Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DAN ASUPAN VITAMIN C

DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PASIEN COVID-19


DI KLINIK POLDA GORONTALO

PROPOSAL PENELITIAN

RAHMATIA INDAH SANGO


C01420217

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernafasan, mulai flu biasa hingga penyakit serius seperti Middle
East Respiratoty Syndrom (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut B erat / Severe
Acut Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang hnnditemukan
pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember
2019. Kemudian diberi nama Severe Acut Respiratory Syndrome Coronavirus
2(SARS-COV 2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019
(COVID-19). (KEMENKES,2020)
Prevalensi penderita covid 19 tertinggi tahun 2021 berada di Negara
Amerika Serikat dengan jumlah kasus 49,9 juta. Untuk Indonesia menurut data
satuan gagasan covid 19 jumlah penderita covid 19 tahun 2021 mencapai
4.235.385. Di provinsi Gorontalo sendiri jumlah penderita covid 19 mencapai
11.759 orang.
Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV2 yang
termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS
pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS,
namun angka kematian SARS (9.6%) lebih tinggi dibanding Covid 19 (kurang
dari 5%), walaupun jumlah kasus Covid 19 jauh lebih banyak dibanding
SARS.Covid 19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa
Negara dibanding SARS.(KEMENKES,2020)
Nutrien ialah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsinya iaitu tenaga, membina dan mengekalkan tisu, serta mengatur proses
kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), pemakanan ialah proses
di mana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk tenaga,
mengekalkan kesihatan, tumbesaran dan untuk fungsi normal setiap organ, baik
antara pengambilan nutrien dan keperluan nutrisi. Pemberian pemakanan
penyayang optimum untuk pesakit COVID-19 bukan sahaja mampu memperbaiki
keadaan pesakit, malah akan mengurangkan risiko kematian dan morbiditi
penyakit.
Vitamin merupakan mikonutrien yang terdapat pada makanan, dan
merupakan komponen penting yang memiliki dampak besar pada kesehatan.
Vitamin dikenali sebagai kumpulan sebatian organik yang tidak termasuk dalam
kumpulan protein, karbohidrat, atau lemak. Vitamin adalah komponen penting
dalam makanan, walaupun terdapat dalam jumlah yang kecil, kerana ia berfungsi
untuk mengekalkan kehidupan dan pertumbuhan. Vitamin diperlukan oleh badan
untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Menurut Nurlatifa,dkk dalam jurnal yang berjudul Pentingnya Diet
Berkhasiat dan Seimbang dalam Era Pandemik Covid-19, disimpulkan bahawa
diet mempunyai pengaruh terhadap sistem imun semasa pandemik Covid-19.
Perlu diadakan sosialisasi tentang corak makanan berkhasiat dan seimbang
sebagai usaha mengurangkan orang yang dijangkiti Covid-19. Pelbagai panduan
pemakanan berkhasiat dan seimbang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 di
Indonesia dengan slogan 4 sihat 5 sempurna, namun di era pandemik covid 19,
Kementerian Kesihatan Republik Indonesia mengeluarkan garis panduan terkini
tentang makanan berkhasiat dan diet seimbang yang merangkumi 4 point iaitu
makan komposisi yang lengkap, hadkan pengambilan lemak, gula dan garam,
memenuhi keperluan cecair, dan sentiasa menjaga kebersihan.
Berdasarkan data di Klinik Polda Gorontalo jumlah penderita covid 19
tahun 2021 adalah sebanyak 139 orang, dengan rincian jumlah pasien sembuh
sebanyak 139 orang,sementara dirawat nihil dan yang meninggal nihil. Survey
awal yang dilakukan pada 20 orang yang telah sembuh dari penyakit covid 19 di
Klinik Polda Gorontalo pada tanggal 21 Oktober 2021, hasil yang didapat yaitu
selain rutin bejemur dan istirahat yang cukup, responden selama menjalani
isolasi di SPN Polda Gorontalo mendapatkan nutrisi yang cukup serta rutin
menkonsumsi vitamin C.
Berdasarkan latar belakang diatas saya tertarik ingin melakukan penelitian
tentang hubungan status nutrisi dan asupan vitamin C dengan tingkat
kesembuhan pasien covid 19 di klinik Polda Gorontalo.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
peneliti dapat mengidentifikasi masalah berikut:
1. Prevalensi penderita covid 19 tertinggi tahun 2021 berada di Negara
Amerika Serikat. Untuk Indonesia menurut data satuan gagasan covid 19
jumlah penderita covid 19 tahun 2021 mencapai 4.235.385. Di provinsi
Gorontalo sendiri jumlah penderita covid 19 mencapai 11.759 orang.
2. Berdasarkan data di Klinik Polda Gorontalo jumlah penderita covid 19
tahun 2021 adalah sebanyak 139 orang, dengan rincian jumlah pasien
sembuh sebanyak 139 orang,sementara dirawat nihil dan yang meninggal
nihil.
3. Survey awal yang dilakukan pada 20 orang yang telah sembuh dari
penyakit covid 19 di Klinik Polda Gorontalo pada tanggal 21 Oktober 2021,
hasil yang didapat yaitu selain rutin bejemur dan istirahat yang cukup,
responden selama menjalani isolasi di SPN Polda Gorontalo mendapatkan
nutrisi yang cukup serta rutin menkonsumsi vitamin C.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Status Nutrisi dan Asupan
Vitamin C dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Covid 19 di Klinik Polda
Gorontalo?”
1.4. Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status
nutrisi dan konsumsi vitamin c dengan tingkat kesembuhan pasien covid-19 di
Klinik Polda Gorontalo
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi status nutrisi dan asupan vitamin c responden
2. Mengidentifikasi tingkat kesembuhan pasien covid-19
3. Menganalisis hubungan asupan vitamin dengan tingkat kesembuhan
pasien covid-19 di Klinik Polda Gorontalo.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dan literatur terkait
hubungan status nutrisi dan konsumsi vitamin c dengan tingkat kesembuhan
pasien covid-19
1.5.2 Manfaat Bagi Responden
Dalam penelitian ini semoga data yang didapat dari sesponden akan
berguna atau bermanfaat bagi responden itu sendiri, dimana yang menjadi
responden adalah mantan pasien covid 19, sehingga responden dapat
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.
1.5.3 Manfaat Bagi Klinik Polda Gorontalo
Dengan penelitian ini dapat diketahui hubungan status nutrisi dan konsumsi
vitamin C dengan tingkat kesembuhan pasien covid 19 di klinik Polda Gorontalo
sehingga dapat dijadikan tambahan wawasan dasar dalam melakukan intervensi
sebagai dasar kebijakan dalam penanggulangan kasus.
1.5.4 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Semoga dari hasil penelitian yang saya dapatkan ini, dapat memberikan
manfaat khususnya keperawatan medical bedah dan dikembangkan lagu
sehingga penelitian yang saya lakukan menjadi lebih luas dan berguna
khususnya bagi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Covid-19


2.1.1 Pengertian Covid
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut
Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama
menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan
bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan
stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol
selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga
Maret 2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan
risikonya diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). COVID-19
termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik, dan
berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetic sangat berbeda dari virus
SARS-CoV dan MERS-CoV. Homologi antara COVID-19 dan memiliki
karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-SARS yaitu dengan kemiripan
lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, COVID- 19 dapat ditemukan dalam sel
epitel pernapasan manusia setelah 96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan
mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-
paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena virus
mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar
tipe II paru-paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang
disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang (Letko et al,
2020).
Kepadatan ACE2 di setiap jaringan berkorelasi dengan tingkat keparahan
penyakit di jaringan itu dan beberapa ahli berpedapat bahwa penurunan aktivitas
ACE2 mungkin bersifat protektif. Dan seiring perkembangan penyakit alveolar,
kegagalan pernapasan mungkin terjadi dan kematian mungkin terjadi (Xu et al,
2020).
Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, d an
δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah diketahui
menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERSr CoV), severe acute respiratory syndrome associated coronavirus
(SARSr CoV) dan novel coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan
pneumonia ringan dan bahkan berat, serta penularan yang dapat terjadi antar
manusia. Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan
dapat di nonaktifkan (secara efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali
klorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung
klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini (Safrizal
dkk, 2020).
2.1.2 Etiologi
Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona
2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19 didasarkan
pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari
penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus
tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian
definisi baru ditambahkan dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b,
dengan envelope, bentuk bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV
dan MERSr-CoV. Homologi antara nCoV- 2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari
85%. Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel
pernapasan manusia setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6 hari
untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“, serta
”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk, 2020).
CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota di
bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah latin untuk mahkota) karena
adanya lonjakan glikoprotein pada amplop. Subfamili Orthocoronavirinae dari
keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales) digolongkan ke dalam empat gen CoV:
Alphacoronavirus (alphaCoV), Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus
(deltaCoV), dan Gammacoronavirus (deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV
membelah menjadi lima sub- genera atau garis keturunan10. Karakterisasi
genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan tikus adalah sumber
gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung tampaknya mewakili
sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs. Anggota keluarga besar virus ini dapat
menyebabkan penyakit pernapasan, enterik, hati, dan neurologis pada berbagai
spesies hewan, termasuk unta, sapi, kucing, dan kelelawar (Safrizal dkk, 2020).
Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang mampu menginfeksi
manusia telah diidentifikasi. Beberapa HcoV diidentifikasi pada pertengahan
1960-an, sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium baru. Dalam
istilah genetik, Chan et al. telah membuktikan bahwa genom HCoV baru, yang
diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal. Setelah mengunjungi
Wuhan diketahui memiliki 89% identitas nukleotida dengan kelelawar SARS-
seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia SARS- CoV11. Untuk alasan
ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2. Genom RNA untai tunggal-nya
mengandung 29891 nukleotida, yang mengkode 9860 asam amino. Meskipun
asalnya tidak sepenuhnya dipahami, analisis genom ini menunjukkan bahwa
SARS-CoV-2 mungkin berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar.
Namun, potensi mamalia yang memperkuat, perantara antara kelelawar dan
manusia, belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli bisa secara langsung
memicu virulensi terhadap manusia, maka tidak dipastikan bahwa perantara ini
ada (Safrizal dkk, 2020).
2.1.3 Karakteristik Epidemiologi
Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemologi meliputi:
1. Orang dalam pemantauan
Seseorang yang memiliki gejala demam (≥38˚c) atau memiliki riwayat
demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang memiliki
riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam pemantauan.
2. Pasien dalam pengawasan
a. Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara
yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala
COVID-19 dan seseorang yang mengalami gejala- gejala, antara
lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang tenggorokan,
pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau
gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda
menjadi tidak jelas.
b. Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau
ISPA ringan sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala, memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi COVID-19, bekerja atau mengunjungi
fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi
COVID-19, memiliki riwayat perjalanan ke wilayah endemik, memiliki
sejarah kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada
14 hari terakhir ke wilayah endemik.
2.1.4 Mekanisme Penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan
melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi
sehingga penularan akan semakin mudah (Safrizal dkk, 2020).
2.1.5 Karakteristik Klinis
Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat
ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya
akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap
sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek,
pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang terjadi pada kasus yang parah,
dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah
onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi
sindrom gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis metabolik sulit untuk
dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll.
Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam sedang
hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya hadir
dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi
pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar pasien
memiliki prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan penyakit kronis
yang mendasari biasanya memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan
gejala yang relatif ringan sering terjadi pada anak-anak. Beberapa gejala yang
mungkin terjadi, antara lain :
1. Penyakit Sederhana (ringan)
Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran
pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau
malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea,
tidak ada. Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-
pernapasan seperti diare sulit ditemukan.
2. Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada
anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia berat.
3. Pneumonia Parah
Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan pernapasan,
takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2 <90% pada udara
kamar). Namun, gejala demam harus ditafsirkan dengan hati- hati karena
bahkan dalam bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak
ada. Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam definisi ini, diagnosis
adalah klinis, dan pencitraan radiologis digunakan untuk mengecualikan
komplikasi.
4. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)
Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini
menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau
memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi. Berbagai
bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia.
2.1.6 Pencegahan Penularan COVID-19
Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan penularan
COVID-19 meliputi :
1. Sering-Sering Mencuci Tangan.
Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Mencuci
tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir efektif
membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona. Pentingnya
menjaga kebersihan tangan membuat memiliki risiko rendah terjangkit
berbagai penyakit.
2. Hindari Menyentuh Area Wajah.
Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah, seperti
mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh oleh
tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting menjaga kebersihan
tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman
dengan orang lain.
3. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan.
Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah
penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah cara
terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus Corona.
4. Jangan Berbagi Barang Pribadi.
Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari. Penting
untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone, dan sisir.
Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah terinfeksi virus
Corona.
5. Etika ketika Bersin dan Batuk.
Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika bersin
dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di sekitar tidak
terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu ketika menutup
mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih
menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang
tertinggal di tangan.
6. Bersihkan Perabotan di Rumah.
Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan tempat
tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih perabotan
yang ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan rumah yang rentan
tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun,
secara teratur. Bisa membuat cairan disinfektan buatan sendiri di rumah
menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan perabotan rumah cukup
dua kali sehari.
7. Jaga Jarak Sosial.
Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif adalah
jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak fisik
atau physical distancing. Dengan menerapkan physical distancing ketika
beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu
langkah mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan orang lain
sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di tempat umum, di
rumah pun juga bisa diterapkan.
8. Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia
telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas keramaian
selama pandemik virus Corona. Tidak hanya tempat umum, seperti tempat
makan, gedung olah raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami
dampak tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah
penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan melalui makanan,
peralatan, hingga udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan
aktivitas di rumah agar pandemik virus Corona cepat berlalu.
9. Mencuci Bahan Makanan.
Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting dilakukan.
Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan sayur- sayuran
menggunakan larutan hidrogen peroksida atau cuka putih yang aman
untuk makanan. Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan makanan
tetap segar ketika ingin dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan
yang digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang mampu
mengatasi bakteri yang ada di bahan makanan.
2.1 Konsep Status Nutrisi
2.2.1 Hakikat Status Nutrisi
Masalah nutrisi dipengaruhi banyak faktor dan saling mempengaruhi. Salah
satunya adalah faktor genetik dari orang tua, yaitu faktor tinggi dan berat badan
orang tua. Selain itu, faktor pendidikan, ketersediaan pangan di tingkat rumah
tangga, pola asuh konsumsi makanan, pola makanan, kepercayaan, tradisi atau
budaya, dan lain sebagainya. Beberapa hasil penelitian lain yang menyatakan
bahwa status nutrisi disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran
antropometri ibu dan bapak, seperti tinggi badan orang tua memungkinkan anak
memiliki risiko gagal pertumbuhan serta mengalami underweight (Miko, Ampera.
dkk, 2017).
Status nutrisi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan
penggunaan zat nutrisi makanan. Status nutrisi seseorang atau sekelompok
orang dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok
orang tersebut keadaan nutrisi nya baik atau sebaliknya (Riyadi, Hadi. dkk (2006)
dalam Geswar (2017)).
2.2.2 Penilaian Status Nutrisi
Untuk menilai status nutrisi digunakan dua metode penilaian status nutrisi,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status nutrisi secara
langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu; 1) Penilaian Antropometri,
Klinis, Biokimia, dan Biofisika. Sedankan untuk penilaian status gizi secara tidak
langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu; 1) Survei Konsumsi Makanan, Statistik
Vital, dan Faktor Ekologi. (Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar dalam Ertha
(2018))
1. Penilaian Status Nutrisi Secara Langsug
Penilaian status nutrisi secara langsung dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat usia dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Hal ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Di masyarakat, pengukuran status gizi yang paling sering digunakan
antropometri gizi. Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar dalam Ertha
(2018) menerangkan bahwa, “antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi”. Pengukuran antropometri
memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu mampu menyediakan
informasi mengenai riwayat gizi pada masa lalu, yang tidak dapat diperoleh
dengan bukti yang sama melalui metode pengukuran lainnya.
Antropometri sebagai penunjuk status pemakanan boleh dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter ialah ukuran tunggal
tubuh manusia, termasuk: umur, berat, tinggi, lilitan lengan atas, lilitan
kepala, lilitan dada, lilitan pinggul dan ketebalan lemak di bawah kulit.
Pengukuran antropometrik mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan iaitu dapat memberikan maklumat tentang sejarah pemakanan
lampau yang tidak boleh diperolehi dengan bukti yang sama melalui
kaedah pengukuran yang lain. Pengukuran ini boleh dilakukan secara
relatif cepat, mudah, dan boleh dipercayai menggunakan peralatan mudah
alih, ketersediaan kaedah piawai, dan penggunaan peralatan yang
ditentukur.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah dengan metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini berdasarkan tas perubahan yang
terjadi dan dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jsringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d. Biofisika
Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan strukur jaringan. Penggunaan pada umumnya pada situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik dengan menggunakan cara
tes adaptasi gelap.
2. Penilaian Status Nutrisi Secara Tidak Langsung
Penilaian status nutrisi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat
gizi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi menggunakan statistik vital adalah dengan
menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti, iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar
melakukan program intervensi.
2.2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Menurut WHO dalam Ertha (2018) Pengukuran nutrisi seseorang dapat di
ukur menggunakan data Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status nutrisi, khususnya yang
berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan berat badan.
1. Definisi IMT
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan
hasil bagi antara berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi
badan (TB) dalam meter. IMT adalah nilai konversi dari hasil pengukuran
anthropometric tinggi badan dan berat badan. Sejak pertemuan IDECG
(International Definiciency Energy Conculative Gruop) di Guatemala tahun 1987,
IMT hingga kini dipakai secara luas menentukan status gizi seseorang. Hasil
survei dibeberapa negara, menunjukan bahwa bahwa IMT ternyata merupakan
suatu Indeks yang responsif, sensitif terhadap perubahan keadaan gizi,
ketersediaan pangan menurut musim, dan produktivitas kerja. IMT dipercayai
dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh
seseorang.
2. Kategori dan Pengukuran IMT
Indeks massa tubuh (IMT) dihitung sebagai berat badan dalam kilogram
(kg) dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Kemudian dikonversi dalam
kelompok umur dengan standar deviasi (SD) yang telah ditetapkan sebagai
norma penelitian. Indeks massa tubuh secara signifikan berhubungan dengan
kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar lemak
tubuh. Saat ini, IMT secara internasional diterima sebagai alat untuk
mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. (Kemenkes RI, 2019)
IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standar untuk
semua umur bagi pria dan wanita secara umum. Standar baru untuk Indeks
Massa Tubuh (IMT) telah dipublikasikan pada tahun 2019 oleh Kemenkes RI.
Adapun klarifikasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Ketegori IMT
Kekurangan BB Tingkat Berat/ <17,0
Kurus
Kekurangan BB Tingkat Ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Kelebihan BB Tingkat Ringan/ >25,0-27,0
Gemuk
Kelebihan BB Tingkat Berat >27

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak
tubuh karena murah serta metode skrening kategori berat badan yang mudah dilakukan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus Metrik berikut:
Berat Badan( KG)
IMT=
[Tinggi Badan ( m ) ]
2

2.3 Konsep Vitamin C


Vitamin merupakan nutrien organic yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
untuk berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh
sehingga harus dipasok dari makanan. Berdasarkan kelarutannya vitamin dbagi
atas dua yaitu larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam
lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Sedangkan yang dapat larut dalam air
adalah vitamin B dan C (Dorlan dalam Rahmadani, 2017).
Tabel 2. Angka Kecukupan Vitamin sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
Kelompok Umur Vit C (mg)

Bayi /Anak

0 – 5 bulan1 40
6 – 11 bulan 50
1 – 3 tahun 40
4 – 6 tahun 45
7 – 9 tahun 45
Laki-laki
10 – 12 tahun 50
13 – 15 tahun 75
16 – 18 tahun 90
19 – 29 tahun 90
30 – 49 tahun 90
50 – 64 tahun 90
Kelompok Umur Vit C (mg)
65 – 80 tahun 90
80+ tahun 90
Perempuan
10 – 12 tahun 50
13 – 15 tahun 65
16 – 18 tahun 75
19 – 29 tahun 75
30 – 49 tahun 75
50 – 64 tahun 75
65 – 80 tahun 75
80+ tahun 75
Hamil (+an)
Trimester 1 +10
Trimester 2 +10
Trimester 3 +10
Kelompok Umur Vit C (mg)
Menyusui (+an)
6 bln pertama +45
6 bln kedua +45

2.3.1 Pengertian Vitamin C


Vitamin merupakan senyawa organik yang terkandung di dalam bahan
makanan dalam jumlah yang sedikit, namun sangat dibutuhkan untuk fungsi
metabolisme yang normal didalam tubuh manusia. Berdasarkan sifat
kelarutannya, vitamin terbagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut
dalam air yaitu vitamin B dan vitamin C serta vitamin yang larut dalam lemak
yaitu vitamin A, D, E dan K (WHO dalam Susanto, 2017).
Vitamin C adalah suatu senyawa ber-karbon 6 (heksosa) yang dapat larut
dalam air. Pada mammalia kecuali manusia vitamin C disintesis di hepar dari
senyawa D-glukosa, sedangkan pada pada burung dan reptile vitamin C
disintesa di ginjal (Chatterje et al dalam Susanto, 2017).Pada kelompok
tumbuhan vitamin C disintesis melalui jalur D-galaktosa (Wheeler et al dalam
Susanto, 2017). Manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C dalam tubuh
sendiri karena manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang
berperan dalam sintesis prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton
(Nishikimi et al dalam Susanto, 2017). Vitamin Cakan mengalami reaksi oksidasi
menjadi asam dehidroaskorbat dan pada kondisi tertentu juga akan mengalami
reaksi reduksi kembali menjadi asam askorbat (Borsook et al dalam Susanto,
2017)
Vitamin C merupakan salah satu senyawa kimia yang mempunyai peran
yang sangat penting pada banyak fungsi fisiologis pada setiap organisme.
Vitamin C berperan sebagai cofactor untuk enzim P4H (propylil hidrolase) yang
pada pasca transkripsinya akan memodifikasi kolagen sehingga akan
meningkatkan kekuatan dan elastisitas jaringan (Chatterje et al dalam Susanto,
2017). Vitamin C juga berfungsi sebagai neuromodulator pada interaksi
extraseluller serta dapat bersifat sebagai anti bakteri dan anti virus (Packer dan
Fuchs dalam Susanto, 2017), vitamin C juga melindungi komponen sel dari
kerusakan oksidativ. Vitamin C dapat digunakan sebagai pencegah dan
pengobatan pada penyakit tetanus pada anak-anak usia 1-2 tahun yang terbukti
menurunkan angka kematian sebesar seratus persen dan pada usia antara 13-
30 tahun akan menurunkan 45% angka kematian akibat tetanus (Hemilä dan
Teija dalam Susanto, 2017).
2.3.2 Biosintesis Vitamin C
Biosintesis vitamin C pada kelompok hewan terjadi di hepar dalam proses
yang termasuk dalam jalur metabolisme asam glukoronat yang merupakan
bagian dari jalur yang mengubah gula secara enzimatik menjadi vitamin C
(Chatterje et al dalam Susanto, 2017). Sintesis vitamin C dimulai dengan D-
glukosa yang dirubah oleh enzim Hexokinase menjadi D-glukosa 6-phospat, dan
oleh enzim phospoglukomutase dirubah menjadi glukosa 1-phospat. Adanya
aktivitas enzim UDP D-glukosa pyrophosparylase terhadap glukosa 1-phospat
akan menghasilkan UDP D- glukosa. Melalui beberapa mekanisme reaksi
enzimatik selanjutnya akan dihasilkan asam L-askorbat (Mapson dan Breslow
dalam Susanto, 2017). Pada kelompok hewan yang tidak dapat mensisntesis
vitamin C adalah karena tidak adanya enzim L-gulono-lactone o ksidase yang
sangat diperlukan dalam tahap perubahan L-gulono--lactone menjadi 2-okso-L-
gulono-lactone yang merupakan isomer dari asam L-askorbat dan perubahan
spontan menjadi vitamin C (Nishikimi et al dalam Susanto, 2017).
2.4 Penelitian Relevan
Tabel 1. Penelitian Relevan
Nama
Peneliti/
Judul Persamaan Perbedaan
No. Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian
Peneliti
an
1 Faiz Pengaruh Hasil yang Penelitian ini Perbedaan
Maulana Pemberian didapatkan adalah 10 menggunakan penelitian ini
(2020) Suplemen jurnal menyatakan variabel yang terletak dimetode
Vitamin C bahwa vitamin C sama yaitu, yang digunakan
sebagai mampu mempercepat pemberian yaitu metode studi
Imunomod proses vitamin C systematic review
ulator penyembuhan, sebagai yang
Pasien memodulasi sitokin imunomodulato menggunakan
Terinfeksi inflamasi, dan r pasien database berbasis
Covid-19 menurunkan terinfeksi covid- online
kerusakan organ 19
pada objek penelitian
dan berpotensi
meningkatkan
kesembuhan
terhadap pasien
terinfeksi covid-19
2 Anita Gambaran Hasil kajian ini Penelitian ini Perbedaan
Mariani Karakteristi menunjukkan bahawa menggunakan penelitian ini
(2021) k, Status kebanyakan pesakit banyak variabel terletak pada
Gizi, dan yang pulih adalah dimana salah metodologi yang
Kondisi wanita, berada pada satu variabel digunakan yaitu
Psikososial kelompok usia yang penelitian
Pasien dewasa awal yaitu digunakan yaitu kuantitatif dengan
Sembuh usia 26-35 Tahun, status gizi pendekatan
Covid-19 di tidak memiliki pasien yang deksriptif.
Kabupaten komorbid. Bergejala telah sembuh
Soppeng ringan. Sebagian covid-19
besar melakukan
isolasi mandiri.
Berstatus gizi baik,
memiliki stress yang
normal, memiliki
tingkat cemas
normal, serta
sebagian besar
pasien memiliki
dukungan kluarga
yang tinggi.
3 Ani Hubungan Hampir setengah dari Persamaan Perbedaan
Intiyati status gizi penderita TB Paru penelitian Penelitian ini
(2021) dengan memiliki status gizi pada variabel terletak pada
kesembuh berdasarkan indkes yang varibel yang
an masa tubuh (IMT) digunakan yaitu digunakan yaitu
penderita Kurus, berdasarkan variabel status variabel
TB Paru di tingkat konsumsi gizi dengan Kesembuhan pada
Poli Paru di defisit dan kesembuhan Penderita TB Paru
Rumah berdasarkan tingkat penderita TB
Sakit konsumsi protein Paru di Poli
Daerah yaitu defisit. Paru.
Sidoarjo Kemudian terdapat Kemudian
hubungan antara desain yang
status gizi dengan digunakan
kesembuhan pada desain
penderita TB Paru peneitian
analitik dengan
menggunakan
pendekatan
secara cross
sectional
2.5 Kerangka Teori
2.5.1 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran ialah satu set konsep yang saling berkaitan dan
disusun sedemikian rupa sebagai asas kepada hujah akademik dalam
penyelidikan. Kerangka teori ini kemudiannya akan menjadi panduan pengkaji
untuk kaedah penilaian (Martono, 2017). Adapun kerangka teori dari penelitian
ini, seperti pada gambar dibawah ini:

KESEMBUHAN
COVID 19 PENDERITA
COVID 19

STATUS NUTRISI PASIEN PENDERITA MENGKONSUMSI VITAMIN C


COVID-19 Angka Kecukupan Vitamin Yang
Dianjurkan (Per Orang Per Hari) (mg)
Kurus 17,0-18,5 a. Laki-Laki
19-49 Tahun
Normal >18,5-25,0
< 90 mg = AKG Kurang
Gemuk >25,0-27,0 ≥ 90 mg = AKG Cuku
b. Perempuan
19-29 Tahun
< 75 mg = AKG Kurang
≥ 75 mg = AKG Cukup

Gambar 1. Keranka Berpikir Hubungan Status Nutrisi dan Asupan Vitamin


dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Menurut Permenkes RI Tentang
IMT (2019), Menurut Permenkes RI Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang
Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia (2019)
2.5.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori-teori yang telah di deskripsikan di atas maka analisa
antar variabel yang diteliti sebagaimana pada gambar 2

Status Nutrisi
Tingkat Kesembuhan
Pasien Covid-19
Asupan Vitamin C

Keterangan : : Variabel Independen


: Variabel Dependen
: Garis Hubungan
Gambar 2. Kerangka Konsep (Olahan Data Primer, 2021)
2.5.3 Hipotesis Penelitian
Ha : Terdapat Hubungan yang Signifikan Antara Status Nutrisi dan Asupan
Vitamin C dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19
Ho : Tidak Terdapat Hubungan yang Signifikan Antara Status Nutrisi dan
Asupan Vitamin C dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Klinik Polda Gorontalo
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November-Desember 2021
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu suatu pembuktian/
pengujian yang dimulai dengan teori-teori atau hipotesis dengan menggunakan
pendekatan cross sectional (Anshori M, 2018). Pendekatan cross sectional
adalah suatu penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika
korelasi antar variabel
3.3 Variabel Penelitian
Variabel terbagi atas dua, variabel bebas (independen) atau variabel terikat
(dependen).
3.3.1 Variabel Bebas (Independen)
Menurut Nursalam (2020) variabel bebas (independen) merupakan variabel
yang nilainya yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas biasanya diamati
dan diukur untuk diketahui pengaruhnya dengan variabel lain. Variabel
Indepenen dalam penelitian ini yaitu Status Nutrisi dan Asupan Vitamin C.
3.3.2 Variabel Terikat
Menurut Nursalam (2020) variabel terikat (dependen) adalah faktor yang
diamati dan diukur dengan tujuan menentukan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas. Variabel Dependen dalam penelitian ini yaitu
Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19

.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 2. Definsi Operasional
Variabel
N Definisi
Penelitia Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
o Operasional
n
1 Status Status nutrisi Dengan Lembar a. Kurus Ordinal
Nutrisi merupakan mengukur Observasi 17,0-18,5
keadaan Berat Badan b. Normal
kesehatan Respoden >18,5-25,0
tubuh Menggunaka c. Gemuk
seseorang atau n Timbangan d. >25,0-27,0
sekelompok Digital
orang yang Kemudian
diakibatkan oleh Mengukur
konsumsi, Tinggi Badan
penyerapan, Klien
dan Menggunaka
penggunaan zat n Stature
nutrisi makanan Meter
2 Asupan Vitamin C Wawancara Lembar a. Laki-Laki Ordinal
Vitamin C adalah dengan Observasi 19-49 Tahun
antioksidan pasien post < 90 mg =
terbaik yang covid-19 dan AKG Kurang
dikenal memiliki dibuktikan
manfaat untuk dengan data ≥ 90 mg =
meningkatkan yang ada di AKG Cukup
kekebalan Klinik Polda
tubuh. Gorontalo b. Perempuan
19-29 Tahun
< 75 mg =
AKG Kurang

≥ 75 mg =
AKG Cukup
3 Tingkat Coronavirus Hasil Swab Lembar a. Sembuh Nominal
Kesembu merupakan Test di Klinik Observasi b. Tidak
han keluarga besar Polda Sembuh
Pasien virus yang Gorontalo
Covi-19 menyebabkan
penyakit pada
manusia dan
hewan. Pada
manusia
biasanya
menyebabkan
penyakit infeksi
saluran
pernapasan,
mulai flu biasa
hingga penyakit
yang serius
seperti Middle
East
Respiratory
Syndrome
(MERS) dan
Sindrom
Pernapasan
Akut Berat/
Severe Acute
Respiratory
Syndrome
(SARS).

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah kawasan generalisasi yang terdiri daripada: objek atau
subjek yang mempunyai kuantiti dan ciri tertentu yang ditentukan oleh penyelidik
untuk dikaji dan kemudian dibuat kesimpulan (Martono, 2017). Populasi dalam
kajian ini adalah kesemua klien yang telah pulih sebanyak 139 orang klien.
Tabel 3. Populasi Penelitian
Usia Frekuensi Presentase (%)
17-25 Tahun 109 78
26-35 Tahun 30 22
Total 139 100

3.5.1 Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak
mungkin mengambil semua untuk dijadikan objek penelitian dikarenakan
terbatasnya dana, tenaga, dan waktu. Maka penelitian ini dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu sendiri (Wiratama, 2020). Kesimpulannya
ialah bilangan sampel yang digunakan dalam kajian ini ialah 58 sampel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Rumus Sloving
N
n=
¿¿
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e2 = Persen kelonggaran ketidaktelitian (0,01)Populasi adalah kawasan
generalisasi yang terdiri daripada: objek atau subjek yang mempunyai kuantiti
dan ciri tertentu yang ditentukan oleh penyelidik untuk dikaji dan kemudian dibuat
kesimpulan (Martono, 2017). Populasi dalam kajian ini adalah kesemua klien
yang telah pulih sebanyak 139 orang klien.

N
n=
¿¿
139
n=
( 1+139 (0,01) )
139
n=
( 1+1,39 )
139
n=
( 2,39 )
n=58 samp e l
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Kriteria inklusi
1. Klien Post Covid-19 Yang Telah Sembuh
2. Klien Post Covid-19 Yang Mampu Berkomunikasi dengan Baik
3. Klien Post Covid-19 Yang Mau Menjadi Responden Penelitian
Kriteria Eksklusi
1. Klien yang Berprofesi Dokter
2. Klien yang Telah Dimutasi Keluar Polda
3. Klien yang Sedang Cuti

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik persampelan ialah kaedah yang diambil dalam pengambilan sampel
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan subjek kajian.
Dalam kajian ini teknik persampelan yang digunakan ialah persampelan total.
Persampelan bertujuan ialah teknik persampelan dengan menentukan kriteria
tertentu yang ditentukan oleh penyelidik dengan pertimbangan tertentu.
(Sugiyono, 2017).
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
1. Data primer ialah data yang dikumpul oleh penyelidik secara langsung
daripada sumber melalui pemerhatian dan temu bual dengan memberikan
borang soal selidik.
2. Data sekunder ialah data yang diperolehi terus dari Klinik Polis Gorontalo
berupa jumlah responden yang menepati kriteria inklusi responden kajian,
sistem organisasi, dan juga rekod perubatan klien. Data ini digunakan oleh
pengkaji sebagai bahan latar belakang dan untuk mengetahui data
bilangan responden bagi soal selidik kajian.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kajian ini terdiri daripada dua peringkat iaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan penelitian dari jurusan
keperawatan kepada kepala KESBANGPOL Kabupaten Gorontalo
dengan judul “Hubungan Status Nutrisi dan Asupan Vitamin dengan
Tingkat Kesembuhan Pasien Covid 19”
b. Peneliti mengajukan surat permohonan permintaan informasi mengenai
data jumlah penderita covid-19 yang telah sembuh di Klinik Polda
Gorontalo
c. Peneliti mengajukan surat permohonan observasi awal dari jurusan
Keperawatan ke tempar penelitian di Klinik Polda Gorontalo
d. Peneliti menghubungi Klinik Polda Gorontalo untuk mendapatkan data
spesifik mengenai jumlah data pendududk serta menjelaskan maksud
penelitian yang dilakukan
e. Peneliti melakukan penentuan responden berdasarkan kriteria sampel
dalam penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden, selanjutnya
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dalam penelitian ini
serta pemberian informed consent yang diberikan secara menyeluruh
kepasa semua responden di Klinik Polda Gorontalo
b. Peneliti melakukan pembagian Lembar Observasi dan Mengukur
Antropometeri kepada responden
c. Peneliti mengumpulkan Lembar Observasi yang telah dibagikan kepada
responden
3.7 Pengolahan Data
Notoatmodjo (2014) memaparkan bahwa pengolahan data merupakan
salah satu bagian rangkaian kegiatan setelah pengumpulan data. Agar analisis
penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan
dalam pengolahan data yang peneliti harus lalui yaitu editing, coding,
processing, dan cleaning. Data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini
selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer dengan beberapa
tahapan yaitu merekapitulasi hasil jawaban kuesioner yang diisi oleh responden
kemudian dilakukan:
a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan ulang atau meneliti data yang
telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan pembetulan data yang keliru
ataupun yang salah serta melengkapi data yang kurang.
b. Coding
Dimana pada tahap ini akan dilakukan dengan memberikan tanda pada
masing-masing jawaban dengan memberikan kode atau nilai sehingga
mempermudah proses pemasukan data di komputer.
c. Entry Data
Pada tahap ini peneliti akan memasukkan data kedalam komputer. Pada
proses entry data ini peneliti akan memasukkan hasil kuesioner dalam bentuk
kode kedalam program komputer untuk dianalisis dalam proses selanjutnya.
d. Tabulating
Dimana pada tahap ini akan dikelompokan data pada tabel kerja.
e. Cleaning
Pada tahap ini peneliti akan memeriksa atau mengecek kembali data yang
telah dimasukkan ke entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
3.8 Analisa Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat terhadap semua variabel yang diteliti dengan
menggunakan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel dan
menggunakan rumus Sugiyono (2009), dalam Putra A (2017).
Fi
p= x 100 %
n
Ket: P = Persentase
fi = Jumlah penerapan yang sesuai prosedur
n = Jumlah Item Observasi
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dijalankan untuk menerangkan pembolehubah yang telah
dikaji dengan menggunakan hasil taburan frekuensi yang telah dipersembahkan
dalam bentuk jadual untuk dijadikan penerangan deskriptif. Penyelidikan
deskriptif hanya menerangkan atau menerangkan pembolehubah yang dikaji
tanpa menganalisis hubungan antara pembolehubah. Data kajian
dipersembahkan dalam bentuk deskriptif supaya pembaca dapat memahami data
dengan mudah. Teknik analisis yang dijalankan ialah analisis Chi-Square
menggunakan darjah keyakinan 95% dengan 5%, dikatakan terdapat pengaruh
antara pembolehubah bebas dan bersandar jika p 0.05 dan dikatakan tidak
mempunyai hubungan jika p>0,05
3.9 Etika Penelitian
Pengumpulan dan pemprosesan data dijalankan setelah mendapat permit
daripada ketua jabatan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengedarkan
lembaran pemerhatian kepada responden dengan memberi perhatian kepada
etika penyelidikan.Etika penelitian menurut Notoadmojo, (2019) dalam Putra
(2017) yang dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Informend consent (lembar persetujuan responden)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Informasi harus diberikan secara
lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, subjek mempunyai
hak untuk bebas menolak/berpartisipasi menjadi responden.
b. Anonymity (tanpa nama)
Kerahasiaan dari identitas responden dalam penelitian ini akan dijaga oleh
peneliti dan hanya digunakan semata-mata untuk kepentingan peneliti.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya dan hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil riset.
3.10 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Permohonan penelitian dari jurusan keperawatan kepada kepala


KESBANGPOL Kabupaten Gorontalo

Mengantar surat permohonan penelitian Kepala Klinik Polda Gorontalo

Menentukan Jumlah Sampel Penelitian

Informed Consent dengan responden

Proses Penelitian: membagikan Koesioner

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, M., & Iswati, S. (2018). Ujia Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian Kuantitatif. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17-23.

Doremalen, Van N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson


BN, et al. 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with
SARS-CoV-1. The New England Journal of Medicine. Massachusetts Medical
Society. doi:10.1056/nejmc2004973. PMID 32182409

Ertha Cahya Putra (2018). Hubungan Antara Pola Mkanan, Status Gizi, dan Tingkat
Kebugaran Jasmani Siswa Kelas Atas SD Rejosari 3 Semin Gunung Kidul.
Skripsi

Health Line. 2020. 9 Upaya Pencegahan Penulara Corona


Covid-19 https://www.liputan6.com/otomotif/read/4212220/9-upaya-
pencegahan-penularan-corona-covid-19

Jusma Wijaya Kusuma Geswar (2017). Hubungan pola makan dan status nutrisi
terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan fakultas kedokteran universitas
hasanuddin angkatan 2017. Skripsi

Lasmono Susanto.(2017). Pengaruh Vitamin C Terhadap Kecepatan Konversi Kultur M.


Tuberculosis dari Pasien TB Paru yang Sensitif Terhadap Rifampicin. Skripsi

Letko, M, Marzi A, Munster V. 2020. Functional assessment of cell entry and receptor
usage for SARS-CoV-2 and other lineage B betacoronaviruses. Nature
Microbiology: 1–8. doi:10.1038/s41564-020-0688-y

Martono. N. (2017). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : Raja Grafindo


Persada. 350 Hal

Miko, A., & Hendra, A. A. (2017). Hubungan Berat dan Tinggi Orang Tua dengan
Status gizi balita di Kabupaten Aceh Besar. Aceh Nutrition Journal, Vol. 40(1),
21–34.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Peraturan Menteri Kesehatan Republin Indonesia Nomor 28 (2019). Angka Kecukupan


Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia

Putra. A. 2017. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana


Pada Fase Tanggap Darurat. 25-31 hlm.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, kombinasi, Dan R&D. (S. Y. Suryandari, Ed.) Yogyakarta:
Alfabeta.
Safrizal ZA, MSi, Danang Insita Putra, PhD, Safriza Sofyan, SE, AK, M.Com, Dr. Bimo
MPH. 2020.Pedoman Umum Menghadapi Pademi COVID-19. Tim Kerja
Kementerian Dalam Negeri. Jakarta.

Widya Dwi Rahmadani (2017). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre-Klinik Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin Tentang Peranan Vitamin C Bagi Kesehatan
Kulit. Skripsi.

Xu H, Zhong L, Deng J, Peng J, Dan H, Zeng X, et al. 2020. High expression of ACE2
receptor of 2019-nCoV on the epithelial cells of oral mucosa. International
Journal of Oral Science. 12 (1): 8. doi:10.1038/s41368-020- 0074-x)

Anda mungkin juga menyukai