BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal
harus berpartisipasi secara aktif dalam mencapai prilaku yang sehat tersebut,
sehingga kesehatan yang optimal dapat tercapai. Untuk tercapainya prilaku yang
sehat tersebut maka perlu kiranya meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
Menurut WHO (2009) diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit, yang sebagian besar
2
ditularkan melalui air yang terkontaminasi oleh tinja. Infeksi ini lebih sering
terjadi ketika ada kekurangan air minum, memasak dan membersihkan. Sumber
air yang terkontaminasi kotoran manusia tersebut dapat berasal dari air limbah
rumah tangga, tangki septik dan jamban. Penyakit diare dapat menyebar dari
orang ke orang, dan dapat diperburuk olrh kebersihan yang rendah. Makanan
merupakan penyebab utama diare bila diolah atau disimpan dalam kondisi yang
Diare adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Wheley dan
Wong’s, 2005). Diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan
diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan. Diare
adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus
disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dengan konsistensi encer
dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi (Mayers, 2005).
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
lingkungan yang jelek, serta penyiapan makanan yang tidak semestinya (Sander,
2005). Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan
terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi,
yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes,
2014).
Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari
tahun ketahun. Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasusdiare yang terjadi setiap
tahunnya. Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya
dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun 2013,
penderita diare di Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi
penyakit diare diderita oleh balita, terutama pad ausia<1 th (7%) dan 1-4 tahun
4
masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka
kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah
kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia
dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga
secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta
2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil
bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440
balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun
(Soebagyo, 2008).
Provinsi Jambi terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota, jumlah kasus diare di provinsi
Jambi tahun 2013 yaitu sebanyak 64.308 kasus, dibandingkan dengan tahun 2014
salah satunya yaitu Desa Gedang yang terletak di pusat kota sungai penuh.
padatanggal 16 januari 2015 penderita diare cukup tinggi, dari laporan tahun 2012
Desa Gedang,2016).
5
tangan terlebih dahulu dan peralatan makanan ibu-ibu atau botol susu, sebanyak 6
orang masih mennggunakan air yang terkadang kurang bersih, kebanyakan dari
mereka masih menggunakan air sungai untuk sarana mandi, mencuci dan
sebagainya.
Menurut Wahit Iqbal (2008), Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun
terutama pada bayi ketika ibu memasak makanan atau menyuapi balita makan
mencuci tangan dengan sabun atau air yang mengalir, menggunakan jamban
tertutup dan membuang tinja secara baik dan benar, mengkonsumsi makanan yang
bersih dan sehat ,dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan (Herry, 2005).
B. Rumusan Masalah
6
terjadinya diare di wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai Penuh
Tahun 2016“
C. TujuanPenelitian
1. TujuanUmum
wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai Penuh Tahun 2016.
2. TujuanKhusus
D. ManfaatPenelitian
1. BagiPeneliti
7
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada bayi usia 6-12
usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Desa Gedang Tahun 2016.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan informasi
pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Desa Gedang Tahun
2016.