Anda di halaman 1dari 3

Nama: Dina Nursaidah

NIM: 1217020014

Kelas: Biologi (A)

Tugas Bahasa Indonesia Analisis Ejaan

BAB II

PEMBAHASAN

Bencana merupakan fenomena alam yang yang memiliki sifat merusak sehingga merugikan
orang banyak, kerugian yang diakibatkan dapat berupa materi maupun korban jiwa. Setiap
tahunnya, Indonesia dilanda banyak bencana alam, yang tidak lain disebabkan oleh letak geologi
Indonesia berada di ring of fire (cincin api) dan pada tiga pertemuan lempeng, topografi yang
beragam, alih fungsi lahan, perubahan iklim dunia, dsb. Pada tahun 2021 yang baru memasuki
bulan Februari ini saja, tercatat sebanyak 429 bencana terjadi hampir di seluruh wilayah
Indonesia dengan korban jiwa mencapai 233 orang dan kerugian materiil yang besar.

BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat sejak 1 Januari 2021 kejadian
bencana alam yang mendominasi adalah bencana banjir, kemudian diikuti puting beliung dan
tanah longsor. Bencana sebagian besar terjadi di Pulau Jawa. Tertinggi ada di Jawa Barat dengan
93 kejadian, Jawa Tengah 74 kejadian, Jawa Timur 59 kejadian, dan Banten 19 kejadian.
Sementara di luar Jawa tertinggi terjadi di NTB sebanyak 28 kejadian. Warga terdampak dan
mengungsi sebanyak 2.683.241 jiwa. Sedangkan sebanyak 223 jiwa meninggal dunia dan 8
hilang serta 12.063 jiwa luka-luka. BNPB pula mencatat 49.733 rumah mengalami kerusakan
berat hingga ringan, sementara sebanyak 1.275 fasilitas umum rusak.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa runtutan bencana yang terjadi mengakibatkan
banyaknya korban jiwa, kerugian, dan duka bagi Indonesia. Belum usai pandemi virus COVID-
19 ini menyerang kesehatan sekaligus melumpuhkan aktifitas manusia, kini ancaman lainnya
datang dari bencana alam. Ibarat “sudah jatuh, tertimpa tangga pula” kondisi Indonesia saat ini.
Kerugian materi yang dialami korban pun tidak sedikit, padahal pandemi ini saja sudah cukup
berdampak pada melemahnya ekonomi di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Masyarakat pun dibuat khawatir dan sedih dengan berita mengenai bencana-bencana di berbagai
daerah yang terus menerus terjadi. Seperti bencana dengan dampak dan korban terbesar yaitu
banjir Pidie, banjir Aceh Tamiang, Longsor Sumedang, banjir Kalsel, erupsi Merapi, banjir-
longsor Manado, banjir bandang Cisarua Bogor, banjir bandang Banyumas, dan gempa Majene-
Mamuju. Hal ini akhirnya memancing simpati masyarakat Indonesia lainnya dengan
memberikan bantuan berupa sumbangan sandang dan pangan, penggalangan dana, doa serta
dukungan.

Proses evakuasi dan penanganan bencana yang mulanya sudah berat pun kini menjadi berkali
lipat dikarenakan terjadi di situasi pandemi. Petugas dan relawan harus bekerja ekstra untuk
mengevakuasi korban, menangani kemungkinan terjadi bencana susulan, hingga mengatur
tempat pengungsian. Petugas dan pemerintah harus pandai-pandai mengatur posko pengungsian
yang hanya terbatas namun dengan banyaknya pengungsi serta protokol kesehatan yang tetap
harus ditaati. Belum lagi jika bencana terjadi di zona kuning atau bahkan zona merah yang
dimana pastinya penularan virus COVID-19 semakin rentan.

Seperti yang dikatakan oleh Adi Maulana, Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas
Hasanuddin, Makassar, “dalam situasi normal tanpa bencana saja, prokes (protokol kesehatan)
untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 seperti 3 M masih sulit untuk dipatuhi
seluruh elemen masyarakat, apalagi di saat situasi sulit pascabencana di pengungsian dengan
fasilitas hidup dan fasilitas kesehatan yang sangat terbatas.”

Pemerintah tentunya memiliki tanggung jawab dan peran besar terkait hal ini. Fasilitas hidup dan
kesehatan yang minim dapat memperlambat ruang gerak para petugas dan relawan untuk
menangani korban bencana alam. Oleh sebab itu, supaya proses penanganan bisa berjalan dengan
lancar, alangkah baiknya jika pemerintah meningkatkan fasilitas yang diperlukan. Peningkatan
fasilitas disini tidak hanya fasilitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi
saja, namun fasilitas seperti alat pendeteksi bencana alam dan alat pendeteksi korban bencana
pun sangat diperlukan dalam upaya pencegahan bencana alam serta kerugian yang lebih besar.

Musibah bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti banjir, longsor, tsunami, gempa bumi,
dll ini mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan kerugian materi yang dialami korban. Belum
lagi diperparah oleh pandemi yang tidak kunjung usai sehingga membuat semuanya semakin
sulit. Maka dari itu, kerja sama dari semua pihak sangat penting untuk dilakukan dalam upaya
pencegahan dan penanganan bencana alam. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan fasilitas,
baik untuk korban maupun untuk mendeteksi bencana sehingga mempermudah para petugas dan
relawan dalam mengevakuasi korban. Selain itu, dukungan dari masyarakat Indonesia lainnya
pun diperlukan untuk membantu proses pemulihan para korban.

Anda mungkin juga menyukai