PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disebut dengan Covid-19 ini
merupakan penyakit baru yang hadir di dunia dan penyakit ini biasanya muncul
dari gejala ringan hingga berat. Covid-19 terbagi menjadi dua jenis yang
diketahui yang dapat menimbukan gejala berat seperti Middle East Respiratory
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona ini termasuk dalam
kategori zoonosis yang artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia).
(Kemenkes RI, 2020).
Menurut World Health Organization (2020), pada tanggal 1 desember
2020 tercatat ada 62.844.837 jiwa kasus Covid-19 yang terkonfirmasi dan baru
dilaporkan dalam 24 jam terakhir tercatat 453.170 jiwa, terdapat jumlah
kematian yang dilaporkan WHO termasuk 1.465.144 jiwa dan baru dilaporkan
dalam 24 jam terakhir tercatat 7.837 jiwa. Jadi, hal ini menunjukan bahwa
Corona Virus Disease (Covid-19) merupakan suatu penyakit serius yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan di semua negara sehingga merugikan negara
dan pribadi karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat
mortalitas covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020). Jumlah kasus yang tercatat di
Negara Indonesia pada tanggal 1 Desember 2020 terdapat jumlah yang positif
tercatat 543.975 jiwa, jumlah data yang sembuh tercatat 454.879 jiwa dan
jumlah data yang meninggal tercatat 17.081 jiwa. Kesimpulan dari data
tersebut bahwa terkait terjadinya covid semakin meningkat di setiap bulan
(Satgas, 2020).
1
Menurut Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (2020), berdasarkan tanggal 1
Desember 2020 terdapat 2.438 jiwa yang terkonfirmasi Covid-19 diantaranya
termasuk 374 jiwa yang terkonfirmasi isolasi, 2042 jiwa yang terkonfirmasi
sembuh dan 22 jiwa yang terkonfirmasi meninggal. Suspek 1309 jiwa
diantaranya 522 jiwa suspek dirawat, 737 jiwa discarded dan 50 jiwa probable.
Kontak erat dengan orang yang positif covid-19 terdapat 19.486 jiwa (Dinkes
Kalbar, 2020). Kota Pontianak yang terkonfirmasi covid-19 tercatat 772 jiwa,
suspek tercatat 785 jiwa dan kontak erat dengan orang yang positif covid-19
tercatat 2.624 jiwa (Dinkes Kalbar, 2020).
Menurut Kementerian Kesehatan (2020), Orang Tanpa Gejala (OTG)
adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala-gejala Covid-19, tetapi
mereka pernah melakukan kontak erat dengan orang yang sudah dinyatakan
positif Covid-19. OTG perlu melakukan pemeriksaan rapid test antibodi, jika
pemeriksaan yang pertama menunjukkan hasil negatif, maka tindakan
selanjutnya adalah menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
social distancing (jaga jarak fisik) serta memakan makanan yang sehat dan
bergizi serta rutin olahraga dengan protokol kesehatan. Jika didapatkan hasil
positif maka, tindakan selanjutnya adalah mengisolasikan diri atau isolasi
mandiri dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan social
distancing serta rutin cek kesehatan dan juga yang penting adalah tetap
meningkatkan sistem imunitas tubuh agar tidak mudah terpapar virus maupun
bakteri.
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah tentara bagi kesehatan
tubuh kita yang berperan dalam menjaga dan melawan benda asing yang
negatif masuk ke tubuh. Seperti yang kita ketahui bahwa tidur merupakan
kebutuhan dasar manusia yang mempunyai pengaruh terhadap fisik dan
psikologis dengan kebutuhan yang berbeda-beda berdasarkan usia. Saat tidur
terjadinya perubahan fisiologis, perubahan neurologi, perubahan hormonal dan
pernapasan. Dengan kebutuhan tidur yang terpenuhi maka dapat meningkatkan
kesehatan karena fungsi biologis tubuh menjadi seimbang dan normal. Ketika
seseorang kebutuhan tidurnya tidak tercukupi maka dapat mengalami
2
perubahan perilaku, emosi dan menurunkan imunitas tubuh sehingga mudah
terinfeksi virus. Setelah saya membaca artikel terkait sistem imun, saya belum
menemukan apakah ada hubungan sistem imun terhadap pola tidur (Jauhari,
2020).
Tidur adalah salah satu perilaku atau aktivitas sebagai kebutuhan dasar
bagi manusia. Tidur mungkin tampak sebagai suatu proses yang dianggap
pasif. Kenyatannya, tidur dapat dikaitkan dengan aktivasi otak tingkat tinggi.
Tidur merupakan keadaan yang relevan dengan psikiatri, karena gangguan
tidur dapat terjadi di hampir semua penyakit kejiwaan dan sering menjadi
bagian kriteria diagnostik untuk gangguan tertentu. Kualitas tidur sangat
berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia sehingga berpengaruh ke
kesehatan mental jika terjadinya gangguan tidur. (Sadock, Sadock, & Ruiz,
2015).
Untuk mengetahui kondisi tidur yang baik dapat digambarkan dengan
durasi yang cukup, kualitas yang baik, ketepatan dan keteraturan waktu, serta
tidak adanya gangguan tidur. Durasi waktu tidur yang baik untuk
meningkatkan kesehatan secara optimal bagi orang dewasa adalah 7 jam atau
lebih per malam secara teratur. Tidur kurang dari 7 jam per malam secara
teratur dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan di antaranya
penambahan berat badan, penyakit jantung dan stroke, depresi, hipertensi,
diabetes dan peningkatan risiko kematian (Watson et al., 2015).
Hasil dari penelitian Bilqis tahun 2018, menyatakan bahwa adanya
hubungan infeksi saluran pernafasan akut terhadap gangguan tidur yang
menyebabkan kekebalan tubuh menurun pada mahasiswa Kedokteran
Universitas Andalas angakatan 2015-2016.
Menurut penulis, dari latar belakang tersebut menyimpulkan bahwa saat
pandemi Covid-19 banyaknya tenaga kesehatan tertular penyakit Covid-19
dengan tanpa gejala namun, penulis belum mengetahui hubungan kualitas tidur
terhadap orang tanpa gejala. Maka dari itu, penulis ingin meneliti hubungan
pola tidur terhadap kejadian Orang Tanpa Gejala akibat covid-19.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas latar belakang sebelumnya maka peneliti dapat
menyusun rumusan masalah yaitu, “Hubungan Pola Tidur Terhadap Orang
Tanpa Gejala (OTG) Akibat Covid-19 Di RS Universitas Tanjungpura”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap orang tanpa gejala
(OTG) akibat Covid-19 Di RS Universitas Tanjungpura?
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap kejadian Covid-19
b. Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap Orang Tanpa Gejala
(OTG)
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai cara pencegahan
covid-19 Di RS Se-Kalimantan Barat.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai masukan peningkatan mutu dan kualitas dalam pelayanan
kesehatan khususnya dalam penanganan Covid-19.
3. Bagi instusi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan
memperkaya ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan bagi peniliti
selanjutnya. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman bagi
peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan yang terkait dengan
hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat covid-19.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
a. Definisi Covid-19
Berdasarkan penelitian (Centers for Disease Control and
Prevention, 2020), Covid-19 merupakan sekumpulan virus yang
mempengaruhi dan menginfeksi sistem pernapasan mulai dari yang
ringan hingga berat seperti penyakit pneumonia sehingga dapat
terjadinya kematian. Tercatat kurang lebih 200 negara yang terinfeksi
virus ini dan yang terbanyak terinfeksi yaitu Amerika Serikat terdapat
kurang lebih 186.046 orang yang positif covid-19. Setelah Amerika
Serikat yang terbanyak terinfeksi virus ini terdapat juga dari Negara
Italia dengan 105.792 jiwa, dan Spanyol sebanyak 95.923 jiwa.
Meningkatnya mortalitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
individu dan faktor luar individu.
b. Etiologi
Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, ia berkapsul
dan juga tidak bersegmen. Covid-19 mempunyai 4 struktur protein yang
utama yaitu: peotein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),
glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Covid-19 termasuk
ordo Nidovirales, keluarga dari Coronaviridae. Virus ini dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus
diantaranya alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,
dan deltacoronavirus. Covid-19 termasuk dalam genus betacoronavirus
yang berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, berdiamter 60-140
mm. lamanya virus ini bertahan mungkin dipengaruhi dengan kondisi-
kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan
lingkungan) (Kemenkes RI, 2020).
c. Patofisiologi
6
CoV protein S keterikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-
2 (angiotensin converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada
mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus
besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel
alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
otot polos. Setelah berhasil masuk maka selanjutnya terjadnya translasi
replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan
transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan
dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya yaitu perakitan dan
membentuk virus. Setelah terjadinya transmisi, virus masuk ke saluran
pernapasan bagian atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas
atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran
napas bagian bawah. Pada infeksi yang akut maka terjadinya peluruhan
virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut dan meluruh beberapa
waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus
sampai muncul penyakit 3-7 hari (Burhan, et al, 2020).
d. Klasifikasi Covid-19
Berikut klarifikasi Covid-19 di Indonesia berdasarkan buku
Pedoman Pencegahan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
per 27 Maret 2020:
1) Pasien dalam Pengawasan (PdP)
a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
demam (≥38ºC) atau riwayat demam yang disertai salah satu
tanda adanya penyakit pernapasan seperti: batuk, sesak nafas,
sakit tenggorokan, pilek, pneumonia ringan sampai berat dan
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara atau wilayah
yang melaporkan transmisi lokal.
8
b) Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ispa dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak erat dengan yang positif covid-19.
c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan juga tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang menyakinkan.
2) Orang dalam Pemantauan (OdP)
a) Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau
gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan,
batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
b) Orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan seperti pilek,
sakit tenggorokan dan batuk pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-
19.
3) Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak ada gejala tetapi memiliki resiko tertular
dari orang yang positif covid-19. Orang tanpa gejala merupakan
seseorang yang riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi covid-
19. Kontak erat adalah seseorang yang pernah melakukan kontak
fisik atau pernah berada didalam satu ruangan yang sama atau
berkunjung (dengan jarak 1 meter dengan kasus pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum timbulnya gejala
dan hingga 14 hari setelah timbul gejala.
Orang yang termasuk dalam kontak erat adalah petugas
kesehatan karena mereka yang memeriksa, merawat, mengantar, dan
membersihkan ruangan ditempat perawatan kasus tanpa
menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standart. Selanjutnya
orang yang termasuk dalam kontak erat adalah orang yang berada
dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus konfirmasi covid-19
9
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, dan acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah timbul
gejala. Orang yang termasuk kontak erat yang terakhir adalah orang
yang berpergian bersama (radius 1 meter) dengan berbagai jenis
transportasi dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.
4) Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi Covid-19 dengan hasil pemeriksaan tes
positif melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)
(Handayani, et al. 2020).
e. Faktor Risiko
Berdasarkan penelitian (Susilo, et al, 2020) penyakit komorbid
hipertensi dan diabetes mellitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok
aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Jenis kelamin
laki-laki lebih rentan terpapar infeksi ini berdasarkan prevalensi
perokok aktif yang tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes
mellitus diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2.
f. Manifestasi Klinis
Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang hingga
berat. Gejala klinis utama yang sering muncul yaitu demam dengan
suhu (≥38ºC), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai
dengan sesak yang berat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti
diare dan gejala saluran napas lainnya. Setengah dari pasien timbul
sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif seperti ARDS, syok septic, asidosis metabolic yang sulit
dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam
beberapa hari.
10
2. Pola Tidur
a. Definisi Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka
waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal masuk tidur dan
bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan
kondisi tidur dan kepuasan tidur (Noor, 2003).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tidur
adalah suatu keadaan dimana seseorang sedang tidak sadar tetapi dapat
dibangunkan oleh stimulus atau dapat juga diakatakan sebagai keadaan
tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan dalam penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus
yang berulang (Hidayat A, 2015).
b. Fisiologi Tidur
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada
mesensefalon dan terdapat pada bagian pons. Pons tersebut terletak
antara otak tengah dan medulla oblongata. Reticular activating system
(RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses berpikir. Ketika dalam keadaan sadara,
neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinefrin.
Pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Sementara, pada saat
terbangun bergantung pada keseimbangan implus yang diterima pusat
otak dan sistem limbic (Hidayat A, 2015).
c. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian Tarwoto (2015) tahapan tidur terdapat non
rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM),
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tahap Tidur NREM: NREM tahap I, tingkat transisi, merespon
cahaya, berlangsung beberapa menit, mudah terbangun dengan
11
f. Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah ketika seseorang sedang mengalami
gangguan dan perubahan waktu tidur yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Tarwoto,
2015).
1) Penyebab Gangguan Tidur
Menurut Nugroho (2014) menyatakan penyebab gangguan
tidur adalah:
a) Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang
tenang.
b) Faktor instrinsik (dalam), misalnya berupa nyeri, gatal, kram
pada betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia),
depresi, ansietas, stress, iritabilitas, marah yang tidak
tersalurkan dan penyakit tertentu yang membuat gelisah.
2) Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
(Tarwoto, 2015) :
a) Penyakit
Seseorang ketika mengalami sakit maka memerlukan
waktu tidur yang lebih banyak dari normal. Namun demikian,
keadaan sakit menyebabkan lansia kurang tidur bahkan tidak
14
B. Kerangka Teori
Skema 2.2 Kerangka Teori
N- Rem
Pola tidur
Rem
- Penyakit
- Lingkungan Covid-19
- Motivasi OdP
- Kelelahan
PdP
- Kecemasan
OTG
- Alkohol
Konfirmasi
- Obat-obatan
Keterangan : : Diteliti
: Tidak Diteliti
Sumber : (Centers for Disease Control and Prevention, 2020) (Hidayat A , 2015.)
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antara
variabel yang merupakan jawaban penelitian tentang kemungkinan hasil
penelitian (Dharma, 2011). Berdasarkan kerangka konsep diatas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat
Covid-19.
16
Ho : Tidak ada hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala
akibat Covid-19.
D. Keaslian penelitian
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaa Perbeda
Tahun n an
1 Eduardo Tidur Metode Tidur - Metode
de Sousa dan penelitian memengaruh penelitia
Martins Kekebal ini i kekebalan. n
menggun
e Silva, an Ini terjadi
akan
(2020). Tubuh melalui Populasi
tinjauan
Pada regulasi dan
bibliograf
Saat penanda sampel
i
Covid- integratif
imunologi
19 dan selnya. Tempat
dilakukan
dengan Oleh karena dan
D, tubuh
dengan
deskripto
r: Sleep;
Karantina
17
sional COVID-19.
Konsumsi pil
Lintas
tidur yang
Sektor.
dilaporkan
sendiri
meningkat
20% ( P
<.001).
Analisis
20
BAB III
METODE PENELITIAN
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan (Riyanto, 2011).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah hubungan pola tidur
terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat Covid-19 di RS Universitas
Tanjung Pura
Berdasarkan teori yang dikemukakan maka dapat dibuat kerangka konsep
sebagai berikut :
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel Dependen
Covid-19
F. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini merupakan penelitian
22
b. Kriteria Eksklusi
1) Tenaga perawat yang pernah terkonfirmasi positif dan bergejala.
2) Tenaga perawat yang tidak bersedia menjadi responden.
Berdasarkan jumlah sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
yang ada, maka peneliti mengambil sampel dengan metode total sampling
dimana peneliti mengambil sampel sesuai dengan populasi berjumlah 30
sampel (Riyanto, 2011).
I. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati
atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasiona
l
1. Variabel Pola tidur Menggunak Dinyatakan Nominal
independe adalah model an dalam
n atau bentuk kuesioner tingkatan :
seseorang tidur
jawaban 1. Ya
(Pola dalam
Benar = 1 2. Tidak
tidur) mencakupi
Salah = 0
24
K. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian dikembangkan dari konsep atau teori dan hasil
penelitian terdahulu sesuai dengan fenomena atau masalah penilitian
(Dharma, 2011).
1) Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas (Indenpendent Variabel) disebut juga variabel sebab
yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan
perubahan pada variabel lainya (Dharma, 2011). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pola tidur.
2) Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel akibat atau
variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi
pada variabel independent (Dharma, 2011). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah orang tanpa gejala akibat covid-19.
b. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariate, hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat
dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi
(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen (pola tidur) dan variabel dependen
(orang tanpa gejala). Penelitian ini menggunakan uji statistik chi
Square dengan tabel 3x2. Uji chi square adalah salah satu jenis uji
komparatif non paramateris yang dilakukan pada dua variabel
(Arikunto, 2010).
N. Etika Penelitian
Prinsip utama dalam etik keperawatan yang digunakan peneliti menurut
Notoadmodjo, 2010. Sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek dan memberikan
kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak
memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti sebagiannya
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) sebagai
bentuk menghormati harkat dan martabat subjek yang mencakup:
penjelasan manfaat penelitian, kemungkinan resiko dan ketidak
nyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang didapatkan. Persetujuan
peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek berkaitan
dengan prosedur penelitian. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri
sebagai objek penelitian kapan saja. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan
terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality).
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
29
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan
penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,
yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,
maupun kematian subjek penelitian. Sesuai dengan prinsip dasar
penelitian maka peneliti hendaknya memenuhi kaidah keilmuan dan
dilakukan berdasarkan hati nurani, moral, kejujuran, kebebasan, dan
tanggung jawab.