DISUSUN OLEH:
NURYANTI : 201440124
YULIKA : 201440139
DOSEN PENGEMPU:
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Kanker Ginjal” tepat pada waktunya.
Makalah “Penyakit Kanker Ginjal” disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah di Poltekkes Kemenkes Pangkal Pinang. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Abdul Kadir
Hasan SS., M.Kes dan Ibuk Ns. Eny Erlinda W, M. Kep., Sp. Kep,MB selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
1. Antigenic drift; perubahan susunan asam amino terjadi pada waktu gen melakukan enconding
antigen permukaan □setiap kali virus
2. Antigenic shift ; terjadi apabila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda menginfeksi
penjamu lain. Akan menghasilkan virus baru kemungkinan mampu untuk meginfeksi penjamu
lain termasuk manusia, contoh babi yg terinfeksi virus flu burung & virus flu human
C. Cara penularan
Bahan infeksius :
Tinja
Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung dan tinja
E. Etiologi
Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sbg identifikasi
kodesubtipe flu burung yang banyak jenisnya
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada binatang H1H5
dan N1N9
Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1
Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C
Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn
ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine
F. Patofisiologi
Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau
unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas
yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan
hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia
ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti
penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat
menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi
dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas.
Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara
langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan
alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi melalui
pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan
pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.Kemampuan virus flu
burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas
tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin- protein
dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan.
Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai
jaringan tubuh (efek bunuh diri).
Gejalanya yang ditunjukkan pada kasus seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis). Bila keadaan
memburuk, dapat juga terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat,
rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO. Keadaan ini umumnya terjadi
karena infeksi flu yang menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang paru
(pneumonia) ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga oleh bakteri yang masuk dan
menginfeksi paru yang memang sedang sakit akibat flu burung ini.
G. Manifestasi Klinis
1. Pada Unggas
• Pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau sering terdapat borok
• Adanya cairan pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan
• Diare
• Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2 hari,
maksimal 1 minggu
2. Pada manusia
• Demam (suhu > 38°C)
• Pneumonia
• Infeksi mata
• Nyeri otot
Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera
ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi misalnya terjadinya gagal napas
karena pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.
H. Masa Inkubasi
1. Pada unggas
• I minggu
2. Pada manusia
• 1-3 hari
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera
mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal. Diagnosis
flu burung dibuktikan dengan :
• Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan
gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain,
misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3) Uji penapisan
2. Pemeriksaan Hematologi
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas
Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik
flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk
mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim
untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
J. Klasifikasi
Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH
Thailand, 2005)
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas Derajat III :
Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
K. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh,
pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan
di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai
dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di
bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS
rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil
pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian
Influenza.
Skor Gejala 1 2
Ronki Tidak ada Ada Leukopenia Tidak ada Ada Kontak Tidak ada Ada Jumlah
Skor :
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni
(skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan
kewaspadaan standar Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari
sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap Klinis
Kesadaran
Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam
pertama. Adapun pilihan obat :
a) Penghambat M2 :
a. Amantadin (symadine),
b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5
hari.
a. Zanamivir (relenza),
L. Pencegahan
Pengendalian adalah aspek yang sangat penting dalam pencegahan transmisi walaupun belum ada
bukti sahih adanya penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan. Pencegahan transmisi
dilakukan dengan melakukan perawatan isolasi dan perawatan pengendalian infeksi secara ketat
menggunakan alat perlindungan personal dan metode kewaspadaan isolasi yang baik. Selain
kewaspadaan standar (cuci tangan, sarung tangan, penggunaan bahan dekontaminan/desinfektan) perlu
dilakukan pula kewaspadaan berdasar transmisi sesuai cara penularan (kontak, droplet & airborne).
Penanganan limbah juga bagian yang sangat penting untuk pencegahan penularan. Adapun
pencegahannya baik pada hewan ataupun pada manuasia :
a. Pada Unggas
b. Pada Manusia :
b) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
2. Masyarakat umum
a) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
BAB II
STUDI KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare
5.Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung,
mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung.
Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak egektif b.d 1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
peningkatan produksi sputum, penurunan
energi dan kelemahan. 2. Auskultasi area paru, catat adanya ronkhi, mengi, dan krekels
3. Observasi dan catat yang berlebihan, peningkatan frekuensi napas, sekret
yang berlebihan.
4. Penghisap sesuai dengan indikasi.
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
6. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, dan
analgesik.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
membran alveolar, gangguan kapasitas
pembawa O2 darah, gangguan perimaan 2. Observas warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis.
darah 3. Periksa tanda-tanda vital., bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan
demam.
4. Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotesis, banyaknya jumlak sputum,
perubahan tingkat kesadaran.
5. Berikan terapi O2 dengan benar.
6. Awasi AGD dan saturasi oksigen dengan pulse oksimeter.
3. Resiko tinggi penlaran penyakit b.d proses 1. Observasi tanda-tanda vital.
penyakit.
2. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan melaporkan
perubahan warna, jumlah dan bau sputum.
3. Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan petygas kesehatan
dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah kontak pasien
serta menggunakan APD.
4. Kolaborasi pemberian anti mikrobakterial.
4. Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidak 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea,
seimbangan antara suplai dan kebutuhan peningkatan kelemahan
Oksigen 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi peng unjung selam a fase akut sesuai
indikasi
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/ tid ur
4. Bantu perawatan diri yang tidak dapat dilakukan pasien
5. Nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk 1. Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki
menetap perubahan karakter/ lokasi / intensitas nyeri
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Kalaborasi pemberian analgesik dan antitusif
6. Gangguan pemenuhan kurang dari 1. Auskultasi bisinp usus
kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder,anoreksia, distensi 2. Berikan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering
abdomen 3. Sajkan makanan daam keadaan hangat
4. Berikan perawatan mulut
5. Timbang berat badan setiap hari
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan 1. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
berlebihan b.d kehilangan cairan berlebihan 2. Kaji turgor kulit, kelem baban membran mukosa (bibir dan lidah)
(demam,berkeringat banyak, muntah,
hiperventilasi) 3. Kaji adanya mual/muntah
4. Tingkatkan pemasukan cairan minimal 2500 ml/ sesuai kondisi pasien
5. Pantau intake dan output cairan
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan
oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain
H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus
flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian
mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu
burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke
manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.
4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada penyakit Flu Burung ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.