Anda di halaman 1dari 17

Pseudo-crop

Epiglotitis
Yan Wirayudha
Definisi
• Infeksi pada epiglotis yang dapat mengakibatkan
penyumbatan saluran pernafasan dan bisa
berakibat fatal.
• Sindroma ”croup” merupakan kumpulan gejala
klinik yang ditandai dengan adanya batuk, suara
parau, stridor inspiratoir yang disebabkan
obstruksi saluran napas atas/laring.
Definisi
• Sebelum abad ke-20, semua penyakit yang serupa croup
disebut sebagai penyakit difteria.
• Croup adalah istilah umum yang meliputi kelompok heterogen
keadaan akut (kebanyakan infeksi) yang ditandai dengan batuk
keras dan kasar yang khas atau “croupy”, yang tidak atau dapat
disertai dengan stridor inspiratoir, suara parau, dan tanda-
tanda kegawatan pernapasan yang disebabkan oleh berbagai
tingkat obstruksi laring
Epidemiologi
• Sering dijumpai pada anak dibawah usia 2-8
tahun,meskipun penyakit ini dapat mengenai
berbagai usia.
• pria lebih sering terkena dari wanita dengan
rasio 2,5:1.
Etiologi
• Infeksi yang berat, tertelan benda asing, cedera
akibat inhalasi.
• Penyebab utama Croup adalah virus.
Virus penyebab  infeksi akut tersebar baik melalui
inhalasi langsung dari batuk atau bersin atau dengan
kontaminasi tangan dengan kemudian menyentuh
mukosa mata, hidung atau mulut. Etiologi virus yang
paling umum adalah virus parainfluenza.
• Sebagai pelabuhan utama masuk adalah hidung dan
nasofaring. Infeksi menyebar dan akhirnya
melibatkan laring dan trakea.
Patofisiologi
• Biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri. Infeksi ini akan menyebabkan edema
dan peradangan epiglotis dan jaringan
sekitarnya.
• Jalan nafas menjadi tersumbat akibat
pembengkakkan epiglotis. Terjadi gangguan dan
obstruksi jalan nafas.
• Anak-anak dengan luka bakar terutama karena
akibat air panas juga harus diamati.
Manifestasi klinis
• Sakit tenggorokan ringan atau infeksi
pernafasaan atas, sulit menelan, air liur keluar
berlebihan, odinofagi, stridor, demam, sianosis,
batuk, nyeri telinga.
• Sindroma ”croup” merupakan kumpulan gejala
klinik yang ditandai dengan adanya batuk, suara
parau, stridor inspiratoir yang disebabkan
obstruksi saluran napas atas/laring.
Pemeriksaan penunjang
• Laringsokopi: Fibre optic laryngoscopy adalah “gold
standart”
• X-Ray leher: untuk melihat soft tissue lateral
• Pemeriksaan laboratorium:
• pemeriksaan darah lengkap: pembiakan darah atau
lendir tenggorokan dapat menunjukkan adanya
bakteri. Pada pemeriksaan darah lengkap tampak
peningkatan jumlah sel darah putih.
• kultur darah dan sensivitas: kultur darah digunakan
untuk memastikan antibiotik yang adekuat terhadap
bakteri penyebab.
Ro Soft Tissue leher
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesia,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang:
• Anamnesis: pasien mengeluh demam, sakit
tenggorokan, suara serak, dan nyeri menelan, keluar
banyak liur. Suara yang serak dan perubahan suara
• Tanda-tanda peringatan lain seperti takipnea,
takikardia tidak sesuai dengan demam, dan
hipotonia.
• Pemeriksaan fisik: merupakan gejala dan hasil
pemeriksaan dengan laringoskopi yang
menunjukkan pembengkakan epiglotitis.
laringoskopi
Skoring the Alberta Clinical Practice
Guideline Working Group
• CROUP ringan – menggonggong batuk sesekali, tidak
terdengar stridor saat istirahat, dan retraksi baik ada atau
ringan suprasternal dan / atau interkostal
• CROUP Sedang – batuk menggonggong sering, stridor mudah
terdengar saat istirahat, dan retraksi dinding suprasternal dan
sternum saat istirahat, dengan agitasi tidak ada atau minimal
• CROUP berat – batuk menggonggong sering, inspirasi
menonjol (dan kadang-kadang ekspirasi) stridor, ditandai
retraksi dinding sternum, agitasi signifikan dan kesusahan
• Gagal napas  – batuk Barking (sering tidak menonjol),
terdengar stridor saat istirahat, retraksi dinding sternalis tidak
mungkin ditandai, lesu atau kesadaran menurun, sianosis.
Penanganan
• Prinsip penanganan dan pengobatan epiglotitis
adalah semakin cepat penanganan prognosis
semakin baik.
• Obstruksi jalan nafas bisa tiba-tiba terjadi
sehingga perlu segera ditangani dengan tuba
endotrakheal.
• Pemberiaan antibiotik sesuai dengan kuman
penyebab.
• Pemberian oksigenasi
• Inhalasi steroid
Penanganan
• Terapi kortikosteroid dan epinefrin nebulasi.
• Steroid telah terbukti bermanfaat dalam croup berat, sedang,
dan bahkan ringan.
• Dexametason dosis 0,15 mg / kg untuk pengobatan awal
croup. Deksametason telah menunjukkan khasiat yang sama
jika diberikan secara intravena, intramuskular, atau secara oral.
• Biasanya, pasien awalnya akan memiliki sedang sampai berat
skor croup, memerlukan rawat inap dan observasi.
Komplikasi
• Gagal nafas, pembentukan abses, septikemia.
Prognosis
• Sebagaian besar pasien akan sembuh tanpa
gejala jika pengubatan dilakukan secara dini dan
pengobatan yang tepat.
• Kematian bisa terjadi bila terjadi obstruksi jalan
nafas yang tidak ditangani segera.
• Penanganan yang cepat menghasilkan prognosis
yang baik.
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai