Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT PASCA BANJIR DI


DESA DATAHU KECAMATAN TIBAWA

PROPOSAL PENELITIAN

VEGITA D. IMRAN
NIM. CO1418179

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegagalan adalah suatu peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang terjadi secara umum, orang atau keduanya yang
mengakibatkan selamat dari kesengsaraan manusia, kehilangan
harta benda, kerusakan alam, kerusakan pada kantor dan
yayasan, kantor publik, serta memperparah kehidupan dan
bisnis perusahaan. area lokal (Pratama, 2017)
Banjir adalah salah satu peristiwa bencana yang terjadi di
banyak komunitas perkotaan di planet ini dalam berbagai skala,
di mana ukuran air selangit berada di darat yang umumnya
kering. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya air di sungai,
danau atau daerah aliran sungai lain yang melebihi batas normal
karena pengumpulan air. (Hildayanto, 2020)
Setelah terjadi banjir biasanya akan muncul berbagai
penyakit, seperti demam, penyakit kulit, dan diare. Risiko
organisme mikroskopis e-coli dan leptospira umumnya akan
diperluas setelah banjir dikarenakan banjir membawa kotorn
seperti sampah, atau air got. Sehingga Hal ini membuat nyamuk
dan mikroba berkembang biak. Keadaan basah juga tidak
nyaman bagi tubuh sehingga dapat mengurangi kondisi sistem
kekebalan tubuh. (Taufik Mohamad, 2017)
Banjir merupakan jenis bencana alam yang paling sering
terjadi dan terjadi ketika air meluap menenggelamkan tanah
biasanya kering. Sering banjir disebabkan oleh hujan deras,
pencairan salju yang cepat, atau gelombang badai dari siklon
tropis dan tsunami di daerah pesisir. Pada 10 tahun terakhir
(1998-2017) WHO mengakumulasikan presentase terjadinya
banjir yaitu 80-90%. Penduduk yang terdampak bencana banjir
ini berjumlah lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, Frekuensi
dan intensitas banjir meningkat, frekuensi serta intensitas curah

1
hujan ekstrim di perkirakan akan terus meningkat akibat
perubahan iklim (World Health Organization, 2017)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
mencatat ada sekitar 726 kejadian bencana banjir yang
menyebabkan lebih dari 2,8 juta jiwa mengungsi sampai dengan
30 agustus 2020. Banjir menjadi salah satu bencana
hidrometeorologi yang mendominasi kejadian bencana hingga
agustus. Banjir mengakibatkan kerugian pada sektor
perumaham rumah hingga ratusan ribu unit,dengan rincian rusak
berat 4.581 untit, rusak sedang 2.748, rusak ringan 9.833 dan
terendam 504.739.(raditya jati, 2020)
Bencana banjir di provinsi gorontalo pada tahun 2019
terdapat 153 kk yang terdampak bencana banjir. Sekitar 795 jiwa
yang mengungsi dan mengalami banyak kerugian (BPBD, 2020).
Dua wilayah, tepatnya Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango
yang terletak di Provinsi Gorontalo, terkena dampak banjir,
dengan jumlah 3.409 orang terkena dampak di dua rezim
tersebut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Gorontalo mencatat 708 kepala keluarga atau 2.193
jiwa terkena dampak banjir yang terjadi setelah hujan deras
mengguyur seluruh penduduk terdampak yang tersebar di
berbagai kota di empat kecamatan, tepatnya Limboto, Limboto
Barat. , Kecamatan Tibawa dan Pulubala. Jumlah kota dan
kelurahan yang terkena dampak adalah 11 wilayah, khususnya
Desa Hunggaluwa dan Kayubulan (Kabupaten Limboto), Desa
Haya, Yosonegoro dan Daenaa (Limboto Barat), Desa
Molowahu, Tolotio, Datahu, Isimu Selatan dan Dunggala
(Tibawa) dan Desa Bakti (Pulubala).  (BNPB, 2022)
Pengetahuan tentang pencegahan penyakit pasca bencana
banjir ini merupakan sesuatu yang perlu diketahui oleh
masyarakat agar dapat mengurangi resiko penyebaran penyakit
pasca banjir, karena kegagalan adalah peristiwa yang
berdampak buruk pada keberadaan manusia dan tidak menutup

2
kemungkinan bahwa bencana akan datang kapan pun dan di
mana pun (Susanti & Husna, 2017)
Sikap masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap
tindakan pencegahan penyakit pasca banjir . Karena bencana
banjir memiliki dampak yang merugikan salah satunya dampak
kesehatan. Dampak lanjutan dari bencana banjir adalah penyakit
muncul dan meningkat menyebabkan pandemi. Infeksi yang tak
tertahankan menyebar melalui air (penyakit yang ditularkan
melalui air), melalui udara (penyakit yang ditularkan melalui air),
dan muncul karena iklim yang tidak menentu (penyakit yang
ditularkan melalui vektor). Gangguan kesehatan yang dapat
timbul bisa berupa penyakit menular maupun yang tidak menular
seperti penyakit kulit, diare, ispa, dan typhus abdominalis. Untuk
itu pencegahan penyakit pasca banjir ini harus didukung oleh
sikap masyarakat yang baik terkait dengan hal yang harus
dilakukan untuk mencegah hal tersebut.(Susanti & Husna, 2017)
Berdasarkan survey pengambilan data awal yang dilakukan
terdapat empat dusun yang terdampak banjir yaitu dusun
lalunga, dusun tapolo, dusun balantaa, dusun tambuala dan total
ada 308 jiwa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 7 orang masyarakat
desa datahu dan salah satu aparat desa datahu kecamatan
tibawa banjir terbesar terjadi pada tahun 2021 di bulan
november yang merendam 4 dusun, penyebab banjir tersebut
karena curah hujan yang tinggi selama berhari-hari yang
mengakibatkan kerugian berupa rumah terendam, barang-
barang warga terendam dan tidak sedikit dari masyarakat belum
mengetahui tentang pencegahan penyakit pasca banjir tersebut
sehingga banyak masyarakat yang mengalami gangguan
kesehatan seperti demam , gatal-gatal ,dan diare .
Sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam (Q.S At-
Taubah : 126)
‫ْن ُث َّم َل‬
ِ ‫اَ َواَل َي َر ْو َن اَ َّن ُه ْم ُي ْف َت ُن ْو َن فِيْ ُك ِّل َع ٍام مَّرَّ ًة اَ ْو َمرَّ َتي‬
3
‫َي ُت ْوب ُْو َن َواَل ُه ْم َي َّذ َّكر ُْو َن‬
Artinya : “Orang-orang mukmin (bahwa mereka diuji) dicoba
(sesekali atau dua kali setiap tahun)dengan musim paceklik dan
wabah penyakit (kemudian mereka tidak juga bertobat)dari
kemunafikannya (dan tidak pula mengambil pelajaran).” (Qs At-
Taubah : 126)
Berdasarkan latar belakang peneliti meneliti “Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Pencegahan
Penyakit Pasca Banjir di Desa Datahu. Kecamatan Tibawa ”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pada tahun 2019 kejadian banjir di Provinsi Gorontalo terdapat 153
kk yang terdampak bencana banjir. Sekitar 795 jiwa yang mengungsi
dan mengalami banyak kerugian.
2. Berdasarkan survey pengambilan data awal terdapat 4 dusun yang
terdampak banjir yaitu dusun Tapolo, dusun Balanta, dusun
Tambuala, dan dusun Lalunga total ada 308 jiwa
3. Berdasarkan wawancara awal dengan 7 orang masyarakat dan 1
aparat desa Datahu Kecamatan Tibawa banyak masyarakat yang
mengalami gangguan kesehatan , masih banyak individu yang hampir
tidak memiliki wawasan tentang pencegahan penyakit pasca banjir
serta bagaimana sikap untuk mencegah penyakit pasca banjir.
4. Banyak masyarakat yang mengalami peningkatan penyakit pasca
banjir seperti demam, gatal-gatal. Banjir terparah terjadi pada tahun
2021 bulan november.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah “ Bagaimana Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Masyarakat Tentang Pencegahan Penyakit Pasca Banjir
di Desa Datahu Kecamatan Tibawa ”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
4
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan
penyakit pasca bencana banjir di desa datahu kecamatan tibawa
.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang bagaimana
pencegahan penyakit pasca banjir di Desa Datahu Kecamatan
Tibawa
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat dalam pencegahan
penyakit pasca banjir di Desa Datahu Kecamatan Tibawa
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai kebencanaan
terutama pada bencana banjir dan pengetahuan serta sikap
masyarakat tentang pencegahan penyakit pasca banjir di tempat
penelitian .
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Desa Datahu
Sebagai bahan masukan untuk pemerintah desa datahu guna untuk
memberikan informasi yang bermanfaat yang dapat meningkatkan
pengetahuan tentang pencegahan penyakit pasca banjir
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan dan
bagaimana sikap tentang pencegahan penyakit pasca banjir

3. Bagi masyarakat
Menjadi masukan bagi masyarakat untuk menambah informasi dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan penyakit
pasca banjir
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk dijadikan
dasar penelitian tentang pencegahan penyakit pasca banjir.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Bencana Banjir Dan Pasca Banjir


2.1.1 Definisi Bencana Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi karena kondisi air dan
tanah yang tidak menguntungkan dan curah hujan yang tinggi di
bagian hulu dan tengah DAS. Banjir sungai dan hilir akan
menenggelamkan kiri dan kanan saluran air. Masalah normal
yang terlihat di daerah aliran sungai adalah meningkatnya
populasi manusia dan berkurangnya penggunaan lahan yang
dapat mengurangi kualitas dan jumlah air (Nurlina et al., 2018)
Banjir adalah kegagalan yang umumnya disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi, meluber ke atas aliran air sehingga
tumpah ke tanah atau daratan sehingga menimbulkan genangan
air. Banjir ini dapat menyebabkan kondisi medis seperti timbul
dan meluasnya infeksi yang tak tertahankan dan dalam hal apa
pun, menyebabkan pandemi. (Susanti & Husna, 2017)
Pasca banjir umumnya disinggung sebagai setelah banjir
yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dalam waktu yang
cukup lama. Pada saat setelah banjir biasanya akan muncul
berbagai macam penyakit infeksi seperti demam, penyakit kulit
dan buang air besar. (Taufik Mohamad, 2017).
Pada saat bencana banjir yang terjadi di Desa Datahu
Kecamatan Tibawa terdapat 4 vila yang terkena dampak banjir,
banjir terparah terjadi pada bulan November 2021 untuk waktu
lemah tersebut setelah banjir yang terjadi pada bulan November
di Desa Datahu Kecamatan Tibawa , adalah sekitar 2 bulan yang
menyebabkan banyak individu yang mengalami kondisi medis
atau perluasan penyakit pasca banjir.
4.1.2 Sumber Banjir
Menurut Suripin 2004 (Natsir, 2017) sumber banjir dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

6
1. Pasca banjir, aliran banjir yang berasal dari daerah hulu di luar daerah
yang terendam. Hal ini dapat terjadi dengan asumsi hujan yang terjadi
di wilayah hulu menyebabkan aliran banjir yang melampaui batas
saluran air atau membanjiri saluran yang ada sehingga terjadi
luapan..
2. Banjir terdekat, genangan air yang muncul karena hujan yang jatuh di
ruang yang sebenarnya. Hal ini dapat terjadi dengan asumsi ada
hujan yang melebihi batas limbah saat ini.
3. Banjir aliran, banjir yang terjadi karena aliran langsung air atau air
yang kembali dari saluran rembesan karena terhalang oleh pasang
naik. Konsekuensi banjir dapat dibagi menjadi konsekuensi fisik,
sosial, dan finansial. Konsekuensi aktual dapat berupa struktur fisik
dan aktual biasa. Konsekuensi aktual reguler seperti kerusakan atau
perendaman tanah pribadi, area pertanian, dan wilayah modern.
Konsekuensi sebenarnya dari struktur dapat berupa kerusakan atau
kerusakan kantor publik (struktur sekolah, tempat kerja, klinik, pasar),
struktur pribadi, struktur modern, kerusakan pada kantor transportasi
(jalan, perluasan yang rusak) dan kerusakan pada sistem air atau
organisasi rembesan kota .
4.1.3 Faktor-faktor Penyebab Banjir
Menurut Gultom (Purwoko, 2020) penyebab banjir pada
dasarnya dapat dipisahkan menjadi 3 variabel, yaitu:
1. Dampak dari latihan manusia, misalnya,
a. Penggunaan lahan luapan yang dimanfaatkan untuk permukiman
modern
b. Deforestasi kipas kemudian mengurangi penetrasi tanah dan
meningkatkan limpasan permukaan. Disintegrasi yang terjadi
kemudian dapat menyebabkan sedimentasi di parit sungai yang
kemudian mengganggu aliran air.
c. Permukiman di dataran banjir dan kemajuan di daerah dataran banjir
dengan mengubah aliran sungai yang tidak terlalu tertata dan bahkan
saluran air tidak jarang terhambat untuk pemukiman. Keadaan seperti

7
itu sering terjadi di kota metropolitan Indonesia. Selanjutnya, aliran air
pada musim badai menjadi tidak lancar dan menyebabkan banjir
d. Membuang sampah secara tidak terduga dapat menghentikan aliran,
terutama di lokasi lokal.
2. Keadaan biasa yang super awet (statis misalnya,
a. Keadaan geologi yang berada di daerah yang sering dilanda badai,
misalnya beberapa daerah di Bangladesh keadaan geografis cekung,
yaitu daerah banjir, misalnya Kota Bandung yang terbentuk di
Cekungan Bandung.
b. Keadaan memanjang saluran air, misalnya kemiringan dasar sungai
yang datar, berkelok-kelok, berkembangnya sumbatan atau rangka
seperti kendi (bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai
membentuk pulau (ambal stream)
3. Peristiwa yang bersifat dinamis, khususnya:
a. Curah hujan tingg
b. Peristiwa pembendungan atau pembalikan yang sering terjadi di
muara saluran air atau pertemuan sungai besar.
c. Penurunan muka tanah atau subsidence, misalnya di sekitar bantaran
utara Jakarta yang terus menerus mengalami amblesan karena
pengambilan air, tanah yang tidak subur sehingga permukaan tanah
menjadi lebih rendah.
d. Dangkalnya dasar sungai karena sedimentasi yang tingg
4.1.4 Dampak Banjir terhadap Masyarakat
Berikutnya adalah dampak banjir menurut UNESCO (Sari,
2016), termasuk dampak fisik, sosial, moneter dan alam:
1. Dampak nyata adalah kerusakan pada kantor-kantor publik, tempat-
tempat kerja bantuan publik yang disebabkan oleh banjir.
2. Efek sosial termasuk kematian, perjudian kesejahteraan, cedera
mental, kerusakan keuangan, gangguan latihan instruktif, tidak adanya
makanan, energi, air, dan kebutuhan mendasar lainnya.
3. Efek moneter termasuk kemalangan materi, gangguan latihan
keuangan (individu tidak mampu untuk pergi bekerja, berada di

8
belakang jadwal untuk bekerja, transportasi terhambat, dan
sebagainya.)
4. Efek alami termasuk pencemaran air atau tanaman di sekitar sungai
yang dirugikan oleh banjir.
4.1.5 Pencegahan Banjir
Sesuai (Fatma, 2017) ada beberapa upaya penanggulangan
yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah banjir atau
membatasi banjir. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
masyarakat untuk mencegah banjir antara lain sebagai berikut:
1. Buang sampah pada tempatnya
Cara paling mudah dan paling mudah yang bisa kita lakukan sebagai
upaya pencegahan banjir adalah dengan membuang sampah pada
tempatnya. Meskipun teknik ini mengambil bagian kecil, dengan
asumsi dilakukan oleh banyak orang dan dilakukan dengan andal, itu
akan mencapai perubahan besar.
2. Buatlah saluran air yang layak
emiliki sampah yang besar juga sangat kuat dalam upaya antisipasi
banjir. Untuk mencegah banjir, memiliki kerangka migrasi sampai
pembuangan terakhir yang wajar sangat penting. Aliran yang kita
miliki tidak boleh berakhir di saluran air yang mati atau aliran yang
tidak mengalir, karena pada akhirnya bisa meluap. Saluran air yang
baik akan mendorong aliran besar yang pada akhirnya akan mengalir
ke laut. Saluran air besar lainnya bisa menjadi saluran limbah bawah
tanah yang akan menjamin bahwa semua air yang jatuh akan berada
di bawah laut.
3. Terus-menerus menyempurnakan saluran
Untuk mencegah banjir, upaya yang harus kita lakukan adalah rajin
membersihkan sungai. Rembesan sangat penting untuk mencegah
banjir. Saluran yang layak sebenarnya ingin menguras air sampai
habis ke laut sehingga ketika hujan deras, air di permukaan tidak
akan tumpah ke mana-mana.
4. Menanam pohon di sekitar rumah

9
Banjir dapat dicegah dengan membangun pohon di iklim umum. Kita
bisa mulai dari sekitar rumah kita, walaupun kita bisa menanam
beberapa pohon, tapi jika banyak orang yang melakukannya, satu ton
pohon baru akan tumbuh. Pohon memainkan peran yang sangat
besar untuk mencegah banjir.
5. Membuat bangunan atau pembangunan penangkal banjir
Upaya penanggulangan banjir berikut ini adalah dengan membuat
bangunan atau pembangunan penanggulangan banjir. Selain bisa
mencegah banjir, bangunan seperti ini bisa digunakan untuk berbagai
hal. Terutama untuk hal-hal yang dapat membantu pekerjaan
manusia. Salah satu bangunan tersebut adalah sebagai bendungan.
Bendungan dapat menampung sangat banyak air.
6. Aliran diperpanjang
Pembangunan saluran air merupakan salah satu upaya untuk
mencegah banjir. Sumgai adalah saluran air terbesar di darat dan
menghubungkan air ke laut. Jalur air memiliki posisi yang sangat
diperlukan. Masalah pemborosan, namun sebagian besar kejadian
banjir di Indonesia terjadi akibat aliran sungai yang dangkal.
7. Buat lubang biopori
Pembuatan bukaan biopori juga merupakan upaya untuk mencegah
banjir. Bukaan asimilasi biopori merupakan inovasi ekosistem yang
menarik dan tidak berbahaya untuk mengatasi banjir. Bukaan biopori
dapat mengatasi banjir dengan memperluas retensi air, mengubah
limbah alam menjadi pupuk, dan selanjutnya mengurangi emisi zat
perusak ozon..
8. Melindungi hutan belantara
Hutan adalah paru-paru dunia. Dikenal sebagai paru-paru dunia
karena dusunnya terdiri dari banyak pohon. Kami menyadari bahwa
pohon dapat memberikan oksigen ketika mereka menyelesaikan
fotosintesis di siang hari. Akibatnya, kita akan terus-menerus garing
di siang hari ketika kita berada di bawah pohon. Selain bekerja untuk
memberikan oksigen, pohon-pohon di dusun juga sangat berguna
untuk menyerap air dan mengamankannya di akar. Hutan yang lebat

10
dan memiliki banyak pohon serta matang akan sangat membantu
dalam mencegah banjir.
9. Membuat sumur invasi
Sumur resapan merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya banjir. Sumur penetrasi konon adalah cara untuk
mengumpulkan air dan membocorkannya ke dalam tanah. Sumur
tembus akan sangat membantu menahan air ke dalam tanah dan
kembali ke siklus air yang sesuai sehingga tidak mengalami
perendaman pada tingkat yang dangkal yang nantinya akan
menyebabkan banjir.
4.2 Gambaran Umum Pencegahan Penyakit Pasca Banjir
2.2.1 Penyakit Pasca Banjir
Sebagaimana ditunjukkan oleh (Widayatun dan Fatoni,
2018) kerusakan alam karena bencana dapat mempengaruhi
kesejahteraan umum. Salah satu dampak bencana terhadap
penurunan kepuasan pribadi masyarakat harus dilihat dari
berbagai masalah kesehatan umum yang terjadi. Bencana yang
mungkin dapat menyebabkan kondisi medis sebenarnya dimulai
oleh berbagai masalah atau area, memperluas pertaruhan
penyakit yang tak tertahankan setelah bencana banjir,
kerusakan pada fasilitas kesehatan dan sistem pasokan air.
Perkembangan kondisi medis antara lain berawal dari tidak
adanya air bersih yang menyebabkan kebersihan individu yang
kurang baik, desinfeksi alami yang buruk yang merupakan awal
dari berkembangnya beberapa penyakit.
Sesuai (Anih Sri Suryani, 2020) beberapa penyakit yang
harus diwaspadai terkait banjir:
1. Kelonggaran usu
Kelonggaran usus erat kaitannya dengan kebersihan individu
(individual hygiene). Pada saat banjir, sumber air individu, terutama
sumber air minum di sumur dangkal, juga akan tercemar. Pada
musim badai dengan curah hujan tinggi, potensi peningkatan banjir,
pada saat banjir sumber air minum daerah, terutama sumber air

11
dangkal, juga akan kotor, yang semuanya berpotensi penyakit diare
yang disertai dengan penularan cepat, untuk situasi ini, faktor
kebersihan makanan memegang peranan penting.
2. Demam berdarah
Pada saat hujan, terjadi perluasan tempat-tempat yang disukai
nyamuk Aedes aegypti, karena banyak terdapat sampah seperti guci
bekas, bekas boikot, dan tempat-tempat tertentu yang dipenuhi
udara, sehingga memperluas tempat yang menguntungkan bagi
nyamuk ini.
3. Penyakit Leptospirosis
Leptospirosis (demam banjir) yang dibawa oleh mikroorganisme
leptospira mencemari manusia melalui kontak dengan udara yang
masuk ke dalam tubuh melalui lapisan mikroba atau bekas luka.
Organisme mikroskopis Leptospira dapat bertahan hidup di air
selama 28 hari. Penyakit ini merupakan infeksi zoonosis karena
ditularkan melalui makhluk hidup. Di Indonesia, makhluk yang tak
tertahankan, terutama hewan pengerat, melalui kotoran dan air
kencingnya bercampur dengan air yang naik. Seseorang yang terluka
kemudian diturunkan ke dalam genangan air yang berisi kotoran atau
kencing tikus Leptospira, dapat tercemar dan menjadi sakit.
4. Intens respiratory lot (ARI)
Penyebab ISPA bisa karena organisme mikroskopis, infeksi, dan
mikroorganisme yang berbeda. Efek samping mendasar mungkin
termasuk hack dan demam. Dengan asumsi itu serius, mungkin atau
mungkin disertai dengan sesak napas, nyeri dada, dan sebagainya.
Tidak sulit untuk menyebarkan ISPA dalam kerangka berpikir seperti
itu untuk korban banjir.
5. Penyakit kulit
Penyakit kulit dapat berupa kepekaan atau struktur yang berbeda.
Jika banjir datang, masalah mendasar adalah kebersihan yang baik
juga dijaga di ISPA, acara sosial banyak orang juga berperan dalam
penularan penyakit kulit.
6. Infeksi gastrointestinal

12
Misalnya demam tifoid. Untuk situasi ini, faktor kebersihan makanan
memegang peranan penting.
7. Memburuknya infeksi terus-menerus
Hal ini terjadi karena berkurangnya hambatan badan akibat hujan
yang tertunda, terutama bila banjir terjadi dalam waktu yang sangat
lama.
4.2.2 Upaya Pencegahan Penyakit Pasca Banjir
Menurut (Vevi Kurniawati, 2018) penting bagi individu yang
memiliki informasi dan sikap yang benar tentang bahaya yang
akan terjadi setelah banjir bersama-sama menjauhi penyebaran
penyakit dan dapat melakukan langkah-langkah yang tepat
untuk menghindari infeksi. , khususnya:
1. Dengan memutus mata rantai sumber penularan, segera bereskan iklim
umum pasca banjir
2. Jauhkan dari kontak dengan iklim kotor
3. ID daerah sempurna atau kotor di dalam dan sekitar rumah dapat
membantu mengurangi penyebaran penyakit
4. Air sumur dan air keran tidak digunakan sebagai pilihan karena dapat
dipandang sebagai kemungkinan yang rendah.
5. Selanjutnya, ikuti hambatan tubuh agar tubuh tidak kebal terhadap
penyakit.
Menurut (Anih Sri Suryani, 2020) sarana yang dapat
dibutuhkan daerah setempat dengan tujuan akhir untuk
mencegah atau meningkatkan infeksi pasca banjir adalah:
1. Sanitasi iklim hidup dimulai dengan mengumpulkan dan membuang
sampah yang terbawa melalui aliran udara ke tempat sampah.
Bersihkan lantai dan dinding rumah dengan cairan pembersih dan
tutup lubang air.
2. Berhati-hatilah saat menggunakan sumber udara. Air sumur atau air
biasa yang mungkin sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu,
dimasak/digelembungkan sebelum digunakan..

13
3. Kenakan perlengkapan pertahanan dengan alas yang keras
(sepatu/sepatu) saat berjalan di udara yang sehat dan hindari
tempat tersembunyi, dengan menutup lubang mouse saat ini.
4. Tingkatkan ketekunan dengan mengonsumsi suplemen gizi,
makanan bergizi, dan rutin. Istirahat yang cukup, cuci tangan
dengan pembersih sebelum atau sesudah makan, dan buang
makanan yang tercemar.
5. Dapatkan perawatan medis untuk mencegah disintegrasi tubuh dan
mengobati luka serius.
Sesuai (Anih Sri Suryani, 2020) Upaya lain untuk
membatasi penyebaran penyakit pasca-banjir harus diselesaikan
oleh organisasi dan lembaga yang disetujui untuk menjaga
kesejahteraan umum dan keadaan ekologis pasca-banjir,
khususnya di area kesejahteraan dan desinfeksi. Upaya tersebut
terdiri dari:
a. Upaya pencegahan pencegahan ditujukan untuk menjaga
agar episode penyakit tidak menyebar
b. Upaya penanganan korban banjir yang menunjukkan efek
samping infeksi dengan penanganan yang terbaik.
Sebagaimana ditunjukkan oleh (Anih Sri Suryani, 2020)
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang dapat
diselesaikan oleh otoritas publik (pemerintah lingkungan) antara
lain:
1. Aktivitas sesaat.
Klorinasi dan gelembung air. Menjamin aksesibilitas air minum yang
aman. Langkah ini merupakan penangkalan utama pasca banjir,
untuk mengurangi pertaruhan episode penyakit yang ditularkan
melalui air.
2. Imunisasi Hepatitis An
Vaksinasi diharapkan untuk pertemuan berisiko tinggi, misalnya,
individu yang terkait dengan pemberian air minum, air limbah, atau
limbah.
3. Menghindari dan demam berdarah

14
Banjir tidak serta merta menyebabkan pertambahan jumlah nyamuk
yang cepat, masih ada peluang untuk melakukan tindakan
pencegahan, misalnya, menyirami semprotan serangga dan
memusnahkan rumah nyamuk. Selanjutnya, penting dilakukan
penemuan dini di pusat penelitian untuk mengikuti dan mencegah
penyakit demam berdarah dan penyakit demam berdarah.
4. Sterilisasi
Memajukan praktik steril diselesaikan dengan memanaskan air
hingga mendidih dan merencanakan makanan bersih. Demikian pula
sterilisasi dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan dari
sampah, lumpur, dan tanah yang dapat menyebabkan infeksi serta
menjaga ketersediaan air bersih yang cukup dan memberikan
pelayanan yang memuaskan.
4.3 Ikhtisar Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Informasi memiliki kapasitas mengetahui sesuatu karena
mempersepsikan suatu contoh. Informasi bukanlah realitas
realitas yang sedang diperiksa, melainkan sebagai
perkembangan mental individu dari item, pertemuan dan iklim.
Informasi adalah perkembangan yang konsisten oleh seseorang
yang menata ulang terus menerus karena pemahaman baru.
(Nurhaeni Asrullah, 2019)
Informasi publik yang bagus didukung oleh beberapa
elemen mengingat pengalaman untuk bertukar pikiran dan data
tentang bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan alam yang tidak
menguntungkan setelah banjir. Dengan adanya informasi publik
yang baik tentang perjudian penyebaran penyakit, maka
masyarakat sekitar akan mengetahui keadaan tersebut sehingga
mereka akan lebih peduli terhadap hal-hal yang dapat
menyebabkan berkembangnya mata air penyakit, khususnya
pada saat terjadinya banjir (Vevi Kurniawati, 2018).
4.3.2 Tingkat Pengetahuan

15
Notoatmodjo (2012) dalam (Safirah, 2018) terdapat 6
derajat informasi diantaranya:
1. Tahu (tahu)
Tahu dicirikan sebagai peninjauan (memanggil) ingatan sebelumnya
setelah memperhatikan sesuatu. Misalnya, ketahuilah bahwa tomat
mengandung satu ton asam L-askorbat, kamar kecil adalah tempat
buang air besar,
2. Menggenggam (kesadaran)
Memahami sebuah artikel tidak hanya menjadi akrab dengan item,
tidak hanya memiliki pilihan untuk merujuk tetapi individu harus
memiliki pilihan untuk melihat secara akurat tentang item yang dia
tahu. Misalnya, orang-orang memahami cara memberantas demam
berdarah karena banjir, mengacu pada 3M (tutup, tutup, saluran),
tetapi juga harus dapat memahami mengapa mereka harus
menutup, menyalurkan, dll, tempat penyimpanan air ini.
3. Aplikasi
Penerapan dicirikan dalam hal individu telah merasakan artikel yang
dirujuk dapat menggunakan atau menerapkan standar yang
diketahui untuk keadaan yang berbeda. Misalnya, seseorang yang
sudah memahami cara mengatur program kesejahteraan di
lingkungan kerjanya atau di mana pun.
4. Investigasi (pemeriksaan)
Pemeriksaan adalah kemampuan individu untuk menggambarkan
sekaligus diskrit, kemudian, pada saat itu, mencari hubungan antara
bagian-bagian yang terkandung dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui. Misalnya, dapat mengenali nyamuk Aedes Agepty
dan nyamuk konvensional.
5. Persatuan (penggabungan)
Serikat mengacu pada kapasitas individu untuk meringkas atau
menempatkan dalam hubungan yang sah bagian-bagian informasi
yang dimiliki. Misalnya, Anda dapat membuat atau meringkas
seperti yang wajar bagi Anda atau kalimat tentang hal-hal yang telah

16
dibaca atau didengar dan dapat menyebabkan keputusan tentang
artikel yang telah dibaca.
6. Penilaian
Penilaian berhubungan dengan kapasitas individu untuk
melegitimasi atau menilai item tertentu. Evaluasi ini dengan
sendirinya didasarkan pada penilaian diri sendiri atau standar yang
menang di mata publik. Misalnya, seorang ibu dapat mengevaluasi
atau memutuskan apakah seorang anak kekurangan gizi atau tidak.
4.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Sesuai (Marliana Veronika Purba, 2017) ada beberapa
pertimbangan yang mempengaruhi informasi seorang individu,
antara lain:
1. Faktor batin
a. Sekolah
Pelatihan menyiratkan arahan yang diberikan oleh seseorang
untuk kemajuan orang lain menuju tujuan tertentu yang
memutuskan individu untuk bertindak dan mengisi kehidupan
untuk mencapai kesejahteraan dan kegembiraan.
b. Kerja
Pekerjaan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk membantu kehidupan dan kehidupan sehari-hari.
c. Usia
Umur adalah umur singular dari lahir sampai ulang tahun. Usia
mempengaruhi ketajaman dan pandangan seseorang.
2. Faktor lua
a. Komponen alami
Iklim adalah segala kondisi yang ada di sekitar orang dan
persuasinya yang dapat mempengaruhi pergantian peristiwa dan
perilaku individu atau perkumpulan.
b. Sosial-sosial
Kerangka sosial-sosial yang ada secara lokal dapat
mempengaruhi sikap dalam mendapatkan data.
2.3.4 Pengukuran Pengetahuan

17
Sesuai Arikunto, 2010 dalam (Marliana Veronika kuno,
2017), estimasi informasi harus dimungkinkan dengan
wawancara atau polling yang mendapatkan beberapa informasi
tentang substansi materi yang akan diperkirakan dari subjek
atau responden menjadi informasi yang Anda inginkan untuk
diukur dan menyesuaikan diri dengan tingkat. Estimasi informasi
secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Pertanyaan Emosional
Penggunaan pertanyaan emosional dengan jenis pertanyaan kertas
digunakan dengan penelitian yang melibatkan variabel abstrak dari
evaluator, sehingga hasil yang berharga akan dari setiap evaluator
sesekali.
2. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan tujuan seperti keputusan yang berbeda (berbagai
keputusan), palsu asli dan pertanyaan dapat disurvei dengan tepat
oleh penilai.
Menurut Arikunto 2010 dalam (Laili Jamilatus Sanifah, 2018)
estimasi derajat informasi dapat dipilah menjadi 3, yaitu sebagai
berikut:
a. Informasi sangat bagus jika responden dapat menjawab 76-100
persen dengan tepat dari semua jawaban pertanyaan
b. Informasi cukup jika responden dapat menjawab 56-75% secara
akurat dari solusi lengkap hingga pertanyaan.
c. Informasi hilang jika tanggapan responden <56% dari solusi mutlak
untuk pertanyaan tersebut.
2.4 Ikhtisar Sikap
2.4.1 Definisi Sikap
Sikap adalah kondisi psikologis persiapan yang dikelola
melalui pengalaman yang menerapkan dampak dinamis atau
terarah pada reaksi tunggal terhadap semua artikel dan keadaan
yang terkait dengannya (Marliana Veronika Purba, 2017).
Watak juga merupakan reaksi seseorang terhadap suatu
peningkatan atau hal tertentu, yang sudah termasuk penilaian

18
yang bersangkutan dan faktor perasaan (gembira tidak bahagia,
setuju menyimpang, sangat buruk, dll) Notoatmodjo 2014 dalam
(Pitra, 2017)
Dalam situasi bencana banjir dengan semua kantor
terbatas dan bahaya berbagai penyakit yang mendorong
seseorang untuk memiliki pandangan yang menggembirakan
untuk mencapai keinginan untuk tetap sehat. Hal ini dipengaruhi
secara positif oleh informasi yang telah dimiliki dan kemudian
diakui sebagai aktivitas asli. (Susanti dan Husna, 2017)
2.4.2 Komponen Sikap
Menurut Wawan dan Dewi 2010 dalam (Pitra, 2017)
mengacu pada bagian-bagian sikap, khususnya:
1. Bagian mental adalah gambaran tentang apa yang dipercaya oleh
pemilik tunggal dari disposisi, mental berisi keyakinan yang dimiliki
orang tentang masalah atau masalah yang dapat diperdebatkan..
2. Bagian emosional adalah kecenderungan yang berhubungan dengan
perspektif dekat dengan rumah. Bagian perasaan ini umumnya mapan
sebagai bagian mentalitas dan merupakan bagian yang paling bertahan
melalui bagian dampak yang dapat mengubah disposisi seseorang
terhadap sentimen yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3. Bagian konatif adalah bagian dari kecenderungan sosial tertentu sesuai
dengan mentalitas seseorang. Selanjutnya, mengandung
kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan tujuan
tertentu dalam pikiran. Lebih lanjut, mengenai artikel yang dialaminya
adalah operasi terencana yang diharapkan seseorang tidak
sepenuhnya menetap dalam kerangka perilaku tersebut.
2.4.3 Tingkat Sikap
Sesuai Notoatmodjo (2014) dalam (Pitra, 2017) bahwa
mentalitas chunking ada beberapa tingkatan, antara lain:
1. Mendapatkan (mendapatkan)
Mendapatkan menyiratkan bahwa individu atau subjek akan
mengakui peningkatan (objek) yang diberikan.
2. balasan (jawaban)

19
menjawab tanggapan atau reaksi terhadap pertanyaan atau item
dalam jangkauan.
3. Menghargai (hakim)
Menghargai dicirikan sebagai tanggung jawab individu untuk
memberikan nilai positif pada item atau dorongan, dalam
memeriksanya dengan orang lain, dalam hal apa pun, menyambut
atau memengaruhi atau menjawab.
4. kesadaran akan harapan tertentu (kewajiban)
Watak yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas apa yang
diterimanya.
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Wawan dan Dewi, 2010 dalam (Pitra, 2017)
Faktor-faktor yang mempengaruhi mentalitas antara lain:
1. Pengalaman individu
Untuk memiliki pilihan untuk membingkai premis pengembangan
sikap, pengalaman individu harus memiliki area kekuatan untuk a.
Oleh karena itu, mentalitas akan lebih mudah dibingkai dengan
asumsi pengalaman individu terjadi dalam keadaan yang mencakup
unsur-unsur mendalam.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Sebagai aturan umum, orang akan lebih sering memiliki perspektif
yang sesuai dengan mentalitas individu yang dianggap signifikan.
3. Dampak sosial
Tanpa disadari, budaya telah mempengaruhi cara pandang kita
terhadap isu-isu yang berbeda.
4. Komunikasi luas Dalam memberikan laporan surat kabar, radio atau
media korespondensi lainnya, berita yang seharusnya disampaikan
secara tidak memihak tidak sepenuhnya diselesaikan oleh sikap penulis
esai.
5. Organisasi yang instruktif dan ketat
Gagasan etika dan pelajaran dari organisasi pendidikan dan
pendirian yang ketat menentukan kerangka keyakinan, sangat
mengejutkan jika gagasan itu memengaruhi mentalitas.

20
6. Dekat dengan elemen rumah
Jenis mentalitas adalah penegasan dalam pandangan perasaan
yang dibuat sebagai jenis penyampaian atau jenis penjaga citra diri.
2.4.5 Pengukuran Sikap
Sesuai Notoatmodjo 2012 dalam (marliana veronika tua,
2017) estimasi mentalitas harus dimungkinkan secara langsung
atau dengan implikasi. Anda bisa langsung meminta penilaian
atau penjelasan dari responden tentang suatu item.
Implikasinya, sangat mungkin diakhiri dengan pertanyaan
spekulatif, kemudian, pada saat itu, sudut pandang responden
ditanyakan.
Seperti yang ditunjukkan oleh (Marliana Veronika Purba,
2017) skor ditentukan dan dikumpulkan menjadi dua kelas positif
dan negatif, sebagai berikut:
a. Penjelasan positif dikomunikasikan dengan kata-kata: sangat setuju
(SS) mendapat skor 5, setuju (S) mendapat skor 4, Ragu-ragu
mendapat skor 3. Menyimpang (TS) mendapat skor 2, dan tegas tidak
setuju (STS) ) mendapat skor 1.
b. Penjelasan negatif dikomunikasikan dengan kata-kata: sangat setuju
(SS) mendapat skor 1, setuju (S) mendapat skor 2, Ragu-ragu
mendapat skor 3, tidak setuju (TS) mendapat skor 4, tegas
menyimpang (STS) mendapat skor 5.
2.5 Penelitian Relevan
Tabel 2.1 Penelitian Relevan
Peneliti Judul Hasil Perbedaan Persamaan
Epi susanti Informasi Hasil 1. pop 1
(2017) Disposisi, dan penelitian ula
Aktivitas menunjukkan si 2
masyarakat bahwa dan
lokal terhadap sebagian jum
antisipasi besar lah
penyakit tak informasi sa
tertahankan masyarakat mp
pasca banjir di tentang el
Kecamatan antisipasi 2. Isi
Gampong Lon penyakit tak kui
Asan. Lembah tertahankan sio
Aceh Sulawesi pasca banjir ner
yang Luar berada dalam
21
Biasa klasifikasi
besar, yaitu di
atas 82 orang
(96,5%).
Marliana Dampak Hasil 1. Met Instrumen
Veronika informasi dan penelitian ode penelitian
Purba (2017) perspektif menunjukkan pen menggunakan
daerah bahwa eliti kuisioner
terhadap sebagian an
antisipasi besar 2. Po
ISPA pasca responden pul
bencana banjir memiliki asi
di Kecamatan klasifikasi dan
Aek Nauli, informasi jum
Kec. Siantar kurang baik di lah
selatan kota atas 48 orang sa
Pemangsianta (53,9%) mp
r. dibandingkan el
dengan 3. Isi
responden kui
dengan kelas sio
informasi baik ner
di atas 41
orang.
Taufik Garis besar Hasil 1. Po 1. Men
Mohamad informasi penelitian pul ggun
(2017) masyarakat menunujukan asi akan
tentang masyarakat dan meto
penyakit pasca mempunyai jum de
banjir di Desa tingkat lah pene
Permata, pengetahuan sa litian
Kecamatan baik tentang mp yang
Paguyaman, penyakit pasca el sam
Kabupaten bencana banjir 2. Isi a
Boalemo . kui 2. Mem
sio iliki
ner varia
bel
yang
sam
a
yaitu
peng
etah
uan.

22
2.5.1 Kerangka Teori
Kerangka teori Pass on adalah kerangka kerja untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Istilah “teori” di sini mengacu
pada sumber debu dari kerangka kerja kick the bucket yang
dapat di sampaikan dalam bentuk teori yang ada, definisi
konsep, atau dapat berupa logika (Sumantri, 2014).
Pengoperasian ground van melewati tinjauan teoritis yang
telah dibahas sebelumnya, beberapa peneliti debu menggigitnya
dalam kick the bucket mengikuti kerangka kerja teoritis;

Bencana Banjir

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengetahuan Pencegahan penyakit
dan sikap pasca banjir
tentang
3.1 Lokasi danpencegahan
Waktu Penelitian
Upaya mencegah penyakit pasca banjir
penyakit
Pemeriksaanpasca
ini akan diselenggarakan di Desa Datahu,
banjir 1. Membersihkan lingkungan tempat
Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, dan akan dilakukan
tinggal
pada Juni-Juli 2022.
2. Menggunakan air bersih
3.2 Desain Penelitian
Pemeriksaan ini 3. Meningkatkan
merupakan jenis daya tahan tubuh
eksplorasi dan
grafis
mendapatkan perawatan medis
kuantitatif. Konfigurasi eksplorasi yang jelas adalah melihat
penggambaran keanehan yang terjadi pada suatu populasi
tertentu. Jenis penelitian yang menjelaskan ini akan menjadi
Tingkat Sikap
penelitian yang berarti menggambarkan faktor-faktor dalam
pengetahuan
tinjauan. Mengenai 1.eksplorasi
Menerima ini akan menggambarkan

1. Tahu
bagaimana derajat 2.informasi
Menghargaidan mentalitas masyarakat
setempat tentang antisipasi
2. Memahami penyakit pasca banjir.
3. Menghadapi
3.3 Variabel Penelitian
3. Analisa 4. Bertanggung jawab
Variabel penelitian adalah kualitas atau sifat atau nilai individu,
4. Aplikasi
artikel, asosiasi, atau latihan yang memiliki varietas tertentu yang
ditetapkan oleh para ilmuwan untuk dipusatkan dan kemudian ditarik
5. Sintesis
ujungnya (Sugiyono, 2016). Faktor-faktor dalam penelitian ini adalah
informasi dan perspektif. Gambar 1. Kerangka Teori
(Notoatmodjo 2012, (Valentina,2013), (Anih Sri Suryani,2013), (Pitra,2017)
3.4 Definisi Operasional Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Parameter Alat kategori Skala
operasional ukur
1. Pengetahuan Pengetahuan Masyarakat Kuisio 1. Ordinal
masyarakat masyarakat dapat ner p
dalam mengetahui e
pencegahan tentang n
penyakit pasca bagaimana g
banjir sangat upaya e
penting untuk pencegahan t
diketahui oleh penyakit a
masyarakat pasca banjir h
agar u
masyarakat a
dapat n

24
terhindar dari
gangguan b
kesehatan a
pasca banjir. i
k

6
-
1
0

(
>
5
0

%
)
2.
p
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n

k
u
r
a
n
g

0
-
5

(
<

5
0
%
)

25
2. Sikap Sikap Masyarakat Kuisio 1. Ordinal
masyarakat masyarakat dapat ner s
juga sangat melakukan i
berpengaruh tindakan k
terhadap upaya a
tindakan pencegahan p
pencegahan penyakit
penyakit pasca pasca banjir p
banjir. Untuk o
pencegahan s
penyakit pasca i
banjir harus t
didukung oleh i
sikap f
masyarakat
yang baik agar (
terhindar dari 4
peningkatan 0
penyakit pasca -
banjir seperti 8
demam, 0
penyakit kulit
dan diare. %
)
2.
s
i
k
a
p

n
e
g
a
t
i
f

(
0
-
3
9
%
)

26
3.4.1 Kisi-kisi Instrumen penelitian pengetahuan
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian pengetahuan
N Indikator Sub-indikator Jumlah Nomor
o pertanyaan pertanyaan
1. Tahu Tahu tentang pencegahan 3 1-3
penyakit pasca banjir
2. Memahami Dampak dari banjir 2 4-5

3. Aplikasi Situasi kondisi yang nyata 2 6-7


4. Analisis Mampu menggambarkan situasi 1 8

5. Sintesis Mampu menggambarkan situasi 1 9

6. Evaluasi Penilaian terhadap objek 1 10

3.4.2 Kisi-kisi instrumen penelitian sikap


Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian sikap
N Indikator Sub Indikator Jumlah Nomor
o Pertanyaan Pertanyaan
1 Menerima Memperhatikan stimulus yang 3 1-3
ada
2 Menanggapi Menjawab atau tanggapan 5 4-8
3 Menghargai Membahas dengan orang lain 1 9
4 Bertanggung Sikap yang paling tinggi 1 10
jawab

3.5 Populasi Dan Sampel


3.5.1 Populasi
Penduduk adalah wilayah spekulasi yang terdiri dari
barang-barang/subyek yang memiliki karakteristik dan kualitas
tertentu yang tidak ditetapkan oleh para ilmuwan untuk
dikonsentrasikan dan kemudian mencapai penentuan (Sugiyono,
2010) dalam (Laili Jamilatus Sanifah, 2018).
Populasi pada penelitian ini berjumlah 308 jiwa.
Tabel 3.4 populasi
Usia (Tahun) Jumlah Presentase %
17-25 30 10
26-35 38 12
36-45 81 26
27
46-55 101 33
56-60 58 19
Total 308 100%

3.5.2 Sampel
Teladan sangat penting untuk jumlah dan kualitas yang
digerakkan oleh penduduk. Dari pemahaman ini, dapat
disimpulkan bahwa keteladanan itu penting untuk jumlah yang
dimiliki oleh rakyat. Sugiyono, 2013 (Zakaria Hamzah dan
Awaliyah, 2020)
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi
masyarakat yang ada di Desa Datahu Kecamatan Tibawa,
dengan menggunakan rumus Slovin :
n= N
1+ 𝑁𝑒²
Data:
n : Jumlah tes
N : Jumlah individu dari populasi
e : Tingkat kesalahan (Error Rate) yang diinginkan 10% (0,01)
populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 308 individu
dan akurasi yang telah ditentukan atau derajat besar 0,1 maka
ukuran contoh dalam penelitian ini adalah:
n= N
1+ 𝑁𝑒²
n = 308 / (1+( 308 x 0,1²)
n = 308 / (1+( 308 x 0,01)
n = 308 / ( 1 + 3,08 )
n = 308 / 4,08
n = 75,49 Dibulatkan menjadi 76 jiwa.
Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah 76 jiwa di
Desa Datahu Kecamatan Tibawa.
Tabel 3.5 Sampel
Usia (Tahun) Jumlah Presentase(%)

28
17-25 8 10
26-35 9 12
36-45 20 26
46-55 25 33
56-60 14 19
Total 76 100%

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel


Strategi pengujian dalam eksplorasi ini adalah
menggunakan Acidal Examination, yaitu metode pengujian
dengan cara pengumpulan kebetulan dengan melihat pada
aturan pertimbangan dan penolakan.
1. Adapun kriteria inklusi yaitu :
a. Usia 17-60 tahun
b. Masyarakat Desa Datahu Kecamatan Tibawa
c. Bisa membaca dan menulis
2. Kriteria eksklusi
a. Masyarakat yang berada diluar kota
b. Tidak bersedia menjadi responden
c. Tidak bertemu dengan peneliti
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
1. Informasi penting
Menurut Sugiyono (2018) dalam (Fairus, 2020) informasi esensial
adalah sumber informasi yang secara lugas memberikan informasi
kepada pengumpul informasi, informasi dikumpulkan secara
langsung dari sumber utama atau tempat objek eksplorasi
dilakukan. Informasi penting adalah informasi yang dapat diperoleh
dengan mengarahkan pertemuan dan persepsi.
2. Informasi tambahan
Sesuai (Bungin, 2017) Informasi sekunder adalah informasi yang
didapat oleh sumber berikutnya atau sumber opsional yang benar-
benar kita inginkan. Informasi dalam penelitian ini memanfaatkan
informasi yang diperoleh dari Desa Datahu Kecamatan Tibawa.
3.6.2 Tahapan Pengumpulan Data

29
1. Peneliti mengajukan surat permohonan observasi awal ke tempat
penelitian kantor Desa Datahu Kecamatan Tibawa
2. Peneliti melakukan observasi pengambilan data awal ke tempat
penelitian Kantor desa Datahu Kecamatan Tibawa
3. Peneliti menentukan responden berdasarkan kriteria dalam sampel
penelitian
4. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dalam penelitian ini
5. Peneliti melakukan wawancara awal pada responden
3.6.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah perangkat yang digunakan
untuk berbagai informasi Notoatmojo, 2018 di Hari Raya Idul Fitri
(2020). Penelitian ini menggunakan lembar karakter responden,
dan lembar polling. Lembar kepribadian responden digunakan
untuk mencatat informasi kepribadian responden meliputi: inisial
nama, umur, orientasi, untuk menggambarkan kualitas
responden. Sedangkan lembar jajak pendapat digunakan untuk
mencatat efek samping dari setiap pertanyaan untuk setiap
variabel yang terdiri dari: Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
tentang pencegahan penyakit pasca kegagalan dengan kejadian
banjir.
3.6.4 Teknik Pengolahan Data
Sesuai Notoatmodjo (2018) (Dwi Kurniawati, 2019) dalam
proses penanganan informasi, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan, antara lain:
1. Altering (mengubah informasi) Editing adalah upaya untuk memeriksa
kembali kebenaran informasi yang didapat atau dikumpulkan. Perubahan
harus dimungkinkan pada tahap pengumpulan informasi atau setelah
dikumpulkan.
2. Coding (Coding Marking) Coding adalah pengelompokan jawaban
responden dalam bentuk angka/kode sebagai angka untuk setiap
jawaban.

30
3. Handling (Data Entry) Pengolahan akan menangani informasi sehingga
bagian tersebut dapat dipecah. Penanganan informasi diselesaikan
dengan memasukkan informasi survei ke dalam bundel program PC.
4. Pembersihan (Data Cleaning) Pembersihan (information cleaning) adalah
tindakan pengecekan kembali informasi yang telah ditempatkan terlepas
dari ada tidaknya blunder.
5. Arranging (tabel) Yaitu membuat tabel informasi, sesuai dengan target
eksplorasi atau yang dibutuhkan spesialis.
3.7 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan pengujian univariat.
Investigasi univariat berencana untuk memahami atau
menggambarkan kualitas setiap variabel eksplorasi. Pada
umumnya, penyelidikan ini hanya menciptakan dispersi
pengulangan dan pengenalan setiap variabel. Penilaian univariat
hanya menggambarkan setiap komponen. (Notoatmodjo, 2014)
dalam (Wahyu Widayati, 2017)
3.8 Etika Penelitian
Himpunan asas eksplorasi merupakan kaidah moral yang
berlaku pada tahapan latihan ujian yang meliputi ilmuwan, pihak
yang dipertimbangkan (subjek penelitian) dan daerah setempat
yang akan memperoleh akibat dari pemeriksaan tersebut
(Notoatmodjo, 2012) dalam (Wahyu Widayati, 2012). , 2017)
1. Informed consent (Lembar Persetujuan Responden)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti,
spesialis memahami poin dan tujuan pemeriksaan. Harus diberikan
data yang lengkap tentang motivasi eksplorasi yang akan dilakukan,
subjek memiliki hak untuk secara terbuka menolak/mengambil
bagian sebagai responden.
2. Klasifikasi
Klasifikasi data dipastikan oleh analis, semua data yang telah
dikumpulkan ditakdirkan untuk dirahasiakan dan hanya
pengumpulan informasi tertentu yang akan diperhitungkan dalam
hasil pemeriksaan.

31
3. Manfaat
Efek samping dari penelitian ini mungkin dapat menambah
informasi, pandangan masyarakat tentang pencegahan penyakit
pasca banjir
4. Anomity (Tanpa Nama)
Untuk mengikuti klasifikasi responden, para ahli tidak
mencantumkan nama responden pada lembar survei, cukup
menggunakan kode angka.
5. Ekuitas
Penelitian ini tidak dipisahkan pada standar yang berlebihan saat
memilih subjek penelitian, namun karena alasan yang langsung
terkait dengan masalah pengujian.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anih Sri Suryani. (2020). Mewaspadai Potensi Penyakit Pasca


banjir. Jurnal Kesehatan.

BNPB. (2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Provinsi Gorontalo.

BPBD. (2020). Dua wilayah kabupaten di provinsi gorontalo di


landa banjir, total warga terdampak 3.409 jiwa. badan
nasional penanggulangan bencana

Bungin. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika


Praktis). Skripsi.

Dwi Kurniawati. (2019). Pengaruh Pengetahuan Kebencanaan


Terhadap sikap kesiapsiagaan Dalam Menghadapi bencana
pada mahasiswa.

fairus. (2020). Bab III Metoda Penelitian. Bab III Metoda


Penelitian, Bab iii

Fatma, D. (2017). Tanah longsor,penyebab,jenis,dampak dan


penanggulangan. Ilmu Geografi.

Hildayanto, A. (2020). Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan


Masyarakat terhadap Bencana Banjir. Higeia Journal of Public
Health Research and Development.

Laili Jamilatus Sanifah. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan


Dan Sikap Keluarga Tentang Perawataan Activities Daily
Living (adl) pada lansia. Skripsi.

marliana veronika purba. (2017). Pengaruh pengetahuan dan


sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit ISPA
(infeksi saluran pernafasan akut) pasca bencana banjir.
Skripsi.

Natsir, F. (2017). Analisis Permasalahan Banjir Wilayah Kelurahan


Karunrung Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Repositori
UIN Alauddin Makassar.
33
Nurhaeni Asrullah. (2019). hubungan tingkat pengetahuan perawat
dengan penerapan triage di IGD RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASAR
.
Nurlina, Ridwan, I., & Siregar, S. S. (2018). Analisis Tingkat
Kerawanan Dan Mitigasi Bencana Banjir Di Kecamatan
Astambul Kabupaten Banjar.

Pitra, I. (2017). Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia


terhadap kesehatan di Desa Bonto Bangun Kecamatan Rilau
Ale Kabupaten Bulukumba.

Pratama, G. (2017). Analisis Penanggulangan Bencana Banjir


Oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Kota
Bengkulu Skripsi.

Purwoko, A. (2020). Resiko Bencana Banjir Terhadap


Kesiapsiagaan Bencana Banjir Di Kelurahan Pedurungan
Kidul Kota Semarang.

raditya jati. (2020). banjir, bencana alam mematikan 2020. Di


Akses Tanggal 08 Februari 2022. badan nasional
penanggulangan bencana

Sari, M. K. (2016). Studi Tentang Mitigasi Bencana Banjir Di


Nagara Bukit Siayah Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten
Pesisir Selatan. STKIP PGRI Sumatra Barat.

sugiyono. (2016). Variabel penelitian dan Definisi Oprasional.


Susanti, E., & Husna, C. (2017). Pencegahan Penyakit Menular
Akibat Banjir Knowledge , Attitude , And Actions Of Local
Community To Prevent Infectious Diseases Caused By Flood.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan.

Taufik Mohamad. (2017). Gambaran pengetahuan masyarakat


tentang pencegahan penyakit pasca Di Desa permata
Kecamatan Paguyaman Kabupaten boalemo. Skripsi.

vevi kurniawati. (2018). Analisis pengetahuan masyarakat tentang


resiko penyebaran penyakit menular pasca bencana banjir di
pangkalan koto baru lima puluh kota.

Wahyu Widayati. (2017). hubungan antara pengetahuan dan sikap


dengan tindakan petugas kesehatan dalam upaya

34
pengelolaan sampah medis di rumah sakit griya husada
madiun. Skripsi.

Widayatun, & Fatoni, Z. (2018). Permasalahan Kesehatan dalam


Kondisi Bencana:Peran Petugas Kesehatan dan Partisipasi
Masyarakat (Health Problems in a Disaster Situation : the
Role of Health Personnels and Community Participation).

World Health Organization. (2017). WHO FLOODS Dari WHO. Di


Akses Tanggal 08 Februari 2022. world healt organization

35

Anda mungkin juga menyukai