Anda di halaman 1dari 6

Penatalaksanaan Perawatan Ibu hamil dengan Covid-19

A. PENDAHULUAN
Pandemi virus Corona COVID-19 mengancam semua orang, tidak terkecuali ibu
yang sedang mengandung. Beberapa riset menunjukkan bahwa ibu hamil pun punya risiko
yang cukup besar bisa terinfeksi COVID-19, termasuk dengan gejala ringan. Center for
Desease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa wanita hamil lebih rentan terkena
semua jenis infeksi pernafasan, seperti flu. Hal ini di antaranya disebabkan karena kehamilan
mengubah sistem kekebalan tubuh selain juga mempengaruhi paru-paru dan jantung. Namun,
sejumlah studi terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil dengan infeksi virus
Corona (COVID-19) "hanya" punya gejala yang ringan bahkan tidak parah jika dibandingkan
dengan populasi umum. Salah satu riset tentang hal ini dilakukan oleh Priority Study dari
University of California San Francisco. Penelitian ini melibatkan sekitar 30 wanita hamil di
Cina yang terpapar COVID-19. Hasilnya menunjukkan gejala yang relatif ringan, bahwa
semua wanita selamat, mereka tampaknya tidak cenderung memiliki penyakit parah, dan tidak
ada bukti penularan kepada bayi selama kehamilan.
Penelitian lainnya yang dipublikasikan oleh American Journal of Obstetrics &
Gynecology pada Maret 2020 mengemukakan bahwa tidak ada bukti konkret yang
menunjukkan bahwa wanita hamil lebih rentan terhadap COVID-19 dibandingkan orang lain.
Bahkan jika mereka mendapatkan infeksi, para peneliti menunjukkan bahwa para ibu hamil
ini kemungkinan besar tidak mendapatkan komplikasi parah dari penyakit, seperti pneumonia.
Dalam laporan tahun 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan menggunakan
sampel sebagian kecil wanita hamil dengan COVID-19, menunjukkan bahwa mayoritas dari
mereka tidak memiliki kasus yang parah. Dari 147 wanita yang diteliti, 8 persen memiliki
COVID-19 parah dan 1 persen kritis.

B. PENGERTIAN
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) atau yang
sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan merupakan
patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang dengan presentasi klinis
yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala ringan sampai berat, bahkan sampai
kematian. Penyakit ini dilaporkan memiliki tingkat mortalitas 2-3%. Beberapa faktor risiko
dapat memperberat keluaran pasien, seperti usia >50 tahun, pasien imunokompromais,
hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit paru, dan penyakit jantung.

C. ETIOLOGI
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama spesies severe
acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.
a) Virologi
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang
positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein
yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM
dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein
nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)
selubung, dan protein aksesoris lainnya.
Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu alpha coronavirus
(alphaCoV), beta coronavirus (betaCoV), delta coronavirus (deltaCoV), dan gamma
coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya memiliki karakteristik
genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat, sedangkan deltaCoV
dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies avian.
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom SARS-CoV-
2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai merupakan inang
asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60–140 nm dan dapat
secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol, disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksi asetat, dan kloroform. SARS-CoV-2 juga
ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2
ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam,
pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam

b) Transmisi
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan yang menjual
binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke manusia merupakan
mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2,
kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari virus ini
masih belum diketahui secara pasti. Transmisi antarmanusia dapat terjadi melalui droplet
yang dikeluarkan saat individu yang terinfeksi batuk atau bersin pada jarak ± 2 meter.
Droplet yang hinggap pada mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-paru dan
menyebabkan infeksi. Kontak pada barang yang sudah terkontaminasi oleh droplet pasien
COVID-19, yang diikuti dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu juga dapat menjadi salah satu transmisi penyebaran virus,
walaupun rute ini bukan transmisi utama penyebaran virus. Transmisi vertikal dari ibu ke
janin secara intrauterine atau saat lahir pervaginam sampai sekarang belum diketahui
secara pasti
c) Faktor resiko
Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara menyeluruh. Faktor
risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah :
 Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19
 Kontak langsung terhadap pasien yang sudah terkonfirmasi COVID-19

Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko mortalitas pada pasien
COVID-19 antara lain :
 Usia >50 Tahun
 Pasien Imunokompromais, seperti HIV
 Hipertensi
 Diabetes melitus
 Penyakit keganasan, seperti kanker paru
 Penyakit kardiovaskuler, seperti gagal jantung
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Disfungsi kagulasi dan organ
 Wanita hamil
 Skor squential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia.
Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang
membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom
yang menyebabkan outbreak di kemudian hari. Severe acute respiratory syndrome virus
corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2)
yang ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai
reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel
manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD).
Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA
virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-
transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA
yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan. Gabungan retikulum
endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope
akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan
dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan
kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius
bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien

E. PENATALAKSANAAN IBU HAMIL DENGAN COVID-19


1) Data dan gambaran klinis
 Pasien ibu usia 24 tahun, G2P1A0 Hamil 37 minggu keluhan masuk kontraksi,
ada keluhan batuk, tidak demam, riwayat kontak dengan tetangganya yang
sedang dirawat isolasi covid-19 RSUD nenunggu konfirmasi hasil Swab
 Pasien ibu usia 37 tahun, dengan G2P1A0 hamil 35 minggu, keluhan
kontyraksi, oligohidramnion, janin PJT, direncanakan SC 2 hari yang akan
datang, pasien tidak demam ada batuk, hasil pemeriksaan lab Limfositopenia,
hasil rontgen thorax Pnemunia
2) Diagnosis keperawatan (SDKI)
 Bersihkan jalan napas tidak efektif b/d Hipersekresi jalan napas, proses infeksi
 Risiko cidera pada janin b/d adanya masalah kontraksi, usia ibu (Risiko tinggi)
 Ansietas b/d krisis situasional, ancaman kematian
Luaran keperawatan (SLKI)

Bersihkan jalan nafas Dalam 24 jam, bersihkan jalan nafas efektif


dengan kriteria hasil : batuk efektif
meningkat, sputum berkurang, wheezing
menurun
Risiko cidera pada janin Dalam 24 jam. Tingkat cedera menurun
dengan kriteria hasil : pergerakan janin
aktif, Denyut jantung janin 1200-160
x/menit
Ansietas Dalam 24 jam, tingkat ansietas menurun
dengan kriteria : perasaan bingung
menurun, perasaan kuatir menurun, tegang
menurun
Intervensi (SIKI)
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif > manajemen jalan napas
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) untuk
mengidentifikasi terjadinya hipoksia melalui tanda peningkatan frekuensi
kedalaman dan usaha napas
 Monitor sekret (jumlah, warna, bau, konsistensi). Tanda infeksi berupa sekret
tampak keruh dan berbau, sekret kental dapat meningkatkan hipoksemia dan
dapat menandakan dehidrasi.
 Monitor kemampuan batuk efektif untuk menilai kemampuan mengeluarkan
sekret dan mempertahankan jalan napas tetap paten.
 Posisikan semi-Fowler/Fowler untuk meningkatkan eksursi diafragma dan
ekspansi paru

 Berikan minum hangat untuk memberikan efek ekspektorasi pada jalan napas
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik untuk mengeluarkan sekret
jika batuk tidak efektif
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi, untuk
meningkatkan aktivitas silia mengeluarkan sekret dan kondisi dehidrasi dapat
meningkatkan viskositas sekret
 Ajarkan teknik batuk efektif untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
 Kolaborasi bronkodilator dan/atau mukolitik, jika perlu

Bersihan jalan napas tidak efektif > Manajemen Isolasi


 Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan isolasi
 Tempatkan satu pasien untuk satu kamar untuk menurunkan risiko terjadinya
infeksi silang (cross infection)
 Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di kamar
pasien untuk meminimalkan mobilisasi pasien dan staff yang merawat pasien
 Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah digunakan untuk
menghilangkan virus yang mungkin menempel pada permukaan alat
kesehatan
 Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment untuk menurunkan transmisi
virus
 Pasang alat proteksi diri sesuai SPO (sarung tangan masker medis, gown
coverall, apron) untuk memutuskan transmisi virus kepada staff
 Lepas alat proteksi diri segera setelah kontak dengan pasien untuk
meminimalkan peluang terjadinya transmisi virus kepada staff
 Minimalkan kontak dengan pasien, sesuaikan kebutuhan untuk menurunkan
transmisi virus kepada staff yang merawat pasien
 Anjurkan isolasi mandiri di ruangan selama 14 hari (pada pasien tanpa gejala
dan dengan gejala ringan)
b) Risiko cedera pada janin > pemantauan DJJ dan Gerak Janin
 Indentifikasi status dan riwayat obstetrik untuk mengetahui penanganan apa
saja yang pernah diberikan terhadap pasien terkait kondisi hamil sebelumnya
 Identifikasi adanya penggunaan obat, diet tertentu meminimalisir pemberian
obat berlebih dan untuk memantau efek samping obat yang dikomsumsi
sebelumnya
 Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya mengidentifikasibkondisi
janin sepanjang kehamilan
 Periksa DJJ selama 1 menit untuk memastika janin memiliki denyut jantung
teratur
 Monitor gerak janin dan hitung gerak janin
 Monitor DJJ berkala memonitor kesehatan janin dalam kandungan
 Monitor tanda vital ibu, mengidentifikasi kesesuaian kondisi ibu dan janin
 Atur posisi ibu, meningkatkan kenyamanan dan memfasilitasi keakuratan
pemeriksaan
 Jelaskan tujuan dan prosedure pemantauan untuk meningkatkan trust dan
keterlibatan pasien dalam rangka pemantauan janin
 Informasikan hasil pemantauan (jika perlu)
 Kolaborasi pemeriksaan CTG, jika perlu

c) Ansietas > Reduksi Ansietas


 Monitor tanda-tanda Ansietas (verbal dan nonverbal). Covod dapat
berkembang menjadi kondisi mengancam jiwa yang mengakibatkan
kecemasan dan berdampak pada frekuensi dan kedalaman napas sehingga
dapat mempengaruhi GDA
 Temani pasien untuk mengurangi rasa cemas, jika memungkinkan untuk
meningkatkan dukungan keluarga dan memberikan keamanan/kenyamanan
 Dengarkan dengan penuh perhatian untuk mendorong keterbukaan dan
perasaan diperhatikan
 Gunakan pendektan yang tenang dan meyakinkan untuk meningkatkan
stabilitas perasaan pasien
 Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami Informasi yang
adekuat dapat menurunkan kecemasan akibat ketidaktahuan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi untuk memberikan
kejelasan persepsi dan perasaan serta meningkatkan koping
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat untuk meningkatkan
rasa pengendalian (sense of control) dan mekanisme koping
 Latih teknik relaksasi untuk menurunkan stres dan ketegangan
3) DISCHARGE PLANNING
 Pemulangan pasien harus sesuai dengan rekomendasi Isolasi mandiri 14 hari
setelah kepulangan.
 Kontrol Antenatal sesuai perjanjian dengan DPJP ObGyn sesudah isolasi mandiri
14 hari bila kondisi stabil.
 Edukasi upaya pencegahan penularan : Hand hygiene, Etika batuk, penggunaan
masker yang tepat
 Edukasi pemantauan gerak janin di awali usia kehamilan 20 mgg dan menghitung
gerak janin setelah usia kehamilan 28 mgg (10 x gerak / 24 jam )
DAFTAR PUSTAKA

PPNI 2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1
Jakarta DPD PPNI

PPNI 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1
Jakarta DPD PPNI

PPNI 2016 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1
Jakarta DPD PPNI

Saccone G, Carboen F I, Zullo F 2020 The Novel Coronavirus 2019 nCov) in Pregnancy What We
Need To Know European Journal of Obstetrics and Gynecology and Reproductive Biology
0301 2115 doi 10 1016 /j ejogrb 2020 04 006

Hong L et al 2020 Why are pregnant women suspectible to COVID 19 An Immunological viewpoint
Journal of Reproductive Immunology 139 0165 0378 doi 10 1016 /j jri 2020 103122

Dashraat P, et al 2020 Coronavirus disease 2019 (COVID 19 pandemic and pregnancy American
Journal of Obstetrics and Gynecology doi 10 1016 /j ajog 2020 03 021

POKJA INFEKSI SALURAN REPRODUKSI POGI Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona
(COVID 19 Pada Maternal Hamil Bersalin dan Nifas 2020

Anda mungkin juga menyukai