Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FLU BURUNG

DISUSUN OLEH:

NURYANTI : 201440124
YULIKA : 201440139

DOSEN PENGEMPU:

Ns. Eny Erlinda W, M. Kep., Sp. Kep,MB

Ns. Abdul Kadir Hasn, SST.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Kanker Ginjal” tepat pada waktunya.
Makalah “Penyakit Kanker Ginjal” disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah di Poltekkes Kemenkes Pangkal Pinang. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Abdul Kadir
Hasan SS., M.Kes dan Ibuk Ns. Eny Erlinda W, M. Kep., Sp. Kep,MB selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pangkal Pinang, 17 Agustus 2021

Penulis
BAB I
PEMBAHASAN

A. Definisi Flu Burung


Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara
lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan
lain-lain.
Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia. Dalam
perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga juga dapat menginfeksi
manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan pandemik.
Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg disebabkan oleh virus
influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas.

B. Mutasi gen virus

1. Antigenic drift; perubahan susunan asam amino terjadi pada waktu gen melakukan enconding
antigen permukaan □setiap kali virus

bereplikasi menghasilkan galur baru

2. Antigenic shift ; terjadi apabila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda menginfeksi
penjamu lain. Akan menghasilkan virus baru kemungkinan mampu untuk meginfeksi penjamu
lain termasuk manusia, contoh babi yg terinfeksi virus flu burung & virus flu human
C. Cara penularan

Bahan infeksius :

 Tinja

 sekret saluran napas

 Penularan melalui udara , kontak langsung

 Penularan dari unggas ke unggas, hewan lain dan manusia

 Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung dan tinja

 Dapat menular dari tinja yg terdapat pada alat2 dan pakaian

 Sesudah 4 miggu tak dapat dideteksi

 Penularan dari manusia ke manusia belum terbukti


D. Kelompok resiko tinggi

 Pekerja pertenakan / pemprosesan unggas ( termasuk dokter hewan dll )

 Pekerja lab yg memproses sampel pasien/ hewan terjangkit

 Pengunjung peternakan/ pemprosesan unggas dalam 1 minggu terakhir

 Kontak dgn penderita flu burung

E. Etiologi

 Virus influenza tipe A

 Termasuk famili orthomyxoviridae

 Dapat berubah ubah bentuk

 Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sbg identifikasi
kodesubtipe flu burung yang banyak jenisnya

 Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada binatang H1H5
dan N1N9

 Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1

 Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C

 Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn
ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine

F. Patofisiologi

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau
unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas
yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan
hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia
ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti
penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat
menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi
dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas.
Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara
langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan
alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi melalui
pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan
pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.Kemampuan virus flu
burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas
tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin- protein
dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan.
Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai
jaringan tubuh (efek bunuh diri).

Gejalanya yang ditunjukkan pada kasus seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis). Bila keadaan
memburuk, dapat juga terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat,
rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO. Keadaan ini umumnya terjadi
karena infeksi flu yang menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang paru
(pneumonia) ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga oleh bakteri yang masuk dan
menginfeksi paru yang memang sedang sakit akibat flu burung ini.

G. Manifestasi Klinis

1. Pada Unggas

• Jengger berwarna biru

• Pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau sering terdapat borok

di kaki yang disebut dengan ”kaki kerokan”.

• Adanya cairan pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan

• Keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut

• Diare

• Haus berlebihan dan cangkang telur lembek

• Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2 hari,

maksimal 1 minggu

2. Pada manusia
• Demam (suhu > 38°C)

• Batuk & nyeri tenggorokan

• Radang saluran pernapasan atas

• Pneumonia

• Infeksi mata

• Nyeri otot

Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera
ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi misalnya terjadinya gagal napas
karena pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.

H. Masa Inkubasi

1. Pada unggas

• I minggu

2. Pada manusia

• 1-3 hari

• Masa infeksi 1 hari sblm sampai 3-5 hr sesudah timbul gejala

• Pada anak 21 hari

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera
mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal. Diagnosis
flu burung dibuktikan dengan :

• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.

• Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.

• Uji Serologi :

1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan
gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.

2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain,
misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

3) Uji penapisan

 Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.

 ELISA untuk mendeteksi H5N1.

2. Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya


ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

3. Pemeriksaan Kimia darah

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas
Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
ditemukan.

4. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik
flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

5. Pemeriksaan Post Mortem

Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk
mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim
untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

J. Klasifikasi

Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH
Thailand, 2005)

 Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia

 Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas Derajat III :
Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas

 Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)

K. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh,
pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.

Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan
di rumah sakit rujukan flu burung.

1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :

 Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai
dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.

 Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di
bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS
rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil
pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian
Influenza.

Skor Gejala 1 2

Demam < 380C > 380C RR N > N

Ronki Tidak ada Ada Leukopenia Tidak ada Ada Kontak Tidak ada Ada Jumlah

Skor :

6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir

> 7 = diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :

< 2bl = > 60x/menit

2bl - <12 bl = > 50x/menit

>1 th - <5 th = > 40x/menit 5 th - 12 th = > 30x/menit

>13 = > 20x/menit

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni
(skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan

 Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.

 Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.

 Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan
kewaspadaan standar Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.

 Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari
sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.

 Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap Klinis

1) Perhatikan : Keadaan umum

 Kesadaran

Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).

Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.

2) Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam
pertama. Adapun pilihan obat :

a) Penghambat M2 :

a. Amantadin (symadine),

b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5

hari.

b) Penghambatan neuramidase (WHO) :

a. Zanamivir (relenza),

b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.

L. Pencegahan
Pengendalian adalah aspek yang sangat penting dalam pencegahan transmisi walaupun belum ada
bukti sahih adanya penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan. Pencegahan transmisi
dilakukan dengan melakukan perawatan isolasi dan perawatan pengendalian infeksi secara ketat
menggunakan alat perlindungan personal dan metode kewaspadaan isolasi yang baik. Selain
kewaspadaan standar (cuci tangan, sarung tangan, penggunaan bahan dekontaminan/desinfektan) perlu
dilakukan pula kewaspadaan berdasar transmisi sesuai cara penularan (kontak, droplet & airborne).
Penanganan limbah juga bagian yang sangat penting untuk pencegahan penularan. Adapun
pencegahannya baik pada hewan ataupun pada manuasia :

a. Pada Unggas

1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung

2. Vaksinasi pada unggas yang sehat

b. Pada Manusia :

1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)

a) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.

c) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

d) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

e) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

2. Masyarakat umum

a) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.

b) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :

- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)

- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
BAB II
STUDI KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan sekarang

Data yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak.

4.Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

5.Riwayat perjalanan

Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung,
mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung.

6.Kondisi lingkungan rumah

Dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.

7.Pola fungsi keperawatan

 Aktivitas istirahat: lelah, tidak bertenaga.


 Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95%, sianosis, • Eliminasi: diare, bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari.

 Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis.

 Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.

 Kulit: tidak terjadi infeksi pada sistem integument.

 Psikososial: gelisah, cemas.

Data Data subjektif


objektif
Ronchi +/+ Sakit tenggorokan
Td 120/80 mmhg Batuk kering
N 100/mnt Sakit kepala
P 30x/mnt Lemas
Cuping hidung Tidak nafsu makan
Suhu 39 C Muntah
Konjungtifitis ( infeksi Nyeri perut
selaput mata )
Nyeri sendi
Diare

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Etiologi


1. Bersihan jalan napas tidak egektif b.d peningkatan produksi sputum, penurunan  Infeksi virus
energi dan kelemahan.  Obstruksi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan membran alveolar, gangguan kapasitas  Penanganan yang terlambat
pembawa O2 darah, gangguan perimaan darah dan tidak tepat

3. Resiko tinggi penlaran penyakit b.d proses penyakit.


4. Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
Oksigen
5. Nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
6. Gangguan pemenuhan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder,anoreksia, distensi abdomen
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berlebihan b.d kehilangan cairan
berlebihan (demam,berkeringat banyak, mu ntah, hiperventilasi)
C. I ntervensi Keperawatan
• Kalaborasi pemberian anti • Obat ini dig unakan untuk
mikrobakterial mem bunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia
4 Intoleran aktifitas b.d Peningkatan aktifitas dengan • Evaluasi respon pasien • Menetapkan kemampuan
kelemahan, ketidak kriteria hasil: terhadap aktivitas, catat / kebutuhan pasien
seimbangan antara suplai dan a Menunjukan peningkatan toleransi laporan dispnea,
kebutuhan On terhadap aktivitas peningkatan kelemahan
• Menurunkan stress dan
a Tanda vital dalam rentang normal • Berikan lingkungan tenang
rangsang an berlebihan,
dan batasi peng unjung selam a
mening katkan istirahat
fase akut sesuai indikasi
• Bantu pasien memilih posisi
• Tirah ba ring dipertahan kan
nyaman untuk istirahat/ tid
untuk menurunkan kebutuhan
ur
metabolik, menghemat energi
untuk penyembuhan
• Bantu perawatan diri yang • Meminimalkan kelelahan dan
tidak dapat dilakukan pasien mem bantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan O
Nyeri b.d inflamasi parenkim Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: • Tentukan karakteristik nyeri • Nyeri dada biasanya ada
paru, batuk menetap a Menyatakan nyeri hilang atau misalnya tajam, konstan, dalam beberapa derajat pada
terkontrol ditusuk. Selidiki perubahan pneumonia
a Menunjukan rileks, peningkat- an karakter/ lokasi / intensitas
aktifitas dengan tepat nyeri
• Perubahan frekuensi
• Pantau tanda-tanda vital
jantung/TD menunjukan
bahwa pasien mengalami nyeri
• Obat ini dapat digunakan
• Kalaborasi pemberian untuk menekan batuk
analgesik dan antitusif nonproduktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkat- kan
kenyamanan
6. Gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi pasien • Auskultasi bisinp usus • Bising usus mungkin
kurang dari kebutuhan tubuh terpenu hi selama menurun bila proses infeksi
b.d peningkatan kebutuhan perawatan dengan kriteria berat
• Berikan makanan porsi kecil
metabolik hasil: • Mening katkan masukan
dengan frekuensi sering
sekunder, anoreksia, a Menunjukan pening katan berat meskipun nafsu makan
distensi abdomen badan lambat untuk kembali
• Sajkan makanan daam keadaan
a Menunjukan pening katan nafsu • Meng urangi rasa m ual
hangat
makan
• Berikan perawatan mulut
a Takan habis 1 porsi • Meng hilang rasa tidak enak
a Tidak ad a mual muntah dan bau mulut
• Timbang berat badan setiap
• Mengetah ui perkembanganm
hari
status nutrisi
Resiko tinggi kekurangan Kebutuhan volume cairan tubuh • Kaji tanda-tanda vital setia p • Pening katan suhu atau
volume cairan berlebihan terpenuhi dengan kriteria hasil: o 4 jam demam mening katkan laju
b.d kehilangan cairan Membran mukosa lembab metabolik melalui evaporasi
berlebihan (demam, a Turgo r kulit baik • Merupakan indikato r
• Kaji turgor kulit, kelem
berkeringat banyak, mu a Pengisian kapiler kurang dari 3 deti langsung keadekUatan
baban membran mukosa
ntah, hiperventilasi) k volume cairan
(bibir dan lidah)
a Tanda-tanda vital stabil • Adanya gejala ini
• Kaji adanya mual/muntah
menurunkan masuk an oral
• Menurunkan resiko dehid
• Tingkatkan pemasukan cairan
rasi
minimal 2500 ml/ sesuai
kondisi pasien
• Pantau intake dan output
cairan

D. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak egektif b.d 1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
peningkatan produksi sputum, penurunan
energi dan kelemahan. 2. Auskultasi area paru, catat adanya ronkhi, mengi, dan krekels
3. Observasi dan catat yang berlebihan, peningkatan frekuensi napas, sekret
yang berlebihan.
4. Penghisap sesuai dengan indikasi.
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
6. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, dan
analgesik.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
membran alveolar, gangguan kapasitas
pembawa O2 darah, gangguan perimaan 2. Observas warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis.
darah 3. Periksa tanda-tanda vital., bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan
demam.
4. Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotesis, banyaknya jumlak sputum,
perubahan tingkat kesadaran.
5. Berikan terapi O2 dengan benar.
6. Awasi AGD dan saturasi oksigen dengan pulse oksimeter.
3. Resiko tinggi penlaran penyakit b.d proses 1. Observasi tanda-tanda vital.
penyakit.
2. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan melaporkan
perubahan warna, jumlah dan bau sputum.
3. Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan petygas kesehatan
dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah kontak pasien
serta menggunakan APD.
4. Kolaborasi pemberian anti mikrobakterial.
4. Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidak 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea,
seimbangan antara suplai dan kebutuhan peningkatan kelemahan
Oksigen 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi peng unjung selam a fase akut sesuai
indikasi
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/ tid ur
4. Bantu perawatan diri yang tidak dapat dilakukan pasien
5. Nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk 1. Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki
menetap perubahan karakter/ lokasi / intensitas nyeri
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Kalaborasi pemberian analgesik dan antitusif
6. Gangguan pemenuhan kurang dari 1. Auskultasi bisinp usus
kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder,anoreksia, distensi 2. Berikan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering
abdomen 3. Sajkan makanan daam keadaan hangat
4. Berikan perawatan mulut
5. Timbang berat badan setiap hari
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan 1. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
berlebihan b.d kehilangan cairan berlebihan 2. Kaji turgor kulit, kelem baban membran mukosa (bibir dan lidah)
(demam,berkeringat banyak, muntah,
hiperventilasi) 3. Kaji adanya mual/muntah
4. Tingkatkan pemasukan cairan minimal 2500 ml/ sesuai kondisi pasien
5. Pantau intake dan output cairan

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan
oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain
H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus
flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian
mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu
burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke
manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.

4.2 Saran

Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada penyakit Flu Burung ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai