Usulan Penelitian
2021
BAB I PENDAHULUAN
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel
manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi
ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus
corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan
menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.10
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma
sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan
membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan
protein struktural dan tambahan.11
Penelitian dari Wuhan dengan sampel yang lebih besar (138 pasien)
menemukan rerata usia pasien adalah 56 tahun (kisaran 22-92 tahun), 54.3% adalah
laki-laki. Gejala umum yang dikeluhkan adalah demam 98.6%, kelelahan 69.6%,
batuk kering 59.4%. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
limfopenia 70.3%, pemanjangan waktu prothrombin 58%, peningkatan laktat
dehydrogenase 39.9%. Hasil pemeriksaan CT scan toraks didapatkan gambaran
bilateral patchy shadow atau ground glass opacity pada semua pasien.5
2. Pneumonia ringan adalah pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
3. Pneumonia berat adalah dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran
napas ditambah dengan satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distress pernapasan
berat, saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar atau Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS).
4. Sepsis adalah pasien dengan disfungsi organ yang mengancam jiwa disebabkan
oleh disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi. Tanda disfungsi
organ yaitu perubahan status mental/kesadaran, sesak napas, saturasi oksigen rendah,
urin output menurun, denyut jantung cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau
tekanan darah, petekie/purpura/motled skin atau hasil laboratorium memnunjukkan
koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi, hiperbilirubinemia.
5. Syok sepsis adalah hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan resusitasi
cairan dan membutuhkan vasopressor.
Dibandingkan dengan yang selamat, Pasien meninggal yang lebih tua (64 · 6
tahun [11 · 2] vs 51 · 9 tahun [12 · 9]), lebih rentan mengalami gangguan pernapasan
akut (ARDS; 26 [81%] pasien vs 9 [45%] pasien), dan lebih rentan untuk menerima
ventilasi mekanis (30 [94%] pasien vs 7 [35%] pasien), baik secara invasif maupun
non-invasif.17
2.9. ARDS
a. ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/FiO2 <300 mmHg (dengan PEEP
atau continuous positive airways pressure (CPAP) >5 cmH2O atau
yang tidak diventilasi.
b. ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/FiO2 <200 mmHg dengan PEEP
>5 cmH2O atau yang tidak diventilasi.
c. ARDS berat PaO2/FiO2 <100 mmHg dengan PEEP >5 cmH2O atau
yang tidak diventilasi.
d. Ketika PaO2 tidak tersedia SpO2/FiO2 <315 mengindikasikan ARDS
(termasuk pasien yang tidak diventilasi).
(Sumber : ) 29
2.10. Hiperkoagulasi
D-dimer merupakan produk degradasi fibrin yang terbentuk selama proses degradasi
bekuan darah oleh fibrinolisis. Peningkatan D-dimer dalam darah merupakan
penanda kecurigaan trombosis. Peningkatan D-dimer ditemukan pada trombosis
vena dalam, emboli paru, trombosis arteri, DIC, kehamilan, inflamasi, kanker,
penyakit liver kronis, trauma, pembedahan, dan vaskulitis.20 Peningkatan D-dimer
sering ditemukan pada pasien COVID-19 berat dan merupakan prediktor terjadinya
ARDS, kebutuhan perawatan di unit perawatan intensif, dan kematian.21
peningkatan D-dimer >1.0 μl/mL merupakan prediktor terkuat terjadinya mortalitas
pada pasien COVID-19.22 Peningkatan D-dimer >1.5 μl/ mL merupakan prediktor
tromboemboli vena pada pasien COVID-19 dengan sensitivitas 85% dan spesifisitas
88.5%.31
Pemanjangan PT >3 detik atau aPTT >5 detik merupakan penanda koagulopati dan
prediktor komplikasi trombotik pada pasien COVID-19.24 Peningkatan fibrinogen
sering ditemukan pada COVID-19 dan berkorelasi dengan proses inflamasi dan
kadar IL-6, namun pada kasus berat dapat terjadi penurunan kadar fibrinogen
sebagai akibat perburukan koagulopati.32
2.11 Hiperinflamasi
2.10. Kerangka Teori
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Wilasa dr. Cipto. Penelitian dan
pengumpulan data berlangsung selama kurang lebih selama 2 minggu, yaitu pada 26
Juli 2021-7 Agustus 2021
Subjek yang akan diteliti adalah pasien yang dirawat di RS Panti Wilasa dr. Cipto
dengan diagnosis COVID-19 periode Mei 2021- Juli 2021
Kriteria Inklusi
- Pasien yang dirawat di RS Panti Wilasa dr. Cipto dengan diagnosis COVID-19
periode Mei 2021 - Juli 2021
Kriteria Eksklusi
Penelitian ini menggunakan metode whole sampling, di mana semua pasien yang
yang dirawat di rumah sakit selama dalam periode penelitian akan diambil datanya.
3.5. Bahan dan Cara Pengambilan Data
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rekam Medis, digunakan untuk
mengambil data/informasi yang dapat dipergunakan dalam penelitian
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Alat tulis yang digunakan untuk
mencatat data dari rekam medis saat pelaksanaan pengambilan data
1. Peneliti mengajukan permohonan kaji etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
rumah sakit
4. Semua data yang dikumpulkan dalam bentuk Excel kemudian akan di olah dalam
SPSS 23.
1. Parameter respirasi: laju napas, SpO2, suhu tubuh, dan analisis gas darah (pH,
PaCO2, PaO2, HCO3, BE, SaO2, PFR)
2. Parameter inflamasi: ferritin, prokalsitonin, laktat, CRP, IL-6, IL-10, IL-4, IL-1
beta, IL-1RA, TNF-alfa, interferon gamma, dan MCP-1
3.7. Variabel Penelitian
Variable Independent : Status Vaksinasi Pasien di RS Panti Wilasa Dr. Cipto (Pasien
Sudah Vaksinasi dan Belum Vaksinasi)
Variable Dependent: Tingkat Severity Pasien di RS Panti Wilasa Dr. Cipto (Mild,
Modarate, Severe)
6) dengan
menggunakan metode
ELISA
9 Kategorik
Status Covid 19 Status COVID-19 Observasi 0 = negatif
pasien dari hasil data rekam
pemeriksaan medis 1 = probable
2 = positif
10
Lama Hari perawatan dari Observasi Hari Numerik
11
Morbiditas Morbiditas pasien Observasi 0 = Tidak Kategori
COVID-19 setelah data rekam k
1 = Ya
perawatan di RS medis
12 0= Tidak
Mortalitas Mortalitas pasien Observasi Kategorik
meninggal
COVID-19 selama data rekam
perawatan medis 1= Meninggal
3.11. Metode Pengumpulan Data Penelitian
1. Peneliti mengajukan permohonan kaji etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
rumah sakit
3. Untuk penelitian ini, diagnosis SARS-CoV-2 dapat dilakukan dengan salah satu
atau lebih metode berikut:
Penyelenggara penelitian :
Penelitian ini telah mempunyai landasan ilmiah yang kuat dan bersivat
observasional sehingga penelitian dapat diperkirakan akan memberikan hasil yang
sesuai dengan tujuan dan manfaat. Tidak ada beban khusus yang ditanggung subjek
dengan keikutsertaannya dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan cara
membuka catatan rekam medis sesuai dengan sampel penelitian. Kerahasiaan data
penderita akan dijaga dan semoga tidak terjadi masalah khusus dengan subjek.
4.4. Simpulan