KEHAMILAN
PRESEPTOR :
Dr. Jatu Sulistyowati, Sp.OG
KHAERUNISA
NURFADHILAH
ADRI NAUFAN
TEKANAN DARAH
TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah tekanan yang bersirkulasi pada pembuluh darah.
o Ketika terlentang tekanan arteri uterus dan aliran darahnya secara bermakna
lebih rendah daripada tekanan di arteri brakialis. Hal ini dapat secara tak
langsung mempengaruhi pola kecepaan jantung janin.
RENIN, ANGIOTENSIN II, DAN
VOLUME PLASMA
Sumbu renin-angiotensin-aldosteron berperan penting dalam kontrol tekanan oleh ginjal
memlaui keseimbangan natrium dan air. Semua komponen dari sistem ini meningkat
pada kehamilan normal.
Selama kehamilan normal, kadar ANP plasma dipertahankan pada kisaran tak
hamil meskipun volume plasma meningkat.
Kadar median BNP kurang dari 20pg/ml dan stabil sepanjang kehamilan normal.
Namun kadar ini meningkat pada preeklamsi berat yang terjadi akibat
peregangan jantung karena afterload yang tinggi.
PROSTAGLANDIN
Vasodilator ini dibebaskan oleh sel endotel dan memiliki dampak penting dalam
memodifikasi resistensi vascular selama kehamilan.
Kelainan sintesis nitrit oksida dilaporkan berkaitan dengan timbulnya preeklamsia
HIPERTENSI DALAM
KEHAMILAN
DEFINISI
Hipertensi didiagnosis ketika BP lebih dari sama dengan 140/90 mmHg
Terdapat 4 tipe :
1. Hipertensi gestasional
2. Syndrome Preeklamsi-eklamsi
4. Kronik hipertensi
TABEL PERBEDAAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
• Nifedipin
Moa : menurunkan kontraktiliti dari otot polos arterial, menginhibisi influx kalsium melalui
chanel kalsium
Sediaan: tab 10mg
PREEKLAMSI
PREEKLAMSI
timbulnya hipertensi dapat disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur
kehamilan 20 minggu sampai berlangsung 3 bulan pascapersalinan.
Multipel gestasi
Obesitas
Diabetes
Perbedaan terletak pada patofisiologi, prognosis serta penanganannya. Saat ini semakin banyak
bukti menunjukan bahwa patofisiologi preeklamsia awitan dini berkaitan dengan kelainan
plasenta, sehingga komplikasi bagi ibu dan bayi lebih berat daripada preeklamsia awitan lanjut.
Sementara preeklamsia awitan lanjut lebih banyak berhubungan dengan kelainan pada ibu.
ETIOLOGI
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui pasti. Namun penyakit ini lebih
sering ditemukan pada wanita hamil yang:
Terpajan vili korialis pertama kali (primigravida)
Terpajan vili korialis berlebihan (hiperplasentosis), seperti pada kehamilan
kembar atau mola hidatidosa
Memiliki dasar penyakit ginjal atau kardiovaskular.
Mempunyai riwayat preeklamsia/eklamsia dalam keluarga (secara genetic
berisiko untuk mengalami hipertensi dalam kehamilan)
Preeklamsia merupakan hasil akhir berbagai faktor yang kemungkinan
melibatkan sejumlah faktor pada ibu, plasenta dan janin. Antara lain:
Invasi trofoblas abnormal
Gangguan keseimbangan adaptasi imunologis antara ibu, ayah (plasenta), dan
janin.
Gangguan keseimbangan adaptasi ibu terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamasi dalam kehamilan normal.
Faktor genetik, termasuk predisposisi gen bawaan dan juga pengaruh epigenetik
INVASI TROPOBLAS NORMAL
o pada hari ke – 6/7 post fertilisasi, blastocyst melepaskan diri dari zona pellucida,
karena endometrium mensekresikan protease.
oKarena sudah tidak ada zona pellucida, blastocyst mulai mensekresikan sitokin (IL-
1alfa, IL-1beta dan hormone ( beta-HCG) yang membuat adanya penerimaan pada
endometrium.
oEndometrium menyambut trofoblas dengan menghasilkan LIF dan CSF-1 sehingga
tropoblas meningkatkan produksi protease dan berimplantasi lebih dalam
Kemudian setelah hari ke 8 fertilisasi , tropoblas akan mulai berdeferensiasi menjadi
sinsitiotropoblas dan sitotropoblas .
Yang akan menginvasi spiral arteri melalui jalur villous dan extravillous.
Yang kemudian akan menginvasi dari spiral arteri
INVASI TROFOBLAS
ABNORMAL
FAKTOR IMUNOLOGI
o Hilangnya Toleransi atau adanya maladapsi dari sistem
imun yang mengatur implantasi villi.
o adanya ekspresi gen HLA yang menurun
o pada trimester kedua awal perbandingan Antara TH1 dan
TH2 berubah. TH1 menjadi meningkat, sedangkan TH1 itu
sendiri berfungsi untuk merangsang pengeluaan sitokin
inflamasi.
FAKTOR ENDOTEL
o Dari stage 1 dan stage 2 yang membuat faktor inflamasi dilepaskan, hal yang terjadi
selanjutnya adalah endothelial injuri( yang paling berpengaruh adalah TNF a dan IL)
oSelanjutnya menimbulkan stress oksidatif dan meningkatkan radikal bebas dan
menurunkan jumlah nitrit oxide dan meningkatkan produksi prostaglandin.
oSelain itu stress oksidatif juga membuat foam cell dan menyebabkan teraktivasinya
faktor koagulasi sehingga timbul lah trombositopenia dan pelebaran pembuluh darah
sehingga terdapat edema dan proteinuria
FAKTOR NUTRISI
oMenurut penelitian, kejadian preeklamsi meningkat 2x lipat pada
kelompok orang yang mengkonsumsi asam askorbat ( vitamin C )
kurang dari 85mg/hari.
FAKTOR GENETIK
Banyak sekali gen yang berpengaruh terhadap preeklamsi dan menupakan
polymorphism yang saling menyangkut satu sama lain , menurut penelitian ada 7
gen tersering yang berpengaruh terhadap pre eklamsi :
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
Vasospasm
lokal
Pandangan
Peningkatan Meregangkan
Proteinuria buram dan Kejang
liver enzim capsule
skotoma
Nyeri RUQ
MANIFESTASI
Nyeri ulu hati – akibat regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema, atau
sakit karena perubahan di lambung
Preeklamsia:
urin lengkap
Preeklamsia berat:
Pemeriksaan Hb, Ht, leukosit, trombosit, dan urin lengkap
Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa, Urea N, Kreatinin,
SGOT, SGPT, Analisa gas darah, asam urat darah
Pemeriksaan CTG
Pemeriksaan foto rontgen thoraks
TATALAKSANA
PREEKLAMSIA:
Rawat jalan: istirahat cukup (berbaringatau tidur miring), diet cukup protein,
rendah karbohidrat dan lemak, roboransia, dan penderita diminta datang
kembali setiap minggu.
PREEKLAMSIA BERAT:
Perawatan Konservatif: mempertahankan kehamilan bersama dengan pengobatan medisinal
Perawatan aktif: kehamilan di terminasi/diakhiri setelah pengobatan medisinal
PERAWATAN KONSERVATIF
Indikasi: kehamilan preterm (<34 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending
eklamsi dengan keadaan janin baik
Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan perawatan konservatif pengobatan medisinal dan sangat dianjurkan untuk
dilakukan terminasi.
Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi,
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
MEDIKAMENTOSA
A. MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan infusion pump)
Dosis Awal
4 gr MgSO4 (10 cc MgSO4 40% atau 20cc MgSO4 20%) dilarutkan kedalam 100cc NaCl/RL, diberikan selama
15-20 menit. (Siapkan cairan NaCl/RL 100cc selanjutnya dikurangi 10cc bila menggunakan MgSO4 40% atau 20
cc bila menggunakan MgSO4 20%, kedalam larutan sisa tersebut ditambahkan 10 cc MgSO4, 40% atau 20cc bila
menggunakan MgSO4 20%). Tetesan ±50gtt/menit, akan habis dalam 15-20 menit
Dosis Pemeliharaan
10 gram (25 cc MgSO4 40%) dalam 500cc cairan RL, (Bila menggunakan MgSO4 40%, cairan 500 NaCl
dikurangi 25cc, selanjutnya ditambahkan 25cc MgSO4 40%. Bila menggunakan MgSO4 20% cairan 500 NaCl
dikurangi 50cc, selanjutnya ditambahkan 50cc MgSO4 20%) diberikan dengan kecepatan 1-2 gram/jam (20-30
tpm)
MEKANISME MAGNESIUM
SULFAT
1. Mekanisme Pusat ( central Action )
Memblokade voltage dependent NMDA
( N-Methyl D-Aspartat) merupakan
subtype glutamate (excitatory) channel
receptors
Mengurangi pelepasan presinaptik dari
neurotransmitter glutamate
b. Mekanisme perifer ( peripheral mechanism )
Mempengaruhi neuromuscular junction, yang menyebabkan :
1. Memblok kalsium yang akan masuk kedalam sel melalui voltage-gate channel
2. Potensiasi Adenosine
3. Meningkatkan buffering kalsium pada mitokondria
Syarat Pemberian MgSO4
- Harus Kalsium Glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc) sebagai antidotum MgSO4, yaitu diberikan IV dalam
waktu 3-5 menit
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernafasan ≥16x/menit
- Produksi urin 30cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5cc/kgbb/jam)
Hidralazin bekerja sebagai muscle relaxan yang berpengaruh pada muscle tone.
2. Labetalol
Labetolol merupakan golongan beta blocker
Non selective beta blocker dan selektif alfa-1 blocker
Pertama menggunakan dosisi inisial dengan pemberian 20 mg bolus. Apabila
tekanan darah tidak menurun, maka diberikan lagi 20 mg. Lalu 40 mg lalu 80 mg 10
menit berikutnya sampai dosis maksimal 220 mg
PERAWATAN AKTIF
Indikasi: bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini:
Ibu
Kehamilan >34 minggu (dengan kortikosteroid selama 2 hari telah diberikan, dan memberitahu bagian perinatologi
sebelum terminasi kehamilan)
Adanya gejala impending eklamsi
Gagal perawatan konservatif
Kondisi ibu tidak stabil
Janin
Adanya tanda-tanda gawat janin
Adanya tanda pertumbuhan janin terhambat
Laboratorik:
Adanya sindom HELLP
PENGELOLAAN OBSTETRI (CARA
TERMINASI KEHAMILAN)
Dilakukan induksi persalinan
Seksio sesarea
Bila skor bishop ≥ 6.
Syarat pervaginam tidak terpenuhi
Bila perlu dilakukan pematangan serviks
Terdapat kontraindikasi persalinan pervaginam
dengan misoprostol
Induksi persalinan gagal
Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II
Terjadi gawat janin
dalam 24 jam.
Kelainan letak
Bila tidak tercapaiinduksi persalinan dianggap
Bila umur kehamilan < 34 minggu
gagal dan harus disusul dengan seksio sesarea
Catatan: pemeriksaan dalam, amniotomi, dan tetes oksitosin
dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemberian MgSO4
Tatalaksana
Tatalaksana
PENCEGAHAN
1. Modifikasi gaya hidup 1. Pemeberian kalsium 1,5-2,0 gram /hari
didalam diet selama kehamilan, terutama di
- Diet rendah garam daerah kurang asupan kalsium
• kelainan akut pada preeklmasi atau preeklamsi berat, dalam kehamilan, persalinan,
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan
kesadaran (gangguan sistemsaraf pusat)
• timbulnya kejang pada penderita preeklamsia yang tidak disebabkan oleh penyebab
lain.
KLASIFIKASI
Eclampsi sine eclampsi : eklamsi yang ditandai oleh penurunan kesadaran tanpa kejang.
1) Tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis) : kejang hilang timbul, rahang
membuka dan menutup begitu pula mata, otot-otot muka dan otot badan
berkontraksi dan berelaksasi berulang.
Kejang sangat kuat sehingga penderita dapat terlempar dari tempat
tidur atau menggigit lidah sendiri.
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut, mata merah, dan
muka biru
Lamanya kejang : sekitar 1 menit
2) Tingkat koma: terjadi setelah kejang klonis, penderita mengalami koma,
lamanya bervariasi dari beberapa menit hingga berjam-jam.
Bila sadar dapat terjadi amnesia retrograd : penderita tidak ingat
sama sekali apa yang telah terjadi
Eclampsi sine eclampsi : eklamsi yang ditandai oleh penurunan kesadaran tanpa kejang.
PATOGENESIS
oKetika tekanan darah terlalu tinggi, regulasi dari tekanan darah ter inhibisi sehingga
pembulu darah otak berdilatasi sehingga menyebabkan cerebral edema dan
encephalopathy
oJuga karena kurangnya sirkulasi darah menyebabkan otak menjadi iskemia dan juga
terjadi beberapa microhemorrhage
o hal tersebut menyebabkan inisiasi dari seizure
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Umur kehamilan > 20 minggu Kesadaran : somnolen sampai koma
Hipertensi Tanda vital: Tekanan darah > 140/90 mmHg
Kejang Proteinuria minimal +1
Penurunan Kesadaran Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang
Penglihatan Kabur Tetanus
Nyeri kepala hebat
Nyeri ulu hati
Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Urin Lengkap, Fungsi hati, dan
fungsi ginjal
o Pemeriksaan foto rontgen thoraks
o Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak
o Pungsi lumbal: bila ada indikasi
o Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa, Urea N, kreatinin,
SGOT, SGPT, analisa gas darah, asam urat atas indikasi
o Pemeriksaan USG, KTG
TATALAKSANA
2. Obat supotif: antihipertensi, kardiotonik, antipiretik, antibiotic, anti nyeri dll menurut indikasi.
Anti hipertensi: diberikan sesuai dengan preeklamsi berat.
Kardiotonika:
Indikasi: tanda-tanda payah jantung
Perawatan dilakukan bersama dengan bagian penyakit jantung
Antipiretik
Diberikan bila suhu rektal > 38,5C
Dapat dibantu dengan pemeberian kompres dingin
Antibiotic: diberikan atas indikasi
Antinyeri: bila pasien gelisah karena kontraksi Rahim dapat diberikn petidin HCI 50-75mg sekali saja
3. Perawatan pasien dengan serangan kejang dan koma
Diagnosis laboratorium
oHemolisis
o Adanya sel-sel spherocytes, Schistocytes, triangular, dan sel Burr pada apus darah perifer
o Kadar bilirubin total > 1,2mg%
Prognosis juga dipengaruhi oleh diuresis. Produksi urine >800 cc/24 jam atau 200 cc/ 6
jam prognosis menjadi lebih baik. Sebalikanya, oliguria dan anuria merupakan gejala-
gejala yang memperparah prognosis
Gejala-gejala lain yang memberaktan prognosis yaitu:
Koma yang lama
Nadi > 120x/menit
Suhu >39 C
Tekanan darah > 200mmHg
Kejang > 10 kali serangan
Proteinuria > 10 gram/ hari
Tidak ada edema
Edema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahui kematian
HIPERTENSI KRONIS YANG
DIPERPARAH OLEH SINDROM
PREEKLAMSI
Preeklamsia atau eklamsia yang menyerang perempuan hamil penderita hipertensi kronis.
Diagnosis:
Proteinuria awitan-baru ≥ 300mg/24 jam pada perempuan
hipertensi, tetapi tidak ditemukan proteinuria sebelum
kehamilan 20 minggu.
Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau
trombosit <100.000 pada perempuan yang mengalami
hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
Penyakit ini dapat menyulitkan diagnosis dan tatalaksana pada perempuan yang baru pertama
kali memeriksakan kehamilan setelah pertengahan gestasi.
Karena tekanan darah normalnya menurun pada trimester kedua dan awal trimester ketiga baik
pada perempuan normotensif maupun yang mengalami hipertensi kronis.
Oleh karena itu yang memeriksakan kehamilan pada 20 minggu gestasi, sering memiliki tekanan
darah dalam kisaran normal. Kemudian selama trimester ketigaseiring dengan kembalinya
tekanan darah ke tekanan asal menyulitkan apakah hipertensi bersifat kronis atau dicetuskan
oleh kehamilan.