Anda di halaman 1dari 11

COMMUNICABLE DISEASE : CORONAVIRUS (COVID-19)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Strategis Kesehatan Masyarakat
Global Kelas A

Oleh

Kelompok 2

Alny Putri B 152110101220


Tiara Nabilah 182110101064
Gadis Katya M 182110101125
Abdul Satriyansyah 182110101128
Danang Abditya N 182110101130

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

Corona Virus Disease 19 atau yang biasa disebut dengan COVID-19 merupakan
penyakit yang saat ini telah berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia. COVID-19
termasuk jenis penyakit menular yang disebabakan oleh virus SARS-COV-2 atau Virus
Corona. Virus Corona menular melalui lendir (droplet) dari orang yang terinfksi atau
dinyatakan positif COVID-19 pada saat bersih, batuk, dan berbicara [ CITATION Aye20 \l
1057 ]. WHO telah menyatakan bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang tergolong
pandemi di dunia. Pemerintah juga menetapkan COVID-19 menjadi bencana non alam
berupa wabah penyakit [ CITATION Kem20 \l 1057 ].

Virus COVID-19 (Coronavirus Disease-19) telah melanda dunia yang dimulai pada
Desember 2019 di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China, dan sejak itu menyebar secara
global diseluruh dunia. Di Indonesia sendiri virus COVID-19 masuk pertama kali bulan
Maret 2020. Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit
pada hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona hingga
saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah
dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha
penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip
flu.

Gejala COVID-19 umumnya berupa gejala gangguan pernapasan akut, seperti demam
hingga mencapai 38°C, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari atau
maksimal hingga 14 hari. Pada kasus COVID19 yang berat daoat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal hingga kematian [CITATION KEM20 \l 1057 ].
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak
erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah
orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.

Perkembangan COVID-19 di Indonesia, sejak 3 Januari 2020 hingga 1 Oktober 2021,


terdapat 4.216.728 kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 142.026 kematian. Hingga 27
September 2021, total 139.232.210 dosis vaksin telah diberikan. Per 29 September,
Pemerintah Indonesia melaporkan 4.213.414 (1.954 baru) kasus terkonfirmasi COVID-19,
141.826 (117 baru) kematian, dan 4.034.176 kasus sembuh dari 510 kabupaten di 34 provinsi.
Pada tanggal yang sama , jumlah orang yang divaksinasi lengkap per 100 total penduduk
adalah 18,6 secara nasional; DKI Jakarta melaporkan jumlah tertinggi di antara semua
provinsi (74,3). Per 26 September, insiden mingguan per 100.000 penduduk secara nasional,
di wilayah Jawa-Bali dan non-Jawa-Bali berturut-turut adalah 9.0, 7.0, dan 11.1. Ini artinya
insiden mingguan tetap pada tingkat penularan komunitas (CT1) yang rendah.

Berbagai upaya yang dilalukan oleh pemerintah untuk mengendalikan penyebaran


COVID-19 ini. Upaya pencegahan penyebaran COV1D-19 salah satunya adalah upaya
preventif (pencegahan) dan promotif (edukasi dan promosi kesehatan), mulai dari tingkat
terkecil (mikro) yaitu komunitas setingkat desa/kelurahan dengan demikian diharapkan
keterlibatan sebesar-besarnya dari setiap unsur masyarakat untuk dapat bergotong royong dan
bahu membahu melakukan upaya-upaya pengendalian tersebut. Salah satu strategi
pemerintah yang menjadi respons keadaan terkini adalah dengan melalui penetapan lnstruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pernberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan COVID-19 di
Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran COVID-19 (Inmendagri Nomor
03 Tahun 2021 Tentang Pernberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berbasis
Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan COVID-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan
untuk Pengendalian Penyebaran COVID-19, 2021). Pelaksanaan PPKM Mikro yaitu dengan
pembentukan Posko COVID-19 Desa/Kelurahan yang berfungsi sebagai lokasi/tempat
beserta perangkat pelaksananya yang menjadi pusat perencanaan, koordinasi, dan
pengendalian kegiatan penanganan COVID-19 di suatu wilayah Desa/Kelurahan.

Pada tanggal 29 September 1954 baru dan 4 213.414 kasus kumulatif dilaporkan di
Indonesia. Jumlah kasus mingguan dari 20 hingga 26 September adalah 17.250, turun 26%
dibandingkan minggu sebelumnya. Pada 29 September, 117 baru dan 141.826 jumlah
kumulatif kematian COVID-19 dilaporkan secara nasional. Jumlah kematian baru mingguan
dari 20 hingga 26 September adalah 999, turun 37% dibandingkan minggu sebelumnya.
Kasus harian yang mulai menunjukkan penurunan memasuki September 2021. Tren yang
sangat positif ini dipengaruhi oleh keputusan pemerintah yang menerapkan kebijakan PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Mikro berbasis komunitas di level terkecil.
Keputusan ini ternyata berhasil membuahkan dampak yang positif karena melibatkan
masyarakat secara langsung dalam penanganan pandemi COVID-19. Namun penurunan
kasus harian saja tidak cukup. Pelaksanaan PPKM Mikro terbukti mampu membangkitkan
peran masyarakat dan mengoptimalkan modal sosial gotong royong yang memang menjadi
kekuatan bangsa Indonesia.

Tidak ada intervensi tunggal yang dapat menyelesaikan epidemi ini. Ketahanan
kesehatan masyarakat harus terus di tingkatkan melalui upaya pencegahan penularan yang
disebut 3M (pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan pakai sabun). Tindakan 3M harus
disertai dengan upaya 3T (pengujian, pencarian, tindak lanjut) agar kita dapat menghentikan
penyebaran di masyarakat dan menyelamatkan mereka yang terjangkit COVID-19.
Kemunculan vaksin telah memberikan banyak harapan kepada kita agar pandemi ini dapat
segera disingkirkan. Kombinasi kerja 3M, 3T dan vaksinasi merupakan tindakan intervensi
penting yang saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan.

Indonesia telah melaksanakan vaksinasi nasional sejak Januari 2021. Tujuan dari
program vaksinasi COVID-19 adalah untuk memvaksinasi setidaknya 70% populasi di
Indonesia untuk mencapai imunitas komunitas atau lebih dikenal dengan herd immunity.
Indonesia diperkirakan akan memenuhi kondisi ini pada Maret 2022. Target pemerintah
adalah menyelesaikan program vaksinasi untuk sekitar 181,5 juta penduduk Indonesia dalam
waktu 15 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Gambaran vaksinasi COVID-19 di
Indonesia sendiri dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan ketersedian serta sasaran
prioritas. Seperti yang telah ditetapkan bahwa di Indonesia sendiri didahulukan beberapa
kelompok yang divaksin terlebih dahulu, yaitu tenaga kesehatan; lansia; dan masyarakat
rentan sosial ekonomi. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dengan vaksinasi
program atau vaksinasi gotong royong dimana pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat
yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada pemerintah atau badan hukum/badan
usaha sehingga masyarakat diberikan vaksin secara gratis (Kemenkes, 2021).

Jumlah mingguan dosis vaksin COVID-19 yang diberikan dari 20 hingga 26


September adalah 10.703.053 dosis, tertinggi yang tercatat sejauh ini. Per 29 September,
141.049 222 dosis vaksin telah diberikan dalam kampanye vaksinasi COVID-19 nasional; 39
672 782 orang (19,0% dari populasi target) telah divaksinasi sebagian dan 50.688 220 orang
(24,3% dari populasi target) telah divaksinasi lengkap. Jumlah mingguan dosis vaksin
COVID-19 yang diberikan dari 20 hingga 26 September adalah 10.703.053 dosis, tertinggi
yang tercatat dan meningkat 7,5% dibandingkan dengan 9.951.697 dosis pada minggu
sebelumnya. Pada 29 September, jumlah orang yang divaksinasi lengkap per 100 total
penduduk adalah 18,6 secara nasional; DKI Jakarta melaporkan jumlah tertinggi orang yang
divaksinasi lengkap per 100 penduduk, diikuti oleh Bali, Kepulauan Riau dan DI Yogyakarta.

Tantangan saat ini adalah dengan tetap menjaga tren positif kasus COVID-19 dengan
mengawal pelaksanaan vaksin secara merata dan tetap selalu menerapkan protokol kesehatan.
Sehingga strategi kombinasi antara upaya 3M, 3T dan vaksinasi menjadi intervensi penting
yang saling mendukung dan tidak terpisahkan satu sama lain.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit jenis baru dan belum
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-
CoV-2. Virus corona merupakan jenis zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan dan
manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yakni antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi infeksi COVID-19
rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang selama 14 hari. Pada kasus COVID-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (World Health Organization, 2020).
Kasus COVID-19 pertama, pertama kali dilaporkan oleh pejabat di Kota Wuhan,
China, pada Desember 2019. beberapa kasus awal diketahui berhubungan dengan pasar
makanan grosir yang berada di Wuhan. Banyak dari pasien awal merupakan seorang pemilik
warung, pegawai pasar, atau pengunjung tetap pasar ini. Sampel lingkungan diambil dari
pasar ini pada Desember 2019 dan dinyatakan positif SARS-CoV-2, berdasarkan hasil
tersebut yang menunjukkan bahwa pasar di Kota Wuhan adalah sumber wabah ini atau
berperan dalam amplifikasi awal wabah dan Pasar ditutup pada 1 Januari 2020. Pada tanggal
30 Januari 2020 WHO akhirnya menetapkan wabah ini sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes, 2020).
2.1.2 Gejala Klinis COVID-19
Berdasarkan (Kemenkes RI, 2020a) gejala COVID-19 dapat diklasifikasikan ke dalam
tanpa gejala/ asimtomatis, gejala ringan, gejala sedang, gejala berat,dan kritis.
a. Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.
b. Gejala Ringan yaitu: Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau
tanpa hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia,
napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan,
kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman
(anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala
pernapasan juga sering dilaporkan.
c. Gejala Sedang yaitu: Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tanpa tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan. Pada anak-anak: pasien dengan
tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat
dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat). Kriteria
napas cepat: usia 5 tahun, ≥30x/menit.
d. Gejala Berat yaitu: Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi
napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara
ruangan. Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau
kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini: a. sianosis sentral
atau SpO25 tahun, ≥30x/menit.
e. Kritis yaitu: Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis
dan syok sepsis.
2.1.3 Penularan dan Pencegahan Penularan COVID-19
Penularan dari COVID-19 sendiri yaitu berasal dari droplets atau percikan cairan
yang berasal dari batuk dan bersin, kontak fisik atau kontak pribadi seperti menyentuh dan
menjabat tangan, serta dapat juga dengan menyentuh benda -benda dengan virus di
permukaannya yang kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata tanpa mencuci tangan.
Virus COVID-19 dapat bertahan di atas permukaan benda selama beberapa jam tetapi dapat
dibunuh dengan disinfektan biasa (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat, 2020).
Untuk mengurangi serta memutus rantai penyebaran virus COVID-19 Kemenkes
menghimbau untuk melakukan 5 M, yaitu :
a. Memakai masker
b. Menjaga jarak
c. Mencuci tangan
d. Menjahui kerumunan
e. Mengurangi mobilitas
Selain dengan 5 M, melakukan vaksinasi merupakansalah satu cara untuk menangani
pandemic COVID-19. Menjaga lingkungan sekitar dan kebersihan rumah sangat penting serta
menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dapat juga mengurangi penyebaran
virus. Upaya untuk pencegahan penularan COVID-19 sangat diperlukan peran aktif dari
masyarakat dan pemerintah. Upaya yang telah dilakukan pemerintah selain telah melakukan
program vaksinasi bagi masyarakat, tetapi juga pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat yang berguna untuk mengurangi mobilitas masyarakat.
2.2 Challenge COVID -19 (Program Vaksinasi)
Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia per tanggal 8 Oktober 2021 telah mencapai
4.218.142 kasus yang terhitung sejak kasus pertama pada 2 Maret 2020. Pendemi COVID-19
belum berkahir dan masih menjadi anacaman global, keadaan pandemic ini membuat negara
di seluruh dunia berjuang untuk menghentikan pandemic COVID-19 serta penyebarannya.
Lonjakan kasus sempat terjadi pada bulan September 2020 dan Januari 2021 sehingga
diberlakukan PSBB dan PPKM guna menekan angka kasus (Nasir et al., 2021). Selama
hampir setahun pandemic, penanganan COVID-19 di Indonesia semakin meningkat seiring
dengan ditemukannya vaksin COVID-19. Presiden Jokowi dalam pidatonya di Sidang Umum
PBB pada tanggal 23 September 2020, menyebutkan bahwa vaksin akan menjadi game
changer dalam perang melawan pandemic COVID-19 (CNN Indonesia, 2020). Vaksin
COVID-19 diharapkan dapat membantu pembentukan imunitas dalam tubuh individu
sehingga diharapkan dapat mempercepat tebentuknya kekebalan kelompok (herd immunity)
yang nantinya diharapkan akan berdampak pada penurunan jumlah kasus terinfeksi.

Pada tanggal 13 Januari 2021, program vaksinasi COVID-19 di Indonesia resmi


dilakukan di Indonesia oleh pemerintah. Program vaksinasi pertama kali dilakukan oleh
Presiden Republik Indonesia yakni Presiden Joko Widodo dengan vaksin jenis Sinovac.
Sejumlah pejabat, tokoh agama, organisasi profesi serta perwakilan masyarakat juga
melakukan vaksinasi secara bersamaan. Setelah vaksinasi hari pertama pada Presiden,
selanjutnya akan dilakukan vaksinasi serentak secara bertahap pada tenaga kesehatan,
petugas public, serta lansia sebagai prioritas. Pemerintah juga menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK) No. 84 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi yang bertujuan untuk
meminimalisir transmisi atau penularan COVID-19, mengurangi jumlah angka kematian atau
kesakitan akibat COVID-19, serta guna tecapainya kekebalan imun pada masyarakat
kelompok atau herd immunity.

Presiden RI, Joko Widodo telah memberikan instruksi terkait pelaksanaan program
vaksinasi di Indonesia, antara lain:
1. Vaksin Covid-19 diberikan secara gratis dan masyarakat tidak dikenakan biaya
sama sekali.
2. Seluruh jajaran kabinet, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah agar
memprioritaskan program vaksinasi pada tahun anggaran 2021.
3. Memprioritaskan dan merelokasi anggaran lain terkait ketersediaan dan vaksinasi
secara gratis.
4. Presiden akan menjadi yang pertama mendapat vaksin Covid-19. Tujuannya
untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat bahwa vaksin
yang digunakan aman.
5. Meminta masyarakat untuk terus menjalankan disiplin 3M yaitu memakai
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2021).
Terdapat beberapa kriteria individu atau kelompok yang tidak boleh divaksinasi
Covid-19 yaitu:
1. Orang yang sedang sakit
2. Memiliki penyakit penyerta atau komorbid
3. Memiliki riwayat autoimun
4. Penyitas Covid-19 (menunda selama 3 bulan)

Pemerintah berusaha untuk menjamin keamanan serta ketersediaan vaksin bagi


masyarakat Indonesia. Berdasarkan KMK RI Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020
Tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19), menetapkan jenis vaksin yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program
vaksinasi COVID-19 diantaranya AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group
Corporation (Sinopharm), Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc. and BioNTech, dan Sinovac
Life Sciences Co., Ltd (Kemenkes RI, 2020b). Per tanggal 24 September 2021, pemerintah
Indonesi telah menerima lebih dari 273,6 juta dosis vkasin COVID-19 (Nugraheny, 2021).
Data terbaru per 29 September 2021, pemerintah Indonesia telah menyuntikkan dosis vaksin
pada masyarakat Indonesia sebanyak 2.049.125 (CNN Indonesia, 2021).
Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 dilaksanakan dalam 4 tahapan (Litbang
Kemenkes, 2021):
1. Tahap I dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021.
Sebanyak 1,3 juta dosis dengan sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah
tenaga kesehatan.
2. Tahap II dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021.
Sebanyak 17,4 dosis dengan sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 2 yaitu petugas
pelayanan publik yang tidak dapat menerapkan jaga jarak secara efektif dan
sebanyak 21,5 juta dosis untuk lansia (diatas umur 60 tahun)
3. Tahap III dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022.
Sebanyak 63,9 juta dosis dengan sasaran vaksinasi COVID-19 tahap adalah
masyarakat dengan risiko penularan tinggi, baik sari segi tempat tinggal hingga
kelas ekonomi dan social.
4. Tahap IV dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022.
Sebanyak 77,4 juta dosis dengan sasaran vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat
umum dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin.
Dalam melaksanakan program vaksinasi COVID-19 di Indonesia terdapat beberapa
tantagan dan kendala di masyarakat. Sebagian masyarakat pro serta mendukung program
vaksinasi COVID-19 ini, tetapi tidak sedikit juga yang kontra karena meragukan efektifitas
serta keamanan vaksin COVID-19. Akibat meragukan keefektifan dan keamanan dari vaksin
COVID-19 terdapat masyarakat yang bahkan menolak untuk diberi vaksin (Litbang
Kemenkes, 2021).
2.3 Dampak Program Vaksin
Berdasarkan studi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021 kepada tenaga
kesehata menyatakan bahwa vaksin covid-19 terbukti efektif dalam mencegah penularan
kasus covid-19 di Indonesia. Selain itu vaksin covid-19 dapat mengurangi perawatan dan
kematian akibat virus covid-19. Namun disisi lain ditemukan bahwa sebanyak 5% dari tenaga
kesehatan yang divaksinasi lengkap dilaporkan terkonfirmasi COVID-19 pada periode April-
Juni 2021 tetapi jumlah tenaga kesehatan yang harus dirawat hanya sebesar 0,17%. Jumlah
tersebut lebih rendah jika dibandingkan jumlah tenaga kerja belum divaksin yang mengalami
perawatan akibat covid-19 sebesar 0,35%. Selain itu vaksinasi juga berpengaruh pada jumlah
kasus kematian akibat covid-19 pada tenaga kesehatan yang telah divaksin lebih rendah yaitu
sebesar 0,01%. Sedangkan pada tenaga kesehatan yang belum mendapat vaksin jumlah
kematian akibat covid-19 sebesar 0,03%. Data-data tersebut membuktikan bahwa
pelaksanaan program vaksin di Indonesia terbukti mampu untuk mengurangi resiko
keparahan hingga kematian pada pasien covid-19.
Referensi

XAyenigbara, I. O. (2020). An International Public Health Concern. Central Asian Journal of


Global Health, 9(1).

Inmendagri Nomor 03 Tahun 2021 Tentang Pernberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat


(PPKM) Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan COVID-19 di Tingkat
Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran COVID-19. 2021. Instruksi Mentri
Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2021 Tentang Pernberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Berbasis Mikro Dan Pembentukan Posko Penanganan COVID-19
Di Tingkat Desa Dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran COVID-19. 2021.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Retrieved October 4, 2021, from


https://www.kemkes.go.id/article/view/21081200002/studi-terbaru-vaksin-covid-19-
efektif-mencegah-perawatan-dan-kematian.html

Kementerian Kesehatan RI. 2021. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 10
tahun 2021 tentang pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi
coronavirus disease 2019 (covid-19). 33.

Kemenkes. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-


19). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan


COVID-19 di RT/RW/Desa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

WHO Indonesia. 2021. Coronavirus disease 2019 ( covid-19 ) coronavirus coronavirus


disease disease situation world health world health organization organization 26 may
2021. 53:1–11.

Anda mungkin juga menyukai