Anda di halaman 1dari 15

SEORANG ANAK DENGAN BRONKIOLITIS, GIZI BAIK

Juwita Pratiwi Pembimbing: Prof. dr. M. Sidhartani Zain, MSc, Sp.A(K) dr. Dwi Wastoro, Sp.A(K) dr. MS Anam, Msi Med, Sp.A

PENDAHULUAN
Bronkiolitis: penyakit saluran pernapasan pada bayi umur 2 tahun pertama dengan insiden puncak umur 6 bulan 45-55% disebabkan virus Respiratory syncytial, 20 % disebabkan Parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus, dan Enterovirus 70% kasus bronkiolitis pada bayi terjadi gejala yang berat,harus dirawat di rumah sakit Infeksi virus sering berulang pada bayi.

TINJAUAN PUSTAKA
Bronkiolitis:penyakit inflamasi akut saluran atas dan bawah obstruksi dari saluran napas kecil Etiologi : 1. Respiratory Syncytial Virus (RSV) 75% 2. Para influenza tipe 1,2 dan 3 3. Influenza B 4. Adenovirus tipe 1,2 dan 5 5. Mycoplasma

RSV berkembang pada iklim dengan musim hujan dan menjelang kemarau sangat menular ,disebarkan melalui sekresi hidung Masa inkubasi 2-5 hari

Faktor risiko: berat badan lahir rendah Prematuritas sosio-ekonomi rendah hidup didaerah padat orang tua perokok tidak diberikannya ASI ekslusif perawatan harian

obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan kumpulan mukus

Infeksi virus

Tahanan pada saluran udara saat inspirasi dan ekspirasi

Penyempitan wheezing Sumbatan total dapat menyebabkan atelektasis paru

Proses patologis menggangu pertukaran gas normal di dalam paru

PATOGENESIS BRONKIOLITIS

GAMBARAN KLINIS
PILEK ENCER BERSIN BATUK KADANG DEMAM

GEJALA AWAL

BATUK PAROKSISMAL MENGI SESAK

IRITABEL
KESULITAN MINUM

KEADAAN YANG MEMBERAT (DISTRESS RESPIRASI)

Pada kasus ringan, gejala menghilang 1-3 hari Pada kasus berat, gejalanya dapat timbul beberapa hari dan perjalananya sangat cepat.

TEMUAN KLINIS: distres pernapasan,frekuensi napas 60 x/menit napas cuping hidung penggunaan otot pernapasan tambahan retraksi, sianosis. Hepar dan lien bisa teraba karena terdorong diafragma akibat hiperinflasi paru. terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi. Ekpirasi memanjang mengi kadang-kadang terdengar dengan jelas

GAMBARAN RADILOGI: Kadang Normal Kadang hiperinflasi paru Diameter anteroposterior meningkat pada foto lateral Kadang terdapat bercak pemadatan akibat atelektasis sekunder terhadap obtruksi atau anflamasi alveolus PEMERIKSAAN LABORATORIUM: Leukosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal Limfopenia jarang ditemukan pada brokiolitis. Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah menunjukkan hiperkapnea

Pemeriksaan lainnya: Antigen Test pada nasal wash, dapat mengungkap dengan cepat ( pada umumnya di dalam 30 min) dan akurat ( kepekaan 87-91%, ketegasan 96-100%) dalam pendeteksian RSV. Kultur positif dengan direct fluorescent antibody, test hasil percobaan dapat mengkonfirmasikan infeksi karena RSV . Kultur RSV lebih sedikit sensitip ( 60%) tetapi spesifitas mencapai 100%. fluorescent antibody atau dengan polymerase chain reaction mungkin bermanfaat untuk pertimbangan yang berikut:
Sebagai pemeriksaan konfirmasi lainnya Untuk mencari agen lain infeksius yang lain

PENATALAKSANAAN
Banyi umur 6 bulan, SaO2 92%, tidak dapat minum dan respirasi yang meningkat dirawat di rumah sakit Arah utama untuk pengobatan pasien bronkiolitis adalah penggantian cairan dan suplemen cairan Terapi supportive adalah mendeteksi cepat bila ada apnea dan memberikan perhatian khusus terhadap demam pada neonatus

PENGOBATAN 1. Bronkodilator 2. Kortikosteroid 3. Antikolinergik 4. Antivirus 5. Antibiotik 6. Heliox 7. Ventilasi mekanik

PEMBAHASAN
Pada kasus ini didapatkan pasien berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 bulan. Hal ini sesuai dengan teori usia puncak kejadian bronkiolitis. Namun, pasien mendapatkan ASI eksklusif dan tinggal di daerah yang tidak padat penduduk. Hal ini kurang sesuai dengan teori yang ada

Dari anamnesis didapatkan riwayat infeksi saluran pernafasan atas yang ditandai dengan batuk, pilek dan demam. Kemudian dalam satu hari muncul sesak napas. Selanjutnya didapatkan mengi, nafas berbunyi dan penurunan nafsu makan serta rewel.

SESUAI GAMBARAN BRONKIOLITIS

Dari pemeriksaan fisik terdapat demam (>38,5 C) dan beberapa tanda-tanda respiratorik seperti retraksi, takipnea dan wheezing. Peningkatan usaha napas terlihat dari adanya retraksi epigastrial dan subcostal. Pada auskultasi didapatkan wheezing dan ronkhi. Temuan ini mengarah pada diagnosis bronkiolitis.

TEMUAN KLINIS PADA PASIEN: Demam (>38,5 C) Retraksi Takipnea Peningkatan usaha napas: Retraksi epigastrial Retraki subcostal Wheezing Ronkhi

TEMUAN KLINIS BERDASAR TEORI:


distres pernapasan,frekuensi napas 60 x/menit napas cuping hidung penggunaan otot pernapasan tambahan retraksi, sianosis. Hepar dan lien bisa teraba karena terdorong diafragma akibat hiperinflasi paru. terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi. Ekpirasi memanjang mengi kadang-kadang terdengar dengan jelas

Temuan klinis pada pasien mengarah ke diagnosa bronkiolitis

Anda mungkin juga menyukai