Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

FLU BURUNG/AVIAN
INFLUENZA

Endro Haksara, M.Kep


BACKGROUND
• Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird
Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
• Penyakit flu burung yang disebabkan oleh
virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas
dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,
Taiwan, Laos, China, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari
migrasi burung dan transportasi unggas
yang terinfeksi.
• Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di
Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat
dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak
yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut
disebabkan oleh karena virus new castle, namun
konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian
influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat
wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di
Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah
kematiannya adalah propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor).
• Virus influenza terdiri dari beberapa tipe
antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe
A terdiri dari beberapa strain antara lain
H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
• Flu burung adalah penyakit pada hewan
(zoonosis) dan tidak menular ke
manusia. Dalam perkembangannya virus
penyebabnya mengalami mutasi genetik
sehingga juga dapat menginfeksi
manusia. Mutasi ini dalam
perkembangannya dapat menyebabkan
pandemi.
• Virus penyebab Flu Burung di Indonesia adalah Virus
Influenza A subtipe H5N1. Virus Influenza A subtipe H5N1
adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai virus
influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic
Avian Influenza - HPAI). Virus influenza ini termasuk
famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A terdiri
dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf
ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung
yang banyak jenisnya.
• Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3,
H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-
H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 22o C dan lebih dari 30 hari pada 0o C. Virus
akan mati pada pemanasan 60o C selama 30 menit atau
56o C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan
misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
GEJALA KLINIS
• Pada Manusia :
▫ Demam (suhu badan diatas 380 C)
▫ Batuk dan nyeri tenggorokan
▫ Radang saluran pernafasan atas
▫ Pneumonia
▫ Infeksi mata
▫ Nyeri dada
▫ Muntah, diare
▫ Aoreksia
• Pada Unggas :
▫ Jenggernya berwarna biru
▫ Borok di kaki
▫ Kematian mendadak dan sangat tinggi
jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2
hari, maksimal 1 minggu
▫ Adanya cairan pada mata dan hidung
▫ Keluar cairan jernih sampai kental dari rongga
mulut
▫ Diare
▫ Haus berlebihan dan cangkang telur lembek
▫ Masa inkubasi sekitar seminggu
KRITERIA DIAGNOSA
• Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita
dan adanya riwayat kontak atau adanya faktor
risiko, seperti kematian unggas secara mendadak, atau
unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau
kontak dengan pasien yang didiagnosis avian influenza
(H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis
avian influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala
• Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38º C, napas cepat dan
hiperemi farings (farings kemerahan).
• Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh
leukopenia, limfopenia, trombositopenia ringan
sampai sedang dan kadar aminotransferase yang
meningkat sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga
meningkat.
• Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit
diperlukan untuk mengetahui status oksigenasi
pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar
elektrolit pasien.
• Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi
adanya avian influenza H5N1 a.l. dengan
Immunofluorescence assay, Enzyme
Immunoassay, Polymerase Chain Reaction
(PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan
Virus. Dari hasil pemeriksaan ini dapat
ditentukan status pasien apakah termasuk
curiga (suspect), mungkin (probable) atau pasti
(confirmed).
• Pada pemeriksaan radiologi dengan
melakukan X-foto toraks didapatkan
gambaran infiltrat yang tersebar atau
terlokalisasi pada paru. Hal ini
menunjukkan adanya proses infeksi oleh
karena virus atau bakteri di paru-paru
atau yang dikenal dengan pneumonia.
Gambaran hasil radiologi tersebut dapat
menjadi indikator memburuknya
penyakit avian influenza.
• DIAGNOSA BANDING
▫ Pneumoni
▫ Bronchitis
▫ ISPA
• PENATALAKSANAAN
▫ Pasien dirawat dalam ruang isolasi:
waspada terhadap penularan melalui udara
(transmisi airbone) selama masa penularan,
yaitu 7 hari pertama sejak timbulnya gejala
demam (38 0C)
▫ Pasien di ruang rawat biasa:
Setelah hasil usap nasofaring negatif berulang
kali dengan PCR atau biakan
Setelah hari ke 7 demam, kecuali demam
berlanjut sampai 7 sesuai pertimbangan dokter
yang merawat kasus demi kasus.
TERAPI
• Pencegahan Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja
peternakan dan pedagang)
 Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi
sehabis bekerja.
 Hindari kontak langsung dengan ayam atau
unggas yang terinsfeksi flu burung.
 Menggunakan alat pelindung diri. (contoh :
masker dan pakaian kerja).
 Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
 Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
 Imunisasi.
2. Masyarakat umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan
memakan makanan bergizi & istirahat
cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar,
yaitu :
 Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-
gejala penyakit pada tubuhnya)
 Memasak daging ayam sampai dengan suhu ±
800C selama 1 menit dan pada telur sampai
dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
Terapi Medik
• Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
• Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
• Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal
selama 7 hari.
• Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin
dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan
dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat
badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
• Antiviral golongan neurominidaseinhibitor :
▫ zanavir: secara inhalasi 2 x sehari
▫ oseltamivir: oral 2 x sehari selama 5-7 hari
• Dianjurkan untuk pencegahan bagi orang yang terpajan
dengan oseltamivir 1 x 75 mg sehari selama 1 minggu
• Antibiotik bila terdapat pneumonia bakterial
• Amati gejala
PROGNOSIS

Pada unggas :
- Tingkat kematian mencapai 100% hanya
dalam kurun waktu 48 jam
Pada manusia :
- Terjadi gagal nafas dan gagal multi organ
yang ditandai dengan gejala tidak
berfungsinya ginjal dan jantung, sampai
dengan sepsis dan bahkan kematian.
KOMPLIKASI

• Komplikasi akan terjadi bila pasien terlambat


dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan. Adapun komplikasinya adalah
gagal nafas dan gagal multi organ yang
ditandai dengan gejala tidak berfungsinya
ginjal dan jantung, sampai dengan sepsis
dan bahkan kematian.
ASKEP
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidak efektifan Status pernafasan: Manajemen jalan
bersihan jalan Kepatenan jalan nafas (3140)
napas (00031) nafas (0410)
Ketidak efektifan Status pernafasan Monitor
Pola Nafas ( (0415) pernafasan (3350)
00032) Terapi oksigen
(3320)
Hipertermia Kontrol Risiko Perawatan
(00007) Termoregulasi hipertermi (3786)
(1922)
Nyeri akut (00132) Kontrol nyeri Manajemen nyeri
(1605) (1400)
DAFTAR PUSTAKA

• Price & Wilson (2015). Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-proses


penyakit, edisi 6 volume 1, Jakarta : EGC
• Black & Hawks (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen
klinis untuk hasilyang diharapkan, edisi 8, Singapore:Elsevier
• Moorhead et all (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC),
edisi 5. Singapore:Elsevier
• Bulechek et all (2016). Nursing Interventions Classification (NIC),
edisi 5. Singapore:Elsevier
• Nanda International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, edisi 10. Jakarta : EGC
• Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
• Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan
: Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
• Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai