Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) PASIEN DENGAN COVID 19

RS OSAKA TAHUN 2022

Oleh :

DEDY FIKRIANSYAH
NIM :202204005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN COVID 19 DI UNIT GAWAT DARURAT
RS TAHUN 203

DEDY FIKRIANSYAH
NIM

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL, 18 Januari 2022

Oleh
Pembimbing

Ns. Fajri Andi Rahmawan, M.Kep


NIK. 06.088.0414

Mengetahui,
Koord.Profesi Ners

Ns. Fajri Andi Rahmawan, M.Kep


NIK. 06.088.0414
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi COVID-19

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai
dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19 (WHO, 2020).

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.
Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019 (WHO, 2020).

Penyakit yang disebabkan infeksi COVID-19 pada umumnya bersifat ringan, terutama pada anak-
anak dan orang dewasa muda. Namun, infeksi ini tetap dapat menyebabkan penyakit serius: sekitar 1 dari
5 orang yang terjangkit membutuhkan perawatan di rumah sakit. Karenanya, wajar jika orang khawatir
tentang dampak wabah COVID-19 pada diri mereka dan orang-orang yang mereka kasihi (WHO, 2020).

B. Patogenesis COVID-19

Masa inkubasi adalah jangka waktu antara terjangkit virus dan munculnya gejala penyakit. Pada
umumnya masa inkubasi COVID-19 diperkirakan berkisar dari 1 hingga 14 hari, umumnya sekitar lima
hari (WHO, 2020).

Pasien yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan jumlah leukosit yang lebih tinggi, temuan
pernapasan abnormal, dan peningkatan kadar pro-inflamasi plasma sitokin. Salah satu laporan kasus
COVID-19 menunjukkan seorang pasien pada 5 hari demam disajikan dengan batuk, napas kasar suara
kedua paru-paru, dan suhu tubuh 39,0 ° C. Pasien dahak menunjukkan hasil reaksi rantai polimerase real-
time positif yang mengkonfirmasi infeksi COVID-19 (Rothan and Byrareddy, 2020).. Studi laboratorium
menunjukkan leukopenia dengan jumlah leukosit 2,91 × 109 sel / L di antaranya 70,0% adalah neutrofil.
Selain itu, nilai 16,16 mg / L darah Protein C-reaktif tercatat berada di atas kisaran normal (0–10 mg / L).
Tingkat sedimentasi eritrosit yang tinggi dan D-dimer adalah juga diamati (Rothan and Byrareddy, 2020)..
Patogenesis utama infeksi COVID-19 sebagai virus penargetan sistem pernapasan adalah pneumonia
berat, RNAaemia, dikombinasikan dengan kejadian kekeruhan tanah-kaca, dan jantung akut cedera
(Huang, n.d.). Tingkat sitokin dan kemokin dalam darah sangat tinggi tercatat pada pasien dengan infeksi
COVID-19 yang termasuk IL1-β, IL1RA, IL7, IL8, IL9, IL10, FGF2 dasar, GCSF, GMCSF, IFNγ, IP10,
MCP1, MIP1α, MIP1β, PDGFB, TNFα, dan VEGFA. Beberapa yang parah kasus yang dirawat di unit
perawatan intensif menunjukkan tingkat tinggi sitokin proinflamasi termasuk IL2, IL7, IL10, GCSF, IP10,
MCP1, MIP1α, dan TNFα yang beralasan meningkatkan keparahan penyakit (Rothan and Byrareddy,
2020).

C. Gejala COVID-19

Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare,
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang
yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit
COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-
orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung
atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami
demam, batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis (WHO, 2020).

Gejala infeksi COVID-19 muncul setelah inkubasi periode sekitar 5,2 hari (Li et al., 2020). Periode
sejak awal COVID-19 gejala kematian berkisar antara 6 hingga 41 hari dengan median 14 hari (Wang et
al., 2020). Periode ini tergantung pada usia pasien dan status sistem kekebalan tubuh pasien. Itu lebih
pendek di antara pasien di atas 70 tahun dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 70 (Wang
et al., 2020). Itu gejala paling umum pada awal penyakit COVID-19 adalah demam, batuk, dan kelelahan,
sementara gejala lainnya termasuk produksi dahak, sakit kepala, hemoptisis, diare, dyspnoea, dan
limfopenia (Wang et al., 2020). Gambaran klinis yang diungkapkan oleh CT scan dada disajikan sebagai
pneumonia, Namun, ada fitur abnormal seperti RNAaemia, pernapasan akut sindrom tekanan, cedera
jantung akut, dan kejadian opacities grand-kaca yang menyebabkan kematian (Huang, n.d.). Dalam
beberapa kasus, banyak kekeruhan tanah-kaca perifer diamati di daerah subpleural dari kedua paru-paru
yang kemungkinan menginduksi kekebalan sistemik dan lokal respon yang menyebabkan peningkatan
peradangan. Sayangnya, pengobatan dari beberapa kasus dengan inhalasi interferon tidak menunjukkan
efek klinis dan sebagai gantinya tampak memperburuk kondisi dengan mengembangkan paru-paru
kekeruhan (Lei et al., n.d.).
Gambar : Gangguan sistemik dan pernapasan yang disebabkan oleh infeksi COVID-19 (Rothan and
Byrareddy, 2020)

Penting untuk dicatat bahwa ada kesamaan dalam gejalanya antara COVID-19 dan
betacoronavirus sebelumnya seperti demam, kering batuk, dispnea, dan opasitas bilateral ground-glass
pada CT scan dada (Huang, n.d.). Namun, COVID-19 menunjukkan beberapa fitur klinis unik itu termasuk
penargetan jalan napas bawah yang dibuktikan dengan pernapasan bagian atas Gejala saluran seperti
rhinorrhoea, bersin, dan sakit tenggorokan (Assiri et al., 2013). Selain itu, berdasarkan hasil dari radiografi
dada setelah masuk, beberapa kasus menunjukkan infiltrat di lobus atas paru-paru yang berhubungan
dengan peningkatan dispnea dengan hipoksemia (Phan et al., 2020). Yang penting, sedangkan pasien yang
terinfeksi COVID-19 mengalami gastrointestinal gejala seperti diare, persentase rendah MERS-CoV atau
pasien SARS-CoV mengalami tekanan GI yang serupa. Karena itu penting untuk menguji sampel feses
dan urin untuk mengecualikan alternatif potensial rute penularan, khususnya melalui perawatan kesehatan
pekerja, pasien dan lain-lain (Assiri et al., 2013). Oleh karena itu, pengembangan metode untuk
mengidentifikasi berbagai mode transmisi seperti feacal dan sampel urin sangat diperlukan untuk
mengembangkan strategi untuk menghambat dan / atau meminimalkan penularan dan untuk
mengembangkan terapi mengendalikan penyakit.

D. Penyebaran dan Transmisi COVID-19

Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terjangkit virus ini. COVID-19 dapat
menyebar dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang
yang terjangkit COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas. Percikan-percikan ini kemudian jatuh ke
benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar. Orang yang menyentuh benda atau permukaan
tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau mulutnya, dapat terjangkit COVID-19. Penularan COVID-19
juga dapat terjadi jika orang menghirup percikan yang keluar dari batuk atau napas orang yang terjangkit
COVID-19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang
sakit.

Menurut penelitian sejauh ini, virus penyebab COVID-19 ini umumnya menular melalui kontak
dengan percikan dari saluran pernapasan, bukan melalui udara. Cara utama penyebaran penyakit ini adalah
melalui percikan saluran pernapasan yang dihasilkan saat batuk. Risiko penularan COVID-19 dari orang
yang tidak ada gejala sama sekali sangatlah rendah. Namun, banyak orang yang terjangkit COVID-19
hanya mengalami gejala-gejala ringan, terutama pada tahap-tahap awal. Karena itu, COVID-19 dapat
menular dari orang yang, misalnya, hanya batuk ringan tetapi merasa sehat.

Risiko penularan COVID-19 dari feses orang yang terinfeksi COVID-19 cukup kecil. Penelitian
awal memang mengindikasikan bahwa dalam kasus-kasus tertentu virus ini bisa ada di feses, tetapi dalam
konteks wabah yang sedang terjadi ini, rute penularan ini tidak menjadi kekhawatiran. WHO terus
mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-
temuan terbaru. Namun demikian, karena risiko tetap ada (walaupun kecil), hal ini memperkuat alasan
kita harus rajin mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi dan sebelum makan.

Coronavirus adalah kelompok virus yang biasanya terdapat pada binatang. Terkadang, orang
terinfeksi virus-virus ini, yang kemudian menyebar ke orang lain, seperti SARS-CoV dan MERS-CoV.
SARS-CoV dikaitkan dengan musang, sedangkan MERS-CoV ditularkan oleh unta. Hewan penular
COVID-19 belum bisa dipastikan sampai saat ini. Selain itu tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
hewan pendamping atau peliharaan seperti kucing dan anjing terinfeksi atau menyebarkan virus penyebab
COVID-19.

Selain itu, belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan
benda, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Penelitian coronavirus, dan
juga informasi awal tentang virus penyebab COVID-19, mengindikasikan bahwa coronavirus dapat
bertahan di permukaan antara beberapa jam hingga beberapa hari. Lamanya coronavirus bertahan
mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan
lingkungan).

Berdasarkan pada jumlah besar orang yang terinfeksi yang terpapar ke pasar hewan basah di Kota
Wuhan di mana hewan hidup dijual secara rutin, disarankan bahwa inilah kemungkinan asal zoonosis
COVID-19. Upaya telah dilakukan untuk mencari inang reservoir atau pembawa perantara dari mana
infeksi mungkin telah menyebar ke manusia. Laporan awal mengidentifikasi dua spesies ular yang bisa
menjadi cadangan COVID-19. Namun, sampai saat ini, belum ada bukti yang konsisten tentang reservoir
virus corona selain mamalia dan burung (Bassetti et al., 2020). Analisis sekuens genomik COVID-19
menunjukkan 88% identitas dengan dua coronavirus akut yang menyerupai kelelawar (SARS) yang
diturunkan seperti kelelawar, yang menunjukkan bahwa mamalia adalah penghubung yang paling
mungkin antara COVID-19 dan manusia. Beberapa laporan menyatakan bahwa penularan dari orang ke
orang adalah rute yang memungkinkan untuk menyebarkan infeksi COVID-19. Ini didukung oleh kasus-
kasus yang terjadi dalam keluarga dan di antara orang-orang yang tidak mengunjungi pasar hewan basah
di Wuhan (Carlos et al., 2020). Penularan dari orang ke orang terjadi terutama melalui kontak langsung
atau melalui tetesan yang disebarkan oleh batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi. Dalam sebuah
penelitian kecil yang dilakukan pada wanita di trimester ketiga yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona,
tidak ada bukti bahwa ada penularan dari ibu ke anak. Namun, semua ibu hamil menjalani operasi sesar,
sehingga masih belum jelas apakah penularan dapat terjadi selama kelahiran vagina. Ini penting karena
ibu hamil relatif lebih rentan terhadap infeksi oleh patogen pernapasan dan pneumonia berat.

Pengikatan reseptor yang diekspresikan oleh sel inang adalah langkah pertama infeksi virus diikuti
oleh fusi dengan membran sel. Alasannya bahwa sel-sel epitel paru-paru adalah target utama virus.
Dengan demikian, telah dilaporkan bahwa transmisi SARS-CoV dari manusia ke manusia terjadi melalui
pengikatan antara domain pengikat reseptor dari lonjakan virus dan reseptor seluler yang telah
diidentifikasi sebagai reseptor enzim pengonversi 2 (ACE2) pengubah angiensin (ACE2) (Jaimes et al.,
2020). Yang penting, urutan domain pengikatan reseptor paku COVID-19 serupa dengan urutan SARS-
CoV. Data ini sangat menyarankan bahwa masuk ke dalam sel inang kemungkinan besar melalui reseptor
ACE2 (Wan et al., 2020).

E. Pencegahan Penyebaran COVID-19

Cara paling efektif melindungi diri dan orang lain dari COVID-19 adalah sering mencuci tangan,
menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, dan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin.

Kita dapat menyalurkan perhatian kita dengan cara melindungi diri kita, orang-orang yang kita
kasihi dan masyarakat kita. Tindakan yang terpenting adalah rajin mencuci tangan secara menyeluruh dan
menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin. Selain itu, tetap ikuti perkembangan informasi dan
patuhi nasihat dinas kesehatan setempat termasuk pembatasan perjalanan, pergerakan dan pertemuan yang
diberlakukan.

a. Perlindungan untuk semua orang

Di banyak negara di dunia, kasus dan bahkan wabah COVID-19 telah terjadi. Pemerintah
Tiongkok dan pemerintah beberapa negara lain telah berhasil memperlambat atau menghentikan
wabah yang terjadi di wilayahnya. Namun, situasi yang ada masih sulit diprediksi. Karena itu, tetaplah
ikuti berita terbaru.
Anda dapat mengurangi risiko terinfeksi atau menyebarkan COVID-19 dengan cara
melakukan beberapa langkah pencegahan:

1. Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik
berbahan dasar alkohol. Karena mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, atau
cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus di tangan Anda.
2. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin. Ketika batuk atau
bersin, orang mengeluarkan percikan dari hidung atau mulutnya dan percikan ini dapat membawa
virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda dapat menghirup percikan ini dan juga virus COVID-19 jika
orang yang batuk itu terjangkit penyakit ini.
3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh berbagai permukaan benda dan
virus penyakit ini dapat tertempel di tangan. Tangan yang terkontaminasi dapat membawa virus
ini ke mata, hidung atau mulut, yang dapat menjadi titik masuk virus ini ke tubuh Anda sehingga
Anda menjadi sakit.
4. Pastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengikuti etika batuk dan bersin dengan cara
menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin dan segera buang
tisu bekas tersebut. Percikan dapat menyebarkan virus. Dengan mengikuti etika batuk dan bersin,
Anda melindungi orang-orang di sekitar dari virus-virus seperti batuk pilek, flu dan COVID-19.
5. Tetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika Anda demam, batuk dan kesulitan
bernapas, segeralah cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan kondisi Anda terlebih
dahulu. Ikuti arahan Dinas Kesehatan setempat Anda. Kementerian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan daerah akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di wilayah Anda. Dengan
memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan yang akan merawat Anda dapat
segera mengarahkan Anda ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. Langkah ini juga
melindungi Anda dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
6. Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot COVID-19 (kota atau daerah di mana
COVID-19 menyebar luas). Jika memungkinkan, hindari bepergian ke tempat-tempat tersebut –
terutama jika Anda sudah berusia lanjut atau mengidap diabetes, sakit jantung atau paru-paru.
Kemungkinan tertular COVID-19 lebih tinggi di tempat-tempat tersebut.

b. Perlindungan jika sedang berada di atau pernah berkunjung ke (dalam waktu 14 hari terakhir) wilayah
di mana COVID-19 menyebar
1. Ikuti panduan di atas (Perlindungan untuk semua orang)
2. Lakukan isolasi diri dengan cara tetap tinggal di rumah jika Anda mulai merasa kurang sehat,
bahkan jika gejalanya ringan seperti sakit kepala, demam berskala rendah (37.3 C atau lebih) dan
pilek ringan, sampai Ana sembuh. Jika orang lain harus membawakan Anda persediaan atau jika
Anda harus keluar, misal untuk membeli makanan, kenakanlah masker agar tidak menginfeksi
orang lain.

Jika Anda tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain dan tidak mengunjungi fasilitas
medis, diri Anda dan orang lain akan terlindung dari virus COVID-19 ataupun lainnya dan fasilitas
kesehatan akan dapat beroperasi lebih efektif.

3. Jika Anda demam, batuk dan kesulitan bernapas, segera minta nasihat dokter karena kondisi ini
bisa jadi dikarenakan infeksi saluran pernapasan atau kondisi serius lainnya. Jika Anda sudah
memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan dapat lebih cepat mengarahkan
Anda ke fasilitas kesehatan yang tepat. Hal ini juga membantu mencegah kemungkinan
penyebaran COVID-19 dan virus-virus lainnya.

F. Faktor Resiko COVID-19

Risiko tertular tergantung lokasi Anda – lebih tepatnya, apakah sedang terjadi wabah COVID-19
di sana. Di sebagian besar lokasi, risiko tertular COVID-19 masih rendah. Namun, ada tempat-tempat
(kota atau wilayah) di seluruh dunia di mana penyakit ini menyebar. Orang yang tinggal di atau
mengunjungi wilayah-wilayah ini lebih berisiko tertular COVID-19. Pemerintah-pemerintah dan otoritas
kesehatan mengambil tindakan tegas setiap kali kasus COVID-19 baru teridentifikasi. Patuhilah larangan-
larangan perjalanan, pergerakan atau pertemuan dengan jumlah peserta yang besar yang diberlakukan di
tempat Anda berada. Bekerja sama dengan upaya-upaya pengendalian penyakit akan menurunkan risiko
Anda tertular atau menyebarkan COVID-19.

Wabah dan penularan COVID-19 dapat ditahan dan dihentikan, seperti yang terjadi di Tiongkok
dan beberapa negara lain. Sayangnya, wabah-wabah baru terjadi dengan cepat. Anda perlu mengetahui
situasi di tempat Anda berada atau yang akan Anda kunjungi.

Sejauh ini lansia dan orang-orang yang sudah memiliki keadaan medis sebelumnya (seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit paru-paru, kanker atau diabetes) terindikasi mengalami
sakit yang lebih parah.

Berdasarkan CDC, berikut faktor risiko Covid-19 menginfeksi seseorang secara lebih parah:

a. Mereka yang berusia di atas 65 tahun


b. Mereka yang tinggal di panti jompo
c. Mereka dengan beberapa kondisi medis termasuk:
1. Penyakit paru kronis dan asma akut
2. Penyakit jantung yang serius
3. Immunocompromised seperti penyakit kanker, transplantasi organ, perokok, defisiensi imun,
HIV/AIDS, dan beberapa penyakit imun lainnya
d. Mereka yang mengalami obesitas (BMI 40 atau lebih tinggi)
e. Mereka yang diabetes
f. Mereka dengan penyakit ginjal kronis
g. Mereka dengan penyakit hati
G. Patways
Bersin, batuk

Percikan dahak

Kuman Covid 19

Mencapai lobus paru

Penurunan sistem imun

Kuman sampai pada bagian alveoli

Proses
peradangan peradangan

Stimulasi sel-sel goblet Dilatasi kedua


Granulasi dan sel mukosa ventrikel
Merangsang Aktivitas seluler
Chemorection
pengeluaran meningkat
bradikinin,
prostaglandin, dan Sel mucus
Peningkatan Disfungsi ventrikel
Pengeluaran batuk berlebihan
suhu tubuh histamine kanan dan kiri
droplet meningkat

Peningkatan
hypertermia Reseptor nyeri Kekuatan kontraksi
produksi mucus
otot jantung
Pemecahan KH,
lemak, protein
Akumulasi secret
Hypotalamus Penurunan curah
pada saluran
jantung
Nutrisi kurang dari pernapasan
kebutuhan
nyeri
Bersihan jalan
Kehilangan nafas tidak efektif
otot/lemak dan
protein Respon batuk

kelemahan
Pengeluaran
droplet

Intoleransi Resiko penularan


Aktifitas
H. Pengobatan COVID-19

Meskipun obat-obatan tradisional atau buatan sendiri dapat meringankan gejala-gejala COVID-
19, obat-obatan yang ada belum terbukti dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit ini. WHO tidak
merekomendasikan tindakan mengobati diri sendiri dengan obat apa pun, termasuk antibiotik, untuk
mencegah atau menyembuhkan COVID-19. Namun, beberapa obat-obatan barat dan tradisional sedang
diuji klinis.

Antibiotik tidak dapat melawan virus, melainkan hanya melawan infeksi bakteri. COVID-19
disebabkan oleh virus sehingga antibiotik tidak efektif. Antibiotik tidak boleh digunakan untuk mencegah
atau mengobati COVID-19. Antibiotik hanya digunakan sesuai arahan dokter untuk mengobati infeksi
bakteri.

Hingga kini, belum ada vaksin dan obat melawan virus tertentu untuk mencegah atau mengobati
COVID-19. Namun, orang-orang yang sakit perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala-
gejalanya. Orang-orang yang sakit serius harus dibawa ke rumah sakit. Sebagian besar pasien sembuh
karena perawatan untuk gejala yang dialami. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih
diteliti melalui uji klinis. WHO mengkoordinasikan upaya menyediakan vaksin dan obat yang mencegah
dan mengobati COVID-19.

Cara paling efektif melindungi diri dan orang lain dari COVID-19 adalah sering mencuci tangan,
menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, dan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari
orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernapasan
- Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
- Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesori pernapasan
- Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
- Papiledema
- Penurunan haluaran urine
II. Pemeriksaan fisik :
a. System pernafasaan :
 Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
 Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal
 Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
 Auskultasi ; suara abnormal (wheezing dan ronchi)
b. System Kardiovaskuler :
 Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah trauma
 Palpasi ; bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
 Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradok
c. System neurologis
 Inpeksi ; gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
 Palpasi ; kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
 Bagaimana tingkat kesadaran yang dialamu dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
d. Pemeriksaan sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus,
gagal nafas
Tanda :
- Tekanan darah :Dapat normal / naik / turun , Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk
atau berdiri
- Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratus (disritmia)
-bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
-Murmur :Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan
gagal jantung atau ventrikel
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah
pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
focus pada diri sendiri, koma nyeri
6. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
7. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
8. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
9. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
- Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi,
lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri

III. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru


b. Hipertermi b.d Proses infeksi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap
hipoventilasi
d. Hipervolemia b.d. edema pulmo
e. penurunan curah jantung b.d Dilatasi kedua ventrikel
f. Intolerans Aktifitas b.d Kelemahan
DIAGNOSA SLKI SIKI
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,
b.d. penurunan ekspansi tindakan keperawatan kedalaman dan kualitas
paru pasien dapat pernapasan serta pola
mempertahankan pola pernapasan.
pernapasan yang efektif 2. Kaji tanda vital dan
Kriteria Hasil : tingkat kesadaran setiap
Pasien menunjukkan jam dan prn
1. Frekuensi, irama dan 3. Monitor pemberian
kedalaman trakeostomi bila PaCo2
pernapasan normal 50 mmHg atau PaO2<
2. Adanya penurunan 60 mmHg
dispneu 4. Berikan oksigen dalam
3. Gas-gas darah dalam bantuan ventilasi dan
batas normal humidifier sesuai
dengan pesanan
5. Pantau dan catat gas-
gas darah sesuai
indikasi : kaji
kecenderungan
kenaikan PaCO2 atau
kecendurungan
penurunan PaO2
6. Auskultasi dada untuk
mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
7. Pertahankan tirah
baring dengan kepala
tempat tidur ditinggikan
30 sampai 45 derajat
untuk mengoptimalkan
pernapasan
8. Berikan dorongan
untuk batuk dan napas
dalam, bantu pasien
untuk memegang dada
selama batuk
9. Instruksikan pasien
untuk melakukan
pernapasan diagpragma
atau bibir
10. Berikan bantuan
ventilasi mekanik bila
PaCO > 60 mmHg.
PaO2 dan PCO2
meningkat dengan
frekuensi 5 mmHg/jam.
PaO2 tidak dapat
dipertahankan pada 60
mmHg atau lebih, atau
pasien memperlihatkan
keletihan atau depresi
mental atau sekresi
menjadi sulit untuk
diatasi.

Gangguan pertukaran gas . Gangguan pertukaran 1. Kaji terhadap tanda dan


berhubungan dengan gas berhubungan dengan gejala hipoksia dan
abnormalitas ventilasi- abnormalitas ventilasi- hiperkapnia
perfusi sekunder terhadap perfusi sekunder terhadap 2. Kaji TD, nadi apikal dan
hipoventilasi hipoventilasi tingkat kesadaran setiap[
Tujuan : jam dan prn, laporkan
Setelah diberikan tindakan perubahan tingkat
keperawatan pasien dapat kesadaran pada dokter.
mempertahankan 3. Pantau dan catat
pemeriksaan gas darah,
pertukaran gas yang kaji adanya
adekuat kecenderungan kenaikan
Kriteria Hasil : dalam PaCO2 atau
Pasien mampu penurunan dalam PaO2
menunjukkan : 4. Bantu dengan pemberian
1. Bunyi paru bersih ventilasi mekanik sesuai
2. Warna kulit normal indikasi, kaji perlunya
3. Gas-gas darah dalam batas CPAP atau PEEP.
normal untuk usia yang 5. Auskultasi dada untuk
diperkirakan mendengarkan bunyi
nafas setiap jam
6. Tinjau kembali
pemeriksaan sinar X
dada harian, perhatikan
peningkatan atau
penyimpangan
7. Pantau irama jantung
8. Berikan cairan
parenteral sesuai
pesanan
9. Berikan obat-obatan
sesuai pesanan :
bronkodilator,
antibiotik, steroid.
10. Evaluasi AKS dalam
hubungannya dengan
penurunan kebutuhan
oksigen.

Kelebihan volume cairan Tujuan : 1. Timbang BB tiap hari


b.d. edema pulmo Setelah diberikan tindakan 2. Monitor input dan
perawatan pasien tidak terjadi output pasien tiap 1 jam
kelebihan volume cairan 3. Kaji tanda dan gejala
Kriteria Hasil : penurunan curah
Pasien mampu jantung
menunjukkan:
1. TTV normal 4. Kaji tanda-tanda
2. Balance cairan dalam kelebihan volume :
batas normal edema, BB , CVP
3. Tidak terjadi edema 5. Monitor parameter
hemodinamik
6. Kolaburasi untuk
pemberian cairandan
elektrolit

penurunan curah jantung. Tujuan : 1. Kaji tingkat kesadaran


b.d Dilatasi kedua Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji penurunan perfusi
ventrikel keperawatan pasien mampu jaringan
mempertahankan perfusi 3. Kaji status hemodinamik
jaringan. 4. Kaji irama EKG
Kriteria Hasil : 5. Kaji sistem
Pasien mampu gastrointestinal
menunjukkan
1. Status hemodinamik
dalam bata normal
2. TTV normal
A. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).

Komponen tahap implementasi:

a. Tindakan keperawatan mandiri

b. Tindakan keperawatan kolaboratif

c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

B. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan
yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan
dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri (Ali, 2009). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi disusun menggunakan
SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria
evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan
asuhan keperawatan(Nurhayati, 2011).
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu:

a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan
sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi


Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan
hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi


Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan perubahan perilaku dan
perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru
DAFTAR PUSTAKA

Assiri, A., Al-Tawfiq, J.A., Al-Rabeeah, A.A., Al-Rabiah, F.A., Al-Hajjar, S., Al-Barrak, A., Flemban, H.,
Al-Nassir, W.N., Balkhy, H.H., Al-Hakeem, R.F., Makhdoom, H.Q., Zumla, A.I., Memish, Z.A.,
2013. Epidemiological, demographic, and clinical characteristics of 47 cases of Middle East
respiratory syndrome coronavirus disease from Saudi Arabia: a descriptive study. Lancet Infect. Dis.
13, 752–761. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(13)70204-4

Bassetti, M., Vena, A., Giacobbe, D.R., 2020. The novel Chinese coronavirus (2019‐nCoV) infections:
Challenges for fighting the storm. Eur. J. Clin. Invest. 50. https://doi.org/10.1111/eci.13209

Bogoch, A. Watts, A. Thomas-Bachli, C. Huber, M.U.G. Kraemer, K. Khan, Pneumonia of unknown etiology
in wuhan, China: potential for international spread via commercial air travel, J. Trav. Med. (2020),
https://doi.org/10.1093/jtm/ taaa008.

Carlos, W.G., Dela Cruz, C.S., Cao, B., Pasnick, S., Jamil, S., 2020. Novel Wuhan (2019-nCoV) Coronavirus.
Am. J. Respir. Crit. Care Med. 201, P7–P8. https://doi.org/10.1164/rccm.2014P7

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Coronavirus (COVID-19). Di unduh dari
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/index.html.

Center for Systems Science and Engineering (CSSE). 2020. COVID-19.


https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e
9ecf6

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2020. Data Sebaran Kasus Covid-19 Sampai Dengan Tanggal 12 Apr 2020 di
Bali (BALI). Di unduh dari https://pendataan.baliprov.go.id/

Huang, C., n.d. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China 10.

Jaimes, J.A., Millet, J.K., Stout, A.E., André, N.M., Whittaker, G.R., 2020. A Tale of Two Viruses: The
Distinct Spike Glycoproteins of Feline Coronaviruses. Viruses 12, 83.
https://doi.org/10.3390/v12010083

Lei, J., Li, J., Li, X., Qi, X., n.d. CT Imaging of the 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) Pneumonia 1.

Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., Ren, R., Leung, K.S.M., Lau, E.H.Y., Wong, J.Y.,
Xing, X., Xiang, N., Wu, Y., Li, C., Chen, Q., Li, D., Liu, T., Zhao, J., Li, M., Tu, W., Chen, C., Jin,
L., Yang, R., Wang, Q., Zhou, S., Wang, R., Liu, H., Luo, Y., Liu, Y., Shao, G., Li, H., Tao, Z., Yang,
Y., Deng, Z., Liu, B., Ma, Z., Zhang, Y., Shi, G., Lam, T.T.Y., Wu, J.T.K., Gao, G.F., Cowling, B.J.,
Yang, B., Leung, G.M., Feng, Z., 2020. Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel
Coronavirus–Infected Pneumonia. N. Engl. J. Med. 9.
Phan, L.T., Nguyen, Thuong V., Luong, Q.C., Nguyen, Thinh V., Nguyen, H.T., Le, H.Q., Nguyen, T.T., Cao,
T.M., Pham, Q.D., 2020. Importation and Human-to-Human Transmission of a Novel Coronavirus in
Vietnam. N. Engl. J. Med. 382, 872–874. https://doi.org/10.1056/NEJMc2001272

Rothan, H.A., Byrareddy, S.N., 2020. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-
19) outbreak. J. Autoimmun. 109, 102433. https://doi.org/10.1016/j.jaut.2020.102433

S. Zhao, Q. Lin, J. Ran, S.S. Musa, G. Yang, W. Wang, et al., Preliminary estimation of the basic reproduction
number of novel coronavirus (2019-nCoV) in China, from 2019 to 2020: a data-driven analysis in the
early phase of the outbreak, Int. J. Infect. Dis. : IJID : Off. Publ. Int. Soc. Infect. Dis. 92 (2020) 214–
217, https://doi. org/10.1016/j.ijid.2020.01.050.

Wan, Y., Shang, J., Graham, R., Baric, R.S., Li, F., 2020. Receptor Recognition by the Novel Coronavirus
from Wuhan: an Analysis Based on Decade-Long Structural Studies of SARS Coronavirus. J. Virol.
94, e00127-20, /jvi/94/7/JVI.00127-20.atom. https://doi.org/10.1128/JVI.00127-20

Wang, W., Tang, J., Wei, F., 2020. Updated understanding of the outbreak of 2019 novel coronavirus (2019‐
nCoV) in Wuhan, China. J. Med. Virol. 92, 441–447. https://doi.org/10.1002/jmv.25689

World Health Organization (WHO). 2020. Coronavirus disease (COVID-19) Pandemic. Di unduh dari
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019.
ASUHAN KEEPERAWATAN (ASKEP) PASIEN DENGAN COVID 19
RS OSAKA TAHUN 2023

Oleh :

DEDY FIKRIANSYAH
NIM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2022
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

No. Rekam Medis : 009XXX Diagnosa Medis : Covid 19


IDENTITAS

Nama : Ny. K Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 70 Tahun


Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Sumber informasi : Pasien & keluarga Jam MRS : 08.48
Alamat : Osaka Jam Pengkajian : 08.50
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Keluarga pasien Demam 3 hari, batuk pilek dan sesak

Mekanisme Cedera : -

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik

AIRWAY
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  Tidak ada
Suara Nafas : SnoringGurgling Stridor  vesikuler
Keluhan Lain : -

BREATHING
PRIMERY SURVEY

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris


Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Retraksi otot dada :  Ada  Tidak ada
Sesak Nafas :  Ada  Tidak Ada  RR : 18 x/mnt
Suara nafas tambahan :  ada  tidak ada  ronkhi  wheezing  kreckels  rales 
frictionrub
Keluhan Lain: -

CIRCULATION
Nadi : 110 x/mnt  Teraba  Tidak teraba
Sianosis :  Ya Tidak
CRT :  < 2 detik  > 2 detik
Pendarahan :  Ya  Tidak ada
Akral :  Hangat  Panas Dingin
TD : 180/60 mmHg
Turgor Kulit :  < 1 detik  2-5 detik  5-10 detik  > 10 detik
Keluhan Lain: -

DISABILITY
Respon  Alert  Verbal  Pain  Unrespon
Kesadaran:  CM  Delirium  Somnolen  APATIS
GCS :  Eye 3  Verbal 4  Motorik 5
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis (kanan kiri sama)
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada
Keluhan Lain : -

ANAMNESA
Gejala : badan lemas, sesak

Alergi : -

Medikasi : Metil prednisolon 3x1/ IV

Riwayat Penyakit Sebelumnya : Pasien mempunyai riwayat penyakit HT, DM 1 tahun


yang lalu

Makan Minum Terakhir : kemarin siang, 18 Juli 2022 ± 2-3 sendok


SECONDARY SURVEY

Even/Peristiwa Penyebab : keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan nafsu


makan

EXPOSURE

Deformitas :  Ya  Tidak
Contusio :  Ya  Tidak
Abrasi :  Ya  Tidak
Penetrasi :  Ya  Tidak
Laserasi :  Ya  Tidak
Edema :  Ya  Tidak
Burn :  Ya  Tidak Luas luka bakar ….%
Keluhan Lain: -

FULL VITAL SIGN/FIVE INTERVENTION/FAMILY PRESENT


Vital Sign
TD : 180/60 mmHg RR : 42 x/mnt

Nadi : 100 x/menit Suhu : 40 OC


BB : 55 kg Skala Nyeri : -

Five intervention :
 Monitor Jantung
 Kateter
 NGT
 Pulse Oksimetri
 Pengambilan Laboratorium

Family present (fasilitas keluarga) : Pasien diantar oleh suaminya

GIVE COMFORT (Pemberian Kenyamanan)


Farmakologi
Metilprednisolon
Paracetamol
Salbutamol

Non Farmakologi
Kompres hangat

HISTORY

Ny.Y berusia 70thn mengeluh sesak nafas , demam sudah 3 hari tidak turun, badannya
lemas dan nafsu makannya menurun. Lidah terasa pahit, tidak dapaat mencium bau bauan
dan kehilangan rasa saat makan , Keluarganya juga mengatakan hal yang sama, bahwa
pasien mengalami penurunan nafsu makan. Lalu makan terakhir pada saat kemarin siang
tanggal 18 Juli 2022 ± hanya 2-3 sendok

Hingga pada pagi harinya tanggal 19 Juli 2022 Ny.Y dibawa ke RS. Dan pada jam 08.50
dilakukan pengkajian, keluarga pasien mengatakan bahwa Ny.Y pingsan 1 kali sebelum
dibawa ke rumah sakit

PEMERIKSAAN FISIK (Head To Toe Assessment)


1. Kepala dan Leher:
Kepala dan Wajah:
Massa  ada  tidak ada sebutkan.................................
Hematoma  ada  tidak ada sebutkan..................................
Laserasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Nyeri tekan  ada  tidak ada sebutkan.................................
Edema  ada  tidak ada sebutkan.................................
Rhinorea  ada  tidak ada
Otorhea  ada  tidak ada
Racoon eyes  ada  tidak ada
Konjungtiva  anemis  ananemis
Sklera  ikterik  anikterik
Bartle sign  ada  tidak ada sebutkan.................................
Perdarahan  ada  tidak ada sebutkan..................................
JVD  ada  tidak ada
Trakea  normal  tidak normal sebutkan...........................
Keluhan lain (-)

2. Dada:
Bentuk dada  normal  kelainan sebutkan................................
Jejas  ada  tidak ada sebutkan.................................
Massa  ada  tidak ada sebutkan.................................
Laserasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Nyeri tekan  ada  tidak ada sebutkan.................................
Penetrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Krepitasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Kontusio  ada  tidak ada sebutkan.................................
Suara Jantung  S1 S2 Tunggal  S3  S4  murmur  gallop
Keluhan lain (-)
3. Abdomen:
Jejas  ada  tidak ada sebutkan.................................
Asites  ada  tidak ada sebutkan.................................
Distended  ada  tidak ada sebutkan.................................
Kontusio  ada  tidak ada sebutkan.................................
Nyeri tekan  ada  tidak ada sebutkan.................................
Massa  ada  tidak ada sebutkan..................................
Suprapubic  distended  pekak massa

Perkusi  Tympani  Dullness  Hypertimpani


Bising usus 12 x/menit
Keluhan Lain (-)
4. Pelvis:
Deformitas  ada  tidak ada sebutkan.................................
Contusio  ada  tidak ada sebutkan.................................
Abrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Penetrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Burn  ada  tidak ada sebutkan.................................
Tenderness  ada  tidak ada sebutkan.................................
Laserasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Swelling  ada  tidak ada sebutkan.................................
Keluhan lain (-)
5. Ektremitas Atas/Bawah:
Deformitas  ada  tidak ada sebutkan.................................
Contusio  ada  tidak ada sebutkan.................................
Abrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Penetrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Burn  ada  tidak ada sebutkan.................................
Tenderness  ada  tidak ada sebutkan.................................
Laserasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Swelling  ada  tidak ada sebutkan.................................
Kekuatan otot 3 3
3 3
Pitting edema  ada  tidak ada derajat......
Keluhan lain (-)

6. Pemeriksaan Neurologis :
Reflek patologis babinski  chadock regresi……………
Reflek fisiologis bisep  trisep achiles patela
Nervus Kranialis:
N1 (N.Olfactorius)  normal  tidak normal
sebutkan…………………
N2 (N.Opticus)  normal  tidak normal sebutkan………………..
N3 (N.Oculomotirius)  normal  tidak normal
sebutkan…………………
N4 (N.Trochlearis)  normal  tidak normal sebutkan………………..
N5 (N.Trigeminus)  normal  tidak normal sebutkan………………..
N6 (N. Abdusen)  normal  tidak normal sebutkan………………..
N7 (N.Facialis)  normal  tidak normal sebutkan……………….
N8 (N.Auditoris)  normal  tidak normal
sebutkan…………………
N9 (N.Glossofaringeus)  normal  tidak normal sebutkan…………………
N10 (N.Vagus)  normal  tidak normal sebutkan……………….
N11 (N.Assesorius)  normal  tidak normal sebutkan………………..
N12 (N.Hypoglosus)  normal  tidak normal sebutkan……………….
Keluhan lain (-)

INSPECT POSTERIOR SURFACE


Deformitas  ada  tidak ada sebutkan.................................
Contusio  ada  tidak ada sebutkan.................................
Abrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Penetrasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Burn  ada  tidak ada sebutkan.................................
Tenderness  ada  tidak ada sebutkan.................................
Laserasi  ada  tidak ada sebutkan.................................
Swelling  ada  tidak ada sebutkan.................................
Keluhan lain (-)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 RONTGEN
 CT-SCAN
 USG
 EKG
 PEMERIKSAAN LAB
Albumin 2,4 (Abnormal)
Leukosit 20.000 (Abnormal)
 Pemeriksaan Lain.
Hasil :
PCR (+) Covid
PENATALAKSANAAN
Pemasangan infus D 10% 20 tpm
Pemberian D 40% masuk 20 mg (2 flas) melalui IV
Metilprednisolon
Paracetamol
Salbutamol

Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2022


Jam : 08.50
Keterangan :
ANALISIS DATA

Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
19 Juli DS : Pasien Virus corona Hipertemia
2022 mengatakan demam 3
hari
09.00 Proses inflamsi
DO
Vital Sign
TD : 180/60 mmHg Hipertermi
RR : 42 x/mnt
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 40 OC

19 Juli DS: Pasien mengatakan Penurunan imunitas tubuh Bersihan jalan nafas tidak
2022 sesak dan sekret sulit efektif
dikeluarkan
09.00 Pernapasan menurun
DO: Terdapat suara
ronchi dan ada alat
bantu nafas Covid 19
Vital Sign
TD : 180/60 mmHg
RR : 42 x/mnt Penumpukan secret
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 40 OC
Secret susah dikeluarkan

Obstruksi jalan napas

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 19 Juli 2022


No. Diagnosis Keperawatan Kode Tanggal Teratasi TTD

1. Hipertemia berhubungan dengan (D.0001) 21 Juli 2022 Dedy


proses pengobtan / infeksi
(D.0019) 21 Juli 2022 Dedy
2. Bersihan Jalan Nafas b.d Secret Yang
Tertahan
RENCANA INTERVENSI

Hari/ DIAGNOSIS
No. Tgl/ KEPERAWATA Kode SLKI Kode SIKI
Jam N (SDKI)
1. 19 Juli Hipertemia (D.0130) Setelah dilakukan keperawatan (1.15506) Manajemen Hipertermia :
2022 berhubungan dengan selama 1 x 8 jam diharapkan Observasi:
09.00 proses pengobtan / termoregulasi membaik, dengan  Identifikasi penyebab hipertermia
infeksi kriteria hasil : (L.14134) (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan
Kriteria hasil Aw Ak inkubator)
al hir  Monitor suhu tubuh dan Ttv pasien
Terapeutik:
.Suhu kulit 3 5
Suhu tubuh 3 5  Berikan cairan oral
Edukasi
Ket:
 Ajarkan kompres hangat
1. Menurun
Kolaborasi
2. Cukup memburuk
 Kolaborasi pemberian cairan dan
3. Sedang elektrolit intravena, jika perlu
4. Cukup membaik
5. membaik

2. 19 Juli Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Setelah dilakukan tindakan keperawatan (I.01006) Latihan Batuk Efektif (I.01006)
b.d Secret Yang
2022 selama 1 x 8 jam maka diharapkan Tindakan:
Tertahan
09.00 Bersihan Jalan Nafas (l.01001) Observasi:
Meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemampuan batuk
( L.01001) 2. Monitor adanya retensi sputum
Kriteria hasil Aw Ak 3. Monitor tanda dan gejala saluran
al hir nafas
Batuk efektif 3 5 Terapeutik:
Produksi sputum 3 5 1. Atur posisi semi fowler
Whezing 2 5 2. Pasang perlak dan bengkok di
Ket: pangkuan pasien
6. Menurun 3. Buang sekret pada sputum
7. Cukup memburuk Edukasi:
8. Sedang  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
9. Cukup membaik efektif
10. membaik  Anjurkan utu tarik nafas melalui
hidung selama 4 detikditahan selam
a 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dg bibir mecucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik nafas
hingga 3 kali.
 Anjurkan batuk dengan kuat setelah
tarik nafas dalam yg ke 3.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN

Har
i/ No
. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf
Tgl/
Shif D (SOAP)
t x
19 Juli 1 10.00 1) memonitor suhu tubuh dan Ttv pasien Dedy 10.30 S : Ibu Pasien mengatakan An. R masih demam, Dedy
2) memberikan cairan oral
2022
3) mengajarkan kompres hangat O : N : 100x/menit
4) berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
RR : 20x/menit

S : 37,8 ֯ C

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1) monitor suhu tubuh dan Ttv pasien


2) berikan cairan oral
kolaborasi pemberian obat antipiretik
2 11.00 1) Mengkaji keadaan klien, memonitor Tanda - Tanda Dedy 11.30 S : Pasien mengatakan sesak nafasnya sudah Dedy
Vital
berkurang, belum bisa mengeluarkan secret,
2) Mengkaji status pernafasan
3) Memposisikan semi fowler pasien dengan nyaman O : Klien tampak tidur dengan posisi semi fowler
untuk memaksimalkan ventilasi yang potensial
Terpasang O2 nasal canul 3 lt/mnt.
4) Memonitor respiratori dan status oksigenasi.
5) Memberikan alat bantu perafasan RR : 22x/mnt
6) Memotivasi klien untuk melakukan batuk efektif untuk
mengeluarkan sekret A : Bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
7) Melakukan Nebulizer farbiven 1 Respul
teratasi
Kriteria hasil Awal Tujuan
Batuk efektif 3 5
Produksi sputum 3 5
Whezing 2 5

P : Lanjutkan intervensi :
Monitoring KU, TTV
Anjurkan klien untuk melakukan batuk efektif
20 Juli 1 10.00 1) memonitor suhu tubuh dan Ttv pasien Dedy 10.30 S : Ibu Pasien mengatakan An. R masih demam, Dedy
2) memberikan cairan oral
2022
3) berkolaborasi pemberian obat antipiretik O : N : 100x/menit

RR : 20x/menit

S : 37,6 ֯ C

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

1) monitor suhu tubuh dan Ttv pasien


2) berikan cairan oral
kolaborasi pemberian obat antipiretik
2 11.00 1) Mengkaji keadaan klien, memonitor Tanda - Tanda Dedy 11.30 S : Pasien mengatakan sesak nafasnya sudah Dedy
Vital
berkurang, belum bisa mengeluarkan secret,
2) Mengkaji status pernafasan
3) Memposisikan semi fowler pasien dengan nyaman O : Klien tampak tidur dengan posisi semi fowler
untuk memaksimalkan ventilasi yang potensial Terpasang O2 nasal canul 3 lt/mnt.
4) Memonitor respiratori dan status oksigenasi.
RR : 22x/mnt
5) Memberikan alat bantu perafasan
6) Memotivasi klien untuk melakukan batuk efektif untuk A : Bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
mengeluarkan sekret
teratasi
7) Melakukan Nebulizer farbiven 1 Respul
Kriteria hasil Awal Tujuan
Batuk efektif 3 5
Produksi sputum 3 5
Whezing 2 5

P : Lanjutkan intervensi :
Monitoring KU, TTV
Anjurkan klien untuk melakukan batuk efektif
21 Juli 1 10.00 1) memonitor suhu tubuh dan Ttv pasien Dedy 10.30 S : Ibu Pasien mengatakan An. R sudah tidak Dedy
2022 demam, Ibu Pasien mengatakan An. R mau minum
2) memberikan cairan oral banyak

O : N : 100x/menit
3) berkolaborasi pemberian obat antipiretik
RR : 20x/menit

S : 36,6 ֯ C

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
2 11.00 1) Melakukan pengecekan KU pasien Dedy 11.30 S : Pasien mengatakan Sudak tidak sesak Dedy
2) Memonitor TTV pasien
nafasnya , secret berkurang
3) Memposisikan semi fowler
4) Melakukan latihan gerak pasif dan aktif
5) Menganjurkan aktivitas bertahap O : Klien tampak tidur dengan posisi semi fowler
6) Melakukan Nebulizer farbiven 1 Respul
Tidak terpasang O2 nasal canul 3 lt/mnt.

RR : 22x/mnt

A : Bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan


teratasi

Kriteria hasil Awal Tujuan Akhir

Batuk efektif 3 5

Produksi sputum 3 5

Whezing 2 5

P : hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai