Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KESELAMTAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

DALAM PENANGANAN KASUS COVID 19

Disusun oleh

ANGGUN SUPRIADI KADIR

711490120002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan karunia nya
saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Dalam
Keperawatan (Keselamatan pasien dan keselamatan kerja dalam penanganan covid 19) dan.
Terima kasih untuk Dosen saya karena telah memberikan untuk ini kepada saya guna untuk
lebih menambah wawasan mengenai covid 19.

Saya selaku Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan atau pun ketidak
jelasan perihal isi dari makalah ini. sekian makalah ini semoga dapat bermafaat bagi kita
semua para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit
pada hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona
hingga saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona
terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang
meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan
COVID-19 dengan gejala mirip Flu. kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang
paru-paru misterius pada Desember 2019.Kasus infeksi pneumonia misterius ini
memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19
diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi
penularan. Corona virus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi
hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit
radang paru. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang
menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi
seperti ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut,
Virus Corona bukan kali ini saja memuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang
sama-sama mirip Flu, Virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeks
yang lebih parah dan gagal organ.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Covid-19?
2. Bagaimana tanda dan gejala Covid-19 ?
3. Bagaimana manajemen k3 pada covid ?
4. Bagaimana peran perawat pada k3 dalam mencegah penularan Covid-19?
C. Tujuan
Untuk mengetahui kita mengetahu apa itu covid-19 dan kita tahu cara bagaimana
mencegah agar tidak tertular, mengetahui keselamatan dan kesehatan perawat
dalam kasus Covid-19
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada
system pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama
virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular kemanusia. Walaupun
lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisamenyerang siapa saja, mulai
dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibuhamil dan ibu menyusui.
Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona VirusDisease 2019) dan pertama kali
ditemukan di kota Wuhan, China pada akhirDesember 2019. Virus ini menular
dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampirsemua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.Selain virus SARS-CoV-2 atau virus
Corona, virus yang juga termasuk dalamkelompok ini adalah virus penyebab Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) danvirus penyebab Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
coronavirus, COVID-19 memilikibeberapa perbedaan dengan SARS dan MERS,
a. cara Virus Corona Menyebar
Karena COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai bagaimana
penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak dekat,
seringkalioleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara.
Tetesanditularkan, dan menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-orang
dalamkontak dekat (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama
bernafas,namun karena mereka relatif berat, mereka biasanya jatuh ke tanah atau
permukaan. Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari
pada pembicaraannormal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk
yang tidak tertutupdapat menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki).
Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Maret 2020 berpendapat bahwa
saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian tahun 1930-an yang
mengabaikan efek dari udarayang dihembuskan lembab yang hangat di sekitar
tetesan dan bahwa batuk atau bersinyang tidak terbuka dapat berjalan hingga 8,2
meter (27 kaki) .Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih
dapat menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang
terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan yang
tidak dicuci. Pada permukaan,jumlah virus aktif berkurang dari waktu ke waktu
hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara eksperimental, virus dapat
bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau
kardus selama beberapa jam, danplastik atau baja selama beberapa hari).
Permukaan mudah didekontaminasi dengandesinfektan rumah tangga yang
membunuh virus di luar tubuh manusia atau ditangan. Khususnya, bagaimanapun
desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau disuntikkan sebagai tindakan
perawatan atau pencegahan, karena ini berbahaya atauberpotensi fatal.Dahak dan
air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa prosedur medis dapat
menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil
seperti itu, yang dikenal sebagai transmisi udara .Virus ini paling menular selama tiga
hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipu penyebaran diketahui terjadi hingga
dua hari sebelum gejala muncul (penularan secara asimptomatik) dan pada tahap
selanjutnya dari penyakit. Beberapa orang telahterinfeksi dan pulih tanpa
menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam halpenularan tanpa gejala.
Meskipun COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan
rute oral feses diduga menularkan virus
.
2. Tanda dan Gejala Covid-19
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu,
yaitudemam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejaladapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang
beratbisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas,
dannyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan
virusCorona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksivirus Corona, yaitu: Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius) Batuk
Sesak napasGejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai
2 minggusetelah penderita terpapar virus Corona.Demam adalah gejala yang paling
umum, meskipun beberapa orang yang lebih tuadan mereka yang memiliki masalah
kesehatan lainnya mengalami demam dikemudian hari. Dalam satu penelitian, 44%
orang mengalami demam ketika merekadatang ke rumah sakit, sementara 89%
mengalami demam di beberapa titik selamadirawat di rumah sakit.Gejala umum
lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu makan , kelelahan , sesaknapas , produksi
dahak , dan nyeri otot dan sendi . Gejala seperti mual , muntah ,dan diare telah
diamati dalam berbagai persentase. Gejala yang kurang umumtermasuk bersin,
pilek, atau sakit tenggorokan.Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak
dada dan jantung berdebar .Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa
dapat terjadi. Kehilanganbau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus yang
dikonfirmasi di Korea Selatan.Seperti yang umum dengan infeksi, ada penundaan
antara saat seseorang pertama kaliterinfeksi dan saat ia mengalami gejala. Ini
disebut masa inkubasi . Masa inkubasiCOVID-19 biasanya lima sampai enam hari
tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14hari, meskipun 97,5% orang yang mengalami
gejala akan melakukannya dalam 11,5hari infeksi.Sebagian kecil kasus tidak
mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktutertentu. Pembawa tanpa
gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalamtransmisi belum sepenuhnya
diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan bahwamereka dapat berkontribusi pada
penyebaran penyakit. Pada bulan Maret 2020, PusatPengendalian dan Pencegahan
Penyakit Korea (KCDC) melaporkan bahwa 20% darikasus yang dikonfirmasi tetap
tanpa gejala selama tinggal di rumah sakit.

3. Manajemen k3 pada covid-19


Selama beberapa Selama beberapa dasawarsa terakhir, pendekatan Sistem
Manajemen K3 Penerapannya bervariasi dari menjadi kewajiban hukum yang
mengharuskan untuk diadopsi di tingkat tempat kerja hingga adopsi sukarela.
Pengalaman menunjukkan bahwa SMK3 adalah alat yang logis dan berguna untuk
peningkatan kelanjutan kinerja SMK3 di tingkat organisasi (ILO, 2011).
Pedoman ILO tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(ILO-OSH 2001) menganjurkan bahwa pengaturan yang tepat harus dibuat untuk
pembentukan SMK3, yang harus mengandung unsur-unsur kunci berikut: Kebijakan,
perencanaan dan pelaksanaan implementasi, evaluasi dan tindakan untuk
peningkatan (ILO, 2001). Penerapan tindakan pencegahan dan perlindungan
dilakukan dengan cara yang efisien dan koheren;
 Kebijakan terkait ditetapkan;
 Komitmen dibuat;
 Semua elemen tempat kerja untuk menilai bahaya dan risiko
dipertimbangkan
 Manajemen serta pekerja terlibat dalam proses sesuai dengan tingkat
tanggung jawab mereka (ILO, 2011)

memastikan bahwa informasi yang diperlukan, komunikasi dan koordinasi


internal disediakan untuk melindungi semua orang jika terjadi keadaan darurat di
tempat kerja; memberikan informasi kepada, dan komunikasi dengan, otoritas
kompeten (pihak yang berwenang) terkait, lingkungan sekitar dan layanan tanggap
darurat; menangani pertolongan pertama dan bantuan medis, pemadam kebakaran
dan evakuasi semua orang di tempat kerja; dan memberikan informasi serta
pelatihan yang relevan kepada semua anggota organisasi, di semua tingkatan,
termasuk pelatihan rutin dalam pencegahan darurat, kesiapsiagaan dan prosedur
tanggapan (ILO, 2001).
a) Mengendalikan risiko penularan
Penyakit menular pada manusia disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat
patogen termasuk bakteri, virus, parasit dan jamur (WHO, 2016). Mereka dapat
ditularkan melalui kontak langsung, percikan, udara, kendaraan penular (seperti
makanan, air dan permukaan yang terkontaminasi) serta vektor. Pola penularan
penyakit juga relevan bagi mereka yang pekerjaannya mengharuskan bersentuhan
dengan hewan, menempatkan mereka pada risiko infeksi zoonosis2 (Su et al. 2019).
Untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam rangka melindungi pekerja -
sejauh dapat dipraktikkan secara wajar - dari sisi risiko penularan di tempat kerja
hingga penyakit menular, pengusaha harus melakukan penilaian risiko.
Secara umum, risiko di tempat kerja adalah kombinasi dari kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa berbahaya dan tingkat keparahan cedera atau kerusakan
pada kesehatan orang yang disebabkan oleh peristiwa tersebut (ILO, 2001). Oleh
karena itu penilaian risiko penularan di tempat kerja harus mempertimbangkan:
 Probabilitas terkena penularan, dengan mempertimbangkan
karakteristik penyakit menular (yaitu, pola penularan) dan
kemungkinan bahwa pekerja dapat bertemu dengan orang yang
menulari atau mungkin terpapar dengan lingkungan atau bahan yang
terkontaminasi (misalnya, sampel laboratorium, limbah) selama
mereka bertugas.
 Keparahan dampak kesehatan yang dihasilkan, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi individu
(termasuk usia, penyakit yang sudah diderita dan kondisi kesehatan),
serta langkah-langkah yang tersedia untuk mengendalikan dampak
infeksi. ILO telah menerbitkan Daftar Pencegahan dan Mitigasi COVID-
19 di Tempat Kerja sebagai upaya menyediakan tindakan praktis yang
dapat mengurangi penyebaran pandemi COVID-19 di tempat kerja.
 Jarak fisik. Misalnya: Menilai risiko interaksi antara pekerja,
kontraktor, pelanggan dan pengunjung dan langkah-langkah
penerapan untuk mengurangi risiko ini; pengorganisasian kerja
dengan cara yang memungkinkan jarak fisik antara orang-orang;
ketika memungkinkan harus menggunakan panggilan telepon, surat
elektronik atau rapat virtual dibandingkan dengan pertemuan tatap
muka; memperkenalkan jadwal kerja untuk menghindari konsentrasi
besar pekerja di tempat kerja pada satu waktu tertentu.
 Higienitas. Sebagai contoh: Menyediakan desinfektan untuk tangan
termasuk penyanitasi tangan dan tempat-tempat yang mudah diakses
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air; mempromosikan
budaya mencuci tangan; mempromosikan higienitas pernapasan yang
baik di tempat kerja (misalnya menutup mulut dan hidung dengan
siku yang menekuk atau dengan tisu saat batuk atau bersin).
 Kebersihan. Misalnya: Mempromosikan budaya untuk membersihkan
permukaan meja dan tempat kerja secara teratur, gagang pintu,
telepon, papan tombol dan benda kerja dengan disinfektan dan harus
secara rutin memberikan disinfektan untuk area umum seperti kamar
kecil.
 Pelatihan dan Komunikasi. Misalnya: Melatih manajemen, pekerja
dan perwakilan mereka tentang langkah-langkah yang dapat diadopsi
untuk mencegah risiko pajanan terhadap virus dan tentang
bagaimana bertindak dalam kasus infeksi COVID-19; pelatihan tentang
penggunaan, pemeliharaan, dan pembuangan alat pelindung diri yang
benar; memelihara komunikasi yang teratur dengan pekerja untuk
memberikan informasi terkini terkait situasi di tempat kerja, wilayah
atau negara; menginformasikan pekerja tentang hak mereka untuk
menyingkir dari situasi kerja yang menimbulkan bahaya serius bagi
kehidupan atau kesehatan, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
dan segera memberi tahu atasan langsung terkait situasi tersebut.
4. Peran perawat di rumah sakit dalam mencegah penularan covid-19
Virus Corona penyebab COVID-19 sangat mudah menular. Oleh karena itu,
penggunaan alat pelindung diri (APD) perlu dilakukan guna mengendalikan dan
mencegah infeksi virus Corona. APD sangat penting digunakan oleh orang yang
sering bertemu pasien COVID-19, pada tenaga medis di rumah sakit.
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat perlengkapan yang berfungsi
untuk melindungi penggunanya dari bahaya atau gangguan kesehatan tertentu,
misalnya infeksi virus atau bakteri. Bila digunakan dengan benar, APD mampu
menghalangi masuknya virus atau bakteri ke dalam tubuh melalui mulut, hidung,
mata, atau kulit.
Oleh karena itu, para tenaga medis atau perawat yang sering kontak dengan
pasien COVID-19 perlu menggunakan APD sesuai standar agar mereka terlindungi
dari infeksi virus Corona.Ketahui Berbagai Jenis Alat Pelindung Diri (APD)Pemilihan APD
untuk mencegah infeksi virus Corona tidak bisa dilakukan sembarangan.
APD yang ideal untuk mencegah dan melindungi tubuh dari paparan virus
Corona memiliki kriteria tertentu, yakni:

 Mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus


Corona
 Tidak mudah rusak
 Ringan dan tidak membatasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman
 Mudah dibersihkan

Berikut ini adalah beberapa jenis APD yang umumnya digunakan para tenaga medis
dalam menangani ODP (orang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan),
pasien suspect (terduga positif), maupun sudah terbukti positif COVID-19:
(1) Masker
Ada 2 jenis masker yang umumnya digunakan sebagai APD dalam penanganan
pasien COVID-19 atau orang yang dicurigai terinfeksi virus Corona, yaitu masker
bedah dan masker N95.
Masker bedah merupakan masker penutup wajah yang terdiri dari 3 lapisan
bahan yang digunakan sekali pakai. Masker ini dinilai efektif untuk mencegah
masuknya virus Corona melalui mulut atau hidung, ketika ada percikan ludah
penderita COVID-19 saat ia batuk, bersin, atau bicara.
Masker yang lebih efektif untuk mencegah virus Corona adalah masker N95.
Masker ini terbuat dari bahan polyurethane dan polypropylene yang mampu
menyaring hampir 95% partikel berukuran kecil. Masker N95 memiliki bentuk
yang dapat menutup area mulut dan hidung dengan lebih rapat, bila ukurannya
sesuai.
Namun, perlu Anda ketahui bahwa masker N95 hanya diperuntukkan bagi tenaga
medis yang sedang menangani pasien dengan penyakit menular tertentu,
termasuk pasien COVID-19.
Untuk mengurangi risiko penularan dan mencegah penularan kepada orang lain,
pemerintah menyarankan masyarakat yang bukan tenaga medis untuk
menggunakan masker kain.
(2) Pelindung mata
Pelindung mata atau google terbuat dari bahan plastik transparan yang berfungsi
untuk melindungi mata dari paparan virus yang dapat masuk ke dalam tubuh
melalui mata. Alat pelindung ini harus pas menutupi area mata, serta tidak
mudah berkabut atau mengganggu penglihatan.
(3) Pelindung wajah
Sama halnya dengan pelindung mata, pelindung wajah juga terbuat dari bahan
plastik jernih dan transparan. Jenis APD ini dapat menutupi seluruh area wajah,
mulai dari dahi hingga dagu Bersama masker dan pelindung mata, pelindung
wajah mampu melindungi area wajah dari percikan air liur atau dahak saat
pasien COVID-19 batuk atau bersin.
(4) Gaun medis atau Hazmat
Gaun medis digunakan untuk melindungi lengan dan area tubuh dari paparan
virus selama tenaga medis melakukan prosedur penanganan dan perawatan
pasien.
Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua jenis gaun medis, yaitu gaun sekali
pakai dan gaun yang bisa dipakai ulang. Gaun sekali pakai adalah gaun yang
dirancang untuk dibuang setelah satu kali pakai. Jenis gaun ini terbuat dari bahan
serat sintetis, seperti polypropylene, poliester, dan polyethylene, yang
dikombinasikan dengan plastik.Sedangkan gaun yang bisa dipakai ulang adalah
gaun yang dapat digunakan lagi setelah dicuci atau dibersihkan. Pemakaiannya
bisa hingga maksimal 50 kali, selama gaun tidak robek atau rusak. Gaun ini
terbuat dari bahan katun atau poliester, atau kombinasi keduanya.
Gaun medis juga perlu dilengkapi dengan celemek atau apron untuk melapisi
bagian luar gaun. Apron tersebut umumnya terbuat dari plastik yang tahan
terhadap disinfektan.
(5) Sarung tanga medis
Sarung tangan medis digunakan untuk melindungi tangan para petugas medis
dari cairan tubuh pasien selama merawat pasien COVID-19. Sarung tangan ini
idealnya tidak mudah sobek, aman digunakan, dan ukurannya pas di
tangan.Sarung tangan yang sesuai standar penanganan COVID-19 harus terbuat
bahan lateks atau karet, polyvynil chloride (PVC), nitrile, dan polyurethane.
(6) Penutup kepala
Penutup kepala berfungsi untuk melindungi kepala dan rambut para petugas
medis dari percikan air liur atau dahak pasien selama mereka merawat atau
memeriksa pasien. Penutup kepala harus terbuat dari bahan yang dapat
menahan cairan, tidak mudah robek, dan ukurannya pas di kepala. Jenis APD ini
umumnya bersifat sekali pakai.
(7) Sepatu pelindung
Sepatu pelindung digunakan untuk melindungi bagian kaki petugas medis dari
paparan cairan tubuh pasien COVID-19. Sepatu pelindung umumnya terbuat dari
karet atau kain yang tahan air dan harus menutup seluruh kaki hingga betis.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
COVID-19 adalah virus yang merusak sistem pernapasan dan dapat menyebabkan
beberapa komplikasi akibat infeksinya hingga kematian. K3 adalah aktor kunci untuk
memfasilitasi akses ke informasi yang dapat diandalkan bagi pekerja dan manajemen
demi mempromosikan pemahaman tentang penyakit dan gejalanya serta langkah-
langkah pencegahan diri (misalnya etika pernapasan, mencuci tangan, isolasi diri jika
sakit dan sebagainya) (Ivanov, 2020). Mereka harus mendukung pengusaha dalam
proses penilaian risiko (yakni, identifikasi bahaya menular dan tidak menular dan
penilaian risiko terkait; adopsi tindakan pencegahan dan pengendalian; pemantauan
dan peninjauan); serta dalam pembuatan atau revisi rencana untuk pencegahan.
Tantangan penting yang dihadapi oleh praktisi K3 terkait dengan beragam situasi
kerja yang membutuhkan bimbingan khusus, termasuk petugas layanan kesehatan
dan tanggap darurat, mereka yang berada dalam kegiatan perekonomian dasar
(misal pasokan makanan dan eceran, utilitas, komunikasi, transportasi dan
pengiriman dan sebagainya), pekerja tidak terorganisir (termasuk sektor ekonomi
informal, ekonomi serabutan, pekerja rumah tangga dan sebagainya) dan
pengaturan kerja alternatif (bekerja dari rumah) (Ivanov, 2020).
2. SARAN
Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi ini, karena yang
dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau metabolismetubuh dan dapat
meningkatkan imun denngan olahraga serta makan makanan yang sehat. Tetap
mencaga kesehatan , selalu menerapkan perilaku hidup bersih
DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Internationale des Technologistes Biomédicaux (ASSITEB - BIORIF). 2020 Panduan


Praktik Baik Laboratorium menghadapi risiko COVID-19. Perancis: ASSITEB - BIORIF.

Brooks, S.K. et al. 2020. “Dampak psikologis karantina dan cara menguranginya: peninjauan
cepat terhadap bukti.” The Lancet, 395 (10227), 912.

Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kanada (CCOHS). 2019 (22 Oktober, terakhir
diperbarui). K3 Menjawab Lembar Fakta. Kerja Jarak Jauh/Bekerja dari rumah. Tersedia
di: https://www.ccohs.ca/ oshanswers/hsprograms/telework.html

Otoritas Kesehatan dan Keselamatan (HSA), Irlandia. 2020. Tanya Jawab untuk Pengusaha
dan Pekerja terkait Bekerja di Rumah secara Temporer (COVID-19). Tersedia di:
https://www.hsa.ie/eng/news_ events_media/news/news_and_articles/
faq’s_for_employers_and_employees_in_ relation_to_home-working_on_tentang_
bisnis .html

https://www.inews.id/lifestyle/health/3-saran-who-agar-tidak-cemas-hadapi-pandemicovid-

Anda mungkin juga menyukai