Anda di halaman 1dari 31

ASKEP FLU BURUNG / AVIAN

INFLUENZA

ASNANI, S. Kep. Ns. M. Ked


2018
FLU BURUNG / AVIAN INFLUENZA
PADA MANUSIA
 FLU burung atau flu unggas ( bird flu, avian influenza )
adalah penyakit flu yang disebabkan oleh virus yang
terdapat pada burung liar atau unggas.
• Penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang
ditularkan oleh unggas
• Penyebab FLU BURUNG adalah Virus Influenza tipe A
 Virus flu burung hidup didalam saluran pencernaan unggas.
Kuman ini kemudian dikeluarkan bersama kotoran secara
oral atau saluran pernafasan.
 Tipe Virus Influenza: Tipe A, B dan C
 Virus Tipe A terdiri beberapa strain H1N1, H3N2, H5N1,
H7N7, H9N2
 Penyebabnya Highly Pothogenic Avian Influenza Viruse,
strain H5N1
Jenis Flu Burung pada unggas :
• Bersifat ringan ditandai dengan rontoknya bulu
serta menurunnya produksi telur.
• Bersifat berat ( Highly pathogenic avian influenza)
unggas dapat mati pada hari yang sama ketika
timbul gejala
CARA PENULARAN
• Bahan infeksius : tinja
• sekret saluran napas
• Penularan melalui udara, kontak langsung
• Penularan dari unggas ke unggas, hewan lain dan
manusia
• Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu
pertama dari ludah, sekret hidung dan tinja
• Dapat menular dari tinja yg terdapat pada alat alat
dan pakaian
• Sesudah 4 minggu tak dapat dideteksi
• Penularan dari manusia ke manusia belum terbukti
Penularan
1. Peternakan ke peternakan
2. Burung yang migrasi
3. Perdagangan unggas hidup antar negara
4. Unggas ke unggas
5. Melalui hewan yang lain
6. Ke manusia
• Unggas terinfeksi menular pada 2 minggu pertama
• Masa inkubasi antara mulai masuk virus dan timbul
gejala dalam waktu 1 –– 3 hari
KELOMPOK RISIKO TINGGI
• Pekerja pertenakan / pemprosesan unggas
(termasuk dokter hewan dll )
• Pekerja lab yang memproses sampel pasien/ hewan
terjangkit
• Pengunjung peternakan/Pemprosesan unggas
dalam 1 minggu terakhir
• Kontak dgn penderita flu burung
MASA INKUBASI
• Masa inkubasi 1--3 hari
• Masa infeksius pada manusia : 1 hari
• Sebelum sampai 3--5 hari sesudah gejala timbul,
gejala pada anak dapat sampai 21 hari
• Virus akan mati dgn detergent, disinfektan misal
formalin, cairan yang mengandung iodin,
dipanaskan.
• Pada bahan organik akan hidup lama spt tinja
• Virus hidup di air pada suhu 22⁰C selama 4 hari,
suhu 0 ⁰C sampai > 30 hari
• Virus akan mati dalam suhu 70 ⁰C atau 80°C dg
dimasak selama 1 menit,  aman dikonsumsi.
GEJALA FLU BURUNG PADA MANUSIA
• Gejala sama dgn gejala flu pada umumnya
• Infeksi saluran napas akut
• Gejala : demam, suhu diatas 38 ⁰C
• Sakit tenggorokan , batuk, beringus, nyeri otot, sakit
kepala, lemas, nyeri sendi
• Dalam waktu singkat dapat menjadi Berat dengan
terjadinya pneumonia
• Dapat terjadi pada dewasa dan anak anak
DIAGNOSIS
• Anamnesis ; faktor risiko, gejala klinik , pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
Laboratorium :
• Isolasi virus dari bahan darah, apusan tenggorok/
hidung, alat alat tubuh
• serologi ; deteksi antibodi
• Pengambilan sampel pada waktu Infeksi dan masa
konvalesen
Gejala timbul pada unggas :
• Jengger berubah warna menjadi biru.
• Kepala dan sekitar mata bengkak
• Demam
• Diare
• Tidak mau makan
• Gangguan pernafasan : batuk , bersin
• Gejala awal penurunan produksi telur
Penularan unggas ke manusia :
• Menyentuh unggas, ayam, burung secara langsung.
• Melalui kendaraan yang mengangkat binatang
• Kandang ternakan
• Alat - alat peternakan
• Unggas yang telah dimasak, digoreng dan direbus tidak menularkan flu burung ke
orang yang memakannya.
Penularan juga dapat terjadi :
• Pakaian
• Sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit.
• Pada saat jual beli ayam hidup di pasar
TERAPI
• Oseltamivir 2 kali 75 mg sehari selama 10 hari dan diberikan terapi oksigen,
cairan, antipiretik, antibiotika dan roborantia.
Pengobatan di RUMAH SAKIT
Obat mengatasi gejala
• Batuk
• Sesak
• Oksigen
• Menjaga & meningkatkan daya tahan tubuh
• Infus cairan
• Obat untuk mengatasi keadaan gawat
• Kortikosteroid
• Kerja jantung
• Obat anti virus dan anti biotika
• Oseltamivir / Tamiflu
• Berbagai jenis antibiotika
• Ventilator
• Mesin pernapasan
PENCEGAHAN BAGI YANG BERISIKO ( WHO )
1.Petugas yang berhubungan langsung dengan sumber : pakai
APD ( Masker minimal masker bedah, kaca mata google, gaun
pelindung/apron, sarung tangan tebal, sepatu bot karet.
2.Semua orang yang kontak langsung harus sering cuci tangan
dengan desinfektan, alkohol 70%.
3.Lingkungan peternakan harus bersih.
4.Semua orang yang terpapar harus diperiksa ke fasilitas
kesehatan : Pengamatan kesehatan pasif bagi yang beresiko
tinggi/terpapar : Golongan rentan (anak-anak, lanjut usia,
penderita jantung, paru paru kronik) agar menghindari
tempat terjangkit.
5. Survelen serologi pada pekerja yang terpapar
6.Pengambilan bahan sampel swab tenggorokan, darah,
jaringan post mortem untuk dikirim lab.
Komplikasi yang mungkin terjadi
o Meningitis (aseptic meningitis, meningitis
serosa/non bakterial)
o Encephalitis ( bulbar )
o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau
pericarditis
o Paralisis akut flaksid
o Pneumonia ( peradangan paru )
PENGKAJIAN
Data objektif
· Ronchi +/+, TD 120/80 mmhg, N
100/mnt, RR 30x/mnt, Cuping hidung,
Suhu 39 ⁰C, Konjungtifitis

Data subjektif
· Sakit tenggorokan, Batuk kering, Sakit
kepala, Lemas, Tidak nafsu
makan, Muntah, Nyeri perut, Nyeri
sendi,Diare
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas
• Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berhubungan
dengan sekresi tertahan
• Risiko tinggi penyebaran terhadap infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama ( penurunan kerja silia , perlengketan secret
pernafasan )
• Gagal nafas akut b.d Infeksi virus
• Ketidakadekuatan suplai O2 ke dalam paru paru b.d
Obstruksi jalan nafas
• Risiko komplikasi akibat penyakit b.d Penanganan
yang terlambat dan tidak tepat.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Kriteria hasil :
· Menunjukan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru jelas atau bersih
· Berpartisipasi dalam aktifitas atau perilaku mingkatkan fungsi paru
Intervensi
· Mengidentifikasi etiologi atau faktore pencetus seperti infeksi
· Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, perubahan tanda vital
·Auskultasi bunyi nafas
· Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam
· Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala dan tempat tidur
Rasional
· Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan
memilih tindakan terapeutik yang lain
· Distres penapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi
dan nyeri atau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
· Bunyi nafas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmentaris, atau seluruh area
paru.Area atelektasis tak ada bunyi nafas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya.
· Dukungan terhadap dada atau otot abdominal membuat batuk tidak efektif
· Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi
yang tidak sakit.
Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan sekresi
tertahan
Kriteria hasil :
· Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau
jelas
· Mengeluarkan atau membersihkan secret
Intervensi :
· Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels,
ronki
· Kaji/pantau frekuensi pernapasan
· Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas,
distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
· Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
· Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
· Ajarkan pasien lakukan nafas dalam
· Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontraindikasi
· Berikan cairan hangat sedikitnya 2500 ml per hari
· Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional :
· Mengetahui derajat spasme bronkus
· Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
· Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.
· Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal,
dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat
ekspansi dada.
· Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
· Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru paru/ jalan nafas lebih kecil
· Fisioterapi dada dapat di lakukan untuk membantu mengeluarkan secret
· Cairan hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret
· Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea
dan menurunkan jebakan udara.
Risiko tinggi penyebaran terhadap infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia ,
perlengketan secret pernafasan )
Kriteria hasil :
· Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
· Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi
Intervensi :
· Pantau tanda vital dengan ketat khusunya selama awal terapi
· Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret ( msl, meningkatkan
pengeluaran daripada menelan ) dan melaporkan perubahan warna , bau ,
dan jumlah secret
· Dorong tekhnik mencuci tangan yang baik
· Ubah posisi dengan sering
· Batasi pengunjung sesuai indikasi
· Lakukan tekhnik isolasi pencegahan sesuai individual
Rasional :
· Selama periode ini , periode komplikasi fatal dapat terjadi
· Perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau
terjadinya infeksi sekunder
· Menurunkan penyebaran infeksi
· Meningkatan pengeluaran dan pembersihan infeksi
· Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain
DAFTAR PUSTAKA
• Potter and Perry. Fundamental Dalam Keperawatan. Edisi 4. Vol 2. Jakarta:
EGC. 2006
• Dongoes M, Geissler A, Moorhouse M. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3.Jakarta: EGC. 2000
• Mahdiana,Ratna. Mengenal Mencegah dan Mengobati Penularan Penyakit
dari Infeksi.Citra Pustaka : Yogyakarta . 2010
• Widoyono. Penyakit Tropis Epidemologi,Penularan , Pencegahan ,dan
Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta .2005.
• www.komnasfbpi.go.id
• http
://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-myocarditis
.html
• http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html
• http://www.totalkesehatananda.com/encephalitis1.html
• http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru
• Http

Anda mungkin juga menyukai