INFLUENZA
Data subjektif
· Sakit tenggorokan, Batuk kering, Sakit
kepala, Lemas, Tidak nafsu
makan, Muntah, Nyeri perut, Nyeri
sendi,Diare
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas
• Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berhubungan
dengan sekresi tertahan
• Risiko tinggi penyebaran terhadap infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama ( penurunan kerja silia , perlengketan secret
pernafasan )
• Gagal nafas akut b.d Infeksi virus
• Ketidakadekuatan suplai O2 ke dalam paru paru b.d
Obstruksi jalan nafas
• Risiko komplikasi akibat penyakit b.d Penanganan
yang terlambat dan tidak tepat.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Kriteria hasil :
· Menunjukan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru jelas atau bersih
· Berpartisipasi dalam aktifitas atau perilaku mingkatkan fungsi paru
Intervensi
· Mengidentifikasi etiologi atau faktore pencetus seperti infeksi
· Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, perubahan tanda vital
·Auskultasi bunyi nafas
· Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam
· Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala dan tempat tidur
Rasional
· Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan
memilih tindakan terapeutik yang lain
· Distres penapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi
dan nyeri atau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
· Bunyi nafas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmentaris, atau seluruh area
paru.Area atelektasis tak ada bunyi nafas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya.
· Dukungan terhadap dada atau otot abdominal membuat batuk tidak efektif
· Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi
yang tidak sakit.
Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan sekresi
tertahan
Kriteria hasil :
· Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau
jelas
· Mengeluarkan atau membersihkan secret
Intervensi :
· Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels,
ronki
· Kaji/pantau frekuensi pernapasan
· Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas,
distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
· Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
· Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
· Ajarkan pasien lakukan nafas dalam
· Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontraindikasi
· Berikan cairan hangat sedikitnya 2500 ml per hari
· Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional :
· Mengetahui derajat spasme bronkus
· Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
· Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.
· Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal,
dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat
ekspansi dada.
· Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
· Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru paru/ jalan nafas lebih kecil
· Fisioterapi dada dapat di lakukan untuk membantu mengeluarkan secret
· Cairan hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret
· Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea
dan menurunkan jebakan udara.
Risiko tinggi penyebaran terhadap infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia ,
perlengketan secret pernafasan )
Kriteria hasil :
· Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
· Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi
Intervensi :
· Pantau tanda vital dengan ketat khusunya selama awal terapi
· Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret ( msl, meningkatkan
pengeluaran daripada menelan ) dan melaporkan perubahan warna , bau ,
dan jumlah secret
· Dorong tekhnik mencuci tangan yang baik
· Ubah posisi dengan sering
· Batasi pengunjung sesuai indikasi
· Lakukan tekhnik isolasi pencegahan sesuai individual
Rasional :
· Selama periode ini , periode komplikasi fatal dapat terjadi
· Perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau
terjadinya infeksi sekunder
· Menurunkan penyebaran infeksi
· Meningkatan pengeluaran dan pembersihan infeksi
· Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain
DAFTAR PUSTAKA
• Potter and Perry. Fundamental Dalam Keperawatan. Edisi 4. Vol 2. Jakarta:
EGC. 2006
• Dongoes M, Geissler A, Moorhouse M. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3.Jakarta: EGC. 2000
• Mahdiana,Ratna. Mengenal Mencegah dan Mengobati Penularan Penyakit
dari Infeksi.Citra Pustaka : Yogyakarta . 2010
• Widoyono. Penyakit Tropis Epidemologi,Penularan , Pencegahan ,dan
Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta .2005.
• www.komnasfbpi.go.id
• http
://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-myocarditis
.html
• http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html
• http://www.totalkesehatananda.com/encephalitis1.html
• http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru
• Http