Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagi saya kalau penjabat kepala wilayah dibatasi oleh PP No 49/ 2008 tentang
Pemilihan, Pengesahan, Penaikan, serta Pemberhentian Kepala Wilayah serta
Wakil Kepala Wilayah, kewenangan penjabat tidak bisa melaksanakan mutasi
pegawai, membuat kebijakan pemekaran wilayah, membatalkan perizinan yang
lebih dahulu sudah dikeluarkan hingga dengan membuat kebijakan yang
berlawanan dengan penyelenggaraan pemerintahan, serta program
pembangunan pemerintah lebih dahulu. kewenangan penjabat. Perihal tersebut
yang jadi permasalahan utama dalam pergerakan guna kepemimpinan kepala
wilayah. Hingga dari itu, sepatutnya jabatan tersebut wajib disamakan ataupun
tidak wajib terdapat sama sekali bila mengusung demokrasi dalam organisasi
pemerintahan.
2. Komentar saya terhadap kedua statment yang dilansir dalam postingan di atas
selaku berikut:
a. Dalam pasal tersebut menegaskan terdapatnya mekanisme serta persyaratan
yang terukur serta jelas kalau pengisian penjabat tersebut tidak mengabaikan
prinsip- prinsip demokrasi, sekalian membagikan jaminan untuk warga kalau
mekanisme pengisian penjabat berlangsung terbuka, transparan, serta
akuntabel buat menciptakan pemimpin yang kompeten, berintegritas, cocok
dengan aspirasi wilayah dan bekerja dengan tulus buat rakyat serta kemajuan
wilayah.
b. Untuk saya, pertimbangan hukum vonis MK itu bertabiat mengikat serta wajib
dijalankan. MK telah menegaskan kalau anggota Tentara Nasional
Indonesia(TNI)/ Polri yang hendak dinaikan jadi penjabat kepala wilayah,
dianjurkan buat mundur dari dinas keaktifannya. Perihal tersebut cocok
dengan pertimbangan hukum vonis MK Nomor. 67/ PUU/ XIX/ 2021 yang
setelah itu diperkuat dalam vonis MK Nomor. 15/ PUU- XX/ 2022. Hingga dari
itu, telah semestinya perihal tersebut buat tidak ditafsirkan lagi. Hendak
namun, yang melaksanakan ini merupakan pemerintah itu sendiri yang masuk
dalam jenis Disobedience of Law.
3. Penunjukan Kepala BIN Wilayah Sulawesi Tengah tersebut selaku penjabat
wilayah tidak lewat mekanisme yang demokratis. Tidak hanya itu, bagi UU
Nomor. 10 tahun 2016 tentang Pilkada sudah mengendalikan kalau penjabat
bupati/ walikota cuma bisa berasal dari Jabatan Pimpinan Besar( JPT) Pratama.
Sedangakan penunjukan kepala BIN tersebut tidak cocok pula dengan UU
Intelijen Negeri serta Perpres Nomor. 90 Tahun 2012 Tentang BIN, Jabatan-
jabatan di BIN tidaklah jabatan ASN semacam yang di definisikan dalam UU
ASN. Penujukan Brigjen Andi Chandra pula salah diakibatkan dia masih prajurit
Tentara Nasional Indonesia(TNI) aktif.

Anda mungkin juga menyukai