HUBUNGAN STATUS VAKSINASI TERHADAP REINFEKSI CORONA
VIRUS DISEASE 2019 PADA PEGAWAI RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
Jordan Tawarikh Hutabarat1, Resti Arania2, Deviani Utami3, Tessa
Sjahriani4 1 Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2 Department Patologi Anatomi Universitas Malahayati 3 Department 4 Department Mikrobiologi Universitas Malahayati Abstract: Relation Between Vaccination Status And Corona Virus Disease 2019 On The Employees Of Abdoel Moeloek General Hospital. COVID-19 Reinfection is a phenomenon in which a person got infected with SARS-CoV-2 virus for a second time with a 4 weeks minimum range between infection. Although COVID-19 Vaccination induce the body to produce adequate antibody to fight an infection, there are still a few epidemiological research that found reinfection on a fully vaccinated individuals (Sumit et al, 2022). Particularly in Lampung Region, Indonesia, a study about COVID-19 Reinfection is rarely done. Therefor in our opinion it is required for this study to be done. The purpose of this study is to find a relation between vaccination status and COVID-19 Reinfection. This study use the crossectional design with Abdoel Moeloek Regional Hospital Employees who has contracted COVID-19 as the subject.
Keyword: COVID-19, Reinfection, Medical Workers.
Abstrak:Pengaruh Vaksinasi Terhadap Reinfeksi Corona Virus Disease
pada Pegawai RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Reinfeksi Covid-19 adalah infeksi SARS-CoV-2 yang terjadi pada seseorang yang sudah terkena covid kemudian sembuh dan terinfeksi kembali. Walaupun vaksinasi covid meningkatkan antibody yang adekuat untuk menetralisir infeksi covid- 19 masih ada beberapa penelitian epidemiologis yang menemukan adanya reinfeksi pada orang orang yang sudah tervaksinasi penuh. (Sumit et al, 2022). Terkhusus di provinsi lampung penelitian mengenai reinfeksi covid 19 belum banyak terjadi maka dari itu penelitian ini penting untuk dilakukan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vaksinasi terhadap kejadian reinfeksi Covid-19 pada Pegawai RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelatif dengan design Cross-Sectional Study dengan sample Pegawai RSUD Abdoel Moeloek yang terkena COVID-19.
Keyword: COVID-19, Reinfection, Tenaga Kesehatan.
PENDAHULUAN Disease atau dapat disingkat juga
Pada akhir tahun 2019 dengan COVID-19. Sejak seluruh dunia digoncangkan oleh kemunculannya penyakit ini telah kemunculan penyakit baru yang menyebabkan kematian mendekati disebut dengan Corona Virus enam juta nyawa diseluruh dunia dan di Indonesia sendiri telah 2019 provinsi Wuhan, China. Pada merengut 146 ribu nyawa. 2 Maret 2020, COVID-19 pertama (Singhal, 2020) kali ditemukan di Indonesia dan Corona Virus Disease 19 per tanggal 14 Februari 2022 (COVID – 19) itu sendiri adalah terdapat total kasus sebanyak 4.8 suatu penyakit infektif akut yang juta dengan 406 ribu kasus aktif menyerang system respiratori yang diseluruh Indonesia dengan jumlah disebabkan oleh sebuah novel tertinggi di DKI Jakarta sebesar 1 Corona Virus yang disebut dengan juta kasus terkonfirmasi dengan 71 SARS-CoV-2. Coronavirus itu ribu kasus aktif. Di provinsi sendiri merupakan kelompok besar Lampung sendiri terdapat 53 ribu virus zoonosis yang dapat kasus COVID-19 terkonfirmasi menginfeksi dari hewan ke hewan, selama masa pandemi berlangsung hewan ke manusia, dan manusia dan kasus aktif sebanyak 3.858 ke manusia. Penularan antar kasus. (Kementrian Kesehatan manusia dapat terjadi secara Indonesia, 2022) langsung / direk melalui droplet Sebagai tindakan respiratori (aerosol) yang paling penanggulangan COVID-19 19 banyak diproduksi oleh orang pemerintah Kesehatan Indonesia orang terinfeksi yang bergejala dan melakukan berbagai tindakan yang tidak langsung / indirek melalui salah satunya merupakan permukaan - permukaan yang vaksinasi. Vaksinasi ini dilakukan terkontaminasi. Pada seseorang secara berkala dengan membuat yang terinfeksi COVID-19 bisa beberapa tahap atau kelompok tidak bergejala namun, pada prioritas. Prioritas pertama dari infeksi yang bergejala paling sering vaksinasi ini adalah Tenaga ditemukan demam, fatigue, batuk Kesehatan yang dimulai pada kering; selain itu pada beberapa tanggal 14 Januari 2021 dan kasus juga dapat ditemukan hidung setelah itu pegawai lini depan tersumbat, nyeri kepala, seperti pegawai bank, kasir, dan konjungtivitis, sakit tenggorokan, sebagainya. Vaksinasi mulai di diare, anosmia, dan ageusa. Pada sebarkan kepada masyarakat sejak infeksi yang terkomplikasi bisa April 2021, per 31 Agustus 2021 menyebabkan ARDS (acute tingkat penyebaran vaksinasi di respiratory distress syndrome) masyarakat sudah mencapai hingga kematian (Kementerian 30,49% pada bulan Oktober sudah Kesehatan, 2020) 53,75% dari masyarakat Indonesia World Health Organization menerima vaksinasi dosis satu. (WHO) telah memberikan Pada peta sebaran COVID-19 dapat rekomendasi untuk mendiagnosis dilihat bahwa COVID-19 19 COVID-19 secara pasti dengan memuncak di bulan juli 2021 dan deteksi molekuler / Nucleic Acid mulai menurun pada bulan Agustus Amplification Test (NAAT) Seperti dimana vaksinasi COVID-19 sudah RT-PCR dan dapat didiagnosis lebih tersebar. (Biro Administrasi secara dini menggunakan deteksi Pimpinan Nasional, 2021; antigen menggunakan metode Kementrian Kesehatan Indonesia, Lateral Flow Immunoassays (LFI). 2022; Redaksi Sehat Negriku, (WHO, 2020) 2021b, 2021a) Kasus pertama dari penyakit Vaksinasi merupakan Tindakan ini ditemukan pada 31 December imunisasi aktif dimana terjadi insersi patogen yang sudah mati yang belum tervaksinasi memiliki atau dilemahkan demi membentuk resiko dua kali lebih besar terkena sistem imun yang spesifik. COVID-19 19 dibandingkan Vaksinasi terhadap suatu penyakit seseorang yang sudah tervaksinasi. dapat melindungi seseorang (Lewis et al., 2022) Dari hal ini terhadap penyakit menular dengan penulis memiliki pendapat demikian mencegah terjadinya kemungkinan terdapat hubungan manifestasi klinis. Namun, tidak antara vaksinasi dan reinfeksi semua vaksin dapat mencegah COVID-19 19. Terkhusus juga di terjadinya infeksi beberapa hanya Provinsi Lampung, penelitian mencegah munculnya manifestasi mengenai hubungan vaksinasi klinis dan beberapa mencegah terhadap reinfeksi COVID-19 belum terjadinya komplikasi dan beberapa banyak diteliti. Maka dari itu vaksinasi juga mengurangi penelitian mengenai Hubungan transmisi pathogen dengan Vaksinasi COVID-19 terhadap demikian menurunkan dan Reinfeksi COVID-19 pada Pegawai memutuskan penyebaran penyakit RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tersebut. (Jameson et al., 2018) Provinsi Lampung (RSAM) Reinfeksi COVID-19 adalah infeksi merupakan hal yang menarik dan SARS-CoV-2 yang terjadi pada perlu dilakukan. Namun, penelitian seseorang yang sudah terkena ini akan dilakukan dengan batasan COVID-19 kemudian sembuh dan yaitu status vaksinasi secara umum terinfeksi kembali. Reinfeksi ini dan tidak meneliti jenis – jenis biasa disebabkan oleh varian virus vaksin yang diterima oleh subjek. yang berbeda dari infeksi pertama. Namun pada pasien yang terinfeksi METODE varian yang sama dengan infeksi Metode yang digunakan awal, biasanya jarak waktu oleh penelitian ini adalah metode reinfeksi lebih lama dibandingkan Analitik Korelatif dengan design dengan reinfeksi dengan varian penelitian Cross Sectional Study yang berbeda. Reinfeksi COVID-19 dikarenakan peneliti ingin memiliki kemungkinan 90% lebih melakukan observasi antar variable rendah menyebabkan hospitalisasi secara bersamaan dengan tujuan ataupun kematian dibandingkan mengetahui apakah adanya infeksi awal. Walaupun vaksinasi hubungan antara status vaksinasi COVID-19 meningkatkan antibody terhadap reinfeksi covid-19 pada yang adekuat untuk menetralisir Pegawai RSAM melalui data infeksi COVID-19 masih ada sekunder yang diambil melalui beberapa penelitian epidemiologis instalasi K3 RSAM. yang menemukan adanya reinfeksi pada orang orang yang sudah HASIL tervaksinasi penuh. (Malhotra et Setelah dilakukan penelitian al., 2022). dengan judul “Hubungan Status Sebuah penelitian yang dilakukan Vaksinasi Terhadap Reinfeksi di Amerika menyatakan bahwa Corona Virus Disease 2019 Pada seseorang yang belum tervaksinasi Pegawai RSUD Dr. H. Abdul walaupun sudah pernah terjerat Moeloek Provinsi Lampung”. COVID-19 masih rentan mengalami Terhadap 657 Sample yang diambil reinfeksi. Penelitian tersebut juga dengan cara total sampling maka menemukan bahwa seseorang diperoleh hasil sebagai berikut didapatkan 30 sample (14.5%)
berjenis kelamin laki – laki dan 72
Pada tabel 1 didapatkan dari sample (70,6%) berjenis kelamin keseluruhan 657 sample terdapat perempuan. sebanyak 555 sample infeksi Berdasarkan tabel 3 primer (84,5%) dan 102 sample didapatkan secara keseluruhan 657 reinfeksi (15,5%). sample terdapat sebanyak 400 Pada tabel 2 didapatkan sample (60.9%) sudah tervaksinasi bahwa dari 657 sample infeksi penuh dan 257 sample (39.1%) primer didapatkan 177 sample belum tervaksinasi penuh). Dari (31.9%) berjenis kelamin laki – tabel tersebut juga didapatkan dari laki dan 378 sample (68,1%) 555 sample infeksi primer terdapat berjenis kelamin perempuan. Sama sebanyak 202 (36%) sample halnya dengan sample reinfeksi yang tidak tervaksinasi penuh dan 353 (63%) sample yang sudah berada pada seseorang yang tervaksinasi penuh. Pada sample tervaksinasi penuh diperkirakan reinfeksi didapatkan sebanyak 55 bertahan dalam jangka Panjang. (53%) sample yang tidak Vaksinasi COVID-19 dengan satu tervaksinasi penuh dan sebanyak dosis tentu dapat mengurangi 47 (46%) sample yang tervaksinasi resiko infeksi COVID-19 namun penuh. dalam jangka yang terbatas namun Berdasarkan tabel 4.1 seseorang yang sudah tervaksinasi didapatkan bahwa pada sample sekali hanya memanifestasikan infeksi primer terdapat 202 (36%) gejala ringan saat terinfeksi sample yang tidak tervaksinasi COVID-19. Berbeda dengan penuh dan 353 (63%) sample yang vaksinasi COVID-19 dengan dua tervaksinasi penuh. Sedangkan dosis dapat memberikan imunitas pada sample reinfeksi terdapat 55 jangka panjang pada seseorang. (53%) sample yang tidak Pada penelitian yang dilakukan tervaksinasi penuh dan 47 (46%) oleh (Feikin et al., 2022) efektifitas sample tervaksinasi penuh. Dari dari vaksin COVID-19 setelah dosis hasil penelitian menunjukan bahwa 2 akan menurun setelah 6 bulan. sample yang tidak tervaksinasi (Feikin et al., 2022; Shrotri et al., penuh (hanya menerima satu dosis 2021) vaksinasi atau tidak menerima Pada penelitian kohort yang vaksinasi sama sekali) lebih banyak dilaksanakan di Amerika Serikat yang ter-reinfeksi dibandingkan yang meneliti mengenai efektivitas yang tervaksinasi penuh (sudah vaksinasi COVID-19 terhadap menerima dosis dua vaksinasi). reinfeksi juga menyatakan hal Pada hasil uji statistic diperoleh serupa seperti paragraf nilai p value = <0,009 (<0,05). sebelumnya. Angka reinfeksi Maka dari hasil P value tersebut COVID-19 setelah infeksi primer dapat disimpulkan terdapat ditemukan tinggi pada populasi perbedaan proporsi Kejadian umum yang belom tervaksinasi. Reinfeksi antara status vaksinasi Vaksinasi pada seseorang memberi penuh dan tidak penuh. Oleh keuntungan yang besar pada karena itu Ha diterima (Hipotesis individu dimana individu yang diterima) dan H0 ditolak (Hipotesis sudah tervaksinasi akan memiliki ditolak), Berdasarkan Ha yang ada, resiko reinfeksi yang lebih rendah. Jadi terdapat hubungan yang Individu yang belum tervaksinasi signifikan antara status vaksinasi memiliki angka reinfeksi sebesar terhadap reinfeksi COVID-19 pada dua kali lipat dibandingkan individu pegawai RSUD Dr. H. Abdul yang tervaksinasi. (Lewis et al., Moeloek Provinsi Lampung. 2022) Penelitian yang dilakukan PEMBAHASAN oleh peneliti sejalan dengan Pada suatu Penelitian kohort penelitian yang dilakukan oleh di Inggris membuktikan bahwa kedua penelitian diatas dimana seseorang yang tervaksinasi penelitian (Shrotri et al., 2021) dengan satu dosis dapat menyatakan seseorang yang sudah mengurangi resiko terinfeksi menerima dosis penuh memiliki COVID-19 dalam 28 hari sampai kemungkinan yang kecil ter infeksi dengan tujuh minggu setelah COVID-19 dan pada penelitian injeksi. Sedangkan imunitas yang (Lewis et al., 2022) dinyatakan bahwa seseorang yang sudah sehingga efikasi dari vaksin dapat divaksinasi memiliki kemungkinan berkurang ketika fenomena ini 2 kali lebih kecil ter-reinfeksi terjadi. Dari hal ini dapat COVID-19. Dimana pada penelitian disimpulkan bahwa ketika ini dapat disimpulkan bahwa seseorang sudah tervaksinasi tidak terdapat hubungan yang bermakna memastikan bahwa seseorang antara status vaksinasi terhadap tidak akan terinfeksi maupun ter- reinfeksi. reinfeksi COVID-19. (Susilo et al.,
Gambar 1 Struktur SARS-CoV-2 (Susilo et al., 2022)
Pada gambar 4.1 dapat 2022) dilihat terdapat struktur dari virus Selain hal yang dijelaskan di penyebab COVID-19 yang dimana paragraf sebelumnya efisiensi dan salah satunya merupakan Protein efikasi dari suatu vaksin Spike atau Spike Protein (Protein bergantung pada beberapa hal S) yang pada sebagian besar jenis yaitu: Faktor hospes, faktor vaksin digunakan untuk demografik, Faktor akses vaksin, pengembangan vaksin selain Faktor varian virus, dan faktor protein S, beberapa vaksin lainnya imun. Pada faktor akses vaksin menggunakan virus yang di terdapat faktor jenis vaksin yang inaktivasikan ada juga beberapa digunakan dikarenakan seperti yang memasukkan RNA dari virus yang sudah dijelaskan pada ini ke virus vector yang lebih jinak. paragraf sebelumnya sebagian Dikarenakan virus ini merupakan besar dari vaksin menggunakan virus RNA yang pada umumnya Protein S sebagai dasar Ketika berinteraksi dengan lingkungan baru akan mengalami adaptasi, Ketika virus beradaptasi dan terjadi mutasi titik ataupun delesi gen pada struktur virus tertentu akan menyebabkan fenomena yang disebut dengan antigenic drift dan varian virus baru. Ketika terjadi fenomena tersebut antibody yang sudah terdapat dalam tubuh hasil dari suatu vaksin akan kesulitan dalam mendeteksi antigen baru ini
Gambar 4.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi
efektivitas vaksin (Tregoning et al., 2021) pembuatannya, dimana vaksin- Walaupun apabila seseorang sudah vaksin tersebut menghasilkan menerima dosis dua akan antibody yang mengikatkan diri mengurangi resiko infeksi yang pada epitope protein S sebelum berat secara sedang, pada dosis protein tersebut berfusi dengan tiga yang disebut dengan dosis reseptor ACE. Hal ini berbeda dari booster secara signifikan jenis-jenis vaksin lainnya yang mengurangi infeksi berat dan menjadikan keseluruhan dari virus mortalitas. imunitas natural yang ataupun RNA dari virus sebagai didapatkan dari infeksi primer juga target antibody yang bertahan sekitar 6 bulan dan dihasilkannya, yang dimana respon menurun seiring jalannya waktu. ini biasa terjadi setelah Protein S Pada penelitian yang dilakukan dari virus berikatan atau berfusi (Pilz et al., 2022) juga didapatkan dengan sel hospes. Maka dari itu dimana imunitas yang didapatkan tergantung dari jenis vaksinasi dari keduanya (hybrid immunity) yang diterima seseorang dapat jauh lebih poten dibandingkan menghasilkan efisiensi dan efikasi imunitas yang didapatkan dari yang berbeda. (Sadarangani et al., vaksinasi ataupun infeksi primer 2021; Tregoning et al., 2021) saja, namun jangka proteksi dari Pada penelitian ini hybrid immunity ini masih belum didapatkan beberapa orang yang dapat diidentifikasikan. sudah tervaksinasi penuh masih Berdasarkan penelitian yang terinfeksi dan ter-reinfeksi COVID- dilakukan (Pilz et al., 2022) peneliti 19. Peneliti dapat menyimpulkan dapat menyimpulkan bahwa 6 dari jurnal yang ditulis (Susilo et bulan setelah infeksi primer atau al., 2022) dan (Sadarangani et al., injeksi dosis dua vaksinasi terdapat 2021) bahwa individu yang sudah peningkatan resiko infeksi COVID- tervaksinasi dan masih ter- 19 dimana imunitas yang reinfeksi COVID-19 memiliki didapatkan sudah mulai menurun. perbedaan pada varian virus yang Hal ini sejalan dengan menginfeksi, efektifitas vaksin penelitian yang dilakukan (Pilz et yang diterima, ataupun perbedaan al., 2022) dimana mayoritas dari pada faktor-faktor yang sudah sample yang tidak tervaksinasi disebutkan sebelumnya penuh jarak infeksi dan reinfeksi dibandingkan dengan individu yang COVID-19 lebih dekat apabila tidak ter-reinfeksi. dibandingkan dengan sampel yang Pada penelitian yang tervaksinasi penuh yang dilakukan oleh (Pilz et al., 2022) mendapatkan hybrid immunity. didapatkan perbedaan antara imunitas yang didapatkan dari KESIMPULAN vaksinasi, dari infeksi primer, dan Berdasarkan hasil penelitian dan dari keduanya. Imunitas yang pembahasan maka dapat diambil didapatkan dari vaksinasi dosis kesimpulan pada penelitian yang satu bertahan kurang dari 4 bulan berjudulkan “Hubungan Status sedangkan imunitas yang Vaksinasi Terhadap Reinfeksi didapatkan dari vaksinasi dosis dua Corona Virus Disease 2019 Pada bertahan sekitar 6 bulan lebih Pegawai RSUD Dr. H. Abdul namun terdapat pengurangan Moeloek Provinsi Lampung” yaitu, dalam daya tahan terhadap SARS- Pada penelitian ini terdapat CoV-2 seiring jalannya waktu. hubungan antara kedua variabel dimana pada uji statistic https://doi.org/10.1056/nejmc211 didapatkan p value = <0,0009 5597 (P=<0,05). Maka dapat Biro Administrasi Pimpinan disimpulkan bahwa terdapat Nasional. (2021). SECARA hubungan yang signifikan antara NASIONAL, VAKSINASI CAPAI status vaksinasi terhadap reinfeksi 111,9 JUTA ORANG PADA COVID-19. OKTOBER 2021. https://biroadpim.kalteng.go.id/20 SARAN 21/10/secara-nasional-vaksinasi- Berdasarkan penelitian yang telah capai-1119-juta-orang-pada- dilakukan ada beberapa saran dari oktober-2021/ peneliti yaitu: Burhan, E., Dwi Susanto, A., 1. Bagi masyarakat: Isbaniah, F., Aman Nasution, S., Bagi masyarakat walaupun sudah Ginanjar, E., Wicaksono Pitoyo, C., divaksinasi penuh diharapkan tetap Susilo, A., Firdaus, I., Santoso, A., tertib dalam menjalani promosi Arifa Juzar, D., Kamsul Arif, S., Kesehatan 3M (Masker, Menjaga Lolong Wulung, N. G., Muchtar, F., Jarak, Mengurangi Mobilitas) Pulungan, A. B., Basarah Yanuarso, dikarenakan walaupun sudah P., Ambara Sjakti, H., Prawira, Y., menerima vaksinasi tidak Dwi Putri TIM PENYUSUN Erlina sepenuhnya mencegah terjadinya Burhan, N., Adityaningsih, D., … infeksi dan reinfeksi COVID-19. Dharmawan, I. (n.d.). PEDOMAN 2. Bagi peneliti selanjutnya: TATALAKSANA COVID-19 Edisi 4 Bagi peneliti selanjutnya agar TIM EDITOR Perhimpunan Dokter melakukan penelitian terkait untuk Paru Indonesia (PDPI) mengetahui jenis vaksin ataupun Perhimpunan Dokter Spesialis varian COVID-19 yang dapat Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mempengaruhi terjadinya reinfeksi Perhimpunan Dokter Spesialis COVID-19. Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) 3. Bagi institusi Kesehatan: Perhimpunan Dokter Anestesiologi Bagi institusi kesehatan agar tetap dan Terapi Intensif Indonesia lebih giat dalam melakukan (PERDATIN) Ikatan Dokter Anak vaksinasi masal demi mencapai Indonesia (IDAI). herd immunity dan mendukung Bwire, G. M. (2020). Coronavirus: pegawai dalam patuh vaksinasi. Why Men are More Vulnerable to Covid-19 Than Women? DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1007/s42399- Baden, L. R., el Sahly, H. M., 020-00341-w/Published Essink, B., Follmann, D., Neuzil, K. CDC. (2022, May 23). M., August, A., Clouting, H., Understanding How Vaccine Work. Fortier, G., Deng, W., Han, S., Diakses pada 9 oktober 2022 di Zhao, X., Leav, B., Talarico, C., https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/ Girard, B., Paila, Y. D., Tomassini, conversations/understanding-vacc- J. E., Schödel, F., Pajon, R., Zhou, work.html H., … Miller, J. (2021). Phase 3 CDNA. (2022). Corona Virus Trial of mRNA-1273 during the Disease 2019. Communicable Delta-Variant Surge. New England Disease Network Australia. Ver. Journal of Medicine, 385(26), 6.4. 2485–2487. Feikin, D. R., Higdon, M. M., Abu- Raddad, L. J., Andrews, N., Araos, R., Goldberg, Y., Groome, M. J., P., Kumar, A., Ahuja, V., Sinha, S., Huppert, A., O’Brien, K. L., Smith, Guleria, R., Dua, A., Ahmad, S., P. G., Wilder-Smith, A., Zeger, S., Sathiyamoorthy, R., Sharma, A., Deloria Knoll, M., & Patel, M. K. Sakya, T., Gaur, V., … Shukla, S. (2022). Duration of effectiveness of (2022). SARS-CoV-2 Reinfection vaccines against SARS-CoV-2 Rate and Estimated Effectiveness infection and COVID-19 disease: of the Inactivated Whole Virion results of a systematic review and Vaccine BBV152 Against meta-regression. The Lancet, Reinfection among Health Care 399(10328), 924–944. Workers in New Delhi, India. JAMA https://doi.org/10.1016/S0140- Network Open, 5(1). 6736(22)00152-0 Notoatmodjo, S. (2018a). Francis, A. I., Ghany, S., Gilkes, T., Metodologi penelitian kesehatan. & Umakanthan, S. (2022). Review PT RINEKA CIPTA. of COVID-19 vaccine subtypes, Pilz, S., Theiler-Schwetz, V., efficacy and geographical Trummer, C., Krause, R., & distributions. In Postgraduate Ioannidis, J. P. A. (2022). SARS- Medical Journal (Vol. 98, Issue CoV-2 reinfections: Overview of 1159, pp. 389–394). BMJ efficacy and duration of natural and Publishing Group. hybrid immunity. In Environmental https://doi.org/10.1136/postgradm Research (Vol. 209). Academic edj-2021-140654 Press Inc. Jameson, L., Kasper, D., & Longo, https://doi.org/10.1016/j.envres.2 D. (2018). Harrison’s Principles of 022.112911 Internal Medicine (20th ed.). Redaksi Sehat Negriku. (2021a). McGraw-Hill Education. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan. (2020). di Indonesia Membutuhkan Waktu Pedoman Pencegahan dan 15 Bulan. Pengendalian Corona Virus https://sehatnegeriku.kemkes.go.i Disease: Revisi 5. Kementerian d/baca/umum/20210103/2536122/ Kesehatan. pelaksanaan-vaksinasi-covid-19- Kementrian Kesehatan Indonesia. indonesia-membutuhkan-waktu- (2022). Peta Sebaran Covid - 19. 15-bulan/ Diakses pada 9 oktober 2022 di Redaksi Sehat Negriku. (2021b). https://covid19.go.id/peta-sebaran Per 31 Agustus, Cakupan Vaksinasi Nasional COVID-19 Sentuh Angka Lewis, N., Chambers, L. C., Chu, H. 100 Juta Penyuntikan. T., Fortnam, T., de Vito, R., https://sehatnegeriku.kemkes.go.i Gargano, L. M., Chan, P. A., d/baca/rilis-media/20210901/5638 McDonald, J., & Hogan, J. W. 387/per-31-agustus-cakupan- (2022). Effectiveness Associated vaksinasi-nasional-covid-19- with Vaccination after COVID-19 sentuh-angka-100-juta- Recovery in Preventing Reinfection. penyuntikan/ JAMA Network Open, 5(7), Sadarangani, M., Marchant, A., & E2223917. Kollmann, T. R. (2021). https://doi.org/10.1001/jamanetw Immunological mechanisms of orkopen.2022.23917 vaccine-induced protection against Malhotra, S., Mani, K., Lodha, R., COVID-19 in humans. Nature Bakhshi, S., Mathur, V. P., Gupta, Reviews Immunology, 21(8), 475– P., Kedia, S., Sankar, J., Kumar, 484. https://doi.org/10.1038/s41577- WHO. (2020). Diagnostic testing 021-00578-z for SARS-CoV-2. Interim Guidance Shrotri, M., Krutikov, M., Palmer, T., Giddings, R., Azmi, B., Subbarao, S., Fuller, C., Irwin- Singer, A., Davies, D., Tut, G., Lopez Bernal, J., Moss, P., Hayward, A., Copas, A., & Shallcross, L. (2021). Vaccine effectiveness of the first dose of ChAdOx1 nCoV-19 and BNT162b2 against SARS-CoV-2 infection in residents of long-term care facilities in England (VIVALDI): a prospective cohort study. The Lancet Infectious Diseases, 21(11), 1529–1538. https://doi.org/10.1016/S1473- 3099(21)00289-9 Singhal, T. (2020). A Review of Coronavirus Disease-2019 (COVID- 19). In Indian Journal of Pediatrics (Vol. 87, Issue 4, pp. 281–286). Springer. https://doi.org/10.1007/s12098- 020-03263-6 Susilo, A., Olivia, C., Jasirwan, M., Wafa, S., Maria, S., Rajabto, W., Muradi, A., Fachriza, I., Putri, M. Z., & Gabriella, S. (2022). TINJAUAN PUSTAKA Review of Current Literatures. In Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | (Vol. 9, Issue 1). Thaw, M. T. (2020). GOLDMAN- CECIL MEDICINE (26th ed.). Elsevier. Tregoning, J. S., Flight, K. E., Higham, S. L., Wang, Z., & Pierce, B. F. (2021). Progress of the COVID-19 vaccine effort: viruses, vaccines and variants versus efficacy, effectiveness and escape. In Nature Reviews Immunology (Vol. 21, Issue 10, pp. 626–636). Nature Research. https://doi.org/10.1038/s41577- 021-00592-1 UKHSA. (2022). COVID-19 vaccine surveillance report - week 1.