Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disebut dengan Covid-19 ini
merupakan penyakit baru yang hadir di dunia dan penyakit ini biasanya muncul
dari gejala ringan hingga berat. Covid-19 terbagi menjadi dua jenis yang
diketahui yang dapat menimbukan gejala berat seperti Middle East Respiratory
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona ini termasuk dalam
kategori zoonosis yang artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia).
(Kemenkes RI, 2020).
Menurut World Health Organization (2020), pada tanggal 1 desember
2020 tercatat ada 62.844.837 jiwa kasus Covid-19 yang terkonfirmasi dan baru
dilaporkan dalam 24 jam terakhir tercatat 453.170 jiwa, terdapat jumlah
kematian yang dilaporkan WHO termasuk 1.465.144 jiwa dan baru dilaporkan
dalam 24 jam terakhir tercatat 7.837 jiwa. Jadi, hal ini menunjukan bahwa
Corona Virus Disease (Covid-19) merupakan suatu penyakit serius yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan di semua negara sehingga merugikan negara
dan pribadi karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat
mortalitas covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020). Jumlah kasus yang tercatat di
Negara Indonesia pada tanggal 1 Desember 2020 terdapat jumlah yang positif
tercatat 543.975 jiwa, jumlah data yang sembuh tercatat 454.879 jiwa dan
jumlah data yang meninggal tercatat 17.081 jiwa. Kesimpulan dari data
tersebut bahwa terkait terjadinya covid semakin meningkat di setiap bulan
(Satgas, 2020).

1
Menurut Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (2020), berdasarkan tanggal 1
Desember 2020 terdapat 2.438 jiwa yang terkonfirmasi Covid-19 diantaranya
termasuk 374 jiwa yang terkonfirmasi isolasi, 2042 jiwa yang terkonfirmasi
sembuh dan 22 jiwa yang terkonfirmasi meninggal. Suspek 1309 jiwa
diantaranya 522 jiwa suspek dirawat, 737 jiwa discarded dan 50 jiwa probable.
Kontak erat dengan orang yang positif covid-19 terdapat 19.486 jiwa (Dinkes
Kalbar, 2020). Kota Pontianak yang terkonfirmasi covid-19 tercatat 772 jiwa,
suspek tercatat 785 jiwa dan kontak erat dengan orang yang positif covid-19
tercatat 2.624 jiwa (Dinkes Kalbar, 2020).
Menurut Kementerian Kesehatan (2020), Orang Tanpa Gejala (OTG)
adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala-gejala Covid-19, tetapi
mereka pernah melakukan kontak erat dengan orang yang sudah dinyatakan
positif Covid-19. OTG perlu melakukan pemeriksaan rapid test antibodi, jika
pemeriksaan yang pertama menunjukkan hasil negatif, maka tindakan
selanjutnya adalah menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
social distancing (jaga jarak fisik) serta memakan makanan yang sehat dan
bergizi serta rutin olahraga dengan protokol kesehatan. Jika didapatkan hasil
positif maka, tindakan selanjutnya adalah mengisolasikan diri atau isolasi
mandiri dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan social
distancing serta rutin cek kesehatan dan juga yang penting adalah tetap
meningkatkan sistem imunitas tubuh agar tidak mudah terpapar virus maupun
bakteri.
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah tentara bagi kesehatan
tubuh kita yang berperan dalam menjaga dan melawan benda asing yang
negatif masuk ke tubuh. Seperti yang kita ketahui bahwa tidur merupakan
kebutuhan dasar manusia yang mempunyai pengaruh terhadap fisik dan
psikologis dengan kebutuhan yang berbeda-beda berdasarkan usia. Saat tidur
terjadinya perubahan fisiologis, perubahan neurologi, perubahan hormonal dan
pernapasan. Dengan kebutuhan tidur yang terpenuhi maka dapat meningkatkan
kesehatan karena fungsi biologis tubuh menjadi seimbang dan normal. Ketika
seseorang kebutuhan tidurnya tidak tercukupi maka dapat mengalami

2
perubahan perilaku, emosi dan menurunkan imunitas tubuh sehingga mudah
terinfeksi virus. Setelah saya membaca artikel terkait sistem imun, saya belum
menemukan apakah ada hubungan sistem imun terhadap pola tidur (Jauhari,
2020).
Tidur adalah salah satu perilaku atau aktivitas sebagai kebutuhan dasar
bagi manusia. Tidur mungkin tampak sebagai suatu proses yang dianggap 
pasif. Kenyatannya, tidur dapat dikaitkan dengan aktivasi otak tingkat tinggi. 
Tidur merupakan keadaan yang relevan dengan psikiatri, karena gangguan
tidur  dapat terjadi di hampir semua penyakit kejiwaan dan sering menjadi
bagian  kriteria diagnostik untuk gangguan tertentu. Kualitas tidur sangat
berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia sehingga berpengaruh ke
kesehatan mental jika terjadinya gangguan tidur. (Sadock, Sadock, & Ruiz,
2015). 
Untuk mengetahui kondisi tidur yang baik dapat digambarkan dengan
durasi  yang cukup, kualitas yang baik, ketepatan dan keteraturan waktu, serta
tidak  adanya gangguan tidur. Durasi waktu tidur yang baik untuk
meningkatkan  kesehatan secara optimal bagi orang dewasa adalah 7 jam atau
lebih per malam secara teratur. Tidur kurang dari 7 jam per malam secara
teratur dikaitkan  dengan beberapa masalah kesehatan di antaranya
penambahan berat badan, penyakit jantung dan stroke, depresi, hipertensi,
diabetes dan peningkatan risiko  kematian (Watson et al., 2015).
Hasil dari penelitian Bilqis tahun 2018, menyatakan bahwa adanya
hubungan infeksi saluran pernafasan akut terhadap gangguan tidur yang
menyebabkan kekebalan tubuh menurun pada mahasiswa Kedokteran
Universitas Andalas angakatan 2015-2016.
Menurut penulis, dari latar belakang tersebut menyimpulkan bahwa saat
pandemi Covid-19 banyaknya tenaga kesehatan tertular penyakit Covid-19
dengan tanpa gejala namun, penulis belum mengetahui hubungan kualitas tidur
terhadap orang tanpa gejala. Maka dari itu, penulis ingin meneliti hubungan
pola tidur terhadap kejadian Orang Tanpa Gejala akibat covid-19.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas latar belakang sebelumnya maka peneliti dapat
menyusun rumusan masalah yaitu, “Hubungan Pola Tidur Terhadap Orang
Tanpa Gejala (OTG) Akibat Covid-19 Di RS Universitas Tanjungpura”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap orang tanpa gejala
(OTG) akibat Covid-19 Di RS Universitas Tanjungpura?
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap kejadian Covid-19
b. Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap Orang Tanpa Gejala
(OTG)
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai cara pencegahan
covid-19 Di RS Se-Kalimantan Barat.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai masukan peningkatan mutu dan kualitas dalam pelayanan
kesehatan khususnya dalam penanganan Covid-19.
3. Bagi instusi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan
memperkaya ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan bagi peniliti
selanjutnya. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman bagi
peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan yang terkait dengan
hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat covid-19.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
a. Definisi Covid-19
Berdasarkan penelitian (Centers for Disease Control and
Prevention, 2020), Covid-19 merupakan sekumpulan virus yang
mempengaruhi dan menginfeksi sistem pernapasan mulai dari yang
ringan hingga berat seperti penyakit pneumonia sehingga dapat
terjadinya kematian. Tercatat kurang lebih 200 negara yang terinfeksi
virus ini dan yang terbanyak terinfeksi yaitu Amerika Serikat terdapat
kurang lebih 186.046 orang yang positif covid-19. Setelah Amerika
Serikat yang terbanyak terinfeksi virus ini terdapat juga dari Negara
Italia dengan 105.792 jiwa, dan Spanyol sebanyak 95.923 jiwa.
Meningkatnya mortalitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
individu dan faktor luar individu.
b. Etiologi
Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, ia berkapsul
dan juga tidak bersegmen. Covid-19 mempunyai 4 struktur protein yang
utama yaitu: peotein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),
glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Covid-19 termasuk
ordo Nidovirales, keluarga dari Coronaviridae. Virus ini dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus
diantaranya alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,
dan deltacoronavirus. Covid-19 termasuk dalam genus betacoronavirus
yang berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, berdiamter 60-140
mm. lamanya virus ini bertahan mungkin dipengaruhi dengan kondisi-
kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan
lingkungan) (Kemenkes RI, 2020).
c. Patofisiologi
6

Covid-19 disebut dengan zoonotik artinya virus yang diteruskan


dari hewan ke manusia. Kelelawar, tikus bamboo, unta, dan musang
adalah host biasa yang ditemukan untuk coronavirus. Corona virus
pada kelelawar termasuk sumber utama untuk terjadinya Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome
(MARS). Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan
dari manusia ke manusai melalui transmisi kontak, transmisi droplet,
rute feses dan oral.
Covid-19 terlebih dahulu menginfeksi usia dewasa atau anak lebih
tua dengan terdapat gejala klinis ringan seperti common cold dan
faringitis berat seperti SARS atau MERS serta beberapa cedera
menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi coronavirus ini biasanya
terjadi pada musim dingin dan semi karena virus ini terkait dengan
adanya faktor iklim dan perpindahan populasi yang cenderung banyak
perjalanan. Selain itu, terkait dengan karakteristik dari coronavirus
yang sangat menyukai suhu dingin dan kelembapan yang tidak terlalu
tinggi.
Semua orang rentan terinfeksi virus ini. Pneumonia coronavirus
jenis baru dapat terjadi pada pasien yang immunocompromised yaitu
pasien yang kekebalan tubuhnya berkurang karena gangguan. Jika
terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu maka dapat
menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal.
Orang yang dengan sistem imunnya lemah seperti orang tua,wanita
hamil, dan kondisi lainnya maka penyakit secara progresif tertular lebih
cepat dan lebih parah.
Coronavirus hanya bisa meregenerasi diri melalui sel host-nya
karena virus tidak dapat hidup tanpa sel host. Siklus coronavirus setelah
menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, adanya penempelan
dan masuk virus ke sel host yang diperantarai oleh Protein S yang ada
di permukaan virus. Protein S merupakan penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropis. Pada studi SARS-
7

CoV protein S keterikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-
2 (angiotensin converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada
mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus
besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel
alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
otot polos. Setelah berhasil masuk maka selanjutnya terjadnya translasi
replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan
transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan
dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya yaitu perakitan dan
membentuk virus. Setelah terjadinya transmisi, virus masuk ke saluran
pernapasan bagian atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas
atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran
napas bagian bawah. Pada infeksi yang akut maka terjadinya peluruhan
virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut dan meluruh beberapa
waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus
sampai muncul penyakit 3-7 hari (Burhan, et al, 2020).
d. Klasifikasi Covid-19
Berikut klarifikasi Covid-19 di Indonesia berdasarkan buku
Pedoman Pencegahan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
per 27 Maret 2020:
1) Pasien dalam Pengawasan (PdP)
a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
demam (≥38ºC) atau riwayat demam yang disertai salah satu
tanda adanya penyakit pernapasan seperti: batuk, sesak nafas,
sakit tenggorokan, pilek, pneumonia ringan sampai berat dan
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara atau wilayah
yang melaporkan transmisi lokal.
8

b) Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ispa dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak erat dengan yang positif covid-19.
c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan juga tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang menyakinkan.
2) Orang dalam Pemantauan (OdP)
a) Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau
gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan,
batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
b) Orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan seperti pilek,
sakit tenggorokan dan batuk pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-
19.
3) Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak ada gejala tetapi memiliki resiko tertular
dari orang yang positif covid-19. Orang tanpa gejala merupakan
seseorang yang riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi covid-
19. Kontak erat adalah seseorang yang pernah melakukan kontak
fisik atau pernah berada didalam satu ruangan yang sama atau
berkunjung (dengan jarak 1 meter dengan kasus pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum timbulnya gejala
dan hingga 14 hari setelah timbul gejala.
Orang yang termasuk dalam kontak erat adalah petugas
kesehatan karena mereka yang memeriksa, merawat, mengantar, dan
membersihkan ruangan ditempat perawatan kasus tanpa
menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standart. Selanjutnya
orang yang termasuk dalam kontak erat adalah orang yang berada
dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus konfirmasi covid-19
9

(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, dan acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah timbul
gejala. Orang yang termasuk kontak erat yang terakhir adalah orang
yang berpergian bersama (radius 1 meter) dengan berbagai jenis
transportasi dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.
4) Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi Covid-19 dengan hasil pemeriksaan tes
positif melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)
(Handayani, et al. 2020).
e. Faktor Risiko
Berdasarkan penelitian (Susilo, et al, 2020) penyakit komorbid
hipertensi dan diabetes mellitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok
aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Jenis kelamin
laki-laki lebih rentan terpapar infeksi ini berdasarkan prevalensi
perokok aktif yang tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes
mellitus diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2.
f. Manifestasi Klinis
Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang hingga
berat. Gejala klinis utama yang sering muncul yaitu demam dengan
suhu (≥38ºC), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai
dengan sesak yang berat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti
diare dan gejala saluran napas lainnya. Setengah dari pasien timbul
sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif seperti ARDS, syok septic, asidosis metabolic yang sulit
dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam
beberapa hari.
10

2. Pola Tidur
a. Definisi Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka
waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal masuk tidur dan
bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan
kondisi tidur dan kepuasan tidur (Noor, 2003).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tidur
adalah suatu keadaan dimana seseorang sedang tidak sadar tetapi dapat
dibangunkan oleh stimulus atau dapat juga diakatakan sebagai keadaan
tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan dalam penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus
yang berulang (Hidayat A, 2015).
b. Fisiologi Tidur
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada
mesensefalon dan terdapat pada bagian pons. Pons tersebut terletak
antara otak tengah dan medulla oblongata. Reticular activating system
(RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses berpikir. Ketika dalam keadaan sadara,
neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinefrin.
Pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Sementara, pada saat
terbangun bergantung pada keseimbangan implus yang diterima pusat
otak dan sistem limbic (Hidayat A, 2015).
c. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian Tarwoto (2015) tahapan tidur terdapat non
rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM),
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tahap Tidur NREM: NREM tahap I, tingkat transisi, merespon
cahaya, berlangsung beberapa menit, mudah terbangun dengan
11

rangsangan, aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolism


menurun, bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) NREM Tahap II: Periode suara tidur, mulai relaksasi otot,
berlangsung 10-20 menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dapat
dibangunkan dengan mudah.
3) NREM Tahap III: Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak, agak
sulit untuk dibangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah
menurun, berlangsung 15-30 menit.
4) NREM Tahap IV: Tidur nyenyak, denyut jantung dan frekuensi
pernapasan menurun, sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus
intensif, tonus otot menurun dan gerak bola mata cepat.
5) Tahap Tidur REM:
a) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tahap NREM.
b) Pada orang dewasa nomal REM 10-25% dari tidur malamnya.
c) Jika individu terbangun pada tahap ini, maka biasanya terjadi
mimpi.
d) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi yang
berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
d. Fungsi dan Tujuan Tidur
Fungsi dan tujuan tidur ini secara jelas tidak diketahui, akan tetapi
diyakini bahwa pada dasarnya tidur dapat digunakan untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada
paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lainnya. Selama kita tertidur,
energi kita disimpan secara otomatis, sehingga dapat diarahkan kembali
pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis dari tidur yaitu pertama, efek pada sistem saraf diperkirakan
dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara
berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh yang dapat
memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama
tidur terjadi penurunan (Hidayat A, 2015). Berikut adalah beberapa
fungsi dari tidur:
12

1) Memelihara Fungsi Jantung


2) Pembaruan Sel
3) Penyimpanan Energi
e. Kualitas dan Kuantitas Tidur
Kualitas tidur adalah kepuasaan seseorang terhadap tidur sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, gelisah,
kehitaman disekitar mata, sering menguap/mengantuk (Hidayat, 2006).
Kuantitas tidur merupakan jumlah jam tidur atau frekuensi tidur
yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan tidur (sinulingga, 2018).
Berikut frekuensi tidur dari beberapa usia:
Tabel 2.1 Frekuensi Tidur

Usia Dianjurkan Normal Tidak


(jam) (jam) dianjurkan
(jam)

Baru lahir 14-17 11-13 Kurang dari 11


0-3 bulan 18-19 Lebih dari 19

Bayi 12-15 10-11 Kurang dari 10


4-11 bulan 16-18 Lebih dari 18

Balita 11-14 9-10 Kurang dari 9


1-2 tahun 15-16 Lebih dari 16

Anak usia prasekolah 10-13 8-9 Kurang dari 8


3-5 tahun 14 Lebih dari 14

Anak usia sekolah 6- 9-11 7-8 Kurang dari 7


13 tahun 12 Lebih dari 12

Remaja 8-10 7 Kurang dari 7


4-17 tahun 11 Lebih dari 11
13

Dewasa muda 7-9 6 Kurang dari 6


18-25 tahun 10-11 Lebih dari 11

Dewasa 7-9 6 Kurang dari 6


26-64 tahun 10 Lebih dari 10

Dewasa akhir 7-8 5-6 Kurang dari 5


≥65 tahun 9 Lebih dari 9

f. Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah ketika seseorang sedang mengalami
gangguan dan perubahan waktu tidur yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Tarwoto,
2015).
1) Penyebab Gangguan Tidur
Menurut Nugroho (2014) menyatakan penyebab gangguan
tidur adalah:
a) Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang
tenang.
b) Faktor instrinsik (dalam), misalnya berupa nyeri, gatal, kram
pada betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia),
depresi, ansietas, stress, iritabilitas, marah yang tidak
tersalurkan dan penyakit tertentu yang membuat gelisah.
2) Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
(Tarwoto, 2015) :
a) Penyakit
Seseorang ketika mengalami sakit maka memerlukan
waktu tidur yang lebih banyak dari normal. Namun demikian,
keadaan sakit menyebabkan lansia kurang tidur bahkan tidak
14

dapat tidur. Misalnya sakit gangguan pernapasan seperti asma,


bronchitis, penyakit kardiovaskuler dan penyakit persarafan.
b) Lingkungan
Pasien yang biasanya tidur pada lingkungan yang tenang
dan nyaman, kemudian terjadilah perubahan suasana
lingkungan yang tidak nyaman seperti adanya keributan maka
akan menghambat tidur seseorang.
c) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat
menimbulkan keinginan untuk bangun dan waspada terhadap
kantuk.
d) Kelelahan
Apabila seseorang sedang mengalami kelelahan maka
dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e) Kecemasan
Pada saat seseorang dalam keadaan cemas maka
kemungkinan meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidur.
f) Alkohol
Alkohol dapat menekan REM secara normal, seseorang
yang sedag minum alcohol maka dapat mengakibatkan
insomnia dan terpancing marah.
g) Obat-obatan
Beberapa kandungan obat yang dapat menimbulkan
gangguan tidur yaitu Diuretic (menyebabkan insomnia), Anti
depresan (supresi REM), Kafein (meningkatkan saraf
simpatis), Beta bloker (menimbulkan insomnia) dan Narkotika
(mensupresi REM).
15

B. Kerangka Teori
Skema 2.2 Kerangka Teori

N- Rem
Pola tidur
Rem

Faktor yang mempengaruhi :

- Penyakit

- Lingkungan Covid-19

- Motivasi OdP

- Kelelahan
PdP
- Kecemasan
OTG
- Alkohol
Konfirmasi
- Obat-obatan

Keterangan : : Diteliti

: Tidak Diteliti

Sumber : (Centers for Disease Control and Prevention, 2020) (Hidayat A , 2015.)
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antara
variabel yang merupakan jawaban penelitian tentang kemungkinan hasil
penelitian (Dharma, 2011). Berdasarkan kerangka konsep diatas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat
Covid-19.
16

Ho : Tidak ada hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala
akibat Covid-19.

D. Keaslian penelitian
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaa Perbeda
Tahun n an
1 Eduardo Tidur Metode Tidur - Metode
de Sousa dan penelitian memengaruh penelitia
Martins Kekebal ini i kekebalan. n
menggun
e Silva, an Ini terjadi
akan
(2020). Tubuh melalui Populasi
tinjauan
Pada regulasi dan
bibliograf
Saat penanda sampel
i
Covid- integratif
imunologi
19 dan selnya. Tempat
dilakukan
dengan Oleh karena dan

menggun itu, pandemi waktu


akan COVID-19 penelitia
artikel dapat n
ilmiah menyebabka
dari lima
n gangguan
tahun
tidur dan
terakhir,
merusak
dari
fungsi sistem
database
PUBME kekebalan

D, tubuh
dengan
deskripto
r: Sleep;
Karantina
17

No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaa Perbeda


Tahun n an
;
COVID-
19;
Kekebala
n;
Kesehata
n mental.
Selain
buku
"Oxford
textbook
of sleep
disorder",
"Cellular
and
molecular
immunol
ogy", dan
"Treaty
of
Infectolo
gy".
2. Ravi Peruba Metode Sebanyak Mengguna Populasi
Gupta, han peneliti 958 kan sampel
(2020). Pola an ini tanggapan kuesioner
Tidur adalah yang valid Tempat
dan kuesion diterima. dan
Kualita er yang Dibandingka waktu
s Tidur diedark n dengan penelitia
Selama an periode n
Pengun melalui sebelum
18

No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaa Perbeda


Tahun n an
cian platfor tidur, ada
Covid- m pergeseran
19 media ke waktu
sosial. tidur dan
bangun yang
lebih lambat,
dengan
pengurangan
waktu tidur
malam dan
peningkatan
tidur siang.
Efek ini
terlihat di
seluruh
kelompok
pekerjaan,
tetapi
sebagian
besar
mempengaru
hi individu
yang bekerja
kecuali
profesional
kesehatan.
Kualitas
tidur
menurun
19

No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaa Perbeda


Tahun n an
antar
kelompok.
Penurunan
durasi tidur
dikaitkan
dengan
gejala
depresi.
3. Uri Eskalas Metode Dalam Studi 1, Menggunak Tempat
Mandel i peneliti 58% an metode dan
korn, Gangg an ini responden cross waktu
(2021). menggu tidak puas sectional
uan penelitia
nakan 2 dengan tidur
Tidur n
survei mereka.
di
online Empat puluh
Tengah Populasi
cross persen
Pande dan
sectiona responden
mi l, melaporkan
sampel
Covid- kualitas tidur
19: yang menurun
Studi dibandingkan
Interna sebelum krisis

sional COVID-19.
Konsumsi pil
Lintas
tidur yang
Sektor.
dilaporkan
sendiri
meningkat
20% ( P
<.001).
Analisis
20

No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaa Perbeda


Tahun n an
multivariabel
menunjukkan
bahwa jenis
kelamin
perempuan,
yang berada di
karantina, dan
kelompok usia
31 hingga 45
tahun,
aktivitas fisik
yang
berkurang dan
dampak buruk
pada mata
pencaharian
secara
independen
dikaitkan
dengan
memburuknya
kualitas tidur
yang lebih
parah selama
pandemi.
Mayoritas
temuan
direproduksi
dalam kohort
independen
Studi 2.
21

BAB III
METODE PENELITIAN
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan (Riyanto, 2011).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah hubungan pola tidur
terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat Covid-19 di RS Universitas
Tanjung Pura
Berdasarkan teori yang dikemukakan maka dapat dibuat kerangka konsep
sebagai berikut :
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel Dependen

Pola Tidur Orang Tanpa Gejala Akibat

Covid-19

F. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini merupakan penelitian
22

kuantitatif dengan metode korelasi yang bertujuan untuk menganalisis


hubungan antara beberapa variabel yang diteliti, apakah ada hubungan atau
tidak (Dharma, 2011). Sedangkan dalam desain penelitian ini menggunakan
metode cross sectional yaitu dimana peneliti mengambil data terhadap
beberapa variabel penelitian dengan tidak mengikuti responden sampai kurun
waktu tertentu, karena variabel yang diteliti diukur dalam satu satuan waktu
(Dharma, 2011).
G. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian adalah orang
tanpa gejala seluruh tenaga perawat se-Kalimantan Barat.
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan non probability sampling (sampel tidak acak)
dengan teknik purposive sampling yaitu merupakan teknik pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat peneliti,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Riyanto, 2011). Alasan peneliti menggunakan sampel tersebut
dikarenakan kriteria responden mempunyai ciri atau sifat tertentu. Sampel
yang diambil berasal dari jumlah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
1) Tenaga perawat yang pernah kontak erat dengan pasien positif.
2) Tenaga perawat yang bersedia menjadi responden.
23

b. Kriteria Eksklusi
1) Tenaga perawat yang pernah terkonfirmasi positif dan bergejala.
2) Tenaga perawat yang tidak bersedia menjadi responden.
Berdasarkan jumlah sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
yang ada, maka peneliti mengambil sampel dengan metode total sampling
dimana peneliti mengambil sampel sesuai dengan populasi berjumlah 30
sampel (Riyanto, 2011).

H. Tempat dan Waktu Penelitan


1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kalimantan Barat.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari rentang bulan Januari 2020 - Mei 2020.

I. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati
atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasiona
l
1. Variabel Pola tidur Menggunak Dinyatakan Nominal
independe adalah model an dalam
n atau bentuk kuesioner tingkatan :
seseorang tidur
jawaban 1. Ya
(Pola dalam
Benar = 1 2. Tidak
tidur) mencakupi
Salah = 0
24

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasiona
l
kualitas dan
kuantitas tidur.
2. Variabel Orang tanpa
dependen gejala adalah
Seseorang yang

(Orang tidak ada gejala


tetapi memiliki
tanpa
riwayat kontak
gejala
erat dari orang
akibat
yang positif
covid-19)
covid-19.

J. Instrumen Penelitian / Alat Pengumpulan Data


Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
penelitian dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya baik
(cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga mudah diolah (Arikunto, 2012).
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dari peneliti yang mencakupi
variabel independen dan dependen yang diisi oleh responden (OTG).
Kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi dan responden terkait pola tidur terhadap otg (Arikunto, 2010).
Kuesioner ini berjumlah 10 soal, penilitian yang dilakukan dengan
memberikan nilai jika benar 1 dan jika salah 0. Dengan bentuk kuesioner
dalam penelitian ini yaitu soal favourable dan soal unfavourable yang
merupakan hubungan pola tidur yang berisi atau mengatakan hal-hal positif
maupun negatif mengenai objek dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
juga terdapat soal pertanyaan (1-5) dan pernyataan (6-10).
25

K. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian dikembangkan dari konsep atau teori dan hasil
penelitian terdahulu sesuai dengan fenomena atau masalah penilitian
(Dharma, 2011).
1) Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas (Indenpendent Variabel) disebut juga variabel sebab
yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan
perubahan pada variabel lainya (Dharma, 2011). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pola tidur.
2) Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel akibat atau
variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi
pada variabel independent (Dharma, 2011). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah orang tanpa gejala akibat covid-19.

L. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan Data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2011). Adapun prosedur pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan
a. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan instrumen yang akan
digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner
b. Penelitian meminta perizinan permohonan data dan studi pendahuluan
kepada bagian Umum STIK Muhammadiyah Pontianak.
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti mengurus surat izin penelitian kepada Bagian Umum STIK
Muhammadiyah Pontianak.
b. Peneliti mengurus perizinan pengambilan data kepada Rumah Sakit
Universitas Tanjungpura Kecamatan Pontianak Tenggara.
26

c. Peneliti akan memperkenalkan diri kepada calon responden, jika


memenuhi kriteria inklusi maka akan dijadikan sebagai responden.
d. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan
dilakukan dengan mengisi informed consent.
e. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti melakukan
penelitian di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kecamatan
Pontianak Tenggara.
f. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden.
g. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan
kembali kuesioner untuk di analisa.

M. Rencana pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer
menggunakan spss.
1. Pengolahan Data
a. Penyuntingan Data (Editing)
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah semua data terkumpul
(Notoatmodjo, 2010). Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti
ditempat penelitian jika ada kekurangan data dapat segera
dilengkapi.
b. Koding Data (Coding)
Koding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Mengubah data
yang berbentuk huruf menjadi angka untuk memudahkan hasil
penginterpretasikan hasil penelitian. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
c. Scoring
Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian
dilakukan tabulasi dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data
27

serta jumlah item pertanyaan dari setiap variabel.


d. Entering
Proses memasukkan jawaban dari masing-masing responden
yang dalam bentuk kode dimasukan kedalam program atau software
computer (Notoatmodjo, 2010). Memasukkan jawaban dalam bentuk
tabel dan menganalisis melalui software pada computer.
e. Cleaning
Proses pembersihan data apabila semua data dari setiap sumber
data atau responden selesai dimasukan, perlu pengecekkan kembali
untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode dan
ketidaklengkapan baru kemudian dilakukan perbaikan atau koreksi
(Notoatmodjo, 2010). Data yang sudah dimasukkan ke dalam
komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan
sehingga data siap dianalisis.
2. Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya yang sudah tersedia kemudian
diolah dengan statistik dan dapat dipergunakan untuk menjawab rumusan
masalah dalam penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa data dilakukan
untuk menjawab atau membuktikan diterima atau ditolak hipotesa yang
telah ditegakkan. Analisa data sering juga disebut uji hipotesis yang
terdiri dari beberapa uji statistik tergantung dari desain penelitian dan
skala pengukuran datanya (Suyanto, 2011).
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik
digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi dan
untuk data kategorik digunakan distribusi frekuensi (Notoatmodjo,
2010). Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran dari
karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, agama,
gambaran pengetahuan.
28

b. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariate, hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat
dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi
(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen (pola tidur) dan variabel dependen
(orang tanpa gejala). Penelitian ini menggunakan uji statistik chi
Square dengan tabel 3x2. Uji chi square adalah salah satu jenis uji
komparatif non paramateris yang dilakukan pada dua variabel
(Arikunto, 2010).

N. Etika Penelitian
Prinsip utama dalam etik keperawatan yang digunakan peneliti menurut
Notoadmodjo, 2010. Sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek dan memberikan
kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak
memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti sebagiannya
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) sebagai
bentuk menghormati harkat dan martabat subjek yang mencakup:
penjelasan manfaat penelitian, kemungkinan resiko dan ketidak
nyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang didapatkan. Persetujuan
peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek berkaitan
dengan prosedur penelitian. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri
sebagai objek penelitian kapan saja. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan
terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality).
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
29

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan
penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,
yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,
maupun kematian subjek penelitian. Sesuai dengan prinsip dasar
penelitian maka peneliti hendaknya memenuhi kaidah keilmuan dan
dilakukan berdasarkan hati nurani, moral, kejujuran, kebebasan, dan
tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai