Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PASIEN DENGAN DOWN SINDROME


RS OSAKA TAHUN 2022

Oleh :
Dedy fikriansyah
NIM 202204005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022

Institute of Health Sciences Banyuwangi


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)


PASIEN DENGAN DOWN SINDROME
RS OSAKA TAHUN 2022

Oleh :
Dedy fikriansyah
NIM :202204005

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL, 25 Oktober 2022

Oleh
Pembimbing

Atik Pramestri Wilujeng, S.Kep., Ns., M.Kep.

NIK.

Mengetahui,
Koord.Profesi Ners

Fajri andi Rahmawan, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


BAB I
KONSEP DOWN SINDROM

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Down syndrome adalah abnormalitas jumlah kromosom yang sering di jumpai kebanyakan
kasus (92,5%) nondisjunction pada 80% kasus kejadian nondisjuncation terjadi pada meosis ibu
fase I. Hasil dari nondisjuncation adalah tiga kopi kromosom 21 (trimosom 21) berdasarkan
nomenklatur standar sitogenik trisomi 21 dituliskan sebagai 47, XX, +21 ( Marcdante &
Kliegman, 2014).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang
menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore).
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan
tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi
kromosom (wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down adalah individu yang
dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya kromosom 21 yang berlebihan (Soetjiningsih).

2. Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada
kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
» Non disjunction (pembentukan gametosit)
1. Genetik Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada keluarga
yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko pada keturunannya.
2. Radiasi Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak
karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sin-
drom down adalah ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi
mutasi gen.
3. InfeksiInfeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada ahli
yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


4. AutoimunPenelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak
karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang
melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
5. Usia ibuUsia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini disebabkan
karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam pembentukan janin, termasuk hormon LH
dan FSH.
6. Ayah Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan kromosom
21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.
» Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi kromosom
21 dan 15.
» Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA
menuju ke RNA.
» Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
» Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.

3. Manifestasi Klinis
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya kurang dari normal,
diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Anak-anak yang menderita sindroma down memiliki
penampilan yang khas:
1. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya men-
datar (sutura sagitalis terpisah).
2. Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata berlipat-lipat
(lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3. Kepalanya lebih kecil daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta Leher
pendek dan besar
4. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease (kelainan jantung
bawaan). kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat.
5. Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap terjulur
serta mulut yang selalu terbuka.
6. Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya
memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya satu lipatan
7. Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
8. Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar Crease).

Institute of Health Sciences Banyuwangi


9. Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
10. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita sindroma Down tidak
pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)
11. Keterbelakangan mental.
12. Hiper fleksibilitas.
13. Bentuk palatum yang tidak normal
14. Kelemahan otot Namun tidak semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada penderita
penyakit sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit sindrom down juga
dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang normal.\

4. Patofisiologi
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun
beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21
dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. (livingstone,2006).
5. Komplikasi
a. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
b.Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).
6. Prognosis
Sebanyak 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun.
Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80 %
kematian. Meningkatnya resiko terkena leukemia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi
normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun
(William,2002).
7. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom down, ada beberapa
pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
» Pemeriksaan fisik penderita
» Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom
+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan
XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk
trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22).

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-
15%
» Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum
dan sayapnya melebar)
» ECG (terdapat kelainan jantung)
» Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat
ASDatau VSD.
» Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah Dengan adanya
Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini
memerlukan monitoring serta pemberian terapi
pencegah infeksi yang adekuat.
» Penentuan aspek keturunan
» Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3
bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas
» Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan
metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.Pada tahap perkembangannya
penderita Down syndrom juga dapat mengalami
kemunduran dari sistim tubuhnya.Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun
informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai
berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik
fisik maupun mentalnya.

Hal yang dapat dilakukan antara lain :


a. Penanganan Secara Medis
1) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung,
mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada
jantung tersebut.
2) Pemeriksaan Dini
» Pendengaran

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan
pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
» Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli
mata

3) Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami gangguan pertumbuhan baik
itu kekurangan gizi pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan
dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
4)Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat
mengganggu atau mengancam jiwa (spinaservikalis).
b. Pendidikan
1) Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain bangunan
dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada
tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus disediakan di
dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu melihat dunia sebagai
sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
2) Taman bermain atau taman kanak– kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul dan bermain bersama
(outdoor) seperti :
a) Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
b) Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama hewan dan
tanaman
3) Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai pedoman bagi
orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak
dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk
motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa.
Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola
eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan mental.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


c. Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita memandang bahwa
perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa
itu sementara waktu, hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan.
Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang
diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama
dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.
Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down,
karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi
tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga penjelasan
tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan
berikutnya.

9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :
a. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas
usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena mereka
memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa
dicegah, karena Down Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
b. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau Homologous
recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab
terhadap munculnya fenotip sindrom down dapat di non aktifkan.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DOWN SINDROM

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Kyle (2016), pengkajian pada anak meliputi :
a. Demografi
Meliputi nama anak, usia, jenis kelamin.
b. Keluhan utama
Catat keluhan dalam bahasa anak tersebut atau orang tua.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Kesakitan dimasa lalu, atau masalah kesehatan, riwayat kesakitan anak, setiap kecelakaan atau
cedera masa lalu, alergi pada makanan, obat, atau binatang tertentu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi usia dan status kesehatan orang tua atau saudara kandung.
e. Riwayat perkembangan
Penanda dalam kontrol motorik kasar, kemampuan perawatan diri, toilet training, kebiasaan,
kehadiran di tempat penitipan anak dan penyesuaian serta pencapaian prasekolah dan sekolah.
f. Riwayat fungsional
Didapatkan dari wawancara dengan orang tua yang berisis tentang kebiasaan harian anak.
Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
 Pada saat lahir terdapat kelemahan otot dan hipotonia
 Kepala pendek (brachycephaly)
 Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke atas dan keluar)
 Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel)
 Lidah menjulur kadang berfisura
 Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
 Palatum berlengkung tinggi
 Leher pendek tebal
 Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
 Sendi hiperfleksibel dan lemas
 Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


 Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)
1) Intelegensia
 Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
 Umumnya dalam rentang ringa sampai sedang
 Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif

2) Anomaly congenital (peningkatan insiden)


 Penyakit jantung congenital (paling umum)
 Defek lain meliputi: Agenesis renal, atresia duodenum, penyakit hiscprung, fistula esopha-
gus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan at-
lantoaksial)
3) Masalah Sensori (sering berhubungan)
 Kehilangan pendengaran kondukti (sangat umum)
 Strabismus
 Myopia
 Nistagmus
 Katarak
 Konjungtivitis
4) Pertumbuhan dan perkembang seksual
 Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
 Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
 Infertile pada pria, wanita dapat fertile
 Penuaan premature uum terjadi harapan hidup rendah
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan.
2. Deficit Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan
karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
3. Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
4. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
5. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.

3. Rencana Keperawatan

Institute of Health Sciences Banyuwangi


1. Risiko infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam derajat infeksi menurun
Demam menenurun
Kadar sel darah putih membaik
Nyeri menurun
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
Rasional: Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Rasional: Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit tipe-bulb
Rasional: Karena tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah kronis
ketidakadekuatan drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terimunisasi yang dianjurkan
Rasional: Untuk mencegah infeksi
f) Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic bila diinstruksikan
Rasional: Untuk keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organism resisten
2. Deficit Nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan
karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status nutrisi terpenuhi.
Porsi makanan yang di habiskan meningkat
BB atau IMT meningkat
Frekuensi makan meningkat
Nafsu makan meningkat
Intervensi:
a) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
Rasional: Untuk menghilangkan mukus
b) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak untuk beristirahat selama
pemberian makan
Rasional: Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut
c) Berikan makanan padat denga mendorongnya ke mulut bagian belakang dan samping
Rasional: Karena refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik

Institute of Health Sciences Banyuwangi


d) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan
Rasional: Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
e) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
Rasional: Untuk mengealuasi asupan nutrisi
f) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makananyang spesifik
Rasional: Mengetahui diit yang tepat

3. Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial


Tujuan: mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan sindrom down
Kejadian cidera menurun
Perdarahan menurun
Fraktur menurun
Intervensi:
a) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran,
koordinasi dan ketahanan
Rasional: Untuk menhindari cedera
b) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga yang dapat
melibatkan tekanan pada kepala dan leher
Rasional: Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
c) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
Rasional: Memberikan perawatan yang tepat
Laporkan dengan segera adanya tanda- tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap,
hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi) Untuk
mencegah keterlambatan pengobatan
4. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi
Perasaan nyaman dengan situasi sosial meningkat
Responsive pada orang lain meningkat
Minat melakukan kontak emosi meningkat

Intervensi:
a) Motivasi orang tua agar member kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak
mudah bersosialisasi
Rasional: Pertukem anak tidak semaikin terhambat

Institute of Health Sciences Banyuwangi


b) Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Rasional: Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak
5. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
Tujuan: orang tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada anaknya
Pengetahuan meningkat

Intervensi:
a) Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai pada anak
Rasional: lingkungan yang memadai mendukung anak untuk berkembang
b) Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar
anak mampu berbahasa
Rasional: Kemampuan berbahasa pada anak akan terlatih
c) Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari- hari.
Rasional: Aktivitas sehari-hari akan membantu
pertukem anak

4. Evaluasi
1) Diagnosa 1
Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2) Diagnosa 2
a) Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya
b) Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan
c) Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan
d) Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis
3) Diagnosa 3
a) Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga
b) Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik
4) Diagnosa 4
Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan
baik dengan orang lain tidak merasa minder
5) Diagnosa 5
a) Keluarga mengetahui tentu perawatan pada anak dengan Sindrome Down
b) Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya

Institute of Health Sciences Banyuwangi


BAB III
PATOFISIOLOGI
DOWN SINDROM

Pohon Masalah

Penjelasan

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun
beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21
dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. (livingstone,2006).
Semua individu dengan sindrom down memiliki tiga salinan kromosom 21. sekitar 95% memiliki
salinan kromosom 21 saja. Sekitar 1 % individu bersifat mosaic dengan beberapa sel normal.
Sekitar 4 % penderita sindrom dowm mengalami translokasi pada kromosom 21. Kebanyakan
translokasi yang mengakibatkan sindrom down merupakan gabungan pada sentromer antara
kromosom 13, 14, 15. jika suatu translokasi berhasil diidentifikasi, pemeriksaan pada orang tua
harus dilakukan untuk mengidentifikasi individu normal dengan resiko tinggi mendapatkan anak
abnormal.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


DAFTAR PUSTAKA

1. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC
2.http://link.cd2000.net/cache/?s=http:// varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down- syndrom-
pada-anak/ diakses pada 04-02-2014: 21.00 WIB
3. http://h-bie2.blogspot.com/2009/02/blog- post.html. diakses pada 04-05-2010; 21.37 WIB

Institute of Health Sciences Banyuwangi


ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)
PASIEN DENGAN DOWN SINDROME
RS KWAIT TAHUN 2022

Oleh :
Dedy Fikriansyah
NIM 202204005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

Institute of Health Sciences Banyuwangi


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI 2022

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)


PASIEN DENGAN DOWN SINDROME
RS KWAIT TAHUN 2022

Oleh :
Dedy Fikriansyah
NIM 202204005

ASUHAN KEPERAWATAN INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL, 25 Oktober 2022

Oleh
Pembimbing

Atik Pramestri Wilujeng, S.Kep., Ns., M.Kep.

NIK.

Mengetahui,
Koord.Profesi Ners

Fajri Andi Rahmawan, S.Kep., Ns., M.Kep.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


NIK.

Institute of Health Sciences Banyuwangi


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
(INSTITUTE OF HEALTH SCIENCES)
BANYUWANGI
Kampus 1 : Jl. Letkol Istiqlah 40 Telp. (0333) 421610 Banyuwangi
Kampus 2 : Jl. Letkol Istiqlah 109 Telp. (0333) 425270 Banyuwangi
Website : www.stikesbanyuwangi.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
( KEPERAWATAN ANAK )

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : An. A
b. Umur : 5 Tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku/ Bangsa : Indonesia
f. Alamat : banyuwangi
g. Pekerjaan :-
h. Nomor Register : 22xxxx
i. Tanggal MRS : 17 oktober 2022
j. Tanggal Pengkajian : 17 oktober
k. Diagnosa Medis : sindrom down

Biodata Penanggungjawab
a. Nama : Ny. C
b. Umur : 37 tahun
c. Jenis Kelamin : laki- laki
d. Agama : islam
e. Pekerjaan : swasta
f. Pendidikan : SMA
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Suku Bangsa : Indonesia
i. Alamat : banyuwangi

2. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit


Ny. C mengatakan keterlambatan perkembangan, mengeluh batuk
a. Keluhan saat MRSc
Ny. C mengatakan keterlambatan perkembangan dan kurang aktif semenjak jatuh usia 3 bulan,Ny.C
mengatakan sadar bahwa anak mengalami keterlambatan perkembangan pada saat usia 4 tahun,Ny.
C mengatakan anak sulit berkosentrasi dan mudah bosan, mengeluh batuk dan terdengar ronchi
b. Keluhan saat Pengkajian
An. A tampak susah dalam menyampaikan pendapat baik dalan tulisan maupun dengan kata-kata,
An. A sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka bermain,An. A tampak suka menaggapi orang
dengan senyumAn. A Tampak berbicara kurang jelas, mengeluh batuk dan terdengar ronchi
3. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
Ny. C mengatakan keterlambatan perkembangan dan kurang aktif semenjak jatuh usia 3 bulan,Ny.C
mengatakan sadar bahwa anak mengalami keterlambatan perkembangan pada saat usia 4 tahun,Ny.
C mengatakan anak sulit berkosentrasi dan mudah bosan

Institute of Health Sciences Banyuwangi


4. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Orang tua pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit saat lahir

5. Riwayat Imunisasi Dasar


Hb : Ya/tidak
BCG : Ya/tidak
Polio 1 : Ya/tidak DPT-HB-Hib 1: Ya/tidak
Polio 2 : Ya/tidak DPT-HB-Hib 2: Ya/tidak
Polio 3 : Ya/tidak DPT-HB-Hib 3: Ya/tidak
Polio 4 : Ya/tidak IPV : Ya/tidak Campak : Ya/tidak
Imunisasi tambahan : -
Boster : -

6. Riwayat Kesehatan keluarga


B. Orang tua pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit dari keluarga

1. Riwayat Perkembangan
7. Motorik Halus

anak tidak dapat menyendok pasir atau krikil dari wadah ke wadah
- anak tidak dapat berkosentrasi
b. Motorik Kasar
mennunjukan pada anak bagaimana memainkkan music yang berbeda dan tidak mmbentuk Gerakan
piano
c. Bahasa / Komunikasi
anak tampak berbicara tidak jelas
d. Adaptasi Sosial
Ny. C mengatakan nak lebih dekat dengan keluarga danlingkungan yang di kenali
Skor KPSP dan interpretasi :..……………………………………………………….....................
Lampirkan KPSP sesuai usia

2. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual


7. Status Psikologis (anak (Batasan usia anak 18 tahun)

Ny.C mengatakan anak menangis bila menginginkan sesuatu


b. Status Psikologis Orang tua
Ny.C menagtakan mengatasi masalah dengan berdiskusi
c. Status Sosial
Ny. C berhubungan dengan baik dengan keluarga dan lingkungan
d. Aspek Spiritual/ Sistem Nilai Kepercayaan
kadang-kadang melakukan ibadah sholat

3. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Pola Nutrisi
1). Sebelum Sakit
Frekuensi : 3 kali
Porsi : 1 porsi / ¾ porsi / ½ porsi / ¼ porsi
Komposisi : karbo / pro.hewani / pro.nabati / sayur / buah

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Jumlah intake cairan :800 cccc, ASI/SUFOR/Lainnya 150 cc
Alergi : ya/tidak , jika ya sebutkan…………….
2). Saat Sakit
Frekuensi : 3kali
Porsi : 1 porsi / ¾ porsi / ½ porsi
Komposisi : karbohidrat / protein hewani / protein nabati / sayur
Jumlah intake :800 cc
Jenis intake : ASI/SUFOR/Lainnya 150
Alergi : ya/tidak , jika ya sebutkan…………….
Keluhan : …………………………………………………………………………

b. Pola Eliminasi
1). Buang Air Besar
a). Sebelum Sakit
Frekuensi : 2 kali
Warna : kuning khas
Konsistensi : padat khas
Pampers : Ya/tidak
b). Saat Sakit
Frekuensi : 2 kali
Warna : kuning khas
Konsistensi : padat khas
Pampers : Ya/tidak, Jika ya : 50 gram (berat pampers kosong ±35 gr)
Keluhan : tidak ada
2). Buang Air Kecil
a). Sebelum Sakit
Frekuensi : 5 kali
Warna : bening kuning khas
Pampers : Ya/tidak
b). Saat Sakit
Frekuensi : 5 kali
Warna : bening kuning khas
Pampers : Ya/tidak , jika ya : 50 Gram (berat pampers kosong ±35 gr)
cateter : Ya/tidak (UT : ………..cc/…..jam)
Keluhan : tidak ada
Balance Cairan : Intake – output =…………cc

c. Pola Kebersihan diri


1). Sebelum Sakit
Mandi : Ya/tidak 2kali/hari
Gosok gigi : Ya/tidak 2kali/hari
Keramas : Ya/tidak 3 kali/hari/minggu
Ganti baju : Ya/tidak 2 kali/hari
Kuku : bersih/kotor
2). Saat Sakit
Mandi : Ya/tidak 2 kali/hari

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Gosok gigi : Ya/tidak 2kali/hari
Keramas : Ya/tidak 3 kali/hari/minggu
Ganti baju : Ya/tidak 2kali/hari
Kuku : bersih/kotor
Seka : Ya/tidak …………kali/hari
Keluhan : tidak ada

d. Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain


1). Sebelum Sakit
Aktivitas : ya/tidak, jika ya sebutkan jenis aktivitas/bermain sendiri
Durasi : 5 jam
2). Saat Sakit
Akititas : ya/tidak, jika ya sebutkan jenis aktivitas/bermain sendiri
Bermain terapeutik : ya/tidak
Terapi bermain : ya/tidak
Keluhan : anak sangat suka bermain

e. Pola Istirahat dan Tidur


1). Sebelum Sakit
Lama : 12 jam/24 jam
Tidur siang : ya/tidak 3 jam
Tidur malam : ya/tidak 9 jam
Waktu memulai tidur : 20.00 WIB
Kebiasaan anak sebelum tidur : rewel
2). Saat Sakit
Lama : 12 jam/24 jam
Tidur siang : ya/tidak 3 jam
Tidur malam : ya/tidak 9 jam
Waktu memulai tidur : 20.00 WIB
Kebiasaan anak sebelum tidur : rewel

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Keadaan Sakit
Pasien tampak sedang

b. Tanda – tanda Vital


Tensi :- Nadi : 92 x/m
RR : 27x/m Suhu : 36,6
BB sebelum sakit : 10 kg BB saat sakit : 10 kg
PB/TB : 80

c. Pemeriksaan Cepalo Caudal


1). Kepala dan Rambut
normochepal /Mikrochepal/unchepal

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Lingkar Kepala : 50 Cm kebersihan : bersih/tidak, bau/tidak
Rambut rontok : ya/tidak nyeri tekan : ya/tidak
nodul : ya/tidak warna : hitam/coklat/lainnya……….
Massa : ya/tidak sebaran : merata/tidak
Keluhan lain tidak ada
2). Hidung
Lubang hidung : simetris/tidak kebersihan : ya/tidak
Posisi Septum nasi : tengah/tidak Perforasi septum : ya/tidak
Perdarahan : ya/tidak pembengkakan : ya tidak
Polip : ya/tidak cuping hidung : ya/tidak
Keluhan lain tidak ada
3). Telinga
Telinga luar : normal/abnormal kebersihan : bersih/tidak
Warna : coklat tumpukan serumen : ya/tidak
Posisi telinga dari epikantus : lebih rendah/lebih tingggi
Nyeri tekan : ya/tidak peradangan : ya/tidak
Perforasi 24ias24si24 tympani : ya/tidak perdarahan : ya/tidak
Keluhan lain telinga kecil terlihat lebih rendah
4). Mata
Jarak interkantus : 2 cm/lebih simetris : ya/tidak
Konjungtiva : merah muda/anemis 24ias24si24c : oedem/tidak
reaksi pupil : isokor/miosis/medriasis Sclera : putih/ikterik
buta warna : ya/tidak nistagmus : ya/tidak
alat bantu penglihatan : ya/tidak strabismus : ya/tidak
keluhan lain mata simetris tetapi terlihat kecil dan bagian sudut mata tertarik ke atas
5). Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
Warna : khas gusi : normal/oedema/perdarahan
Kelembapan : lembab lidah : bersih/hiperemi/kotor
Simetris : ya/tidak gigi : jumla 20 lubang :ya/tidak
Karies : ya/tidak tonsil : T0/T1/T2/T3/T4
Palatum : utuh/tidak bibir/labia : utuh/tidak
pharing : normal/hiperemi/edema
keluhan lain tidak ada

6). Leher dan Tenggorokan (tenggorokan?


Trakea : tengah/bergeser
Tyroid : teraba/tdk teraba
Retraksi Sternocleidomastoid : ya/tidak
Keluhan lain tidak ada

7). Dada/ Thorak


a). Pemeriksaan Paru
(1). Inspeksi
Bentuk : normal chest / pigeon chest / funnel chest / barrel chest
Tulang belakang : 24ias24si24/scoliosis/lordosis batuk :ya/tidak
pengambangan dada : simetris/asimetris sianosis : ya/tidak
Retraksi 24ias24si24c24l : ya/tidak retraksi suprasternal : ya/tidak
Pola nafas : normal/tdk normal,

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Keluhan lain : tidak ada
(2). Palpasi
Taktil fremitus : sama/tidak,
(3). Perkusi
Sonor/hipersonor/25ias25si25
(4). Auskultasi
Area vesikuler : bersih / halus / kasar
Area bronchial : bersih / halus / kasar
Area bronkovesikuler : bersih / halus / kasar
Suara tambahan : ronchi/ wheezing/ rales/ pleural friction rub
keluhan lain tidak ada
b). Pemeriksaan Jantung
(1). Inspeksi
Ictus cordis : ya/tidak,
(2). Palpasi
Pulsasi ictus cordis : lemah / kuat / tidak teraba,
(3). Perkusi
Terdengar sonor di ics 1-6
(4). Auskultasi
BJ I terdengar : (tunggal/ganda) (keras/lemah) (regular/irregular)
BJ II terdengar : (tunggal/ganda) (keras/lemah) (regular/irregular)
BJ tambahan : ya/tidak, jika ya : gallop/murmur
keluhan lain tidak ada

8). Payudara
(a). Inspeksi
Simetris : ya/tidak kulit sekitar : sama/tidak
(b). Palpasi
Massa : ya/tidak
Nyeri tekan : ya/tidak
keluhan lain tidak ada

9). Pemeriksaan Abdomen


(a). Inspeksi
Bentuk abdomen : datar/cembung/cekung
Massa : ya/tidak Kesimetrisan : ya/tidak
Bayangan PD vena : ya/tidak
(b). Auskultasi
Bising usus 14x/m
(c). Palpasi
Palpasi hepar : Nyeri tekan/tidak pembesaran : ya/tidak
Palpasi lien : nyeri tekan/tidak
Palpasi appendik (Mc.Burney): nyeri tekan/tidak
Nyeri lepas : ya/tidak nyeri kontralateral : ya/tidak
Palpasi ginjal : nyeri tekan/tidak pembesaran : ya/tidak
(d). Perkusi
Tympani / hipertympani
Shiffing dullness : ya/tidak undulasi : ya/tidak
Keluhan lain tidak ada

Institute of Health Sciences Banyuwangi


10). Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot
Deformitas : ya/tidak CRT : ≤2dtk / >2dtk
Kekuatan otot 5 5 Atrofi : tidak ada
5 5
Oedem : ya/tidak
Warna kulit : normal tekstur : halus akral : normal
Turgor : normal ptekie : ada/tdk eritema : ada tidak
Akrosianosis : ya/tidak clubbing finger : ya/tidak
Keluhan lain tidak ada
11). Genetalia dan Anus
Kebersihan : ya/tidak Lesi : ya/tidak massa : ya/tidak
Nyeri tekan : ya/tidak penyumbatan uretra : ya/tidak
Posisi uretra : tengah/epispadia/hipospadia
Keluhan lain tidak ada

12). Pemeriksaan Neurologi (Lihat GCS khusus Anak)


GCS : Eye 4Verbal 5 Motorik 6
Bisep : normal/tdk tricep : normal/tidak archiles : normal/tidak
N.I : normal/tidak N.II : normal/tidak N.III : normal/tidak
N.IV : normal/tidak N.V : normal/tidak N.VI : normal/tidak
N.VII : normal/tidak N.VIII : normal/tidak N.IX : normal/tidak
N.X : normal/tidak N.XI : normal/tidak N.XII : normal/tidak
Kesadaran kualitatif : compos mentis
Keluhan lain tidak ada

5. Skrining Risiko Malnutrisi: (Berdasarkan adaptasi STRONG-Kids)

No Parameter Skor
.
1. Apakah pasien tampak kurus
a. Tidak 0
b. Ya 1

2. Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu bulan terakhir?


(berdasarkan penilaian objektif data berat badan bila ada/penilaian
subjektif dari orang tua pasien ATAU untuk bayi<1 tahun: berat badan
naik selama 3 bulan terakhir). 0
a. Tidak 1
b. Ya

3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?


● Diare > 5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam seminggu
terakhir
0
1

Institute of Health Sciences Banyuwangi


● Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
a. Tidak
b. Ya

4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien


berisiko mengalami malnutrisi (lihat keterangan dibawah).
a. Tidak 0
b. Ya 2 +

0
Total Skor : …...........
.

Tabel 1 : Daftar penyakit/keadaan yang berisiko mengakibatkan malnutrisi

● Diare kronik (lebih dari 2 minggu). ● Keadaan anatomi daerah mulut


● (Tersangka) penyakit jantung yang menyebabkan kesulitan makan
bawaan. (27ias27s: bibir sumbing).
● (Tersangka) infeksi human ● Trauma
immunodeficiency virus (HIV). ● Kelainan 27ias27si27c bawaan
● (Tersangka) kanker. (inborn error metabolism)
● Penyakit hati kronik. ● Reterdasi mental
● Penyakit ginjal kronik. ● Keterlambatan perkembangan
● TB paru ● Rencana/pasca operasi mayor
● Luka bakar luas (27ias27s: laparatomi, torakotomi).
● Lain – lain ( Berdasarkan ● Terpasang stoma.
pertimbangan Dokter) .0

Intepretasi skor:
0 : Risiko rendah 1 – 3 : Risiko sedang 4 – 5 : Risiko berat
6. Risiko Cedera / Jatuh ( untuk anak usia ≥ 12-18 tahun)
Lampirkan 27ias27si formulir pemantauan risiko jatuh pasien anak (berdasarkan Skala Humpty
Dumpty)

Parameter Kriteria Nilai Skor


Usia <3 tahun 4
3-7 tahun 3 3
7-13 tahun 2
≥13 tahun 1
Jenis kelamis Laki-laki 2 1
Perempuan 1

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Diagnosis Diagnosis neurologi 4 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi, anemia,anoreksi,
sinkop, pusing, dll
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan lainnya 3 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakkan di tempat 4 4
tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu/bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur
bayi/perabot rumah
Pasien diletakkan pada tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan/ Dalam 24 jam 3
sedasi/anastesi Dalam 48 jam 2
>48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anastesi
Penggunaan Penggunaan multiple : sedative. Obat 3
medikamentosa hypnosis, barbiturate, fenotiazi,
antidepresan,, pencahar, diuretic,
narkose
Penggunaan salah satu obat di atas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada 1 1
medikasi
JUMLAH SKOR HUMPTY DUMPTY 17
Skor 7-11 : resiko rendah untuk jatuh
Skor ≥ 12 : resiko tinggi untuk jaduh
Skor minimal : 7
Skor maksimal : 23

7. Pemeriksaan Penunjang
-
8. Penatalaksanaan
-
9. Harapan Klien/ Keluarga sehubungan dengan Penyakitnya
Ny. C mengatakan ingin segera melihat anaknya sembuh sehingga 28ias beraktifitas seperti
biasa

10. Genogram (buat 3 generasi)

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Genogram tiga generasi

60 57 63

Ny.c
Tn.I

An.a

Ket :

: nenek meninggal pada umur 45 karna kecelakaan


:perempuan

:laki laki

: garis hubungan
: pasien

Banyuwangi, ………, ………….20….

Mahasiswa

Institute of Health Sciences Banyuwangi


ANALISIS DATA

Hari/
DATA ETIOLOGI MASALAH
Tgl/ Jam
17/ DS:
10/2022 - Ny. C mengatakan anak
mengeluh batuk pilek dan
rewel

DO : Bersihan jalan Nafas


Ketidak mampuan untuk
- Terdengar suara Ronchi tidak efektif
mengeluarkan secret
D.0001
Tensi :-
Nadi : 92 x/m
RR : 27x/m
Suhu : 36,6

17/10/22 DS : Gangguan tumbuh


- Ny. C mengatakan inkonsistensi respon kembang
keterlambatan
perkembangan dan kurang
aktif semenjak jatuh usia 3
bulan
- Ny.C mengatakan sadar
bahwa anak mengalami
keterlambatan
perkembangan pada saat
usia 4 tahun
- Ny. C mengatakan anak
sulit berkosentrasi dan
mudah bosan

DO :
- An. A tampak susah dalam
menyampaikan pendapat
baik dalan tulisan maupun
dengan kata-kata,
- An. A sulit berkonsentrasi,
suka bermain, suka
bermain
- An. A tampak suka
menaggapi orang dengan
senyum
- An. A Tampak berbicara
kurang jelas

Institute of Health Sciences Banyuwangi


17/10/2022 DS : perubahan fungsi Resiko cidera
- Ny. C mengatakan anak kongnitif
sulit berkosentrasi
- Ny. C mengatakan anak
suka bermain
- Ny. C mengatakan anak
ketika keluar rumah tidak
menyadari akan keadaan
bahaya

DO:
- An. A tampak sering
melamun

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 17 OKTOBER 2022


No. Diagnosis Keperawatan Kode Tanggal Teratasi Ttd

1 Bersihan jalan nafas tidak D0001 17/10/2022


efektif berhubungan dengan
ketidak mampuan
mengeluarkan sputum
2 Gangguan tumbuh kembang D.0106 17/10/2022
berhubungan dengan
inkonsistensi respon

3 Resiko cidera berhubungan D.0136 17/10/2022


dengan perubahan fungsi
kongnitif

Institute of Health Sciences Banyuwangi


RENCANA INTERVENSI

DIAGNOSIS
Hari/
No. KEPERAWATAN Kode SLKI Kode SIKI
Tgl/ Jam
(SDKI)
Manajemen Jalan Napas
Observasi:
1. Monitor bunyi napas tambahan
2. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)

Pertukaran Gas Terapeutik


Bersihan jalan nafas tidak 1. Posisikan semi fowler atau fowler
1. Batuk efektif meningkat
efektif berhubungan 2. Lakukan fisioterapi dada,
2. Produksi sputum
1 17/10/22 D.0001 L.01001
dengan ketidak mampuan menurun Edukasi
mengeluarkan sputum 3. Tidak ada bunyi ronchi 1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, kon-
traindikasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,

2 17/10/22 Gangguan tumbuh D.0106 Status perkembangan L.10101 PERAWATAN PERKEMBANGAN( I.10339)
kembang berhubungan membaik 1. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang
dengan inkonsistensi 1. ketrampilan/perilaku di tunjukan anak
respon sesuai usia meningkat 2. meminimalkan kebisingan ruangan
2. kemampuan respon sosial 3.jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
meningkat

3 17/10/22 Resiko cidera D.0136 Tingkat cidera L.14136 PENCEGAHAN CIDERA (I.14537)
berhubungan dengan 1. tolerasi aktivitas 1. Identifikais area lingkungan yang berpotensi
perubahan fungsi meningkat menyebabkab cidera

Institute of Health Sciences Banyuwangi


kongnitif 2. kejadiaan cidera menurun 2. sosisalisasi pasien dan keluarga dengan
lingungan ruangan
3.jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh pada
keluarga

IMPLEMENTASI DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Har
i/
Paraf
Tgl/ No. Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP)
Shif
t
14.00 Manajemen Jalan Napas S: Ny. C mengatakan anak masih mengeluh
Observasi: batuk dan secret masih sulit di keluarkan
Tindakan O : RR 27, terdengar suara ronchi
1. Monitor bunyi napas tambahan A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi
Hasil
17/1 Bunyi nafas Ronchi
0/22
15.00
/ Tindakan
D.0001
sian 2. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
g
Hasil
Anak masih sulit mengeluarkan dahak

Terapeutik
Tindakan
1. Posisikan semi fowler atau fowler

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Hasil
Anak tampak sulit di atur
Tindakan
2. Lakukan fisioterapi dada,

Hasil
Anak masih rewel
Edukasi
Tindakan
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, kon-
traindikasi
15.50
Hasil
Ny. C memahami tentang edukasi yang di
bahas
Kolaborasi
17.15
Tindakan
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,

Hasil
Anak tampak sedikit rileks namun masih
terdengar ronchi
Tindakan : S:
Melakukan operan dengan dinas pagi - Ny. C mengatakan keterlambatan
perkembangan dan kurang aktif semenjak jatuh
17/1 Hasil : usia 3 bulan
D.0106
0/20 20.45 - Ny.C mengatakan sadar bahwa anak
22 Mengetahui apa yang telah dilakukan oleh di- mengalami keterlambatan perkembangan pada
nas pagi dan yang belum di lakukan saat usia 4 tahun
Tindakan: mengidentifikasi isyarat perilaku dan - Ny. C mengatakan anak sulit
fisiologis yang di tunjukan anak berkosentrasi dan mudah bosan
Institute of Health Sciences Banyuwangi
O:
- An. A tampak susah dalam
Hasil: menyampaikan pendapat baik dalan tulisan
- An. A tampak susah dalam menyam- maupun dengan kata-kata,
paikan pendapat baik dalan tulisan - An. A sulit berkonsentrasi, suka
maupun dengan kata-kata, bermain, suka bermain
- An. A tampak suka menaggapi orang
- An. A sulit berkonsentrasi, suka dengan senyum
bermain, suka bermain - An. A Tampak berbicara kurang jelas
- An. A tampak suka menaggapi orang A. masalah belum teratasi
dengan senyum P:lanjutkan intervensi
1. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis
- An. A Tampak berbicara kurang jelas
yang di tunjukan anak
2. meminimalkan kebisingan ruangan
3.jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

17/1 D.0136 14.00 Tindakan: meminimalkan kebisingan S:


0/22 ruangan - Ny. C mengatakan anak sulit
/ Hasil : berkosentrasi
sian - Ny. C mengatakan anak suka bermain
g - Pasien tampak rewel - Ny. C mengatakan anak ketika keluar
Tindakan : menjelaskan tujuan dan prosedur rumah tidak menyadari akan keadaan bahaya
15.00 O:
ambulasi
- An. A tampak sering melamun
Hasil : A. masalah belum teratasi
Ny. C mengatakan sedikit mengerti P:lanjutkan intervensi
1. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis
15.50 Tindakan: mengidentifikais area lingkungan yang di tunjukan anak
yang berpotensi menyebabkab cidera 2. meminimalkan kebisingan ruangan
Hasil: 3.jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- An. A tampak sering melamun

Institute of Health Sciences Banyuwangi


Tindakan:bersosisalisasi pasien dan keluarga
17.15 dengan lingungan ruangan
Hasil :
- Keluarga tampak sedikit paham
Tindakan :menjelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh pada keluarga
18.30
Hasil :
Ny. C mengatakan sedikit mengerti
19.45

18/1 (D0001) 14.00 Manajemen Jalan Napas S: Ny. C mengatakan anak masih mengeluh
0/22 Observasi: batuk dan secret masih sulit di keluarkan
/ Tindakan O : RR 27x/mnt , suara terdengar ronchi
sian 3. Monitor bunyi napas tambahan A : Masalah belum teratasi
g P : lanjutkan Intervensi
Hasil
Bunyi nafas Ronchi

15.00 Tindakan
4. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)

Hasil
Anak masih sulit mengeluarkan dahak

Terapeutik
Tindakan

Institute of Health Sciences Banyuwangi


3. Posisikan semi fowler atau fowler

Hasil
Anak tampak sulit di atur
Tindakan
4. Lakukan fisioterapi dada,

Hasil
Anak masih rewel
Edukasi
Tindakan
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, kon-
traindikasi
15.50
Hasil
Ny. C memahami tentang edukasi yang di
bahas
Kolaborasi
17.15
Tindakan
2. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,

Hasil
- Anak tampak sedikit rileks namun masih
terdengar ronchi

18/1 D.0106 Tindakan : S:


0/22 - Ny. C mengatakan keterlambatan
Melakukan operan dengan dinas pagi
/ perkembangan dan kurang aktif semenjak jatuh
sian usia 3 bulan
Hasil :
g - Ny.C mengatakan sadar bahwa anak
Mengetahui apa yang telah dilakukan oleh di- mengalami keterlambatan perkembangan pada
nas pagi dan yang belum di lakukan saat usia 4 tahun
Institute of Health Sciences Banyuwangi
Tindakan: mengidentifikasi isyarat perilaku dan - Ny. C mengatakan anak sulit
fisiologis yang di tunjukan anak berkosentrasi dan mudah bosan
Hasil:
O:
- An. A tampak susah dalam menyam-
- An. A tampak susah dalam
paikan pendapat baik dalan tulisan
maupun dengan kata-kata, menyampaikan pendapat baik dalan tulisan
maupun dengan kata-kata,
- An. A tampak suka menaggapi orang -
dengan senyum - An. A tampak suka menaggapi orang
- An. A Tampak berbicara kurang jelas dengan senyum
- An. A Tampak berbicara kurang jelas
A. masalah tertasi sebagian teratasi
P:lanjutkan intervensi
1. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis
yang di tunjukan anak
2. meminimalkan kebisingan ruangan
3.jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

18/1 C. 00306 Tindakan: meminimalkan kebisingan 20.45 S:


0/22 ruangan - Ny. C mengatakan anak sulit
/ berkosentrasi
sian - Ny. C mengatakan sedikit mengurangu
g Hasil : bermainbermain
- Pasien tampak lebih tenang - Ny. C mengatakan anak ketika keluar
rumah tidak menyadari akan keadaan bahaya
Tindakan : menjelaskan tujuan dan prosedur O:
ambulasi - An. A tampak melamun berkurang
Hasil : A. masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
Ny. C mengatakan mengerti 1. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis
Tindakan: mengidentifikais area lingkungan yang di tunjukan anak
yang berpotensi menyebabkab cidera 2. meminimalkan kebisingan ruangan
3.jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Institute of Health Sciences Banyuwangi
Hasil:

Institute of Health Sciences Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai