Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visidan misi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehatadalah peningkatan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan

perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang

bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal

diseluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk mencapai kesehatan maka perlu

dilakukan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh yang meliputi upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative (Depkes RI, 2014).

Lingkungan masyarakat dan keluarga begitu besar pengaruhnya terhadap masalah

kesehatan, terutama terhadap timbulnya penyakit menular seperti halnya diare.

Untuk mengatasi masalah tersebut diprioritaskan pada upaya pencegahan

disamping penyembuhan, pemulihan.Setiap masyarakat dan anggota keluarga

harus berpartisipasi secara aktif dalam mencapai prilaku yang sehat tersebut,

sehingga kesehatan yang optimal dapat tercapai. Untuk tercapainya prilaku yang

sehat tersebut maka perlu kiranya meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan

anggota keluarga tentang kesehatan. (Sunoto,2000).

Menurut WHO (2009) diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh

berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit, yang sebagian besar
2

ditularkan melalui air yang terkontaminasi oleh tinja. Infeksi ini lebih sering

terjadi ketika ada kekurangan air minum, memasak dan membersihkan. Sumber

air yang terkontaminasi kotoran manusia tersebut dapat berasal dari air limbah

rumah tangga, tangki septik dan jamban. Penyakit diare dapat menyebar dari

orang ke orang, dan dapat diperburuk olrh kebersihan yang rendah. Makanan

merupakan penyebab utama diare bila diolah atau disimpan dalam kondisi yang

tidak higienis dan air dapat mengkontaminasi makanan selama pengolahannya.

Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme yang dibawa

oleh serangga atau oleh tangan yang kotor.

Diare adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh

bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Wheley dan

Wong’s, 2005). Diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan

diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan. Diare

adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus

disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang

memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dengan konsistensi encer

dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Diare dapat menyerang

segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian

dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi (Mayers, 2005).

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak

memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan


3

lingkungan yang jelek, serta penyiapan makanan yang tidak semestinya (Sander,

2005). Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi

faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan

dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan

terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi,

penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan

yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor linkungan tidak

sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia

yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes,

2014).

Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 mengungkapkan bahwa didunia

rata-rata 8 sampai 10 juta balita meninggal tiap tahun, atau 23 balita

meninggal setiap harinya. Di negara-negara miskin seperti Afrika angka

kematian balita senantiasa selalu meningkat jumlahnya. (Joseft, 2010).

Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari

tahun ketahun. Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasusdiare yang terjadi setiap

tahunnya. Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya

dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun 2013,

penderita diare di Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi

penyakit diare diderita oleh balita, terutama pad ausia<1 th (7%) dan 1-4 tahun
4

(6,7).Di Indonesia penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka

kesakitan diare di Indonesia dari tahum ke tahun cenderung meningkat. Angka

kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah

kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia

dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga

secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta

setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei tahun

2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil

bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440

balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun

(Soebagyo, 2008).

Provinsi Jambi terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota, jumlah kasus diare di provinsi

Jambi tahun 2013 yaitu sebanyak 64.308 kasus, dibandingkan dengan tahun 2014

diare mengalami peningkatan yaitu sebanyak 94.949 kasus (Dinkes provinsi

Jambi, 2014).Kota Sungai Penuh terdiri dari 8 kecamatan dan 69 kelurahan/desa,

salah satunya yaitu Desa Gedang yang terletak di pusat kota sungai penuh.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukandi Puskesmas Desa Gedang

padatanggal 16 januari 2015 penderita diare cukup tinggi, dari laporan tahun 2012

terdapat 543 kasus diare,kemudian menurun di tahun 2013 terdapat 445

kasus,dan semakin menurun di tahun 2014 terdapat 135 kasus (Puskesmas

Desa Gedang,2016).
5

Berdasarkan wawancara terhadap 10 orang ibu-ibu yang mempunyai balita usia 6-

12 bulan, 5 orang mengatakan memberikan ASI dan MPASI tanpa mencuci

tangan terlebih dahulu dan peralatan makanan ibu-ibu atau botol susu, sebanyak 6

orang masih mennggunakan air yang terkadang kurang bersih, kebanyakan dari

mereka masih menggunakan air sungai untuk sarana mandi, mencuci dan

sebagainya.

Menurut Wahit Iqbal (2008), Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun

sesudah buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan

terutama pada bayi ketika ibu memasak makanan atau menyuapi balita makan

dalam penelitiannya. Muhajirin (2007), mendapatkan adanya hubungan yang

signifikan antara faktor personal hygiene ibu dengan kejadian diare.

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan, menggunakan air yang bersih,

mencuci tangan dengan sabun atau air yang mengalir, menggunakan jamban

tertutup dan membuang tinja secara baik dan benar, mengkonsumsi makanan yang

bersih dan sehat ,dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan (Herry, 2005).

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mendapatkan gambaran

apakah ada Faktor-faktor yang yang mempengaruhi terjadinya diare di wilayah

kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai Penuh Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
6

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk

mendapatkan gambaran “Apakah faktor-faktor yang yang mempengaruhi

terjadinya diare di wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai Penuh

Tahun 2016“

C. TujuanPenelitian

1. TujuanUmum

Untuk mengetahuiFaktor-faktor yang yang mempengaruhi terjadinya diare di

wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai Penuh Tahun 2016.

2. TujuanKhusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensicara pemberian makanan dengan

kejadian diaredi wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai

Penuh Tahun 2016.

b. Untuk mengetahuidistribusi frekuensi sumber air minum dan lingkungan

dengan kejadian diaredi wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota

Sungai Penuh Tahun 2016.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian diaredi

wilayahkerjaPuskesmasDesa Gedang Kota Sungai Penuh Tahun 2016.

d. Untuk mengetahui hubungan sumber air minum dan lingkungan dengan

kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Desa Gedang Kota Sungai

Penuh Tahun 2016.

D. ManfaatPenelitian

1. BagiPeneliti
7

Diharapakan dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan secara nyata

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada bayi usia 6-12

bulan di wilayah kerja puskesmas Desa Gedang Tahun 2016.

2. Bagi institute Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan bagi institute

kesehatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada bayi

usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Desa Gedang Tahun 2016.

3. Bagi Institut Pelayanan Kesehatan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan informasi

bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan

serta pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare

pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Desa Gedang Tahun

2016.

Anda mungkin juga menyukai