Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS

A. FLU BURUNG
1. Definisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung dan manusia. (Nurarif, 2015,p.1)
Influenza atau avian influenza merupakan penyakit infeksi akibat virus influenza tipe A yh
bisa mengenai unggas. (setiati, 2014,p. 721)
Penyakit flu burung atau penyakit flu unggas adalah suatu penyakit menular yang di
sebabkan oleh virus influenza tipe A dan di tularkan oleh unggas. (rahmat ilham,2010)

2. Etiologi
Tiga 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan
complement fixation test. H5N1 merupakan virus influenza tipe A, termasuk dalam famili
orthomyxoviruses dengan penyebaran melalui udra (droplet infection) dan dapat berubah-
ubah bentuk. Virus ini terdiri dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf
digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia
hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5
dan H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari
subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22˚C dan
lebih dari 30 hari pada 0˚C. Virus akan mati pada pemanasan 60˚C selama 30 menit / 56˚C
selama 3 jam dan denan detergen, desinfektan misal formalin cairan yang mengandung
iodine (Nurarif, 2015, p. 1)

Struktur antigenic virus influenza antara lain tiga bagian utama berupa antigen S (atau
soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan suatu inti
partikel virus yang terdiri atas. ribonunukleu protein. Antigen ini spesifik untuk masing-
masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada
imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung inti virus dan
hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks
protein sebelah dalam dan membrane lemak disebelah luarnya (Nelwan, 2014, p. 725)

3. Anatomi fisiologi
a.Hidung
b.Faring
c.Laring
d.Trakea
e.Bronkus
f.Paru-paru

Pernapasan merupakan pengambilan oksigen dari udara bebas melalui hidung. Oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli. Kemudian terjadi difusi oksigen dari alveolus ke
kapiler arteri akan diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin lalu dibawa ke jantung
dan dipompakan ke seluruh tubuh.

4. Patofisiologi
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas
yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas
yang terinveksi dapat juga menularkan virus ini melalui tinja, dan kemudian mengering dan
hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang di hirup manusia atau binatang lainnya.
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia di banding dari
manusia. Virus di tularkan dari saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena
kontak langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang menyangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan juga dapat
terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus
unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme
lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.
Dalam hal penularan dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah
dimasak, digoreng dan lai-lain, tidak menularkan flu burung akan mati dengan pemanasan
80 derajat celcius selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon “bunuh
diri” dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus tersebut teriplikasi, makin
banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respon
imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah
karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu
burung dapat menyerang anak-nak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung
pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalantubuh yang belum begitu kuat.

5. Manifestasi klinis
Jenger berwarna biru, pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah,
terdapat cairan pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan, keluar cairan
jernih sampai kental dari rongga mulut, diare, haus berlebihan dan cangkang telur lembek,
demam, batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, infeksi
mata, nyeri otot.

6. WOC

Flu burung

Bersentuhan dengan virus H1H5 dan N1N9

Tinja dan saliva unggas

Pernapasan manusia

Kerusakan sistematik
6

Penurusan perpusi jaringan

Hipoksia seluler

Pelepasan faktor2 biokimia ( enzim lisosom, visoaktif, sistemkompelemin, atom


metabolik, kolagen, histamin.)

Penurunan permeabilitas kapiler paru

Penurunan aktivitas servak

Edema entestinal alveolar paru

Penurunan compliance paru

Penaikan shunting

Hipoksia arterior
7. Komplikasi
a. Meningitis
Adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu mebrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme
seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan
berpindah ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
b. Encephalitis (bulbar)
Bulbar adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan
oleh virus-virus. Encephalitas dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang
menyebabkan peradangan dari otak.
c. Myocarditis (coxsackie virus carditis) atau pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya
disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi apat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI,1999).

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit,
hitung jenis leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
b. Pemeriksaan hematologi
Hemoglobin leokosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya di
temukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni, limfositopeni.
c. Pemeriksaan kimia darah
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kretini, kreatini kinase, analisis gas darah.
Umumnya di jumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan kreatinin kinase, analisis gas darah dapat normal atau
abnormal.
d. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus kasus ini adalah
pneumonia. Pemeriksaan yang di anjurkan adalah CT scan untuk kasus dengan gejala
klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
e. Pemeriksaan post mortem
Pada pasien yang meininggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan postmortem engan jalan biopsi pada mayat (necropsi),
specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkatan daya tahan tubuh,
pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi,
imunomodulators.

10. Asuhan keperawatan flu burung


a. Pengkajian
- Identitas klien dan penanggung jawab
- Status kesehatan klien (keluhan utama,alasan masuk rumah sakit,riwayat penyakit
sekarang, riwayat kesehatan terdahulu,riwayat kesehatan keluarga, riwayat
pengobatan)
- Pemeriksaan fisik

b. Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berdasarkan obstruksi jalan nafas dengan
dispnea, saat di auskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk berdahak
2. Ketidakefektifan pola nafas berdasarkan hiperventilasi di tandai dengan takipnea,
klien tampak menggunakan otot bantu pernapasan, RR>20 x/menit
3. Nyeri akut berdasarkan agen cidera biologis di tandai dengan klien mengeluh
nyeri otot, takipnea.
4. Hambatan mobilitas fisik berdasarkan stadium penyakit di tandai dengan klien
tanpak lelah.
5. Gangguan kebutuhan nutrisi yang di tandai dengan adanya mual dan muntah.

c. Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1 Ketidakefektifan 1. Kontrol aspirasi 1. Pilih ukuran dan tipe jalan
bersihan jalan 2. Status respirasi : kepatenan nafas
nafas berdasarkan jalan nafas 2. Plester jalan nafas buatan
obstruksi jalan 3. Status respirasi : pertukaran oro/naso
nafas dengan gas 3. Inspeksi mukosa
dispnea, saat di 4. Status respirasi :ventilasi 4. Bantu suction
auskultasi Kriteria hasil : 5. Pengurangan kecemasan
terdengar ronci, 5. Frekuensi pernapasan sesuai dengan cara pendekatan
klien mengeluh yang di harapkan dengan klien
batuk berdahak 6. Irama nafas sesuai yang di 6. Manajemen jalan napas
Definisi : harapkan berikan perawatan mulut dan
Ketidak mampuan 7. Pengeluaran sputum pada lakukan suction orofaring
untuk jalan nafas 7. Makan dalam porsi kecil
membersihkan 8. Bebas dari suara nafas 8. Cek posisi ngt
sekret atau tambahan 9. Potong makanan menjadi
obstruksi saluran 9. Tidak ada dispnea saat potongan kecil-kecil
guna napas latihan 10. Fisioterapi dada
mempertahankan 10. Kehilangan waktu istirahat 11. Ventilasi mekanik (monitor
jalan napas yg tidak ada kelelahan otot pernapasan)
bersih. 11. Tidak di dapatkan tambahan 12. Lakukan teknik aseptik
Batasan otot2 13. Membantu klien bernapas
karakteristik: 12. Tidak didapatkan nafas tanpa bantuan ventilator
 Suara napas pendek mekanik
yg bertambah 13. Tidak ada fremitus taktil 14. Memberikan oksigen dan
 Perubahan 14. Tidak ada suara bising nafas memonitor efektivitasnya
pada irama & 15. Memindahkan atau membolak
frekuensi balikkan badan pasien agar
pernapasan terasa nyaman
 Batuk tidak 16. Mengumpulkan dan
terdengar atau menganalisa data klien untuk
tidak efektif memastikan kepatenan jalan
 Sianosis nafas dan keadekuatan
 Kesulitan pertukaran gas.
untuk bicara 17. Mencatat keadaan darurat
 Penurunan untuk membantu adaptasi
suara napas bayio baru lahir kehidupan
ektra uteri
 Ortopnea
18. Membantu meningkatkan
 Gelisah
interprestasi acequesin,
Faktor
interpretasi dan pembuatan
berhubungan:
data klien untuk pengambilan
Lingkungan,
keputusan klinik.
obstruksi jalan
nafas, fisiologis
2 Ketidakefektifan 1. Frekuensi pernapasan Manajement jalan nafas
pola nafas 2. Irama pernapasan 1. Penghisapan lendir pada
berdasarkan 3. Kedalaman inspirasi jalan nafas
hiperventilasi di 4. Suara perkusi nafas 2. Manajemen alergi
tandai dengan 5. Volume tidal 3. Manajemen anaflaksi
takipnea, klien 6. Kapasitas vital 4. Pengurangan kecemasan
tampak 7. Hasil rontgen dada 5. Manajement jalan nafas
menggunakan otot 8. Tes faal paru buatan
bantu pernapasan, 9. Penggunaan otot bantu Manajement asma
RR>20 x/menit. dada 1. Manangemen peningkatan
Definisi : 10. Pernapasan dengan bibir batuk
Ekspirasi atau mengerucut 2. Manajement ventilasi
inspirasi yang 11. Dispnea saat istirahat mekanik (invasiv, non
tidak memberi 12. Orthopnea invasiv, pencegahan
ventilasi yang 13. Taktil premitus pneumonia)
adekuat. 14. Pengembangan dinding 3. Penyapihan ventilasi
Batasan dada tidak simetris mekanik
karakteristik: 15. Gangguan vokalisasi 4. Pemberian obat (hidung)
 Penurunan 16. Akumulasi sputum 5. Terapi oksigen
tekanan in dan 17. Gangguan ekspirasi Monitor pernapasan
ekspirasi 18. Gangguan suara saat 1. Surveilans
 Napas cuping auskultasi 2. Bantuan ventilasi
hidung 19. Atelektasis 3. Ttv
Faktor Kriteria hasil: 4. Monitor asam basa
berhubungan: 1. Frekuensi pernapasan baik 5. Stabilisasi dan membuka
Posisi tubuh, 2. Irama pernapasan baik jalan nafas
diformitas 3. Tidak ada gangguan 6. Pemberian analgesik
dinding. 4. Tidak ada dispnea 7. Pencegahan aspirasi
5. Tidak ada suara perkusi 8. Fisioterapi dada
nafas 9. Perawatan gawat darurat
6. Tidak ada akumulasi 10. Dukungan emosional
sputum 11. Ekstubasiendoktrakea
7. Klien dapat bernapas 12. Manajemen energi
normal 13. Monitor cairan
14. Manajemen pengobatan
15. Monitor neurologi
16. Manajemen nyeri
17. Phlebotomi: sempel darah
arteri dan vena
18. Pengaturan posisi
19. Menghadirkan diri
20. Relaksasi otot progresif
21. Resusitasi
22. Bantuan penghentian
merokok
23. Perawatan selang : dada

3 Nyeri akut 1. Kontrol nyeri Akupresur


berdasarkan agen 2. Respon pengobatan Pemberian Analgesik:
cidera biologis di 3. Ttv 1. Intraspinal
tandai dengan 4. Keparahan gejala 2. Pemberian anastesi
klien mengeluh 5. Keparahan mual muntah 3. Pengurangan kecemasan
nyeri otot, 6. Respon psikologis 4. Stimulasi kutaneus
takipnea. menganggu 5. Manajemen kenyamanan
Definisi : 7. Kontrol gejala 6. Aplikasi panas dingin
Pengalaman 8. Tingkat ketidak nyamanan 7. Pemberian obat IM/IV & oral
sensori dan emosi 9. Pefusi jaringan 8. Manajemen nyeri
yang tidak 10. Status neurologi 9. Bantuan untuk klien
menyenangkan 11. Keparahan cidera fisik mengontrol pemberian
akibat adanya 12. Tingkat stres analgesik
kerusakan akibat Kriteria hasil : 10. Manajemen prolaps rektum
adanya kerusakan 1. Klien bisa mengontrol 11. Mendengar aktif
jaringan yang nyeri 12. Manajemen energi
aktual atau 2. Klien menunjukkan skala 13. Pengalihan
potensial. nyeri berkurang 14. Terapi latihan : kontrol
Batasan 3. Tidak nampak keparahan 15. Humor
karakteristik: gejala 16. Hipnotis
Mengunggkapkan 4. Klien merasa nyaman 17. Pemijatan
secara verbal atau 5. Klien tidak merasa stres 18. Terapi oksigen
isyarat rasa nyeri, 6. Klien tidak mengalami 19. Terapi musik
posisi untuk cidera fisik 20. Sentuhan
menghindari, 21. Terapi relaksasi
bukti nyeri yg 22. Bermain terapeutik
dapat di amati. 23. Supresi laktasi
Faktor 24. Terapi bantuan hewan
berhubungan : 25. TENS (stimulasi listrik
Agen penyebab syaraf transkutaneus)
(biologis, kimia, 26. Inspirasi harapan
fisik, dan
psikologis).
4 Hambatan 1. Status kenyamanan 1. Perawatan tirah baring
mobilitas fisik (lingkungan, fisik, 2. Manajemen
berdasarkan psikopstritual, energi,lingkungan
stadium penyakit sosiokultural) 3. Peningkatan latihan kekuatan
di tandai dengan 2. Ketahanan keluarga dan peregangan
klien tanpak lelah. 3. Iklim sosial keluarga 4. Terapi latihan
Definisi : 4. Dukungan keluarga ambulasi,keseimbangan,mobi
Keterbatasan 5. Resolusi berduka litas fisik, kontrol otot
dalam pergerakan 6. Resolusi bersalah 5. Manajemen perasaan
fisik mandiri dan 7. Identitas 6. Manajemen nyeri
terarah pada 8. Keseimbangan gaya hidup 7. Pengaturan posisi, saraf,kursi
tubuh. 9. Keparahan kesepian roda
Batasan 10. Kinerja pengasuhan 8. Bantuan perawatan diri
karakteristik: 11. Harga diri 9. Manajemen berat badan
Kesulitan 12. Tingkat kecemasan sosial 10. Pengekangan fisik
membolak balik 13. Keterlibatan sosial 11. Pemijatan
posisi tubuh, 14. Konsekuensi ketagihan zat 12. Perawatan sirkumsisi
gerakan tidak 15. Dukungan sosial 13. Perawatan gips basah
teratur. 16. Tingkat stres 14. Terapi nutrisi
Faktor tidak 17. koping 15. Perawatan kaki
berhubungan : 16. Latihan autogenik
Ketidaknyamanan, 17. Pencegahan jatuh
gangguan 18. Pengecekan kulit
muskulooskletal.
5 Gangguan 1. Asupan kalori 11. Penghargaan
kebutuhan nutrisi 2. Asupan protein 12. Penkes
yang di tandai 3. Asupan lemak 13. Manajemen hiperglikemi
dengan adanya 4. Asupan karbohidrat 14. Manajemen hipoglikemi
mual dan muntah. 5. Asupan serat 15. Pengaturan saling
Definisi : 6. Asupan vitamin menguntungkan
Pola asupan 7. Asupan mineral 16. Konseling nutrisi
nutrisi yang 8. Asupan zat besi 17. Bantuan modifikasi
mencukupi untuk 9. Asupan kalsium 18. Fasilitas tanggung jawab diri
memenuhi 10. Asupan natrium 19. Pengajaran individu
kebutuhan Kriteria hasil : 20. Manajemen berat badan
metabolic dan Terpenuhinya semua yang 21. Manajemen nutrisi
dapat digunakan di butuhkan 22. Monitor nutrisi
Batasan 23. Bantuan peningkatan berat
karakteristik: badan
Perilaku terhadap 24. Bantuan penurunan berat
makanan badan
minuman sesuai
dengan tujuan
kesehatan,
mengunggkap
pengetahuan
mengenai pilihan
makanan &
minuman yang
sehat,
menggungkap
keinginan untuk
meningkatkan
status gizi,
mengomsumsi
makanan dan
cairan yang
adekuat, makan
secara teratur.
Faktor yang
berhubungan:
Diagnosis ini
merupakan
diagnosis
kesejahteraan,
sehingga tidak
memerlukan etiolo
d. Implementasi
Implementasi keperawatan serangkaina kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan (gordon,1994)

e. Evaluasi
Menurut craven hirnle (2000). Evaluasi adalah keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah di tetapkan dengan
respon perilaku klien yang tampil.

B. HIV/AIDS
1. Definisi
HIV adalah infeksi virus yang secara progesif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu ( terutama pada orang
dewasa ). (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 295)
AIDS adalah penyakit yang berat yang di tandai oleh kerusakan imunitas celluler yang di
sebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan
penyakit.(Jauhar & Bararah, 2013, p. 295)
AIDS dapat di artikan sebagai kupulan gejala atau penyakit yang di sebabkan oleh
menurunya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili retroviridae.

2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di sebut HIV dari
kelompok virus yang di kenal retrovirus yang disebut lymphadenopathy associated virus
(LAV) atau human T-cell leukemia virus (HTL-III yang juga disebut human T-cell
lymphotropic virus (retrovirus).retrovirus mengubah asamrebonokleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.penularan virus
ditularkan melalui:
a. Hubungan sekssual (anal,oral,vaginal)yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
oral yang telah terinfeksi HIV
b. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
c. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan , saat melahirkan atau
melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)

3. Anatomi fisiologi
Hiv berbeda dalam struktur dengan retrovirus yg di jelaskan sebelumnya, bedanya 120 mm
dalam diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah)
dan kasarnya “spherical”
1. Imunologi system
a. Sistem imun: sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan
menghancurkan bahan yang bukan/normal
b. Respon imun: kemampuan tubuh untuk melawan organisme yg berbahaya
2. RI spesifik dan RL non spesifik

4. Patofisiologi
Dalam tubuh partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang
terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.Dari semua orang yang terinfeksi HIV,
sebagian perkembangan masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang
menjadi pasien AIDS setelah 10 gtahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang
terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit
tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sisitem
kekebalan tubuh yang juga bertahap.(Setiati, 2014, p. 8
5. WOC
Hubungan seksual Transfusi darah yg Tertusuk jarum Ibu hamil
dg pasangan yg terinfeksi HIV bekas penderita menderita HIV
berganti-gantian, dg HIV
yg terinfeksi HIV
Virus masuk dalam tubuh lewat
Sperma terinfeksi luka berdarah
masuk kedalam
tubuh pasangan Virus masuk dalam peredaran darah dan invasi sel target
lewat membran hospes
mukosa vagina,
anus yang lecet T helper/ CD4ΰΰ+ Makrofag Sel B
atau luka

Terjadi perubahan pada struktural sel di atas akibat transkip RNA virus + DNA sel
sehingga terbentuknya provirus

Sel penjamu (T helper,limfosit B, makrofag) mengalami kelumpuhan

Menurutnya sistem kekebalan tubuh

Infeksi oportunistik

Sistem GIT integumen Sistem Sistem respirasi Sistem


reproduksi neurologi

Virus
hiv+kuman Herpes candidialis Mikrobakteri kriptococus
salmonela, zoster+herpe um TB
clostrium, s simplek
Meningitis
candida PCP
Dermatitis Ulkus kriptococus
(Pneumonia
Menginvasi genital
serebroika pneumocystis)
mukosa cairan
cerna Perubahan status
Ruam,difus,bersis mental, kejang, kaku
ik,foolikutas,kulit kuduk, kelemahan,
diare kering, mual, kehilangan nafsu
mengelupas makan,
eksema Terapi trimetoprim vomitus,demam,pusing
MK: psoriasis ,panas
sulfame
1. Perubahan MK:
Ruam
eliminasi
premitus, 1. Resiko tinggi cidera
2. Gangguan MK:
papula,makula 2. Ggn. Nutrisi< keb
nutrisi<kebu
1. Resiko merah muda tubuh
tuhan tubuh
kerusakan 3. Resiko tinggi
3. Resiko
integritas MK: nyeri kekurangan cairan
kekurangan
kulit 4. Intoleransi
cairan
aktivitas
6. Manifestasi klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah
diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditunjukan pada umumnya adalah bermula dari
gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai Penderita penyakit lain, namun
secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastic
c. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit
i. Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor
dan infeksi oportunistik :
1) Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi
kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi
pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer
2) Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan
kurang lebih 1 tahun.

b. Manifestasi Oportunistik diantaranya


1) Manifestasi pada Paru
a) Pneumonia Pneumocystis (PCP)
b) Cytomegalo Virus (CMV)
c) Mycobacterium Avilum
d) Mycobacterium Tuberculosis
2) Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
c. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul
pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis,
demensia, mielopati dan neuropari perifer.

7. Komplikasi
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV menyebabkan tubuh mudah di serang
penyakit.
a. Tuberkulosis paru
b. Pneumonia premosistis.
c. Berbagai macam penyakit kanker

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang ias oli sederhana dan akurat adalah pemeriksaan darah yang disebut tes
ELISA. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya ias oli terhadap HIV, hasil tes
secara rutin diperkuat dengan tes yang lebih akurat. Ada suatu periode (beberapa minggu
atau lebih setelah terinfeksi HI) dimana ias oli belum positif. Pada periode ini dilakukan
pemeriksaan yang sangat ias olis untuk mendeteksi virus, yaitu antigen P24 . Antigen P24
belakangan ini digunakan untuk menyaringan darah yang disumbangkan untuk keperluan ias
olis. Jika hasil tes ELISA menunjukkan adanya infeksi HIV, maka pada contoh darah yang
sama dilakukan tes ELISA ulangan untuk memastikannya. Jika hasil tes ELISA yang kedua
juga positif, maka langkah berikutnya adalah memperkuat diagnosis dengan tes darah yang
lebih akurat dan lebih mahal, yaitu tes apusan Western. Tes ini juga bisam enentukan adanya
ias oli terhadap HIV, tetapi lebih spesifik daripada ELISA. Jika hasil tes Western juga
positif, maka dapat dipastikan orang tersebut terinfeksi HIV.

9. Penatalaksanaan
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor
• AZT (zidovudin)
• ddI (didanosin)
• ddC (zalsitabin)
• d4T (stavudin)
• 3TC (lamivudin)
• Abakavir
b. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
• Nevirapin
• Delavirdin
• Efavirenz
c. Protease inhibitor
• Saquinavir
• Ritonavir
• Indinavir
• Nelfinavir.

10. Asuhan keperawatn HIV /AIDS


a. Pengkajian
Identitas klien penanggung jawab klien, penyakit terdahulu, penyakit keluarga,
b. aktivitas
mudah lelah, berkurangnya intoleransi terhadap aktivitas biasanya malaise
c. sirkulasi
takikardia, perubahan TD postural, pucat dan sianosis
d. integritas ego
alopesia, lesi cacat, menurunya berat badan
e. eliminasi
feses encer, diare pekat, nyeri tekanan abdominal
f. makanan/cairan
disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut
g. neoro sensori
pusing, kesemutan pada ekstremisan, konsentrasi buruk, apatis
h. nyeri/kenyamanan
sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak
i. pernapasan
batuk, produktif ? non produktif, takipnea, distres pernapasan

b. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektik berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan menurun.
3. Resiko tinggii terhadap infeksi berhubungan dengan faktor penurunan responium,
kerusakan kulit.

c.Intervensi
No Diagnosa Noc Nic
1 Bersihan jalan a. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral
napas tidak efektif ventilation 2. Berikan o2
berhubungan b. Respiratory status : airway 3. Anjurkan pasien untuk napas
dengan adanya patency dalam dan istirahat
secret yang c. Asspiration control 4. Posisikan pasien untuk
mengental Kriteria hasil: memaksimalkan ventilasi
Definisi : a. Mendemontrasikan Batuk 5. Keluarkan sekret dengan
Ketidak mampuan efektif. batuk
membersihkan b. Suara nafas yg bersih 6. Auskultasikan suara nafas
sekret atau tidak ada sianosis & catat adanya suara napas
obstruksi jalan dispnue tambahan
napas untuk c. Menunjukkan jalan napas 7. Monitor status hemodinamik
mempertahan jalan yang paten 8. Berikan pelembab udara
napas tetap paten. d. Mampu kassa basah Nacl lembab
Batasan mengidentifikasikan dan 9. Atur intake
karakteristik: mencegah faktor yg 10. Pertahankan hidrasi yang
1. Dispnea penyebab kuat
2. Suara napas e. Saturasi O2 dalam batas 11. Monitor respirasi o2
tambahan normal
3. Sianosis
4. Kesulitan
untuk
berbicara
5. Mata terelalak
6. Gelisah
7. Sputum
berlebihan
8. Batuk tidak
efektif
9. Perubahan
pada irama dan
frekuensi
pernapasan

Faktor
berhubungan:
2 Gangguan a.Nutritional status:
pemenuhan nutrisi adequacy of nutrient Nutrition management
kurang dari b.Nutrient status: 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Food and fluif intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan c. weight control untuk menentukan jumlah
dengan nafsu kriteria hasil : kalori dan nutrisi yang di
makan menurun. a. Albumin serum butuhkan pasien
Definisi : b. Pre albumin serum 3. Yakinkan diet yang dimakan
intake nutrisi tidak c. Hematokrit mengandung tinggi serat
cukup untuk d. Hemoglobin untuk mencegah konstipasi
keperluan e. Total iron binding 4. Monitor adanya penurunan
metabolisme f. Capacity BB dan gula darah
tubuh. g. Jumlah limfosit 5. Monitor turgor kulit
Batasan 6. Monitor mual dan mutah
karakteristik: 7. Monitor pucat, kemerahan,
1. Berat badan dan kekeringan jaringan
20% atau di konjungtiva
bawah ideal 8. Monitor intake nutrisi
2. Dilaporkan 9. Informasikan pada klien dan
intake keluarga tentang mamfaat
makanan yang nutrisi
kurang dari
recomended
daily
allowance
3. Mebran
mukosa dan
konjungtifa
pucat
4. Kelemahan
otot untuk
menelan dan
mengunyah
5. Mudah merasa
kenyang
6. Kekurangan
makanan
7. Perubahan
sensasi rasa
8. Miskonsepsi
9. Kehilangan
BB dengan
makanan
cukup
10. Tonus otot
jelek
11. Kram pada
abdomen
Faktor
burhubungan:
Ketidak mampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorbsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
dengan faktor
biologis,
psikologis, atau
ekonomi
3 Resiko tinggii a. Immune status Kontrol infeksi
terhadap infeksi b. Knowledge : infection 1Bersihkan lingkungan setelah di
berhubungan control pakai pasien lain
dengan faktor c. Risk control 1. Pertahankan teknik isolasi
penurunan Kriteria hasil : 2. Batasi pengunjung bila perlu
responium, a. Klien bebas dari tanda dan 3. Instruksikan pada
kerusakan kulit. gejala infeksi pengunjung untuk cuci
Definisi: b. Mendeskripsikan proses tangan
Peningkatan resiko penularan penyakit, faktor 4. Gunakan sabun anti mikroba
masuknya yang memengaruhi untuk cuci tangan
organisme patogen penularan 5. Cuci tangan sebelum dan
Batasan c. Menunjukkan kemampuan sesudah tindakan
karakteristik: untuk mencegah 6. Pertahankan lingkungan
timbulnya infeksi aseptikselama pemasangan
Faktor d. Jumlah leukosit dalam alat
berhubungan: batas normal 7. Tingkatkan intake nutrisi
1. Prosedur e. Menunjukan perilaku infection protection
infasif hidup sehat. 8. Monitor tanda dan gejala
2. Trauma infeksi
3. Kurang 9. Monitor hitung granulosit,
pengetahuan WBC
4. Kerusakan 10. Monitor kerentanan terhadap
jaringan infeksi
5. Malnutrisi 11. Batasi pengunjung
6. Penyakit 12. Inspeksi luka
13. Dorong masukan cairan
kronik
14. Ajarkan menghindari infeksi
7. Agen farmasi
15. Dorong istirahat
8. Ruptur
membran
amnion
9. Tidak adekuat
pertahan
sekunder
10. Tidak adekuat
pertahanan
primer

d. Implementasi
Implementasi keperawatan serangkaina kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan (gordon,1994)

e. Evaluasi
Menurut craven hirnle (2000). Evaluasi adalah keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah di tetapkan dengan respon perilaku klien yang
tampil.
C. SARS
1. Definisi
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang
mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan
oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah
Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru
manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan
berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-
paru (edema paru).

2. Etiologi
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan
bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown”
atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan
mikroskop nampak seperti mahkota Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang
secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a. Pneumoni
b. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
d. Beberapa transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f. Emboli paru
g. Cedera pada dada
h. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i. Trauma hebat
j. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

3. Anatomi fisiologi

4. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada
pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu
kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti
virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang
di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian
menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode
penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien.
Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga
melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat
penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau
cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya
penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan
tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk
sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan
pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung
dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang
melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulas

5. WOC

Tinja, droplet,udara Kurang informasi


(terkontaminasi corona
V)
Reaksi pertahanan Kontak saluran pernapasan Kurang pengetahuan

1. Batuk
Masuk saluran
2. Bersin
pernapasan bawah
3. Cemas
Keluar Masuk
Aktifkan anti body

Antigen anti body Reaksi inflamasi


Proses reflikasi
cepat

Pelepasan mediator
kimia Suhu tubuh
Proses radang

29
Sekresi mukus
Resiko <
cairan

Metabolisme
meningkat
Infektifitas bersihan jalan
napas

Tidak seimbang suplai Intoleransi


oksigen aktifitas

Kerusakan pertukaran gas


Tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Penurunan Oksigen ke jaringan


Kelebihan co2 Metabolisme anaerob

Asam laktat
Asidosis
respiratori
Predisposisi
edema selebral

Perubahan RR
Penekanan SSP

kesadaran

6. Manifestasi klinis
SARS berupa demam dengan suhu lebih dari 38ºC/ 100,4 f di sertai dengan batuk atau
mengalami kesulitan bernapas di tambah dengan timbulnya gejala klinis yaitu :
a. Kontak dekat dengan penderita sars
b. Ada atau tidak riwayat pernah melakukan perjalanan ke daerah yang sedang terjangkit
sars.
c. Tinggal di daerah sedang terjangkit sars.

7. Komplikasi
a. Abses paru
b. Efusi pleural
c. Empisema
d. Gagal nafas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolic
k. Dehidrasi
l. Penyakit multi lobular
m. Septikemi
n. Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir
serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
c. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
1) Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya
terisi udara)
2) Gas darah arteri
3) Hitung jenis darah dan kimia darah
4) Bronkoskopi
d. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
e. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy.
f. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan
sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus suspect SARS
a. Berikan masker bedah pada ppenderita.
b. Pemeriksaan fisik
c. Kasusu dengan gejala sars melewati triase (petugas sudah memakai masker N95)
d. Bila foto thorax sudah membentuk gambaran infiltrat satu sisi ada dua sisi paru dengan
atau tanpa infitrat lihat pelaksanaan kasus probable
e. Pengobatan di rumah simtomatik,antibiotik, vitamin, dan makanan bergizi
Suspek sars yang di rawat :
a. Isolasi
b. Terapi suportif
32
c. Perhatikan keadaan umum (kesadaran, dan ttv)
d. Antibiotik : b laktam atau b laktam + amti b laktamase oral di tambah makrolid generasi
baru oral
Penatalaksanaan kasus probable :
a. Pemantauan darah 2 kali sehari
b. Pengambilan darah untuk darah terapi, fungsi hati, kreatin fosfokinase, urea, elektrolit, C
reaktif protein.
c. Pengambilan sempel untuk pembedaan kasus pneumonia tipikal/atipikal lainnya
d. Foto torax sesuai indikasi klinis
e. Pemberian pengobatan

d. Konsep keperawatan
i. Pengkajian
Hal- hal yang perlu di kaji pada pasien dengan sars :
a. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambung, batuk
sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi
b. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
c. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme
d. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil untuk
sembuh, atelektasis, efusi pleura, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
e. Faktor perkembangan pasien : umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
f. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernapasan,
pengetahuan tentang penyakit pernapasan dan tindakan yang di lakukan
ii. Diagnosa
a. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan napas.
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan hipertermi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipertermi.
e. Pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakefektifan klien dalm
memenuhi kebutuhan.
33

iii. Intervensi

No Diagnosa Noc NIC


1. gangguan pertukaran gas 1. Respiratory status gas Airway manajement
berhubungan dengan exchange dan 1. Buka jalan nafas
gangguan suplai oksigen. ventilation 2. Posisikan pasien untuk
Definisi : 2. Vital sign status memaksimalkan
Kelebihan atau kekurangan Kriteria hasil : ventilasi
dalam oksigensasi dan 1. Mendemonstrasikan 3. Pasang mayo bila perlu
pengeluaran karbondioksida di peningkatan ventilasi 4. Lakukan fisioterapi
dalam membran kapiler dan oksigen yg dada
alveoli adekuat 5. Keluarkan sekret
Batasan karakteristik: 2. Memelihara 6. Lakukan suction pada
Gangguan pengliatan, kebersihan paru dan mayo
penurunan oksigen, bebas dari tanda-tanda 7. Monitor respirasi dan
takikardi,hiperkapnia, distres pernapasan status o2
keletihan,somnolen,iritabilitas, 3. Mendemonstrasikan Respiratory monitoring
hypoxia, kebinggungan, batuk efektif dan suara 1. Monitor rata-rata
sianosis,pucat, sakit kepala nafas kedalaman, irama, dan
ketika bangun ketika nafas 4. Tanda-tanda vital usaha respirasi
dalam, hiperkarbia dalam rentang normal 2. Catat pergerakan dada,
Faktor berhubungan : amati kesimetrisan
Ketidakseimbangan perfusi 3. Monitor suara nafas
ventilasi, perubahan membran
4. Monitor suara nafas
kapiler alveolar
5. Auskultasi suara nafas
6. Tentukan kebutuhan
suvtion
7. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
2 Bersihan jalan napas tidak 1. Respiratory status : Airway Management :
efektif berhubungan dengan ventilation 1. 1. Buka jalan napas,
inflamasi dan obstruksi jalan 2. Respiratory status : gunakan teknik chin lift
napas. airway patency atau jaw trust bila perlu
Definisi : 3. Aspiration control
2. 2. Posisikan pasien untuk
Ketidak mampuan membersih Kriteria hasil : memaksimalkan
secret atau obstruksi jalan 1. Mendemonstrasikan ventilasi.
nafas untuk mempertahankan 3.
batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
jalan nafas tetap paten. nafas bersih perlunya alat jalan nafas
Batasan karakteristik: 2. Menunjukkan jalan buatan
Dispneu, penurunan suara, nafas yang paten 4. 4. Lakukan fisioterapi
orthopneu, cyanosis, whezing, 3. Mampu dada
kesulitan berbicara, batuk, 5.
mengidentifikasikan Auskultasi suara nafas,
mata lebar, produksi dan mencegah faktor catat suara nafas
sputum,gelisah, peruhan yg dapat menghambat tambahan
frekuensi irama nafas. jalan nafas 6. 5. Kolaborasi pemberian
Faktor berhubungan: bronkoladilator bila
Lingkungan, perlu
fisiologis(disfungsi 7. 6. Atur intake untuk
neuromuskular, hiperplasia, cairan mengoptimalkan
dinding bronkus, alergi jlan keseimbangan.
napas, asma.),obstruksi jalan 8. 7. Monitor respirasi dan
nafas (spasme jalan napas, status oksigen
sekresi tertahanan, banyaknya
mukus,
3 Defisit volume cairan 1. Fluid balance Fluid management
berhubungan dengan 2. Hydration 1. Timbang popok
hipertermi. 3. Nutritional status : 2. Pertahankan catatan
Definisi : food and fluid intake intake dan output yang
Penurunan cairan Kriteria hasil : akurat
intramuskuler, intertisial, 1. Mempertahankan 3. Monitor status hidrasi
intraselular. urine output sesuai 4. Monitor hasil IA
Faktor yang berhubungan: dengan usia dan BB, 5. Monitor vital sign
1. Kehilangan volume cairan bj urin normal, Ht 6. Monitor pemasukan
secara aktif normal makanan dan cairan
2. Kegagallan mekanisme 2. Tekanan darah, nadi, 7. Kolaborasi pemberian
pengaturan suhu tubuh dalam cairan iv
Batasan karakteristik: batas normal 8. Monitor status nutrisi
Kelemahan, haus, penurunan 3. Tidak ada tanda 9. Atur kemungkinan
turgor kulit, membran mukosa dehidrasi transfusi
kulit kering, pengisian vena 10. Persiapan untuk
menurun, peningkatan denyut transfusi
nadi, penurunan tekanan 11. Dorong masukan oral
darah, penurunan volume 12. Dorong keluarga untuk
tekanan nadi, perubahan status membantu pasien
mental,temperatur tubuh makan
meningkat, hematokrit
meningggi
4 Intoleransi aktivitas 1. Energy conservation 3. Kaji respon individu
berhubungan dengan 2. Self care: ADLs terhadap aktiviitas
hipertermi. Kriteria hasil: 4. Meningkatkan
Definisi : 1. Berpatisipasi dalam aktivitas secara merata
Penurunan dalam kapasitas aktivitas fisik tanpa 5. Ajarkan klien metode
fisiologi seseorang untuk disertai peningkatan penhematan energi
melakukan aktivitas sampai tekanan darah, nadah untuk aktivitas
tingkat yang ingin atau yg di dan RR 6. Instruksi klien untuk
butuhkan 2. Mampu melakukan konsultasi kepada
Faktor yang berhubungan : aktivitas sehari hari dokter
Semua faktor yg mengganggu (ADLs) secara mandiri 7. Anjurkan teknik napas
transpor oksigen, yang dalam
mengarah pada dekondisi 8. Ajarkan pernapasan
fisik, atau menimbulkan diafragma
kebutuhan energi berlebihan 9. Anjurkan peningkatan
di luar batas kemampuan fisik kegiatan sehari hari
dan psikologis seseorang, 10. Menganjurkan tektik
dapat menyebabkan pernapasan adaptif
intoleransi aktivitas 11. Ajarkan klien
Batasan karakteristik: meningkatkan
1. Dispnea ketahanan lengan
2. Kelemahan verbal tanpa penyangga
3. Tekanan darah tidak
normal
4. Pusing, konfusi
5. Vertigo,frekuensi nadi
<95. Frekuensi
pernapasan >24.
5 Pola nutrisi kurang dari Kriteria hasil : 4. Kaji pemenuhan
kebutuhan tubuh berhubungan 1. Meningkatkan kebutuhan nutrisi klien
dengan ketidakefektifan klien masukan oral 5. Kaji penurunan nafsu
dalm memenuhi kebutuhan. 2. Menjelaskan faktor- makan
Definisi : faktor penyebab bila 6. Jelaskan pentingnya
Keadaan di mana individu di ketahui makanan bagi proses
yang mengalami kekurangan 3. Menjelaskan rasional penyembuhan
asupan nutrisi untuk dan prosedur untuk 7. Ukur tinggi dan berat
memenuhi kebutuhan pengobatan badan klien
metabolik 8. Dokumentasikan
Faktor yang berhubungan: masukan orang selama
1. Luka bakar 24 jam, riwayat
2. Peningkatan kebutuhan makanan, jumlah
kalori dan kesulitan kalori dengan tepat
mencerna kalori 9. Ciptakan suasana
3. Infeksi makan yang
4. Trauma menyenangkan
5. Perilaku paranoid 10. Berikan makanan
6. Anoreksia nervosa selagi hangat
7. Kelainan bipolar 11. Berikan makanan
8. Intoleransi laktosa dengan jumlah kecil
9. Penurunan tingkat bertahap
kesadaran 12. Menyarankan
10. Fibrosis kistik kebiasaan untuk oral
Batasan karakteristik : hygen sebelum dan
1. Ketidakmampuan untuk sesudah makan
mengoordinasi 13. Kolaborasi dengan ahli
menghisap, menelan dan gizi untuk membantu
bernapas memilih makanan
2. Keidak mampuan untuk yang tepat memenuhi
mempertahankan kebutuhan gizi selama
menghisap yang efektif sakit.

iv. Implementasi
Implementasi keperawatan serangkaina kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan (gordon,1994)

38
v. Evaluasi

1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernafas.


2. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
3. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi atau defisit cairan.
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
5. Klien menunjukkan rasa nyaman dan mampu mengalihkan perhatian terhadap rasa
nyeri.
6. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
7. Cemas pada klien teratasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
flu burung adalah penyakit unggas yang menulardisebabkan virus influenza tipe A dari
keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling umum menjangkiti unggas
Ketidakberhasilan mengungkapkan status HIV/AIDS dapat menganggu kualitas perawatan
pasien. Kita dapat merawat penderita HIV dan AIDS di rumah tanpa tertular penyakit ini, baik
dari anda maupun dari anggota keluarga anda. Meskipun virus yang menyebabkan aids dapat
dideteksi melalui liur, urin, feses, mukosa, pernapasan, atau sekresi tubuh lainnya, tidak
seorangpun tertulat aids dengan menyentuh cairan tubuh.
SARS (servere acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau di sebut ispa yang disebabkan oleh virus corona family
paramyxovirus.
WHO mengumumkan kesepakatan bahwa corona virus yang baru teridentifikasi adalah
mayoritas agen penyebab SARS. Penyebab lain bisa dari penyakit apapun, yanggsecara
langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru.

B. Saran
Perawat harus bertanggung jawab untuk melindunggi hak-hak privasi klien dengan
menjaga kerahasiaan informasi yang konfidensial
Di harapkan pada seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan untuk lebih berhati-hati dan
selalu waspada dalam menangani pasien atau klien terkena penyakit sars, hiv dan aids, dan flu
burung.

39
DAFTAR RUJUKAN
koso, B. T. (2013). Waspada Flu Burung. Jakarta: Kanisius.
J.Kunoli, F. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: KDT.
Nelwan, R. (2014). Influenza Dan Pencegahannya. jakarta: Interna Publishing.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc. jogjakarta: MediAction.
Pohan, H. T. (2014). Influenza Burung (Avian Influenza). Jakarta: InternaPublishing.
Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. jakarta: internaPublishing.
Tamher. (2009). Flu Burung: Aspek Klinis dan Epidemiologis. jakarta: SalembaMedika.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: Trans
Info Media.
Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Definisi
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,
Jakarta
Http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.sarsreference.com/
sarsref/treat.htm&prev=/search%3Fq%3Dsars%26hl%3Did%26sa%3DG&rurl=
Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius :
Jakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications (NIC), Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork.
NANDA, 2007-2008, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA.
40

41
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing Outcome Classifications (NOC),
Philadelphia, USA.BAB 1
Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia
. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Jakarta: Puat Penerbitan IPD FAKUI. Nasronudin. 2007.
Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang
. Surabaya: Airlangga. Rampengan dan Laurentz. 1995.
Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak,
cetakan kedua. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai