Anda di halaman 1dari 11

SOAL NO 1

Definisi BP Anak

Pneumonia adalah infeksi jaringan paru – paru (Alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun
pengaruh tidak langsung dari penyakit lain.

Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti
napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Pada umumnya, pneumonia
dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan
adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat
batuk atau bersin.

Epidemiologi BP Anak

Penyakit pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Diperkirakan ada
1,8 juta atau 20% dari kematian anak diakibatkan oleh pneumonia, melebihi kematian akibat AIDS,
malaria dan tuberkulosis.

Di Indonesia, pneumonia juga merupakan urutan kedua penyebab kematian pada balita
setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan bahwa kejadian pneumonia sebulan
terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1 % menjadi 2,7 %
pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia tahun 2007 cukup tinggi, yaitu
sebesar 15,5%. Demikian juga hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang
melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ketahun terus meningkat, yaitu 7,6% pada
tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.

Etiologi BP Anak

Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma


pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah Adenoviruses, Rhinovirus,
Influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan para Influenza Virus

Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe 1


sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80 % sedangkan pada anak
ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9.

Manifestasi Klinis Bronkopneumonia

Tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu:

a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi saluran
pernapasan atas.

b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan dangkal sampai
terdapat pernapasan cuping hidung.

c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.

d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang.

e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
f. Batuk disertai sputum yang kental.

g. Nafsu makan menurun.

Patofisiologi Bronkopneumonia

Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas yang
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam
alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009).

Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta
relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak
dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka
membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada pada
penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja
jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang
secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai sianosis

Anamnesis

Onset :

- Sudah berapa lama sesak serta demam yang dialami berlangsung?


- Apakah sesak timbul mendadak?

Lokasi :

- Pada bagian mana sesak dirasakan ?

Kualitas :

- Apakah terdapat keluhan batuk, nafas berbunyi, nyeri dada, sianosis, adanya Riwayat mutah
atau tersedak?

Kuantitas :

- Apakah keluhan sesak napas berulang atau pertama kali?

Memperberat :

- Apakah sesak timbul setelah melakukan aktifitas fisik

Memperingan :

- Apakah sudah di berikan obat ? atau sudah pernah berobat ke dokter?


- Apakah sesak menjadi lebih ringan jika terjadi perubahan fisik?

Kronologi :

- Bisa diceritakan bagaimana awal kejadian sesak yang diraskan?


Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang ke IGD RSU XX diantar orang tuanya dengan keluhan sesak. Keluarga mengatakan
sesak disertai demam. Ibu pasien mengatakan awalnya pasien mengalami batuk sejak.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat anggota keluarga mengalami keluhan serupa disangkal. Riwayat penyakit Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung, Asma, Tuberculosis, di keluarga disangkal.

Riwayat Imunisasi

• DPT (+) jumlah: 4 kali usia: 2, 3, 4, 18 bulan.

• BCG (+) jumlah: 1 kali usia: 2 bulan.

• Campak (+) jumlah: 1 kali usia: 9 bulan.

• Hepatitis B (+) jumlah: 4 kali usia: 0, 2,3,4 bulan.

• Polio (+) jumlah: 4 kali usia: 0, 2, 3, 4 bulan.

• JE (+) jumlah: 1 kali usia: 12 bulan.

• MR (-) jumlah: 0 kali

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

• Keadaan umum : tampak sakit sedang

• Kesadaran : compos mentis

• GCS : E4V5M6 • Tekanan darah : -

• Nadi : 124x/menit

• Suhu : 36,70C

• Respirasi : 50x/menit

• SpO2 :97% tanpa O2

Status Generalis

• Kepala : normocephali

• Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), reflek pupil (+/+) isokor, mata cowong (-)

• THT : nafas cuping hidung(-), rhinorea (-), tonsil T1-T1 kesan tenang, faring hiperemis (-)

• Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trachea (-),

Thorax Pulmo

• Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, massa (-), retraksi dinding dada (+) subternal, dan
intercostal, napas bronkial
• Palpasi : nyeri tekan (-), vocal fremitus sama kiri dan kanan

• Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

• Auskultasi : vesicular (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (+/+)

Cor

• Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

• Palpasi : iktus kordis tidak teraba

• Perkusi : batas atas : ICS 2 garis sternalis sinistra batas kanan : ICS 5 garis paraternal dextra batas
kiri : ICS 5 garis midclavikula sinistra.

• Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Abdomen

• Inspeksi : datar, massa (-), gerakan sesuai nafas

• Auskultasi : bising usus (+) normal.

• Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen.

• Palpasi : massa (-), nyeri tekan (- ), pembesaran organ (-).

• Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan darah lengkap


- Rontgen Thorax

Diagnosis Banding

- Bronkiolitis
- Bronchitis akut

Penatalaksanaan Kegawadaruatan

Airway

- Suction sputum

Breathing

- Nasal canul 02

Circulation

- Iv line

Pentalaksanaan

• IVFD D5% ¼ NS 12 tpm makro

• Ceftriaxone 2x500 mg IV
• Dexamethasone 3 x 1/3 amp

• Sanmol flash 10cc @ 8 jam

• Ambroxol syrup 3 x ½ cth

• Nebul Ventolin ½ resp @ 8 jam

• Monitor vital sign dan keluhan


SOAL NO 2

Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃ biasanya
terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun yang tidak disebabkan oleh proses intracranial.

Klasifikasi Kejang Demam

Ada 2 golongan kejang demam

a. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy


2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

b. Kejang demam Kompeks

1. Kejang lama > 15 menit


2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
.
Patofisiologi Kejang Demam

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan kenaikan kebutuhan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak
yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik.
Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda
dan tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu
tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang
yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang
tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi
pada ambang kejang yang rendah.
Anamnesis

Onset :

- Kapan terjadi kejang?


- Saat kejang berlangsung berapa lama?

Lokasi :

- Apakah Kejang seperti kelonjotan dan mata mendelik?


- Apakah kejang hanya di jempol tangan ?

Kualitas :

- Apakah kejang disertai dengan penurunan kesadaran?


- Apakah kejang disertai demam sebelum nya?
- Apakah ada seperti muntah, lumpuh ?

Kuantitas :

- Tanyakan frekuensi dan durasi kejang ? tanyakan interval waktu antara dua serangan kejang
jika ada?

Memperberat :

- Apakah jika demam naik terjadi kejang Kembali?

Memperingan :

- Apakah sudah di berikan obat ? atau sudah pernah berobat ke dokter?

Kronologi :

- Bisa diceritakan bagaimana awal kejadian kejang yang diraskan?

Keluhan Utama: Kejang

Keluhan Tambahan: demam

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan. Kejang terjadi lebih kurang selama 2
menit. Saat kejangterjadi tubuh pasien kelonjotan, mata melotot, mulut keluar busa tidak
ada.Setelah pasien mengalami kejang, pasien muntah dan langsung menangis. Muntah berisi kue
yang dimakan pasien saat pagi. Ibu pasien mengatakan 5 hari sebelummasuk rumah sakit pasien
mengalami batuk dan flu yang kemudian diikuti dengandemam. Awalnya demam yang dialami tidak
begitu tinggi, dan demam turunsetelah pemberian obat penurun demam. Kemudian dimalam
harinya pasienkembali demam dan demam tidak turun setelah pemberian obat penurun demam.Ibu
pasien mengatakan demam yang dialami demam tinggi, saat diukur suhutubuh pasien mencapai
39,4.0
C. Riwayat kejang sebelum demam tidak ada.

Vital Sign

Keadaan Umum : TSS

Kesadaran : Compos Mentis

Nadi : 109 x/menit

Pernafasan : 26 x/menit

Suhu : 38,70C (axial)

Keadaan Gizi : Gizi baik

PemeriksaanFisik

a. Kulit

Warna : sawo matang

Turgor : cepat Kembali

Sianosis : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Oedema : tidak ada

Anemia : tidak ada.

b. Kepala

Rambut : Hitam, sukar dicabut

Wajah : Simetris, edema (-), deformitas(-)Mata : Conjunctiva pucat (-/ -), ikterik (- / -)

Pupil : Bulat isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung(+ / +), refleks cahaya tidak langsung (+ / +)

Telinga : Serumen (- / -), Sekret (-/ -)

Bibir : pucat (-), mukosa basah (-), sianosis (-)

Lidah : lidah kotor(-)Tonsil : T1/T1, hiperemis (+)

Faring : Hiperemis (+)

Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Kaku kuduk (-)
Pembesaran KGB : Tidak ada.

Thorax

Paru

Inspeksi : Simetris.Anterior -Posterior Kanan Kiri

Palpasi Fremitus normal 

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler NormalRonchi (-) wheezing (-)Vesikuler NormalRonchi (-) wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba.

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I > BJ II, regular, bising (-)e.

Abdomen

Inspeksi : Simetris, distensi (-), tumor(-), vena collateral(-)

Palpasi : Soepel, NT (-), H/L/R tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+)f.

Genitalia : Tidak diperiksag.

Anus : Tidak diperiksah.

Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (-) 

Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)

Manifestasi Klinis

Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang umum yang sering
dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip, kedua tangan dan kaki kaku,
terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak sadar tidak memberi respons apabila
dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak sadar kembali. Umumnya kejang demam akan
berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24
jam.

Tatalaksana kegawadaruratan
Tatalaksana

Saat demam

Dapat diberikan antipiretik. Dosis parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali diberikan tiap 4 - 6 jam. Dosis
ibuprofen 5-10mg/kgbb/kali 3-4 kali sehari

Antikonvulsan

Diazepam oral 0,3 mg/kgbb/kali atau rektal 0,5 mg/kgbb/kali. (5mg bb < 12 kg, 10mg bb>12kg
sebanyak 3x sehari dosis max 7,5 mg/kali. Diberikan dalam 48 jam pertama demam.

Intermitten : diberikan hanya saat demam

Diberikan dengan salah satu faktor risiko :

- Kelainan neurologis berat (cerebral palsy)

- Berulang 4 kali atau lebih dalam 1 tahun

- Usia < 6 bulan

- Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39°C

- Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat cepat
Antikonvulsan rumatan

Indikasi :

- Kejang fokal

- Kejang lama > 15 menit

- Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesdah kejang (Serebral palsu,
hidrosefalus, hemiparesis)

Fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1 - 2 dosis, penggunaan setiap hari menimbulkan gangguan
perilaku dan kesulitan belajar.

Asam valproat Dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis. menimbulkan gangguan fungsi hati

Anda mungkin juga menyukai