasi ; bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradok
c. System neurologis
Inpeksi ; gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi ; kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialamu dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
d. Pemeriksaan sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus,
gagal nafas
Tanda :
- Tekanan darah :Dapat normal / naik / turun , Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk
atau berdiri
- Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratus (disritmia)
-bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
-Murmur :Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan
gagal jantung atau ventrikel
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah
pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
focus pada diri sendiri, koma nyeri
6. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
7. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
8. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
9. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
- Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi,
lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).
B. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan
yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan
dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri (Ali, 2009). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi disusun menggunakan
SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria
evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan
asuhan keperawatan(Nurhayati, 2011).
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu:
a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan
sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Assiri, A., Al-Tawfiq, J.A., Al-Rabeeah, A.A., Al-Rabiah, F.A., Al-Hajjar, S., Al-Barrak, A., Flemban, H.,
Al-Nassir, W.N., Balkhy, H.H., Al-Hakeem, R.F., Makhdoom, H.Q., Zumla, A.I., Memish, Z.A.,
2013. Epidemiological, demographic, and clinical characteristics of 47 cases of Middle East
respiratory syndrome coronavirus disease from Saudi Arabia: a descriptive study. Lancet Infect. Dis.
13, 752–761. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(13)70204-4
Bassetti, M., Vena, A., Giacobbe, D.R., 2020. The novel Chinese coronavirus (2019‐nCoV) infections:
Challenges for fighting the storm. Eur. J. Clin. Invest. 50. https://doi.org/10.1111/eci.13209
Bogoch, A. Watts, A. Thomas-Bachli, C. Huber, M.U.G. Kraemer, K. Khan, Pneumonia of unknown etiology
in wuhan, China: potential for international spread via commercial air travel, J. Trav. Med. (2020),
https://doi.org/10.1093/jtm/ taaa008.
Carlos, W.G., Dela Cruz, C.S., Cao, B., Pasnick, S., Jamil, S., 2020. Novel Wuhan (2019-nCoV) Coronavirus.
Am. J. Respir. Crit. Care Med. 201, P7–P8. https://doi.org/10.1164/rccm.2014P7
Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Coronavirus (COVID-19). Di unduh dari
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/index.html.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2020. Data Sebaran Kasus Covid-19 Sampai Dengan Tanggal 12 Apr 2020 di
Bali (BALI). Di unduh dari https://pendataan.baliprov.go.id/
Huang, C., n.d. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China 10.
Jaimes, J.A., Millet, J.K., Stout, A.E., André, N.M., Whittaker, G.R., 2020. A Tale of Two Viruses: The
Distinct Spike Glycoproteins of Feline Coronaviruses. Viruses 12, 83.
https://doi.org/10.3390/v12010083
Lei, J., Li, J., Li, X., Qi, X., n.d. CT Imaging of the 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) Pneumonia 1.
Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., Ren, R., Leung, K.S.M., Lau, E.H.Y., Wong, J.Y.,
Xing, X., Xiang, N., Wu, Y., Li, C., Chen, Q., Li, D., Liu, T., Zhao, J., Li, M., Tu, W., Chen, C., Jin,
L., Yang, R., Wang, Q., Zhou, S., Wang, R., Liu, H., Luo, Y., Liu, Y., Shao, G., Li, H., Tao, Z., Yang,
Y., Deng, Z., Liu, B., Ma, Z., Zhang, Y., Shi, G., Lam, T.T.Y., Wu, J.T.K., Gao, G.F., Cowling, B.J.,
Yang, B., Leung, G.M., Feng, Z., 2020. Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel
Coronavirus–Infected Pneumonia. N. Engl. J. Med. 9.
Phan, L.T., Nguyen, Thuong V., Luong, Q.C., Nguyen, Thinh V., Nguyen, H.T., Le, H.Q., Nguyen, T.T., Cao,
T.M., Pham, Q.D., 2020. Importation and Human-to-Human Transmission of a Novel Coronavirus in
Vietnam. N. Engl. J. Med. 382, 872–874. https://doi.org/10.1056/NEJMc2001272
Rothan, H.A., Byrareddy, S.N., 2020. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-
19) outbreak. J. Autoimmun. 109, 102433. https://doi.org/10.1016/j.jaut.2020.102433
S. Zhao, Q. Lin, J. Ran, S.S. Musa, G. Yang, W. Wang, et al., Preliminary estimation of the basic reproduction
number of novel coronavirus (2019-nCoV) in China, from 2019 to 2020: a data-driven analysis in the
early phase of the outbreak, Int. J. Infect. Dis. : IJID : Off. Publ. Int. Soc. Infect. Dis. 92 (2020) 214–
217, https://doi. org/10.1016/j.ijid.2020.01.050.
Wan, Y., Shang, J., Graham, R., Baric, R.S., Li, F., 2020. Receptor Recognition by the Novel Coronavirus
from Wuhan: an Analysis Based on Decade-Long Structural Studies of SARS Coronavirus. J. Virol.
94, e00127-20, /jvi/94/7/JVI.00127-20.atom. https://doi.org/10.1128/JVI.00127-20
Wang, W., Tang, J., Wei, F., 2020. Updated understanding of the outbreak of 2019 novel coronavirus (2019‐
nCoV) in Wuhan, China. J. Med. Virol. 92, 441–447. https://doi.org/10.1002/jmv.25689
World Health Organization (WHO). 2020. Coronavirus disease (COVID-19) Pandemic. Di unduh dari
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019.
ASUHAN KEEPERAWATAN (ASKEP) PASIEN DENGAN COVID 19
RS OSAKA TAHUN 2023
Oleh :
DEDY FIKRIANSYAH
NIM
BANYUWANGI
2022
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
Mekanisme Cedera : -
AIRWAY
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak ada
Suara Nafas : SnoringGurgling Stridor vesikuler
Keluhan Lain : -
BREATHING
PRIMERY SURVEY
CIRCULATION
Nadi : 110 x/mnt Teraba Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya Tidak ada
Akral : Hangat Panas Dingin
TD : 180/60 mmHg
Turgor Kulit : < 1 detik 2-5 detik 5-10 detik > 10 detik
Keluhan Lain: -
DISABILITY
Respon Alert Verbal Pain Unrespon
Kesadaran: CM Delirium Somnolen APATIS
GCS : Eye 3 Verbal 4 Motorik 5
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis (kanan kiri sama)
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Keluhan Lain : -
ANAMNESA
Gejala : badan lemas, sesak
Alergi : -
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Burn : Ya Tidak Luas luka bakar ….%
Keluhan Lain: -
Five intervention :
Monitor Jantung
Kateter
NGT
Pulse Oksimetri
Pengambilan Laboratorium
Non Farmakologi
Kompres hangat
HISTORY
Ny.Y berusia 70thn mengeluh sesak nafas , demam sudah 3 hari tidak turun, badannya
lemas dan nafsu makannya menurun. Lidah terasa pahit, tidak dapaat mencium bau bauan
dan kehilangan rasa saat makan , Keluarganya juga mengatakan hal yang sama, bahwa
pasien mengalami penurunan nafsu makan. Lalu makan terakhir pada saat kemarin siang
tanggal 18 Juli 2022 ± hanya 2-3 sendok
Hingga pada pagi harinya tanggal 19 Juli 2022 Ny.Y dibawa ke RS. Dan pada jam 08.50
dilakukan pengkajian, keluarga pasien mengatakan bahwa Ny.Y pingsan 1 kali sebelum
dibawa ke rumah sakit
2. Dada:
Bentuk dada normal kelainan sebutkan................................
Jejas ada tidak ada sebutkan.................................
Massa ada tidak ada sebutkan.................................
Laserasi ada tidak ada sebutkan.................................
Nyeri tekan ada tidak ada sebutkan.................................
Penetrasi ada tidak ada sebutkan.................................
Krepitasi ada tidak ada sebutkan.................................
Kontusio ada tidak ada sebutkan.................................
Suara Jantung S1 S2 Tunggal S3 S4 murmur gallop
Keluhan lain (-)
3. Abdomen:
Jejas ada tidak ada sebutkan.................................
Asites ada tidak ada sebutkan.................................
Distended ada tidak ada sebutkan.................................
Kontusio ada tidak ada sebutkan.................................
Nyeri tekan ada tidak ada sebutkan.................................
Massa ada tidak ada sebutkan..................................
Suprapubic distended pekak massa
6. Pemeriksaan Neurologis :
Reflek patologis babinski chadock regresi……………
Reflek fisiologis bisep trisep achiles patela
Nervus Kranialis:
N1 (N.Olfactorius) normal tidak normal
sebutkan…………………
N2 (N.Opticus) normal tidak normal sebutkan………………..
N3 (N.Oculomotirius) normal tidak normal
sebutkan…………………
N4 (N.Trochlearis) normal tidak normal sebutkan………………..
N5 (N.Trigeminus) normal tidak normal sebutkan………………..
N6 (N. Abdusen) normal tidak normal sebutkan………………..
N7 (N.Facialis) normal tidak normal sebutkan……………….
N8 (N.Auditoris) normal tidak normal
sebutkan…………………
N9 (N.Glossofaringeus) normal tidak normal sebutkan…………………
N10 (N.Vagus) normal tidak normal sebutkan……………….
N11 (N.Assesorius) normal tidak normal sebutkan………………..
N12 (N.Hypoglosus) normal tidak normal sebutkan……………….
Keluhan lain (-)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN
CT-SCAN
USG
EKG
PEMERIKSAAN LAB
Albumin 2,4 (Abnormal)
Leukosit 20.000 (Abnormal)
Pemeriksaan Lain.
Hasil :
PCR (+) Covid
PENATALAKSANAAN
Pemasangan infus D 10% 20 tpm
Pemberian D 40% masuk 20 mg (2 flas) melalui IV
Metilprednisolon
Paracetamol
Salbutamol
Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
19 Juli DS : Pasien Virus corona Hipertemia
2022 mengatakan demam 3
hari
09.00 Proses inflamsi
DO
Vital Sign
TD : 180/60 mmHg Hipertermi
RR : 42 x/mnt
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 40 OC
19 Juli DS: Pasien mengatakan Penurunan imunitas tubuh Bersihan jalan nafas tidak
2022 sesak dan sekret sulit efektif
dikeluarkan
09.00 Pernapasan menurun
DO: Terdapat suara
ronchi dan ada alat
bantu nafas Covid 19
Vital Sign
TD : 180/60 mmHg
RR : 42 x/mnt Penumpukan secret
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 40 OC
Secret susah dikeluarkan
Hari/ DIAGNOSIS
No. Tgl/ KEPERAWATA Kode SLKI Kode SIKI
Jam N (SDKI)
1. 19 Juli Hipertemia (D.0130) Setelah dilakukan keperawatan (1.15506) Manajemen Hipertermia :
2022 berhubungan dengan selama 1 x 8 jam diharapkan Observasi:
09.00 proses pengobtan / termoregulasi membaik, dengan Identifikasi penyebab hipertermia
infeksi kriteria hasil : (L.14134) (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan
Kriteria hasil Aw Ak inkubator)
al hir Monitor suhu tubuh dan Ttv pasien
Terapeutik:
.Suhu kulit 3 5
Suhu tubuh 3 5 Berikan cairan oral
Edukasi
Ket:
Ajarkan kompres hangat
1. Menurun
Kolaborasi
2. Cukup memburuk
Kolaborasi pemberian cairan dan
3. Sedang elektrolit intravena, jika perlu
4. Cukup membaik
5. membaik
2. 19 Juli Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Setelah dilakukan tindakan keperawatan (I.01006) Latihan Batuk Efektif (I.01006)
b.d Secret Yang
2022 selama 1 x 8 jam maka diharapkan Tindakan:
Tertahan
09.00 Bersihan Jalan Nafas (l.01001) Observasi:
Meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemampuan batuk
( L.01001) 2. Monitor adanya retensi sputum
Kriteria hasil Aw Ak 3. Monitor tanda dan gejala saluran
al hir nafas
Batuk efektif 3 5 Terapeutik:
Produksi sputum 3 5 1. Atur posisi semi fowler
Whezing 2 5 2. Pasang perlak dan bengkok di
Ket: pangkuan pasien
6. Menurun 3. Buang sekret pada sputum
7. Cukup memburuk Edukasi:
8. Sedang Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
9. Cukup membaik efektif
10. membaik Anjurkan utu tarik nafas melalui
hidung selama 4 detikditahan selam
a 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dg bibir mecucu (dibulatkan)
selama 8 detik
Anjurkan mengulangi tarik nafas
hingga 3 kali.
Anjurkan batuk dengan kuat setelah
tarik nafas dalam yg ke 3.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN
Har
i/ No
. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf
Tgl/
Shif D (SOAP)
t x
19 Juli 1 10.00 1) memonitor suhu tubuh dan Ttv pasien Dedy 10.30 S : Ibu Pasien mengatakan An. R masih demam, Dedy
2) memberikan cairan oral
2022
3) mengajarkan kompres hangat O : N : 100x/menit
4) berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
RR : 20x/menit
S : 37,8 ֯ C
P : lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi :
Monitoring KU, TTV
Anjurkan klien untuk melakukan batuk efektif
20 Juli 1 10.00 1) memonitor suhu tubuh dan Ttv pasien Dedy 10.30 S : Ibu Pasien mengatakan An. R masih demam, Dedy
2) memberikan cairan oral
2022
3) berkolaborasi pemberian obat antipiretik O : N : 100x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,6 ֯ C
P : lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi :
Monitoring KU, TTV
Anjurkan klien untuk melakukan batuk efektif
21 Juli 1 10.00 1) memonitor suhu tubuh dan Ttv pasien Dedy 10.30 S : Ibu Pasien mengatakan An. R sudah tidak Dedy
2022 demam, Ibu Pasien mengatakan An. R mau minum
2) memberikan cairan oral banyak
O : N : 100x/menit
3) berkolaborasi pemberian obat antipiretik
RR : 20x/menit
S : 36,6 ֯ C
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2 11.00 1) Melakukan pengecekan KU pasien Dedy 11.30 S : Pasien mengatakan Sudak tidak sesak Dedy
2) Memonitor TTV pasien
nafasnya , secret berkurang
3) Memposisikan semi fowler
4) Melakukan latihan gerak pasif dan aktif
5) Menganjurkan aktivitas bertahap O : Klien tampak tidur dengan posisi semi fowler
6) Melakukan Nebulizer farbiven 1 Respul
Tidak terpasang O2 nasal canul 3 lt/mnt.
RR : 22x/mnt
Batuk efektif 3 5
Produksi sputum 3 5
Whezing 2 5
P : hentikan intervensi