Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

CORONA VIRUS DISEASE-2019

DISUSUN OLEH

NAMA : NUR SALSABILA RIZKY.A (519 011 063)

RESKI AULIA (519 011 033)

KELAS : B/2019

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Namun

yang terjadi di Indonesia saat ini adalah maraknya penyakit Covid-19 yang

disebabkan oleh virus corona yang mampu mengakibatkan kematian. Virus

ini terdeteksi muncul pertama kali di Wuhan China pada bulan Desember

2019. Virus corona merupakan virus yang menyerang saluran pernafasan dan

menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.

Penyebaran virus ini sangatlah cepat hingga memakan banyak nyawa

di berbagai negara. Awal mulanya, warga Indonesia yang positif terkena virus

corona hanya 2 orang, namun penyebaran virus ini sangat cepat sehingga

setiap hari ada orang yang terkena atau terjangkit virus ini. Hingga

pemerintah mengambil keputusan untuk mempersiapkan rumah sakit daerah

sebagai rumah sakit rujukan bagi setiap orang yang terjangkit Covid-19.

Akibat dari maraknya virus corona ini mengakibatkan berbagai hal

yang baru hampir dikerjakan dari rumah, baik sekolah, kuliah, bekerja

ataupun aktivitas yang lainnya. Bahkan tempat beribadah pun sebagian telah

ditutup demi mengurangi penyebaran virus corona ini. Berbagai cara telah

dilakukan oleh pemerintah, seperti physical distancing (jaga jarak), lock

down, bahkan di beberapa daerah pun telah diberlakukan PSBB


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan virus covid-19 ?

2. Bagaimana Proses penularan covid-19 ?

3. Bagaimana mekanisme kerja obat Favipiravir ?

4. Bagaimana penggunaan Favipiravir secara klinis ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan virus covid-19

2. Untuk mengetahui bagaimana Proses penularan covid-19

3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja obat Favipiravir

4. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan Favipiravir secara klinis


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Covid-19

Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan

hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel

organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi (hidup) didalam sel yang

hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel tersebut karena virus tidak

memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Virus merupakan

parasit obligat intraseluler. Virus mengandung asam nukleat DNA atau RNA

sajatetapi tidak kombinasi keduanya, dan yang diselubungi oleh bahan

pelindung terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.

Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus

corona. Nama ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi

nama resmi penyakit ini. Covid sendiri merupakan singkatan dari Corona

Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus

corona yang menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam

tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.

Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang

dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona

diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga

penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS). Virus ini mampu
mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga WHO telah menjadikan

status virus corona ini menjadi pandemi dan meminta Presiden Joko Widodo

menetapkan status darurat nasional corona.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan status kedaruratan

kesehatan masyarakat terkait pandemi virus corona sejak akhir Maret 2020. Ia

kemudian mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

untuk menekan penyebaran virus corona. Jokowi juga menetapkan pandemi

virus corona sebagai bencana nasional non-alam. Mantan wali kota Solo itu

akhirnya melarang masyarakat untuk mudik ke kampung halaman terhitung

24 April sampai 31 Mei mendatang.

B. Proses Penularan Covid-19

Menularnya Covid-19 membuat dunia menjadi resah, termasuk di

Indonesia. Covid-19 merupakan jenis virus yang baru sehingga banyak pihak

yang tidak tahu dan tidak mengerti cara penanggulangan virus tersebut.

Pemerintah dituntut untuk sesegera mungkin menangani ancaman nyata

Covid-19. Jawaban sementara terkait dengan persoalan tersebut ternyata telah

ada dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan. Dimana dalam undang-undang tersebut telah memuat banyak hal

terkait dengan kekarantinaan kesehatan, pihak yang berwenang menetapkan

kedaruratan kesehatan masyarakat, dan lain sebagainya.

Dalam undang-undang tersebut juga menentukan apa saja peraturan

pelaksanaan sebagai tindak lanjut ketentuan dalam kekarantinaan kesehatan.

Namun 4 peraturan pelaksanaan sebagai ketentuan lanjutan dari UU


Kekarantinaan Kesehatan belum ada padahal peraturan pelaksanaan tersebut

sangat perlu untuk segera dibentuk.

Menurut WHO, Covid-19 menular dari orang ke orang. Caranya dari

orang yang terinfeksi virus corona ke orang yang sehat. Penyakit menyebar

melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang

terinfeksi virus bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda

atau permukaan yang disentuh dan orang sehat. Lalu orang sehat ini

menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa

menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat ketika berdekatan

dengan yang terinfeksi corona.

C. Mekanisme kerja Obat Favipiravir

Favipiravir, atau yang juga dikenal dengan nama favilavir atau

avigan, merupakan suatu antivirus yang dikembangkan oleh Toyama

Chemical di Jepang untuk berbagai strain virus influenza.

Favipiravir merupakan pro-drug yang akan dimetabolisme dalam

tubuh menjadi zat aktif, yakni: favipiravir-ribofuranosyl-5’- triphosphate

(favipiravir-RTP). Favipiravir merupakan obat pertama yang disetujui oleh

pemerintah China sebagai terapi COVID-19 di China.

Favipiravir bekerja sebagai penghambat selektif RNA-dependent

RNA polymerase (RdRp), yang merupakan salah satu enzim yang digunakan

untuk transkripsi dan replikasi genom RNA virus. Dengan demikian,

favipiravir memiliki potensi untuk menghambat replikasi dari berbagai jenis

virus RNA, dan dapat dikatakan memiliki potensi sebagai antivirus dengan
spektrum luas. Secara in-vitro, favipiravir efektif untuk virus influenza tipe

A, B, dan C. Hasil penelitian in-vitro tersebut ditegaskan oleh hasil penelitian

pada hewan yang terinfeksi virus influenza yang menunjukkan bahwa

favipiravir dapat meningkatkan survival rate dan menurunkan jumlah virus

(viral load). Selain influenza, favipiravir efektif terhadap virus berbagai jenis

virus RNA termasuk arenaviridae, bunyaviridae, flaviviridae, picornaviridae,

caliciviridae, rhabdoviridae, dan filoviridae.

Beberapa penelitian pada hewan coba juga menunjukkan efektivitas

favipiravir dalam hal menurunkan jumlah virus atau meningkatkan survival

rate hewan coba yang diinfeksi oleh virus west nile, virus yellow fever, virus

chikunguya, virus rabies, dan sebagainya. Penelitian in-vitro oleh Wang et al.

(2020) menunjukkan potensi penggunaan favipiravir untuk menghambat

replikasi SARS-CoV-2. Nilai EC50, CC50, dan SI favipiravir untuk mengatasi

sel kultur yang terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 61,88 μM, >400 μM, dan

>6,46, secara berturut-turut.

D. Penggunaan Favipiravir Secara Klinis

Penelitian Klinis untuk membuktikan efektivitas favipiravir pada

pasien COVID-19 sedang berjalan di China.61 Salah satu penelitian yang

dilakukan oleh Cai et al. di Shenzhen, China pada 80 orang pasien positif

COVID-19 menunjukkan bahwa favipiravir memiliki profil efektivitas yang

superior dan efek samping yang lebih rendah dibandingkan

lopinavir/ritonavir.
Dosis favipiravir yang diberikan adalah 1.600 mg dua kali sehari

pada hari pertama dilanjutkan 600 mg dua kali sehari pada hari ke-2 sampai

ke-14. Dosis lopinavir/ritonavir yang diberikan adalah 400 mg lopinavir/100

mg ritonavir pada hari ke-1 sampai ke-14. Hasil penelitian menunjukkan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik awal pasien. Pasien

pada kelompok fapiviravir mengalami klirens virus yang lebih rendah secara

signifikan dibandingkan kelompok lopinavir/ritonavir (median empat hari

versus 11 hari, secara berurutan; p<0,001). Selain itu, hasil penelitian

menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada perbaikan hasil CT scan

dada (perbaikan CT scan dada pada hari ke-14: 91% versus 62% secara

berurutan; p<0,004). Total kejadian efek samping pada kelompok fapiravir

juga lebih rendah dibandingkan kelompok lopinavir/ritonavir (11% versus

56%, secara berurutan; p<0,001). Disamping limitasi desain penelitiannya,

studi pendahuluan ini mengindikasikan bahwa fapiviravir memberikan hasil

yang lebih baik untuk terapi COVID-19 dalam hal mencegah progresivitas

penyakit maupun klirens virus dibandingkan lopinavir/ritonavir.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan

hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel

organisme biologis.

Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang

menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk,

flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.

Favipiravir bekerja sebagai penghambat selektif RNA-dependent

RNA polymerase (RdRp), yang merupakan salah satu enzim yang digunakan

untuk transkripsi dan replikasi genom RNA virus. Dengan demikian,

favipiravir memiliki potensi untuk menghambat replikasi dari berbagai jenis

virus RNA, dan dapat dikatakan memiliki potensi sebagai antivirus dengan

spektrum luas.
DAFTAR PUSTAKA

Adji. 2020. Tata Laksana Terapi Pasien dengan COVID-19: Sebuah Kajian
Naratif. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Volume 9 Nomor 1

Ocky. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik Virologi. Kementrian


kesehatan republik Indonesia

Suryani, Y. (n.d.). IMPLEMENTASI GAYA HIDUP KEROHANIAN


MAHASISWA IAKN TORAJA DALAM MENYIKAPI PENCEGAHAN
COVID 19.

Telaumbanua, D. (2020). Urgensi Pembentukan Aturan Terkait Pencegahan


Covid19 di Indonesia. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan
Agama, 12(01), 59–70.

Anda mungkin juga menyukai