Anda di halaman 1dari 37

CLINICAL SCIENCE

SESSION
Disusun Oleh :
Hurin Aruni Medina Rukanta 12100118192

Preseptor : dr. Yoyoh,. Sp.A M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN POFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT AL IHSAN BANDUNG
2018
 
PERTUSIS
Respiratory tract terdiri dari conducting portion dan respiratory portion.
1. Conducting portion : berfungsi sebagai jalur dari luar menuju paru,
berfungsi pula untuk mengkondisikan udara agar mudah melakukan gas
exchange.
• Nasal
• Pharynx
• Larynx
• Trachea
• Bronchi
• Bonchiole
• Terminal bronchiole
2. Respiratory portion
: berfungsi sebagai tempat bertukarnya gas.
• Respiratory bronciole
• Aveolar duct & sac
• Alveoli
Kemudian respiratory tract pun dibagi menjadi :
1) Upper respiratory tract
• Hidung
• Pharynx
2) Lower respiratory tract
• Larynx
• Tracheal
• Bronchial tree (bronchii, bronchiole, terminal bronchiole,
respiratory bronchiole, alveolar duct, alveolar sac, alveoli )
Respiratory Defense Mechanism
Merupakan proses perlindungan fisiologis di system
respirasi untuk mencegah masuknya zat asing / pathogen
sehingga fungsi respirasi dapat dipertahankan.Terdapat 4
mekanisme pertahanan dalam system respirasi :
1) Air Conditioning
Merupakan proses pengkondisian udara yang masuk ke
system respirasi agar efektif untuk pertukaran dan tidak
merusak struktur alveoli.
2) Olfaction Reflex
Batuk
Benda asing tertangkap di epitel trachea >>>Stimulasi saraf afferent
melalui vagus nerve >>> medulla >>> 2,5 liter udara terinspirasi
.>>> epiglottis dan vical cord tertutup >>> udara terjebak di paru-
paru >>> otot-otot diafragma berkontraksi >>> tekanan di paru-paru
meningkat sebanyak 100 mmHg >>> epiglottis dan vocal cord
terbuka >>> udara dari paru-paru keluar dengan kecepatan 75-100
mil/jam >>> batuk
Bersin
• Benda Asing >>> Sinyal di tangkap epitel hidung >>> melalui CN
V >>> ke medulla >>> uvula ditekan >>> bersin
• Memiliki kecepatan 75-100 MPH
3) Filtration
• Merupakan proses pernyaringan zat asing yang berukuran lebih
besar dimana udara disaring oleh vibrissae (rambut-rambut
hidung) yang berada pada vestibule.
4) Removal
Merupakan proses penangkapan zat asing oleh mucus
yang dihasilkan mukosa respiratory tract. Kemudian zat
asing yang terperangkap itu di keluarkan oleh pergerakan
silia pada epitelnya bisa dengan mekanisme penelanan ke
gastrik atau dengan mekanisme reflex batuk / bersin.
PERTUSIS
Introduction
a. Definisi
Infeksi respiratory tract akut yang digambarkan pada
awal tahun 1500, oleh sydenham yang berarti batuk yang
intents, “whooping cough” karena sebagian besar batuk
tidak “whoop” (nelson)
Batuk yang sangat berat atau batuk intensif, merupakan
penyakit infeksi saluran akut yang dapat menyerang setiap
orang yang rentan seperti anak yang belum diimunisasi
atau orang dewasa dengan kekebalan yang menurun (UKK
IDAI)
b. Epidemiologi
menular, menyebabkan attack rate 80-100% pada
penduduk rentan
- AS: usia <6 bulan (35%), <1 tahun (45%), <5 tahun (66%)
- Dengan kematian dan rawat inap tertinggi pada 6 bulan
pertama kehidupan
c. Etiologi
disebabkan oleh bakteri genus brodetela dengan 4
spesies:
 B. Pertusis
 B. Parapertussi
BORDETELLA
4 spesies
 B. Pertusis : patogen manusia menular
menyebabkan pertusis
 B. Parapertussi: dapat menyebabkan penyakit yang
sama
 B. Bronkiseptika: penyakit pada binatang seperti
batuk pad aanjing dan snuffle pada kelinci
 B. Avium : penyebab coryza pada kalkun dan belum
pernah meng infeksi manusai
BORDETELLA
Ciri khas organsime
- Berukuran kecil, kokobasilus gram negatif mirip
dengan H. Influenza, granul bipolar metakromatik,
mempunyai kapsul

Sifat Pertumbuhan
- Sangat aerob dan membentuk asam tetapi tidak
menghasilkan gas dari glukosa dan laktosa
BORDETELLA
Antigen
Menghasilkan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis
penyakit.
 Satu lokus: berfungsi sebagai regulator sentral gen virulen; bugA
dan bugS  memediasi adhesi ke sel epitel bersilia
 Toxin adenilate siklase, toksin dermonekrotik, dan hemolisin juga
diatur oleh bug
 Sitokin  hambat sintesis DNA dalam sel bersilia pada saluran
napas atas
 Lipopolisakarida di dinding sel  kerusakan sel epitel saluran
napas atas
Karakteristik
- Bertahan hanya dalam waktu singkat diluar host manusia
- Tidak terdapat vektor
- Transmisi melalui jalan napas atas
- Organisme menempel dan multiplikasi dengan cepat
pada permukaan epitel trakea dan bronkus serta
memengaruhi kerja silia
d. Patogenesis
f. Manefestasi Klinis
masa inkubasi 6-20 hari, rata rata 7 hari, dengan
perjalnan penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih.
1) Stadium kataralis
2) Stadium akut paroksismal
3) Stadium konvalesen
1) Stadium kataralis
Gejala awal menyerupai gejala infeksi saluran nafas bagian
atas,
- timbulnya rinore (pilek) dengan lendir yang cair dan
jernih,
- infeksi pada konjungtiva,
- lakrimasi,
- batuk ringan dan panas tidak begitu tinggi
2) Stadium paroksismal/spasmodik (2-4 minggu)
- Frekuensi dan derajat batuk meningkat
- Pengulangan batuk 5-10 kali, dengan batuk kuat selama ekspirasi yang diikuti oleh usaha
inspirasi masif yang mendadak dan menimbulkan bunyi melengking (whoop)
- Adanya muntah setelah episodik batuk paroksismal
- Anak menjadi apatis dan BB menurun
- Pemicu batuk: menangis, sedih, gembira, dan aktivitas fisik
- Selama serangan muka merah dan sianosis, Mata menonjol, Lidah menjulur, Lakrimasi,
Salivasi
- Distensi vena leher  ptekia di wajah (terutama konjungtiva bulbi)
3) Stadium konvalesen (1-2 minggu)
- Termasuk pada stadium penyembuhan ditandai dengan
berhentinya whoop dan muntah dengan puncak
paroksismal nya berangsur-angsur turun
- Batuk akan menetap dan menghilang 2-3 minggu
- Pada beberapa pasien batuk paroksismal nya kembali
- Adanya keluhan batuk yang diikuti dengan: demam,
malaise/myalgia, exanthem atau enanthem, nyeri
tenggorokan, suara parau, takipneu, wheezing, rales.
- Batuk>14hari dengan 1 tambahan gejala: paroxysms,
whoop, atau post-tussive
- Older children: batuk 7-10 hari episode batuk nya tidak
continu
- Infant >3bulan: gangging, gasping, apnea, cyanosis,
ancaman jiwa secara tibatiba
g. Diagnosis
Anamnesa
- Gejala batuk pertusis yang khas dengan whoop, tanyakan
karakteristik batuknya
( onset, durasi, frekuensi, dengan dahak, pemicu,
paroksismal dan bunyi whoop)
- Riwayat imunisasi
PE
- KU: lemas
- TTV: adanya demam
LE
- Hematologi rutin (diff count)
 Adanya leukositosis (15.000-100.000) dengan limfositosis absolut didapatkan
antibodinya (igG terhadap toksin pertusis)
 Peningkatan neutrophil; bacterial secondary infection
 Eosinophilia, tidak sebagai tanda pertusis
- Chest cardiography
 Menunjukan perihilar infiltrate atau edema (butterfly appearance) dan
berbagai atelectasis
 Jika menunjukan konsolidasi parenkimal menandakan adanya secondary
infection
- Kultur (sebagai gold standar)
 Lakukan specimen collection, transport, dan teknik isolasi
 Spesimen didapat dengan aspirasi dalam nasopharyngeal mengguakan
fleksible swab di posterior nasofasing, tunggu 15-20 detik hingga pasien
batuk
 Kultur dengan media stainer-scholte dengan cyclodextrine resins
 Inkubasi pada suhu 36-37ºC dan evaluasi selama 7 hari
• Biakan postif pada stadium kataral: 95-10%
• Biakan positif pada stadium paroksismal 94% pd minggu ke-3 dan menurun
sampai 20% untuk minggu berikutnya
Klasifikasi (CDC)
- Probable:
Sesuai batasan kasus klinis dan tidak terkait dengan
konfirmasi labolatorium
- Confirmed:
Batuk (+) dan kultur (+) atau sesuai batasan kasus klinis dan
terkait dengan index case yang sudah terkonfirmasi
h. Diagnosis Banding
- Pertusis-like syndrome yang disebabkan oleh:
M. Pneumoniae, C. Pneumoniae, Parainfluenza virus,
Influenza virus, Enterovirus, RSV, Adenovirus
i. Penyulit
a. Pada sistem nafas dan saraf pusat
Pneumonia yang diakibatkan oleh B. Pertussis (90%), TB
yang menjadi aktif, atelektasis terjadi sekunder terhadap
sumbatan mukus yang kental
b. Pada sistem saraf pusat
kejang, koma, ensefalitis, hiponatremia sekunder
terhadap SIADH
Komplikasi
- Bayi <6bulan : morbiditas dan mortality rate tinggi
- Bayi <2bulan paling banyak dirawat (82%), pneumonia
(25%), seizure (4%), encelopathies (1%), dan meninggal
(1%)
- Bayi <4 bulan: fatal pertusis
j. Treatment & Management
UMUM
- Tirah baring
pasien dengan indikasi rawat inap:
• Usia <3bulan
• Usia 3-6 bulan dengan gejala paroksismal berat
• Bayi premature dengan kelainan jantung, paru, otot, atau neurologis
Observasi tanda apnea, sianosis, atau hipoksia
Pada bayi pasien harus diisolasi selama 4 minggu, terutama sampai 5-7 hari pemberian
antibiotik selesai
Observasi juga kondisi: apnea, sianotik, hipoksia dan dehidrasi sedang-berat
- Supportif Umum
Berikan oksigenisasi, terapi napas, ventilasi mekanik jika dibutuhkan (RR x TV x kgBB)
KHUSUS
- Terapi antibiotik
Tujuan: untuk hilangkan infeksi, mengurangi morbiditas, dan cegah penyulit
h. Pencegahan
Pencegahan terbaik dengan diberikan imunisasi melalui Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) Indonesia telah melaksanakan
imunisasi pertusis dengan vaksin DPT. Dilakukan dengan imunisasi
aktif dan pasif
1. Imunisasi Pasif
- Diberikan human hyperimmune globulin
2. Imunisasi aktif
- Diberikan bersama dengan tetanus dan difteria
Pencegahan
- Penularan melalui droplet
Pemberian dosis dan jenis antibiotik profilaksis, apabila
individu terpapar dalam 21 hari onset penderita pertusis
yang belum diberi terapi antibiotik
Isolasi penderita sampai 5 hari sesudah pemberian terapi
antibiotik
Pemberian vaksinasi pada individu yang terpapar
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : ad bonam

Anda mungkin juga menyukai